d. Karakter Rasuli, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan sifat-sifat Rasul yang mulia. Karakter kepribadian Rasuli diantaranya jujur al-Siddiq, dapat
dipercaya al-Amanah, menyampaikan informai atau wahyu al-Tabligh dan cerdas al-Fathonah.
e. Karakter yang berwawasan dan mementingkan masa depan hari akhir yang menghendaki adanya karakter yang mementingkan jangka panjang daripada jangka
pendek atau wawasan masa depan daripada masa kini QS. al-Dhuha: 4, bertanggung jawab QS. al-Nisaa’: 77.
f. Karakter Takdiri, yaitu karakter yang menghendaki adanya penyerahan dan kepatuhan pada hukum-hukum, aturan-aturan dan sunnah-sunnah Allah SWT untuk
kemaslahatan hidupnya.
2. Metode Islamiah
Islam secara etimologi memilik tiga makna yakni penyerahan dan ketundukan al- silm, perdamaian dan keamanan al-salm, dan keselamatan al-salamah
9
. Realisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim yang mendorong seseorang untuk hidup bersih,
suci dan dapat menyesuaikan dengan segala kondisi yang merupakan syarat terciptanya kesehatan mental. Kepribadian muslim membentuk lima karakter ideal.
a. Karakter syabadatain yaitu karakter yang mampu menghilangkan dan membebaskan diri dari segala belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi
dan hawa nafsu QS. Al-Furqon: 43. Lalu mengisi diri sepenuh hati hanya kepada Allah SWT.
b. Karakter mushailli yaitu karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah dan dengan sesama manusia. Komunikasi ilahiah ditandai dengan takbir,sedangkan
kominukasi ihsaniah ditandai dengan salam. Karakter mushailli juga menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir dan batin dengan berwudhu kesucian lahir dan
dalam kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyu’an. c. Karakter muzakki, yaitu karakter yang berani mengorbankan hartanya untuk
kebersihan dan kesucian jiwanya QS. al-Taubah: 103, serta pemerataan kesejahteraan ummat pada umumnya.
9
Afif Abd al-Fatah, Ruub al-Din al-Islamiy Damascus: Syarif Khalil Syakar, 1966, hlm. 18
9
d. Karakter sha’im yaitu karakter yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari nafsu-nafsu rendah. Dan apabila dirinya terbebas dari nafsu-nafsu rendah maka ia
berusaha mengisi diri dengan tingkah laku yang baik. e. Karakter hajji yaitu karakter yang mampu mengorbankan harta, waktu, bahkan nyawa
demi memenuhi panggilan Allah SWT.
3. Metode Ihsaniah
Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik Muhsin adalah orang yang mengetahui hal-hal yang baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik dan dlakukan
dengan niatan yang baik. Metode ini bila dilakukan dengan benar maka memberikan kepribadian muhsin yang ditempuh dalam beberapa tahapan
10
, yaitu: a. Tahapan permulaan al-bidayah
Pada tahap ini, seseorang akan rindu pada khaliknya. Ia sadar dalamkerinduan itu terdapat tabir al-hijab yang menghalangi hubungannya sehingga ia berusaha
menghilangkan tabir tersebut. Tahapan ini disebut takhalli yaitu mengosongkan diri dari segalasifat kotor, maksiat dan tercela.
b. Tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan al-mujabadat Tahapan ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat lalu
berusaha secara sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik yang disebut dengan tahapan tahailli. Tahailli adalah upaya mengisi diri dengan sifat-
sifat yang baik yang terdiri dari beberapa fase yaitu: 1 taubat dari segala tngkah laku yang mengandung dosa; 2 menjaga diri dari hal-hal yang subhat al-wara’; 3 tidak
terikat oleh gemerlapan materi; 4 merasa butuh pada Allah al-faqr; 5 sabar terhadap cobaan dan melaksanakan kebajikan; 6 tawakkal pada putusan Allah; 7
ridha terhadap pemberian Allah; 8 merasa bersyukur atas nikmay yang Allah berikan; 9 ikhlas melakukan apa saja demi Allah; 10 takut al-khauf dan berharap al-raja
terhadap Allah; 11 kontinue dalam melakukan kewajiban al-istiqomah; 12 takwa kepada Allah; 13 jujur, berpikir, berzikir dan sebagainya.
Tahapan ini harus ditopang tujuh pendidikan dan latihan psikofisik yaitu: Musyarathah, yaitu memberikan dan menemukan syarat bagi diri sendiri.
Muraqabah, yaitu mawas diri dari perbuatan maksiat agar selalu dekat kepada
Allah.
10
Ibrahim Basyuniy, Nasy’at al-Tasbawwuf al-Islamiy, Mesir; Dar al-Ma’arif, tt hlm. 17-25
10
Muhasabah, yaitu membuat perhitungan terhadap tingkah laku yang diperbuat.
Mu’aqabah, yaitu menghukum diri sendiri karena melakukan keburukan. Mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh berusaha menjadi baik.
Mu’atabah, yaitu menyesali diri atas perbuatan dosanya.
Mukasyafah, yaitumembuka penghalang atau tabir agar tersingkap semua rahasia Allah.
c. Tahapan merasakan al-Muziqat Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekedar menjalankan perintah Khalik-nya dan
menjauhi larangannya, namun ia merasakan kedekatan, kelezatan, kerinduan denganNya. Tahapan ini disebut tajalli, yaitu menempakkan sifat-sifat Allah pada diri
manusianya setelah sifat-sifat buruknya dihilangkan dan tabir menjadi sirna. Oleh sufi tahapan ini biasa dilalui dalam dua proses yaitu al-fana dan al-baqa. Bila seseorang
mampu menghilangkan wujud jasmaniah dengan menghilangkan nafsu-nafsu impulsifnya dan tidak terikat oleh materi atau lingkungan sekitar, makaia telah al-
fana. Kondisi itu lalu beralih pada ke-baqa-an wujud ruhani yang ditandai dengan tetapnya sifat-sifat ketuhanan
11
. Ketika tahapan itu telah dilalui maka muncul apa yang disebut al-baal yaitu kondisi spiritual dimana sang pribadi telah mencapai
kebahagiaan tertinggi yang dicita-citakan.
D. Ayat-ayat Al Quran yang Berkaitan dengan Tolak Ukur Kesehatan Mental