Perjanjian Pelaksanaan Pengadaan Tenaga Kerja Office Boy Antara Pt.Pertamina (Persero) Dengan Pt.Rajawali Karya Mandiri

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Ali, Chidir .Badan Hukum .Bandung : Alumni,2005

Apeldoom.L.J .Pengantar Ilmu Hukum . Jakarta: Noor Komala,1982

Badrulzaman, Mariam Darus .KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan dan

Penjelasan .Bandung : Alumni, 1993

Badrulzaman, Mariam Darus .Aneka Hukum Bisnis .Bandung : Alumni,1994 Badrulzaman, Mariam Darus, et.all. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti, 2001

Fuady ,Munir . Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis . Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001

Hadson , Philipus.M. Pengantar Hukum Adminitrasi Indonesia .Yogyakarta : Gadjamada, 2002

HS, Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan, Cetakan ketiga, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Muhammad, Abdul Kadir .Hukum Perikatan .Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990 Komaroesid, Herry.Tata Cara Penyusunan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah .Jakarta : Mitra wacana Media , 2009

Meilala, A. Qirom Syamsudin. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya. Yogyakarta: Liberty, 1985

Miru, Ahmadi .Hukum Kontrak Perancangan kontrak . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008

Muljadi Kartini dan Gunawan Widjaja .Seri Hukum Perikatan ( Perikatan yang

Lahir dari Perjanjian) . Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2003

Ningsih , Suria . Mengenal Hukum Ketenagakerjaaan .Medan : Usu Press , 2011 Prodjodikoro Wirjono (1), Hukum Perdata tentang Persetujuan - Persetujuan

Tertentu .Jakarta : Sumur Bandung, 1981

Prodjodikoro Wirjono (2) ,Asas - asas Hukum Perjanjian . Jakarta :Sumur Bandung, 1979


(2)

Rusli Hardijan .Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law .Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993

Satrio, J. Hukum Perikatan yang Lahir dari Undang-undang. Buku I , 1995 Setiawan .Pokok- Pokok Hukum Perikatan , Bandung : Alumni, 1979

Sofwan, Sri Masjchoen Soedewi.Hukum Perjanjian .Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada ,1982

Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia , 1986

Sogar , Yogar. Simamora .Pembentukan danPelaksanaan Kontrak Pengadaan ,

Seminar Naisonal Kontrak Pengadaan Barang dan jasa oleh Pemerintah .

Jakarta : Airlangga , 2006

Subekti.R .Hukum Perjanjian.Jakarta : Pembimbing Masa, 1980

Suhendi , Andrian. Aspek Hukum Pengadaan Barang/jasa dan Berbagai

Permasalahan .Jakarta : Sinar Grafika, 2012

Syahmin .Hukum Kontrak Internasional .Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006 Syaufii ,Mohd Syamsuddin.Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan Industrial

.Jakarta: Sarana Bakti Persada, 2005

Triwulan ,Titik Tutik.Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional.Jakarta: kencana , 2008

Tjitrosoedibyo dan Subekti .Kamus Hukum .Jakarta :Pradnya Paramita, 1996 Yahya, M. Harahap. Segi-segi Hukum Perjanjian.Bandung : Alumni,1986

PERUNDANG - UNDANGAN

Kitab Undang – undang Perdata

Lihat SEMA No.3 Tahun 1963 joPasal 31 UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


(3)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN BARANG ATAU JASA

A. Pengertian Pengadaan Barang atau jasa

Proses pengadaan barang atau jasa dalam instasi pemerintah tidak semudah pengadaan di institusi swasta . Seluruh pengadaan barang yang pembiayaan melalui APBN/APBD , baik sebagaian atau keseluruhan, harus mengacu kepada aturan yang berlaku.43

Ada beberapa istilah yang di gunakan dalam proses pengadaan ini , diantaranya :44

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang di angkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Penggunaan Anggaran sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan barang/jasa

2. Penyediaan barang/jasa adalah badan usaha satu perseorangan yang menyediakan barang/jasa

3. Barang, adalah berbagai bentuk dan uraian yang meliputi bahan baku, bahan setengah jadi, barang jadi atau peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang.

43

Keppres No.80 tahun 2003 tentangPedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330

44 Kiki Fitri M.Manurung “ Analisis Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh

Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara. Skrispi , Fakultas Hukum Universitas Sumtera


(4)

4. Sedangkan jasa adalah layanan pekerjaanpelaksanaan kegiatan sesuai keahlian profesional dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang keluarnya telah disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan, misalnya kontruksi, pengawasan dan lain – lain .

Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang atau jasa yang di biayai dengan dana yang di kasih dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang atau jasa. Menurut pengertian tersebut ada 2 (dua) unsur penting yang terlibat dalam kegiatan pengadaan barang atau jasa pemerintah , baik perorangan maupun lembaga yaitu : pengguna anggaran dan penyedia barang atau jasa .

Undang – undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 1angka 12 dinyatakan, pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementrian Negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Kemudian dalam Pasal 4 undang – undang tersebut dinyatakan bahwa dipimpinnya dan dapat menunjuk Kuasa Penggunaan Anggaran di kementrian/lembaga yang dipimpinnya.

Penyedia barang atau jasa merupakan badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang atau jasa dan layanan jasa. Dalam pengadaan barang atau jasa pemerintah, Penggunaan Anggaransebagaimana disebutkan di atas, mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan proses pengadaan barang atau jasa .


(5)

Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa kementrian/lembaga/satuan kerja PerangkatDaerah/ Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

B. Dasar Hukum Pengadaan Barang atau jasa

Peraturan Perundang – undangan tentang pengadaan Barang atau Jasa pemerintah. Dasar hukum pengadaan Barang atau jasa adalah sebagai berikut

1. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

PelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Pemerintah

2. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

3. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Adapun penjelasan dari keempat dasar hukum pengadaan barang atau jasa adalah sebagai berikut :

a. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Dari pengertian pengadaan barang dan jasa di atas bahwa Pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun yang dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang diatur dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan


(6)

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah ini telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keppres No 80 Tahun 2003.45

b. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Perpres No. 54 tahun 2010 merupakan penyempurnaan dari Kepres No. 80 tahun 2003. Menurut Perpres No.54 tahun 2010, pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Prangkat Daerah/Institusi lainnya, yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Baik dalam Kepres No. 80 tahun 2003 maupun Perpres No. 54 tahun 2010, tujuan diberlakukan peraturan tentang pengadaan barang dan jasa agar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Jika tujuan tercapai, maka Pemerintah akan diuntungkan dari sisi pengguna anggaran.46

c. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012

Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

45

http://elvandary.wordpress.com/2009/05/23/kebijakan-umum-pengadaan-barangjasa-pemerintah


(7)

Pemerintah telah ditandatangani oleh Presiden. Dalam Perpres No. 70/2012 ini mencakup berbagai perubahan kebijakan yang secara signifikan berpengaruh terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah (PB/JP), penyerapan anggaran negara, dan pencegahan korupsi dalam PB/JP.Sebelumnya tercatat Perubahan Pertama atas Perpres No. 54 Tahun 2010 telah dilakukan tahun lalu dengan diterbitkannya Perpres No. 35 Tahun 2011 yang mencakup penambahan kriteria Penunjukan Langsung (PL) untuk pekerjaan jasa konsultan hukum (advokat) dan arbiter yang mendesak dan tidak bisa direncanakan terlebih dahulu.47

Adanya perbedaan anggarandana antara Pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara. Perbedaan mendasar mengenai aturan pengadaan barang dan jasa dari Keppres No. 80 Tahun 2003 dengan Permen BUMN No. 05 Tahun 2008 adalah Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya mengatur mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang dibiayai oleh dana APBN, termasuk pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN dan dibiayai oleh dana APBN. Sedangkan, Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2008 mengatur mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh BUMN dengan pendanaan di luar APBN, termasuk pinjaman/hibah dari luar negeri (PHLN), baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh Pemerintah. Perbedaan mendasarnya adalah bahwa Keppres No. 80 Tahun 2003 menentukan bahwa pada prinsipnya pelaksanaantender harus dilakukan secara terbuka dan bersaing serta transparan dalam hal tata cara dan peserta tender. Sedangkan, Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2008 mengatur


(8)

bahwa pengadaan barang dan jasa oleh BUMN tidak wajib melalui tender, dan dapat diatur ketentuan internal bagi masing-masing BUMN.48

C. Persyaratan Umum Pengadaan Barang atau Jasa

Persyaratan umum dalam pengadaan barang atau jasa ini ingin membahas tentang kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah . kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah penyusunan dokumen kontrak antara pengguna dan penyedia jasa mengacu pada naskah draft kontrak yang ada pada dokumen permintaan usulan dan dokumen lainnya antara lain dokumen berita acara hasil pembukaan penawaran , dokumen usaha , berita acara evaluasi , berita acara klasifikasi dan negosiasi , berita acara penetapan calon penyedia dan keputusan penujukan penyedia jasa.

