1. Metode Imaniah
Iman secara harfiah diartikan dengan rasa aman al-aman dan kepercayaan al- amanah. Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan
dalam menghadapi semua masalah hidup. Dalam mengatur alam dan isinya, Allah SWT memberikan rambu-rambu petunjuk hidayah-Nya untuk kelangsungan dan keselamatan
hidup di dunia dan akhirat. Petunjuk yang dimaksud diturunkan melalui dua jalur: Pertama, jalur tertulis yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran dengan pemberian petunjuk inu
dengan mengutus Rasul dan Malaikat-Nya. Jalur ini lazim disebut jalur Quraniyah; Kedua, jalur tidak tertulis yang berkaitan dengan alam dan isinya yang disebut dengan jalur kauniyah
atau sunnatulah. Keimanan yang direalisasikan secara benar akan membentuk kepribadian mukmin
yang membentuk 6 karakter yaitu: a. Karakter Rabbani, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan mengambil dan
mengamalkan sifat-sifat dan asma-asma Allah ke dalam tingkah laku nyata sebatas pada kemampuan manusiawinya. Proses pembentukan kepribadiannya ditempuh
melalui tiga tahap yaitu ta’alluq, takballuq, dan tabaqquq
8
. Proses ta’alluq adalah menggantungkan kesadaran diri dan pikiran kepada Allah dengan cara berpikir dan
berzikir kepadaNya QS. Ali-Imran:191. Proses takballuq adalah adanya kesadaran untuk menginternalisasikan sifat-sifat dan asma-asma Allah ke dalam tingkah laku
nyata sebatas pada kemampuan manusiawinya. Proses ini dlakukan karena adanya fitrah menusia yang memiliki potensi asma’ al-husna. Proses tabaqquq adalah
kesadaran diri akan adanya kebenaran, kemuliaan, keagungan Allah SWT sehingga tingka lakunya didominasi olehNya.
b. Karakter Maliki, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan sifat-sifat Malaikat yang agung dan mulia. Kepribadian maliki diantaranya menjalankan perintahNya dan
tidak berbuat maksiat QS. Al-Tahrim: 6, bertasbih kepadaNya QS. Al-Zumar: 75, menyampaikan informasi kepada yang lain QS. Al-Nahl: 102, membagi-bagikan
rizki untuk kesejahteraan berama dan memelihara kebun Jannat yang indah QS. Ar- Ra’d: 24.
c. Karakter Qurani, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai Qurani dalam tingkah laku nyata. Karakter kepribadian Qurani seperti membaca, memahami
dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalam Al-Quran dan Sunnah.
8
Komarudin Hidayat, ‘Manusia dan Proses Penyempurnaan Diri’, dalam Budhy Munawar-Rachman editor, Kontekstualisasi Doktrn Islan dalam Sejarah Jakarta; Paramadina; 1995, hlm. 191-192
8
d. Karakter Rasuli, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan sifat-sifat Rasul yang mulia. Karakter kepribadian Rasuli diantaranya jujur al-Siddiq, dapat
dipercaya al-Amanah, menyampaikan informai atau wahyu al-Tabligh dan cerdas al-Fathonah.
e. Karakter yang berwawasan dan mementingkan masa depan hari akhir yang menghendaki adanya karakter yang mementingkan jangka panjang daripada jangka
pendek atau wawasan masa depan daripada masa kini QS. al-Dhuha: 4, bertanggung jawab QS. al-Nisaa’: 77.
f. Karakter Takdiri, yaitu karakter yang menghendaki adanya penyerahan dan kepatuhan pada hukum-hukum, aturan-aturan dan sunnah-sunnah Allah SWT untuk
kemaslahatan hidupnya.
2. Metode Islamiah