16
2. Penggarapan Sawah pada Masyarakat Petani di Jawa
Pertanian bukan jenis usaha yang baru bagi masyarakat Jawa, bahkan sebagian besar masyarakat Jawa mata pencaharian sebagai petani, hal ini
telah lama digeluti sejak zaman nenek moyang mereka. Karena pertanian berhubungan langsung dengan kehidupan manusia, manusia hidup dari
hasil pertaniannya, maka dalam pelaksanaan penggarapan sawah manusia membudayakan serangkaian upacara sebagai wujud penghormatan dan
penghargaan. Kepercayaan animisme masyarakat Jawa memunculkan tradisi-tradisi
penyembahan pada roh dengan berbagai macam upacara-upacara seperti upacara ritual prosesi penggarapan sawah. Adanya kepercayaan masyarakat
pada mitos Dewi Sri sebagai Dewi kesuburan merupakan wujud pemikiran mistik masyarakat Jawa. Oleh karena posisisinya yang amat sentral,
masyarakat petani sangat memberikan penghormatan terhadap keberadaan tokoh Dewi Sri. Menurut Endraswara 2006: 193 mitos
adalah cerita suci berbentuk simbolik yang mengisahkan serangkaian peristiwa nyata dan imajiner menyangkut asal-usul dan perubahan-
perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewa, kekuatan-kekuatan atas kodrati, manusia, pahlawan dan masyarakat.
Kecenderungan sikap mistik tersebut disebabkan karena orang Jawa sebagian besar adalah para petani pedesaan yang memiliki ketergantungan
dan kedekatan dengan alam. Dari sini kemudian muncul tradisi-tradisi yang berkaitan dengan pemujaan atau penghormatan terhadap Dewi Sri.
17
Menurut Endraswara 2006: 202 Dewi Sri oleh orang Jawa diyakini sebagai Dewi Padi. Dia adalah pembawa berkah dakam bidang pertanian,
karenanya pada awal menanam padi dan memanen padi orang Jawa selalu memitoskan Dewi Sri.
Menurut Twikromo 2006: 12-13 Tradisi-tradisi religius dalam masyarakat Jawa terkait erat dengan mitos. Eliade menegaskan bahwa
mitos-mitos religius telah menjadi model dalam bertindak dan merupakan salah satu cara manusia dalam menjalin hubungan manusia dengan
kenyataan-kenyataan fisik dan lingkungannya. Melalui mitos dapat diungkapkan alam pikiran masyarakat pendukungnya mengenai dunia
sekitarnya, bagaimana mereka memandang gunung, laut, hutan, sungai, danau dan sebagainya.
Masyarakat Jawa sejak zaman pra-sejarah memiliki kepercayaan animisme. Menurut Koenjaraningrat 1980: 268 animisme adalah bentuk
religi yang berdasarkan kepercayaan akan adanya jiwa dalam benda-benda tertentu, dan yang terdiri dari aktivet-aktivet kegamaan guna memuja ruh-
ruh tadi. Mereka beranggapan bahwa di dalam benda-benda atau tumbuhan tersebut memiliki kekuatan ghaib, supaya terhindar dari
gangguan-gangguan ruh jahat, mereka melakukan upacara ritual dan tentunya dengan upacara ritual ini mereka berharap supaya mendapatkan
keselamatan dalam kehidupan. Dalam agama Islam sebenarnya tidak mengajarkan sesembahan terhadap
benda-benda selain hanya kepada Allah SWT. Akan tetapi setelah Islam
18
masuk di tanah Jawa, para Walisongo tidak menghilangkan budaya- budaya asli orang Jawa melainkan para Walisongo memasukkan ajaran-
ajaran Islam dalam upacara atau ritual tersebut. Contoh dari ritual-ritual asli Jawa yang telah dimasuki ajaran-ajaran Islam, seperti upacara: Mitung
Dino, Patang Puluh Dino, Nyatus, Mendak, Nyewu, dan lain-lain.
3. Petungan sebagai Suatu Kepercayaan