1. Syarat-syarat Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Syarat – syarat kontrak dalam pengadaan barang dan jasa pemeritah merupakan ketentuan umum harus ada pada setiap kontrak pekerjaan dengan tujuan untuk memberikan pengertian , pedoman dan batasan – batasan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam pelaksanaan kontrak . Syarat – syarat umum dalam kontrak biasanya berisikan tentang istilah yang digunakan:hak , kewajiban dan tanggungjawab , sanksi – sanksi dan penyelesaian perselisihan dan peraturan perundang – undangan yang berlaku . Selain syarat umum tersebut juga di tetapkan syarat Khusus kontrak pengadaan barang atau jasa .

48 Hasil Wawancara dengan bapak H.Syarifuddin Rangkuti sebagai Direktur Utama pada


(9)

Syarat Khusus kontrak merupakan perubahan atau tambahan data – data dari syarat umum kontrak yang disebabkan oleh karena atau ada hal – hal tertentu yang perlu disesuaikan . Syarat Khusus berisikan hal – hal berikut :49

a. Nama pengguna jasa pemborong/barang/jasa lainnya dan direksi pekerjaan b. Nomor kontrak

c. Besarnya pekerjaan yang disubkontrakkan d. Daftar tenaga kerja utama

e. Laporan penyelidikan dan kondisi lapangan f. Hal – hal yang berkaitan dengan asuransi g. Penyerahan lapangan

h. Revisi program penyelesaian pekerjaan i. Waktu pemeliharaan

j. Penyesuaian harga ( eskalasi) k. Index mata uang rupiah l. Denda

m. Bonus n. Uang muka

o. Bentuk standar jaminan pelaksanaan p. Manual pemeliharaan

q. Presentase untuk nilai pekerjaan yang belum selesai.

Persyaratan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan adalah sebagai berikut :50

49 Badan Pendidikan dan pelatihan Keuangan., Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa,


(10)

1) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa;

2) Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan material untuk menyediakan barang/jasa;

3) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;

4) Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;

5) Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan photocopy bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan photocopy Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;

6) Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

7) Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;

8) Tidak masuk dalam daftar hitam;

9) Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;

10)Khusus untuk penyedia barang/jasa orang perseorangan persyaratannya sama dengan di atas.

50


(11)

2. Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Sebelum penandatanganan kontrak, Pembuatan kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui beberapa tahapan atau proses, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003, yaitu: Pemilihan sistem kontrak, Penyusunan kerangka dan isi kontrak,Penyusunan syarat-syarat kontrak, Penandatanganan kontrak.

a.Pemilihan Sistem Kontrak

Ada beberapa sistem kontrak yang digunakan dalam pengadaan barang dan jasa yaitu: Sistem kontrak lumpsum , Sistem kontrak berdasarkan waktu , Sistem kontrak persentase dan Sistem kontrak harga satuan.

1) Sistem Kontrak Lumpsum

Sistem kontrak lumpsum merupakan kontrak yang dibuat berdasarkan total biaya yang disepakati oleh para pihak pada waktu dilakukan negosiasi. Biasanya sistem ini dipakai untuk jenis pekerjaan yang sudah

standartatau volume kegiatan serta fasilitas pendukungnya sudah bisa

diperhitungkan secara akurat.Pada sistem ini semua resiko yang mungkin terjadi, kecuali force majeure, menjadi tanggung jawab jasa.Pembayaran dilakukan berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan.

2) Sistem Kontrak Berdasarkan Waktu

Sistem kontrak ini bertujuan untuk mengatur waktu pembayaran jasa oleh pengguna jasa, terutama untuk jenis jasa yang volume dan fasilitas pendukung belum dapat diperhitungkan secara akurat.Umumnya sistem ini dipakai untuk jenis pekerjaan yang sifatnya technical assistance.Sedangkan besarnya nilai kontrak masih dapat berubah.


(12)

3) Sistem Kontrak Persentase

Kontrak persentase merupakan kontrak pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang nilainya dihitung berdasarkan persentase dari nilai kontrak jasa. 4) Sistem Kontrak Harga Satuan.

Kontrak harga satuan adalah kontrak pekerjaan barang dan jasa berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan yang disepakati.Apabila nilai pembayaran belum mencapai nilai minimal yang sudah disepakati, maka belum dapat dibayarkan.

b. Penyusunan Kerangka dan Isi Kontrak

Kerangka dan isi kontrak merupakan kaidah yang harus diperhatikan dalam penyusunan kontrak pekerjaan pengadaan barang dan jasa. Kerangka dan isi kontrak meliputi hal-hal berikut ,Pembukaan kontrak pekerjaan pengadaan barang dan jasa memuat ketentuan yaitu :

1) Judul atau nama kontrak pekerjaan pengadaan barang dan jasa 2) Nomor kontrak

3) Tempat,hari,tanggal,bulan dan tahun kontrak ditandatangani

4) Kalimat pembuka merupakan kalimat yang menjelaskan bahwa para pihak pada hari, tanggal, bulan dan tahun membuat dan menandatangani kontrak;

5) Identitas para pihak yang menandatangani perjanjian,meliputi: Nama, jabatan, alamat, dan kedudukannya dalam kontrak (sebagai pengguna dan penyedia barang dan jasa), serta penjelasan tentang para pihak bertindak untuk atas nama siapa dan dasar mereka bertindak. Apabila


(13)

pihak penyedia tidak terdiri dari satu penyedia barang dan jasa, maka harus dijelaskan bentuk kerjasama dan siapa yang akan bertindak atas nama penyedia barang dan jasa yang tergabung dalam kerjasama tersebut.

6) Kewenangan para pihak sebagai wakil badan hukum atau pribadi a) Isi kontrak atau perjanjian

Kontrak atau perjanjian pengadaan memuat ketentuan tentang: (1) Kesepakatan para pihak untuk mengadakan perjanjian (2) Hak dan kewajiban para pihak

(3) Nilai kontrak yang telah disepakati (4) Cara pembayaran

(5) Jangka waktu pelaksanaan perjanjian

(6) Ketentuan tentang mulai dan berakhirnya kontrak

(7) Sanksi apabila para pihak melanggar ketentuan dalam perjanjian (8) Keadaan yang memaksa (force majeure)

(9)Pilihan proses penyelesaian sengketa perjanjian dapat melalui jasa penengah, peradilan umum atau lembaga arbitrase. Apabila didalam kontrak tidak adaketentuan mengenai pilihan penyelesaian sengketa maka dianggap secara hukum diselesaikan diperadilan umum.Apabila memilih diselesaikan di lembaga arbitrase maka harus ditentukan didalam kontrak.


(14)

Penutup kontrak atau perjanjian memuat tanda tangan para pihak yang membuat perjanjian. Apabila perjanjian tersebut disahkan notaris maka pada bagian penutup , disamping tanda tangan para pihak juga ada tanda tangan notaris.

c) Lampiran Kontrak

Lampiran kontrak merupakan satu kesatuan dengan kontrak, memuat: (1) Naskah dokumen kontrak yang dilengkapi setelah klarifikasi (2) Kerangka acuan kerja

(3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan jadwal penugasan personil (4)Daftar riwayat hidup tenaga ahli konsultan

(5) Biaya pelaksanaan pekerjaan

(6)Barang dan fasilitas yang disediakan pengguna jasa konsultasi

(7) Peralatan dan barang yang akan disediakan oleh penyedia jasa konsultasi (8) Dokumen usulan biaya, spesifikasi pekerjaan dan gambar

(9) Berita acara klarifikasi dan negosiasi

(10) Surat keputusan penetapan penyedia barang dan jasa. c. Penyusunan Syarat-syarat Kontrak

Kontrak pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang dan jasa ini harus disusun oleh para pihak berdasarkan prinsip dan syarat-syarat hukum kontrak sebagai dasar hukum dan pedomannya, prinsip dan syarat-syarat hukum kontrak tersebut yaitu:

1) Para pihak dalam kontrak harus jelas yaitu orang atau badan hukum yang kewenangan atau berhak dan mempunyai kemampuan bertindak

2)Obyek yang diperjanjikan adalah barang/jasa yang nyata dan ada dalam perniagaan


(15)

3)Kontrak dibuat secara sah dan mengikat bagi para pihak yang menandatanganinya

4) Kedudukan para pihak dalam hubungan kontrak serta dalam hak dan kewajiban sama (hubungan yang dapat saling menuntut/klaim)

5) Kontrak/perjanjian dibuat tanpa ada paksaan,kekhilafan dan kekeliruan yang disengaja

6) Kontrak harus disusun tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.51

51

Ibid ., hlm.76-78 d. Penandatanganan kontrak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum kontrak dilakukan, antara lain:

1) Para pihak (bila perlu dengan bantuan ahli hukum) meneliti dengan cermat kebenaran konsep kontrak baik dari segi bahasa, isi/substansinya maupun redaksi, angka-angka dan hurufnya;

2) Dalam dokumen kontrak tidak memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3) Telah ada ketentuan yang mengatur hal-hal yang diluar dugaan (force

majeur);

4) Meneliti dengan cermat lampiran-lampiran yang menjadi bagian dokumen kontrak.

Penandatanganan kontrak dilakukan oleh para pihak, yaitu pihak pengguna dan penyedia jasa pemborongan. Penandatanganan kontrak pekerjaan pengadaan barang dan jasa pemborongan adalah sebagai berikut:


(16)

(a) Dari pihak pengguna, pejabat yang berwenang untuk menandatangani kontrak pengadaan barang dan jasa pemborongan instansi pemerintah,

adalah: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur Bank Indonesia/Direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) /Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

(b) Dari pihak penyedia adalah pejabat/orang yang ditunjuk mewakili penyedia untuk menandatangani kontrak; dalam hal penyedia adalah:

(1) PT ( Perseroan Terbatas)

Penandatangan kontrak adalah direksi atau pejabat yang ditunjuk mewakili PT sesuai dengan akta pendirian PT.

(2)CV (Commanditaire Vennotschap)

Penandatangan kontrak adalah pengurus CV yang ditunjuk mewakili CV sesuai dengan akta pendirian CV.

(3)Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM)

Penandatangan kontrak adalah pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat sesuai dengan akta pendirian Lembaga Swadya Masyarakat.

(4) Penelitian / Pengabdian masyarakat

Penandatangan kontrak adalah pimpinan Lembaga penelitian/ Pengabdian masyarakat tersebut.

(5) Koperasi

Penandatangan kontrak adalah pengurus koperasi yang ditunjuk mewakili koperasi sesuai dengan akta pendirian koperasi;


(17)

Penandatangan kontrak adalah orang tersebut karena mewakili diri sendiri.52

D. Subjek Pengadaan Barang atau Jasa

1. Subjek Hukum perdata

Manusia adalah pendukung hak dan kewajiban.Lazimnya dalam hukum di kenal dengan istilah subjek hukum.Tetapi manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Karena masih ada subjek hukum lainnya yaitu segala sesuatu yang menurut hukum dapat mempunyai hak dan kewajiban, termasukapa yang di sebut badan hukum.53

52Ibid ., hlm. 82 53

Chidir Ali., Badan Hukum, (Bandung :Alumni, 2005), hlm.4

Istilah subjek Hukum berasal dari terjemahan rechsubject (Belanda) atau law of subject (Inggris). Subjek Hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam bidang hukum, Khususnya hukum keperdataan, karena subjek hukum itulah nantinya yang dapat mempunyai wewenang hukum (rechtsbevoegheid). Didalam berbagai literatur di kenal 2 (dua) macam subjek hukum yaitu manusia (naturlijkperson) dan badan hukum (rechtperson).Pada bab sebelumnya telah di bahas tentang kecakapan yaitu pada Dasarnya manusia mempunyai hak sejak di lahirkan, namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang-orang yang telah dewasa dan/atau sudah kawin.Sedangkan orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang di taruh di bawah pengampuan dan seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).Tapi dalam perkembangannya seorang istri dapat juga melakukan perbuatan hukum


(18)

sendiri, baik untuk membuat perjanjian maupun untuk menghadap ke pengadilan.54

2. Kedudukan Pemerintah

Dalam perspektif hukum publik negara adalah organisasi jabatan.Di antara jabatan-jabatan kenegaraan ini terdapat jabatan pemerintahan, yang menjadi objek hukum administrasi negara. Menurut P. Nicolai ada beberapa ciri yang terdapat pada jabatan atau organ pemerintahan yaitu:55

a. Organ pemerintahan menjalankan wewenang atas nama dan

tanggungjawab sendiri, yang dalam pengertian modern diletakkan sebagai pertanggungjawaban politik dan kepegawaian atau tanggungjawab pemerintah sendiri di hadapan Hakim. Organ pemerintah adalah pemikul kewajiban tanggungjawab.

b. Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hukum administrasi, organ pemerintahan dapat

bertindak sebagai pihak tergugat dalam proses peradilan, yaitu dalam hal ada keberatan, banding atau perlawanan.

c. Di samping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan juga dapat tampil menjadi pihak yang tidak puas, artinya sebagai penggugat.

d. Pada prinsipnya organ pemerintahan tidak memiliki harta kekayaan sendiri. Organ pemerintahan merupakan bagian (alat) dari badan hukum menurut hukum privat dengan harta kekayaannya. Jabatan Bupati atau

54

Lihat SEMA Nomor 3 tahun 1963 jo Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

55 Philipus M. Hadjon, et.all.,Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta:


(19)

Walikota adalah organ-organ dari badan umum ”Kabupaten”. Berdasarkan aturan hukum badan umum inilah yang dapat memiliki harta kekayaan, bukan organ pemerintahannya.

Dalam jabatan pemerintahan ini dilekati dengan hak dan kewajiban atau diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukum, namun jabatan tidak dapat bertindak sendiri.Jabatan dapat melakukan perbuatan hukum, yang dilakukan melalui perwakilan yaitu pejabat.Antara jabatan dengan pejabat memiliki hubungan yang erat, namun di antara keduanya sebenarnya memiliki kedudukan hukum yang berbeda atau terpisah dan diatur dengan hukum yang berbeda.Jabatan diatur oleh hukum tata negara dan hukum administrasi, sedangkan pejabat diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian.Di samping itu, tampak bahwa pejabat menampilkan dirinya dalam dua kepribadian yaitu selaku pribadi dan selaku personifikasi dari organ, yang berarti selain diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian juga tunduk pada hukum keperdataan Khusus dalam kapasitasnya selaku individu atau pribadi.Tindakan hukum jabatan pemerintah dijalankan oleh pemerintah.Dengan demikian, kedudukan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik adalah wakil dari jabatan pemerintahan.

3. Pemerintah Sebagai Subjek Hukum Perdata Dalam Kontrak Pengadaan Barang Atau Jasa

Dalam pengadaan barang atau jasa, pemerintah akan membingkai hubungan hukum dengan penyedia barang atau jasanya dalam sebuah kontrak pengadaan barang atau kontrak pengadaan jasa. Dengan kata lain pemerintah menjadi salah satu pihak dalam sebuah kontrak. Dalam konteks demikian pemerintah tidak dapat


(20)

memposisikan dirinya lebih tinggi dari penyedia barang atau jasanya, walaupun pemerintah merupakan lembaga yang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat mengatur (regulator). Hal ini dikarenakan dalam hukum perjanjian para pihak mempunyai kedudukan yang sama, sebagaimana tercermin dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Dalam konteks demikian, maka baik pemerintah maupun penyedia barang atau jasa sama-sama memilki kedudukan yang sejajar dalam pemenuhan hak dan kewajiban yang tertuang di dalam kontrak yang di sepakati.Keterlibatan pemerintah dalam suatu hubungan kontraktual ini berbeda dengan kontrak komersial pada umumnya, karena karakteristik dari kontrak ini tidak murni lagi merupakan tindakan hukum privat tetapi juga sudah ada campuran hukum publik di dalamnya.Keterlibatan pemerintah dalam kontrak ini menunjukan tindakan pemerintah tersebut diklasifikasikan dalam tindakan pemerintahan yang bersifat keperdataan. Berkenaan dengan tindakan hukum keperdataan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, Philipus M. Hadjon menyatakan bahwa:56

Pemerintah sebagai salah satu subjek hukum dalam tindakan perdata, maka pemerintah merupakan badan hukum, karena menurut Apeldoorn negara, provinsi, kotapraja dan lain sebagainya adalah badan hukum. Hanya saja pendiriannya tidak dilakukan secara Khusus, melainkan tumbuh secara

”Sekalipun tindakan hukum keperdataan untuk urusan pemerintahan oleh badan atau pejabat tata usaha negara dimungkinkan, bukan tidak mungkin berbagai ketentuan hukum publik (hukum tata usaha negara) akan menyusup dan mempengaruhi peraturan hukum perdata. Contohnya beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara Khusus mengatur tata cara atau prosedur tertentu yang harus ditempuh berkenaan upaya perbuatan hukum keperdataan yang dilakukan oleh badan atau pejabat tata usaha negara.”

56


(21)

historis.57

Cara pendirian badan hukum tersebut yang digariskan oleh Pasal 1653 KUH Perdata , menurut Chidir Ali ada tiga bentuk badan hukum, yaitu:

Pemerintah dianggap sebagai badan hukum, karena pemerintah menjalankan kegiatan komersial.

Pemerintah sebagai badan hukum juga dapat di temukan dalam Pasal 1653 KUH Perdatadinyatakan :

“Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai badan hukum juga di akui undang- undang, entah badan hukum itu diadakan oleh kekuasaan umum atau di akui sebagai demikian, entah pula badan hukum itu di terima sebagai yang di perkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan”.

58

a. Badan hukum yang diadakan oleh kepentingan umum (pemerintah atau negara), termasuk di dalamnnya badan- badan hukum publik seperti provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya;

b. Badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum;

c. Badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.

Dari ketiga jenis badan hukum yang disebutkan, bentuk yang ketiga ini disebut juga badan hukum dengan konstruksi keperdataan. Selanjutnya pemerintah selaku badan hukum dapat melakukan tindakan perdata sebagaimana di tegaskan dalam Pasal 1654 KUH Perdata dinyatakan bahwa :

57

L. J van Apeldoorn .,” Pengantar Ilmu Hukum”,( Jakarta: Noor Komala, 1982), hlm.164

58


(22)

“ Semua badan hukum yang berdiri dengan sah, begitu pula orang-orang swasta, berkuasa untuk melakukan perbuatan- perbuatan perdata, tanpa mengurangi perundang-undangan yang mengubah kekuasaan itu, membatasi atau menundukkannya kepada tata cara tertentu”. Sebagai subjek hukum perdata pemerintah dapat mengikatkan dirinya dengan pihak ketiga dalam hal ini penyedia barang atau jasa.Hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, sampai kepada prosedur pelaksanaannya harus diatur secara jelas dan dituangkan dalam bentuk kontrak.

Jenis kontrak yang melibatkan pemerintah sebagai salah satu pihak pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni: kontrak komersial (commercial

contract) dan kontrak kebijaksanaan .Kontrak komersial dapat dibedakan menjadi

dua jenis yakni kontrak pengadaan barang dan jasa (procurement contract) dan kontrak non pengadaan (non-procurement contract).59

Kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum keperdataan tidak berbeda dengan subjek hukum privat lainnya yakni orang maupun badan hukum, Sebagai

Keterlibatan pemerintah dalam kontrak sebagai upaya melaksanakan pelayanan publik dalam bentuk pembangunan infrastruktur tergolong dalam kontrak komersial, karena pembangunan infrastrukstur merupakan bagian dari kontrak pengadaan barang dan jasa.Dalam pengadaan barang atau jasa, pemerintah akan membingkai hubungan hukum dengan penyedia barang atau jasanya dalam sebuah kontrak pengadaan barang atau kontrak pengadaan jasa. Dengan kata lain pemerintah menjadi salah satu pihak dalam sebuah kontrak.

59 Yohanes Sogar Simamora .,” Pembentukan Dan Pelaksanaan Kontrak Pengadaan,

Seminar Nasional Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah “, (Jakarta : Airlangga,


(23)

subjek hukum perdata pemerintah dapat mengikatkan dirinya dengan pihak ketiga dalam hal ini penyedia barang atau jasa.Hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, sampai kepada prosedur pelaksanaannya harus diatur secara jelas dan dituangkan dalam bentuk kontrak. Kedudukan Pemerintah dalam kontrak juga tidak memiliki kedudukan yang istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa keperdataan dengan kedudukan yang sama dengan seseorang atau badan hukum perdata dalam peradilan umum.

E.Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengadaan Barang atau Jasa

Pasal 5 Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa wajib memenuhi prinsip – prinsip sebagai berikut:

1. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus di usahakan dengan menghimpunkan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum

2. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar- besarnya.

3. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.


(24)

4. Terbuka, berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikut oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

5. Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan mernenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secarakompetitif dan tidak intervensiyang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa. 6. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberi perlakuan yang sama bagi semua

calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

7. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan60 Adapun yang menjadi hak dan tanggung jawab penyedia barang dan jasa adalah:

.

a. Setelah penandatangani kontrak , melakukan pemeriksaan lapangan bersama pengguna barang/ jasa, memberikan keterangan – keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pelaksanaan yang dilakukan pihak yang memborong.

b. Dapat menerima uang muka kerja , menerima pembayaran untuk pelaksanaanpekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak.

60 Adrian sutedi., Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa dan Berbagai Permasalahan


(25)

c. Berhak meminta fasilitas – fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari pihak pengguna barang dan jasa untuk kelancaran pelaksanaanpekerjaan.

d. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaanpekerjaan yang telah di tetapkan dalam kontrak.

e. Menyerahkan hasil pekerjaansesuai dengan penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.

f. Mengambil langkah – langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun diluar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan penyedia jasa.

Hak dan kewajiban pengguna jasa ( pihak yang memborongkan), yaitu: 1) Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh

penyedia jasa

2) Meminta laporan secara periodik mengenai kontrak yang telah di tetapkan kepada pihak pemborong.

3) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak pemborong untuk kelancaran pelaksanaanpekerjaan.

4) Membayar pekerjaan sesuai dengan harga kontrak yang telah di tetapkan kepada pihak pemborong.


(26)

Maka dapat disimpulkan hak dan kewajiban para pihak pengadaan barang atau jasa yang sesuai dengan undang – undang yang berlaku di negara Indonesia ini. Supaya tidak ada pihak yang merasa di rugikan atas hak dan kewajibannya dan juga untuk memberikan keadilan bagi para pihak yang melakukan pengadaan barang atau jasa pemerintah .


(27)

BAB IV

PERJANJIAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG TENAGA KERJA OFFICE BOY ANTARA PT.PERTAMINA (PERSERO) DENGAN

PT.RAJAWALI KARYA MANDIRI

A. Selintas Tentang PT. Pertamina dan PT.Rajawali

1. Sejarah berdirinya PT. Pertamina

Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957. Dengan bergulirnya Undang -Undang No.8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi Pertamina . Sebutan ini tetap dipakai setelah Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT Pertamina (Persero). Pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang minyak dan gas bumi.

PT. Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta notaris Lenny Janis hak, SH. No. 20 tanggal 17 Setember 2003 dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No. C - 24025 Ht.01.01 pada tanggal 9 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan - ketentuan yang tercantum dalam Undang - Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 tahun 2003


(28)

“ tentang Pengalihan Bentuk Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina ) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)”.

Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik didalam maupun diluar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha dibidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan Perseroan Terbatas adalah untuk :

a. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien.

b. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomiuntuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan usaha dibidang minyak dan gas beserta hasil olahan dan turunannya.

2) Menyelenggarakan kegiatan usaha dibidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.

3) Melaksanakan Pengusahaan dan Pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4) Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1,2,dan 3. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang - Undang Minyak dan Gas (MIGAS)


(29)

baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu - satunya perusahaan yang memonopoli industri Minyak dan Gas (MIGAS) dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.61

2. Visi, Misi, dan Organisasi Perusahaan PT. Pertamina ( Persero) Visi : Menjadi perusahaan yang unggul, maju, dan terpandang Misi :

a. Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia serta usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina .

b. Menjalankan identitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan berorientasi laba.

c. Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

3. Sejarah berdirinya PT.Rajawali Karya Mandiri

PT. Rajawali Karya Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa untuk perusahaan yang membutuhkan jasa – jasa oleh PT.Rajawali Karya Mandiri .62

PT. Rajawali Karya Mandiri berdiri sejak tahun 2004 dengan notaris yang bernama Adi Pinem ,SH. Perusahaan ini memberikan penyedia jasa yang ditawarkan seperti office boy . PT. Rajawali Karya Mandiri beralamat di jalan Cempaka No.116 A Pangkalan Berandan. Yang memiliki direktur utama yang

pada tanggal 5 maret 2014, jam 19.30 wib

62 Hasil wawancara dengan bapak H.Syarifuddin Rangkuti sebagai Direktur Utama pada


(30)

bernama H. Syarifuddin Rangkuti , M.Basir Hasibuan dan Siska Kartika sebagai direktur . Dan juga memiliki Komisaris Utama yang bernama Ratnawati , Sri Daniaty,S dan Syarfriani , S sebagai Komisaris . Itulah selintas tentang PT. Rajawali Karya Mandiri sebagai perusahaan penyedia jasa yang dibutuhkan perusahaan – perusahan .

Dalam perjanjian PT. Rajawali sebagai penyedia jasa tenaga kerja yang di minta oleh Pertamina memerlukan bantuan untuk penyediaan tenaga kerja office boy di wilayah kantor Medan dan PT. Rajawali menyatakan kesanggupan untuk menyediakan tenaga kerja office boy dengan ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat yang telah di sepakati dan di setujui kedua pihak yang di buat dalam suatu perjanjian atau kontrak. Dan di perkuat dengan peraturan perundang – undangan tentang ketenagakerjaan sehingga dikatakan kontrak tersebut sah karena tidak melanggar peraturan perundang – undang yang berlaku yang dibutuhkan dalam kontrak tersebut.Jadi karena PT.Rajawali menyatakan sanggup untuk menyediakan jasa tenaga kerja office boy . Maka PT. Rajawali harus melaksanakan tugas untuk menyediakan tenaga kerja office boy yang berbadan sehat dan tanpa memakai narkoba yang mempunyai serta keterangan dari dokter . Jika tidak maka PT. Rajawali akan di kenakan denda atau sanksi yang diberikan oleh Pihak Pertamina63

Pengertian dari office boy adalah memiliki arti seorang laki – laki muda yang di pekerjakan menjadi pesuruh disebuah kantor . dan office boy itu sendiri memiliki kedudukan atau posisi yang terbawah dan biasa office boy juga di sebut dengan

.

63 Hasil Wawancara dengan bapak H.Syarifuddin Rangkuti sebagai Direktur Utama pada


(31)

OB. Secara umum tugas seorang office boy terbagi dari tiga jenis pekerjaan , yakni tugas rutin , dengan rincian sebagai berikut:

Pertama adalah tugas rutin yang meliputi, membersihkan dan merapihkan ruangan dan perlengkapan kantor serta melayani permintaan untuk keperluan karyawan , kedua adalah tugas rutin yang meliputi , membersihkan kaca ruang kerja yang dilakukan dua kali seminggu, Ketiga adalah tugas insidental yang meliputi menyediakan minuman / makanan serta melayani keperluan tamu – tamu perusahan dan menyediakan minuman/makanan serta melayani keperluan rapat/pertemuan/tranning serta melaksanakan tugas tertentu sesuai permintaan koordinator office boy64

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak

. Inilah beberapa tugas dari office boy yang harus dikerjakan nya setiap hari. Setelah PT.Rajawali menyediakan tenaga kerja office

boy maka pekerja tenaga office boy harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan

yang ada di atas . Dan tenaga kerja office boy akan di bagi lagi tugas supaya cepat selesai semua pekerjaan yang di harus dilaksanakan oleh setiap office boy .

Dalam kontrak yang di buat oleh PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Rajawali Karya Mandiri yang dituangkan dalam Perjanjian Pengadaan Tenaga Kerja Office

boy Antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT.Rajawali Karya Mandiri yang

terdiri dari 22 Pasal . Dimana dari 22 Pasal itu ada yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban para pihak dalam menjalankan kontrak atau perjanjian yang telah di sepakati dan di setujui oleh kedua belah pihak. Adapun Hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang terdapat pada pasal 8 yaitu :

64Agus sutondo


(32)

1. Pihak Pertama yaitu Pertamina , berkewajiban membayar harga borongan pekerjaan kepada Pihak Kedua yaitu PT.Rajawali sesuai dengan yang telah di sepakati.

2. Pihak Pertama tidak memiliki hubungan kerja dengan pekerja Pihak Kedua sehingga Pihak Pertama tidak memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan pembinaan pekerja Pihak Kedua.

3. Pihak Kedua berkewajiban menyelesaikanpekerjaan dengan sebaik – baiknya dalam jangka waktu pelaksanaanpekerjaan yang telah di tentukan. 4. Pihak Kedua tidak boleh mengalihkan kepada pihak lain atau perusahaan

lain.

5. Pihak Kedua diharuskan mengabsen karyawan setiap hari pagi dan sore hari pada saat jam kerja karyawan Pihak Kedua wajib mengikuti standar jam kerja yang berlaku pada Pihak Pertama.

6. Pihak Kedua berkewajiban memberikan upah sesuai dengan SK Jendral Manager dari Pihak Pertama.

7. Pihak Pertama berkewajiban memantau untuk memastikan perlindungan upah, kesejahteraan dan syarat – syarat kerja yang telah diperjanjikan kepada pekerja Pihak Kedua yang di pekerjakan pada Pihak Pertama sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang dibuat oleh Pihak Pertama.

8. Bila Pihak Kedua ternyata tidak sanggup melanjutkan pekerjaan , maka Pihak Pertama berhak memutuskan Perjanjian ini dan menunjuk pemborong lain untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.

9. Pihak Kedua berkewajiban membebaskan Pihak Pertama dari segala resiko dan tuntutan ganti rugi dalam hal terjadi pemutusan perjanjian.


(33)

10.Pihak Kedua wajib menggantikan pekerja yang tidak dapat hadir dengan pekerja lainnya , dengan tanggung jawab dan biaya ditanggung sepenuhnya oleh Pihak Kedua.

11.Pihak Kedua wajib memberikan perlengkapan kerja yang di berikan di awal kontrak sesuai dengan rencana kerja dan syarat – syarat (RKS/KAK). 12.Apabila Pihak Pertama membutuhkan pekerja Pihak Kedua untuk kerja

lembur atau dinas , maka Pihak Pertama akan meminta secara tertulis kepada Pihak Kedua.

13.Biaya melakukan perintah perjalanan dinas atau lembur disesuaikan dengan ketentuan standarisasi upah kerja jasa penunjang di lingkungan Pihak Pertama dan Pihak Kedua mendahulukan pembayaran maka akan di ganti oleh Pihak Pertama.

14.Atas permintaan Pihak Pertama pekerja Pihak Kedua dapat melaksanakan kerja lembur maksimal 60(enam puluh) jam dalam 1(satu) bulan .

15.Pihak Kedua harus melarang pekerjanya menggunakan seragam kerja karyawan Pihak Pertama . Seluruh Karyawan Pihak Kedua wajib menggunakan seragam kerja Pihak Kedua lengkap dengan ID Card.

16.Pihak Kedua wajib menyediakan tenaga kerja yang berbadan sehat dengan melampirkan Surat Keterangan berbadan sehat dan Surat Keterangan Bebas Narkoba dari dokter kepada setiap tenaga kerja pada kontrak perusahaan jasa penunjang (PJP) .

Maka dapat di simpulkan Pengaturan tentang hak dan kewajiban sebagai berikut :


(34)

Hak adalah menerima pengadaan jasa tenaga kerja office

boy.Sedangkan kewajibannya adalah membayar harga borongan.

b. PT.Rajawali Karya Mandiri

Hak adalah menerima uang borongan yang sesuai dengan perjanjian .Sedangkan Kewajibanya adalah menyediakan tenaga kerja office boy. Dengan demikian hak dan kewajiban yang harus di penuhi oleh kedua belah pihak yang terdapat dalam perjanjian yang telah di sepakati dan di setujui oleh para pihak .dan jika perjanjian itu tidak dilaksanakan maka akan ada sanksi atau denda yang di terima bagi pihak yang tidak melaksanakan .

C. Pengaturan Tentang Waktu Kerja

Pada dasarnya seorang pekerja/buruh harus memenuhi kewajiban menjalankan perkerjaan yang sudah disepakati dalam perjanjian kerja sesuai dengan waktu kerja yang sudah ditentukan.Waktu kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan pada satu periode tertentu.

Seorang pengusaha harus melaksanakan ketentuan waktu kerja yang sudah di atur oleh pemerintah melalui peraturan perundang – undangan yang berlaku. Seorang pekerja/buruh tidak akan mungkin dipekerjakan sepanjang waktu tanpa henti karena bagaimanapun juga pekerja/buruh memiliki kewajiban-kewajiban lain yang harus dijalankan untuk memenuhi hak hidupnya sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan .

Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah mengatur dengan tegas ketentuan waktu kerja yang harus dipedomani oleh


(35)

pengusaha atau pemberi kerja. Pasal 77 ayat (2) mengatur ketentuan waktu kerja dengan variasi sebagai berikut :

1. Bila dalam satu minggu berlaku ketentuan enam hari kerja, maka pekerja/buruh maksimal bekerja adalah 7 jam dalam sehari dan 40 (empat puluh) jam dalam seminggu;

2. Bila dalam satu minggu berlaku ketentuan lima hari kerja, maka pekerja/buruh maksimal bekerja adalah 8 jam sehari dan 40 (empat puluh) jam dalam seminggu.65

Perusahaan dapat melakukan pergantian dan/atau perubahan waktu kerja dengan memilih dan menetapkan kembali waktu kerja tetapi wajib diberitahukan terlebih dahulu oleh pengusaha kepada pekerja/buruh sekurang – kurang 30 ( tiga puluh) hari sebelum tanggal perubahan dilaksanakan , dan apabila perusahaan akan melakukan perubahan kerja , maka pengusaha memberitahukan secara tertulis atas perubahan tersebut kepada yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di perusahaan .

Menurut undang – undang Ketenagakerjaan, Pasal 79 ayat (2) huruf a, dikatakan bahwa waktu istirahat kerja harian diberikan sekurang – kurang nya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Sedangkan waktu kerja mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (hari) untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

65 Suria Ningsih., Mengenal Hukum Ketenagakerjaaan,(Medan : Usu press, 2011),


(36)

Dalam perjanjian yang telah di buat antara PT. Pertamina ( Persero) dengan PT. Rajawali Karya Mandiri telah di tetapkan jam kerja yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku , yaitu :

a. Senin s/d jumat : Jam 07.00 s/d 15. 30 WIB ( sudah termasuk jam istirahat ½ jam )

b. Sabtu : Jam 07.00 s/d 10.00 WIB.

Dalam melakukan hubungan kerja harus sesuai dengan waktu yang telah di tentukan dalam perjanjian kerja atau peraturan perundang – undangan.Pelaksanaanpekerjaan disamping harus sesuai dengan isi dalam perjanjian kerja ,dengan kata lain dalam rangka pelaksanaanpekerjaan pekerja/buruh tidak boleh bekerja dalam waktu yang seenaknya saja , akan tetapi harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada perjanjian kerja atau peraturan perundang – undangan dan juga pelaksanaanpekerjaan tidak boleh bertentangan ketentuan perundang – undangan.66

66 Hasil Wawancara dengan bapak H.Syarifuddin Rangkuti sebagai Direktur Utama pada

tanggal 3 Maret 2014

Jadi menurut penulis peraturan jam kerja yang telah di tetapkan oleh PT.Pertamina (Persero) sudah sesuai dengan peraturan perundangan – undangan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan dan juga ada mengatur tentang waktu istirahat yang sesuai dengan undang – undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , yang memberikan setiap pekerja/buruh ½ jam untuk istirahat. Sehingga perjanjian ini sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yg berlaku .kelebihan dari ketentuan waktu kerja tersebut wajib diperhitungan sebagai upah lembur kerja .


(37)

D. Pengaturan Tentang Pengupahan

Upah menurut ketentuan Pasal 1 butir 30 Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , adalah salah satu hak pekerja/buruh yang di terima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarga atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Adapun tujuan buruh melakukan pekerjaan adalah untuk mendapatkan penghasilan yang cukup agar ia memenuhi penghidupan beserta keluarganya yakni penghidupan yang layak bagi kemanusian. Maka selama ia melakukan pekerjaan di bawah perintah perusahaan dengan batas kemampuan dengan sebaik - baiknya sudah sepantasnya ia mendapatkan upah sebagai imabalan tenaganya . Pemberian upah ini kepada buruh adalah merupakan kewajiban utama dari pada perusahaan.

Pendapatan/ upah yang di hasilkan para buruh atas pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang telah di tetapkan dalam perjanjian kerja suatu perusahaan , dapat dikatakan sangat berperan dalam hubungan perburuhan dan sebagai dasar hubungan perburuhan yang baik , maka sudah selayaknya kalau seorang buruh adalah Memperoleh sejumlah pendapatan yang cukup dengan pertimbangan agar dapat menjamin kebutuhan hidupnya beserta keluarganya dan Merasakan kepuasan berkenaan adanya kesesuaian dengan pendapatan orang lain yang mengerjakan pekerjaan yang sejenis di perusahaan ataupun di tempat usaha lain di masyarakat.


(38)

Dalam menjalin hubungan kerja yang baik , mengenai masalah upah ini pihak perusahaan hendaknya memikirkan pula keadaan dalam perusahaan , dalam keadaan perusahaan itu yang sesuai dengan upah untuk pekerjaan sejenis perusahaan – perusahaan lainnya , hendaknya disyukuri dengan jalan memberikan imbalan – imbalan berupa kegiatan kerja yang efektif dan efisien , turut melakukan penghematan , karena setiap rupiah yang di hasilkan perusahaan tersebut akan sangat bermanfaat selain untuk menjamin kelancaran pengupahan juga untuk mengembangkan perusahaan . Pada waktu sekarang ini segala bidang usaha telah benar – benar mengkaitkan perihal pengupahan tersebut dengan produktivitas kerja , dengan kemampuan pekerja itu menghasilkan produk – produk .

Perusahaan PT. Pertamina (Persero) dan PT. Rajawali Karya Mandiri 67

1. Upah Tetap

dalam perjanjian yang sudah di buat dalam ketentuan yang ada menyebutkan Pembayaran upah oleh perusahaan kepada pekerja berdasarkan pada upah yang komponennya terdiri dari :

Upah tetap adalah upah yang dibayarkan oleh perusahaan pada pekerja/buruh secara tetap , atau biasa disebut gaji. Tetapnya gaji tidak di pengaruhi oleh apa pun , baik atas kerja lembur maupun faktor lainnya . 2. Kompensansi pengganti Biaya Angkutan ( PBA)

Perusahaan yang mempekerjakan pekerja atau buruh lebih dari waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) Undang – undang No.13 Tahun

67 Hasil Wawancara dengan bapak H.Syarifuddin Rangkuti sebagai Direktur Utama pada


(39)

2003 tentang Ketenagakerjaan harus mendapat persetujuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan , dan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu dan wajib dibayar upah kerja lembur.

Pekerjaan yang dilakukan lebih dari 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu seperti yang diatur dalam aturan jam kerja perusahaan PT. Pertamina ( Persero) adalah termasuk kerja lembur , kecuali pekerja malam yang di atur secara tersendiri . Kerja lembur adalah atas dasar sukarela , kecuali ;

a. Dalam hal darurat ( force majeure) dan apabila pekerjaan jika tidak segera diselesaikan akan membahayakan kesehatan dan keselamatan orang

b. Dalam hal pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan menganggu kelancaran produksi dari perusahaan.

c. Dalam hal pekerja shift harus terus bekerja ditetapkan pengaturan jadwal kerja atau karena penggantinya tidak datang.

Perhitungan upah lembur diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan telah di tetapkan sebagai berikut :

1) Lembur pada hari biasa

a) Untuk 1 jam pertama dibayar 1 ½ x upah sejam

b) Untuk 2 jam dan seterusnya kerja lembur selebihnya dibayar 2 x upah sejam


(40)

a) Untuk setiap jam kerja dalam batas 7 (tujuh) jam dibayar 2x upah sejam

b) Untuk jam kedelapan dibayar 3 x upah sejam

c) Untuk jam kesembilan dan seterusnya dibayar 4 x upah sejam

d) Jika bekerja lembur 2 (dua) jam sebelum jam 07.00 mendapatkan uang makan Rp. 10.000,- jika bekerja Lembur pada jam istirahat mingguan atau hari libur resmi dengan ketentuan Masuk jam 11.00 s/d 13.00 (bekerja diatas 5 jam) mendapat uang makan siang sebesar Rp. 15.000,- dan jika Bekerja lembur antara jam 19.00 s/d 21.00 mendapatkan uang makan malam sebesar Rp.15.000,-

Pembayaran upah itu pada prinsipnya harus diberikan dalam bentuk uang atas tenaga yang telah diberikan pekerja/buruh dalam suatu perusahaan . Jadi perusahaan yang telah diberikan tenaga atau jasa oleh pekerja/buruh harus memberikan upah atau sejumlah uang kepada pekerja/buruh tersebut . Dan apabila ada kerja lembur perusahaan juga harus memberikan upah sesuai dengan perjanjian yang telah di setujui dan tidak bertentangan dengan undang – undang yang berlaku .

E.Pengaturan Tentang Sanksi dan Denda

Dalam melaksanakan kontrak atau perjanjian para pihak harus melakukan semua isi yang terdapat di dalam kontrak atau perjanjian tersebut. Jika salah satu pihak tidak melaksanakan sesuai dengan yang telah di perjanjikan akan di kenakan


(41)

denda atau sanksi yang sudah di tetapkan dalam isi perjanjian. 68

1. Apabila Pihak Kedua terlambat memulai pelaksanaanpekerjaan selama tujuh hari berturut – turut dari waktu yang telah di tetapkan dalam jangka waktu pelaksanaanpekerjaan dalam perjanjian ini , maka Pihak Kedua akan dikenakan denda sebesar 0,1 % ( nol koma satu persen) dari harga borongan, dan jika pekerja Pihak Kedua terlambat maka tidak mendapat bayaran dan Pihak Kedua akan di beri surat peringatan.

Di setiap perjanjian yang telah dibuat akan ada denda atau sanksi bagi pihak yang tidak melaksanakan isi dari perjanjian tersebut. Adapun denda atau sanksi yang terdapat dalam Pasal 12 dinyatakan bahwa :

2. Apabila tujuh hari sejak surat peringatan Pihak Kedua belum melaksanakan pekerjaan maka dapat dikenakan sanksi pemutusan Surat Perjanjian dengan pemberitahuan tertulis sebelumnya.

3. Apabila setelah pekerjaan dimulai ada tenaga kerja Pihak Kedua tidak masuk kerja tanpa ada pengganti yang cukup sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaanpekerjaan , Pihak Kedua dikenakan denda sebesar 2 kali tarif upah tenaga kerja dikali jumlah hari ketidak hadiran tenaga kerja tersebut.

4. Sejak sanksi atau denda diberlakukan maka ketentuan dalam perjanjian ini untuk harga borongan atau tagihan perbulan tidak berlaku dan Pihak Kedua akan dibayar sesuai harga borongan dan dibayar perbulan setelah dikurangi denda yang dikenakan dalam bulan berjalan .

68 Hasil Wawancara dengan bapak H.Syarifuddin Rangkuti sebagai Direktur Utama pada


(42)

5. Apabila denda kepada Pihak Kedua sudah mencapai denda maksimum sebesar 5 % , maka Pihak Pertama dapat memutuskan Surat perjanjian ini secara sepihak tanpa memberikan Surat Peringatan terlebih dahulu dan tanpa ganti rugi apapun kepada Pihak Kedua.

Maka setiap pihak yang telah membuat perjanjian sesuai dengan keinginan dan di tandatangani harus melaksanakan semua isi dari perjanjian tersebut tanpa pengecualian dan jika tidak dilaksanakan atau dilakukan akan di kenakan denda atau sanksi sesuai dengan kesalahan dan perbuatan yang telah di lakukan pihak yang melakukan kesalahan dan perbuatan tersebut.

F.Penyelesaian Sengketa dalam Perjanjian

Setiap orang menghendaki segala sesuatu berjalan dengan baik tanpa ada masalah apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini terlebih berupa sengketa . Akan tetapi hidup ini tidak luput dari masalah . Dalam dunia bisnis tidak hanya masalah yang muncul , melainkan sengketa juga. Beberapa diantara masalah atau sengketa yang muncul tanpa dihendaki atau tidak dapat dicegah oleh seseorang sebab bermula dari pihak lain . Dengan demikian tidak ada seorang pun dapat memastikan dirinya akan senantiasa lepas dari sengketa. Sehubung dengan kenyataan itu , setiap orang tampaknya perlu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masalah atau sengketa sehingga tetap menjaga kepentingannya. Pada saat tertentu seseorang perlu mempunyai kemampuan untuk melihat masalah atau sengketa sebagai peluang bisnis yang mesti dimanfaatkan , bukan sekedar


(43)

masalah yang harus di hindari. Sebagai peluang bisnis yang dapat di manfaatkan sudah selayaknya para pelaku bisnis mengenal seluk beluk penyelesaian sengketa bisnis.

Sengketa terjadi apabila ada salah satu pihak menghendaki pihak lain untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lain menolaknya. Maka cara penyelesaian sengketa yang terdapat dalam perjanjian antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Rajawali Karya Mandiri dapat di lakukan dengan cara yang telah di atur dalam Pasal 19 dinyatakan bahwa:

1. Apabila ada perselisihan atau perbedaan pendapat yang timbul dari atau sehubungan dengan perjanjian ini , atau karena sesuatu pelanggaran . para pihak akan menyelesaikan perselisihan tersebut dengan cara musyawarah.

2. Jika dalam waktu 30 hari kalender para pihak gagal menyelesaikan perselisihan secara musyawarah dalam waktu yang layak , perselisihan atau perbedaan pendapat tersebut akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Medan.

Apabila dalam perjanjian ini terjadi sengketa atau perselisihan maka langkah awal yang di tempuh adalah dengan jalan musyawarah atau kekeluargaan, apabila menemui kata sepakat maka para pihak akan melakukan addendum(perubahan) terhadap isi dari perjanjian sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak . Apabila tidak menemui kesepakatan maka akan di tempuh penyelesaian melalui pengadilan.

Penyelesaian sengketa yang dilakukan secara litigasi atau melalui pengadilan. Dalam keadaan demikian para pihak yang bersengketa sangat berlawanan satu


(44)

sama lainnya .Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dianggap tidak efisien karena memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahalRendahnya kesadaran hukum juga mempengaruhi, dimana para pihak yang perkara bukan untuk mencari keadilan melainkan untuk memenangkan perkara. Faktor lain yang mengakibatkan adalah rumitnya proses pemeriksaan perkara di pengadilan, sehingga lambatnya pengambilan keputusan . Dengan kata lain penyelesaian sengketa melalui litigasi atau pengadilan merupakan hanya sebagai jalan terakhir setelah altenatif lain tidak berhasil.

Banyak masalah yang akan terjadi dalam suatu perjanjian bila tidak tersusun dengan baik , rapi dan jelas . Permasalahan tersebut akan semakin mengikuti pihak yang lemah kedudukan dalam perjanjian tersebut bila terjadi perselisihan atau sengketa dan terpaksa memasuki jalur litigasi atau pengadilan. Oleh karena itu , harus diperhatikan dengan seksama efek atau akibat perjanjian sebelum menandatanganinya . Sehingga para pihak mengetahui kedudukan yang seimbang atau tidak .Dan harus sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.


(45)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam perjanjian pelaksanaan pengadaan tenaga office boy antara PT. Pertamina (persero) dengan PT. Rajawali karya mandiri , jenis perjanjian pengadaan barang dan jasa ini pembiayaannya tidak menggunakan dana langsung dari APBN/APBD melainkan dana dari anggaran BUMN sendiri. Dan bentuk perjanjian ini adalah tertulis sesuai dengan perjanjian pada umumnya.

2. Berdasarkan kerangka dan isi perjanjian serta melihat dokumen – dokumen atas perjanjian pelaksanaan pengadaan tenaga office boy antara PT. Pertamina (persero) dengan PT. Rajawali karya mandiri sudah sesuai dengan undang – undang yang berlaku . Dapat di simpulkan Pengaturan tentang hak dan kewajiban sebagai berikut :

a. PT.Pertamina (Persero)

Hak adalah menerima pengadaan jasa tenaga kerja office

boy.Sedangkan kewajibannya adalah membayar harga borongan.

b. PT.Rajawali Karya Mandiri

Hak adalah menerima uang borongan yang sesuai dengan perjanjian .Sedangkan Kewajibanya adalah menyediakan tenaga kerja office boy.


(46)

3. Menyelesaikan sengketa para pihak maka langkah awal yang di tempuh dengan cara musyawarah( kekeluargaan) , apabila ada kata sepakat maka para pihak akan melakukan addendum (perubahan) terhadap isi dari perjanjian sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak . Apabila tidak menemui kesepakatan maka akan di tempuh penyelesaiansengketa dengan cara melalui pengadilan (litigasi).

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas maka penulis dapat memberikan saran dalam hal – hal sebagai berikut :

1. Bagi para pihak harus melihat isi dari perjanjian terlebih dahulu untuk mengetahui jenis kontrak yang terdapat dalam perjanjian tersebut.

2. Bagi para pihak disarankan harus membaca dan mengerti akan perjanjian yang akan ditandatanganinya sehingga jelas hak dan kewajiban kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian tersebut.

3. Bagi para pihak yang akan membuat atau mengadakan suatu perjanjian hendaklah memperhatikan terlebih dahulu memahami dan mengerti mengenai dasar – dasar suatu perjanjian yang berlaku dalam perjanjian tersebut sebelum menandatangani perjanjian sehingga terhindar dari peselisihan atau sengketa.


(47)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

A. Pengertian Perjanjian

Para Sarjana Hukum di Indonesia memakai istilah yang berbeda - beda untuk perjanjian. Menurut Munir Fuady, istilah perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda atau agreement dalam bahasa Inggris.3Achmad Ichsan memakai istilahverbintenis untuk perjanjian, sedangkan Utrecht dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia memakai istilah

overeenkomst untuk perjanjian.4

KUH Perdata memberi keleluasaan bagi para pihak yang mengadakan perjanjian untuk membentuk kesepakatan di dalam maupun di luar KUH Perdata itu sendiri.Peraturan ini berlaku untuk semua pihak yang mengadakan kesepakatan, yang tidak bertentangan dengan undang-undang, norma-normakesusilaan yang berlaku. Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya selalu terwujud dalam pergaulan sehari-hari.Hal ini disebabkan adanya tujuan dan kepentingan yang sangat beraneka ragam.Dalam hal adanya tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai maka untuk mewujudkan kebutuhan para pihak tersebut, terlebih dahulu harus dipertemukan kehendak yang mereka inginkan.Hal inilah yang menjadi dasar utama untuk terjadinya suatu perjanjian.

3

Munir Fuady., Hukum Kontrak “Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis”, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 2

4Titik Triwulan Tutik., Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: kencana,


(48)

menumbuhkan kepercayaan di antara para pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari. Dengan adanya kepercayaan ini, kedua pihak mengikatkan dirinya kepada perjanjian yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang.5

Definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata adalah tidak lengkap dan terlalu luas, tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan - perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III, perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materil, dengan kata lain dinilai dengan uang.

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata, yang selanjutnya disebut KUH Perdata dinyatakan bahwa : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Ada beberapa kelemahan dari pengertian perjanjian yang diatur dalam ketentuan di atas, seperti yang dinyatakan oleh Mariam Darus Badrulzaman (et.all) dalam bukunya Kompilasi Hukum Perikatan bahwa:

6

Abdul Kadir Muhammad Menyatakan kelemahan Pasal tersebut adalah sebagai berikut:7

1. Hanya menyangkut sepihak saja.

Hal tersebut dapat diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih”.Kata “mengikatkan

5

Mariam Darus Badrulzaman (1).,Aneka Hukum Bisnis,(Bandung : Alumni, 1994), Hlm.42

6Mariam Darus Badrulzaman, et.all.,Kompilasi Hukum Perikatan, (Jakarta : Citra Aditya

Bakti, 2001), hlm. 65

7Abdul Kadir Muhammad., Hukum Perikatan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990),


(49)

diri”sifatnya hanya datang dari satu pihak saja,tidak dari kedua belah pihak seharusnya dirumuskan saling mengikatkan diri, jadi ada consensus antara pihak-pihak.

2. Kata “perbuatan”mencakup juga tanpa consensus.

Pengertian perbuatan termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa, tindakan melawan hukum yang tidak mengandung consensus, seharusnya digunakan kata persetujuan.

3. Pengertian perjanjian terlalu luas.

Pengertian perjanjian dalam Pasal tersebut terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, yaitu janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum keluarga.Padahal yang dimaksudkan adalah hubungan antara kreditur dengan debitor dalam lapangan harta kekayaan saja.Perjanjian yang dikehendaki oleh buku III KUH Perdata sebenarnya adalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal.

4. Tanpa menyebutkan tujuan mangadakan perjanjian.

Tanpa menyebut tujuan mangadakan perjanjian sehingga pihak - pihak yang mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa. Perjanjian memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan yang lain. Secara umum, perjanjian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah persetujuan (baik lisan maupun tulisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing berjanji akan mentaati apa yang disebut dalam persetujuan itu.


(50)

Menurut Sri Soedewi Masychon Sofwan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih.8

Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah :9

Subekti mengatakan bahwa, “Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.

Suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.Dalam defenisi tersebut, secara jelas terdapat consensus antara para pihak, yaitu persetujuan antara pihak satu dengan pihak lainnya.Selain itu juga, perjanjian yang dilaksanakan terletak pada lapangan harta kekayaan.

10

Menurut M. Yahya Harahap,

Dari perjanjian tersebut maka timbul perikatan. Perikatan menurut Subekti merupakan suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi kewajiban itu.

11

8

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan., Hukum Perjanjian, (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada ,1982), hlm. 8

9 Abdul Kadir Muhammad, Op.cit., hlm.4

10 R. Subekti.,Hukum Perjanjian. (Jakarta :Pembimbing Masa, 1980), hlm 1. 11

M. Yahya Harahap., Segi-segi Hukum Perjanjian. (Bandung :Alumni, 1986) , hlm 6

perjanjian atau verbintenis adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak yang lain untuk menunaikan prestasi. Unsur dari wujud pengertian perjanjian tersebut di atas adalah hubungan hukum yang menyangkut hukum harta kekayaan antara dua orang (person) atau lebih, yang memberikan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.


(51)

Menurut Setiawan , perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.12

Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai benda antara dua pihak dalam mana salah satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.13

Menurut Syahmin AK, dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji - janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.14

a. Adanya pihak - pihak yang sekurang-kurangnya dua orang.

Dari beberapa pengertian di atas, tergambar adanya beberapa unsur perjanjian, antara lain:

Pihak - pihak yang dimaksudkan di sini adalah subyek perjanjian yang dapat berupa badan hukum dan manusia yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum menurut undang - undang. Dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitor) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditor). Masing - masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu orang atau lebih orang,

12

Setiawan.,Pokok- Pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Alumni, 1979), hlm. 4 13

Wirjono Prodjodikoro (1).,Hukum Perdata tentang Persetujuan - Persetujuan Tertentu, (Jakarta : Sumur Bandung, 1981), hlm. 11

14Syahmin AK., Hukum Kontrak Internasional, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,


(52)

bahkan dengan berkembangnya ilmu hukum, pihak tersebut juga dapat terdiri dari satu atau lebih badan hukum.15

b. Adanya persetujuan atau kata sepakat.

Persetujuan atau kata sepakat yang dimaksudkan adalah consensus antara para pihak terhadap syarat - syarat dan obyek yang diperjanjikan.

c. Adanya tujuan yang ingin dicapai.16

Tujuan yang ingin dicapai dimaksudkan di sini sebagai kepentingan para pihak yang akan diwujudkan melalui perjanjian.

d. Adanya prestasi atau kewajiban yang akan dilaksanakan.

Dengan membuat perjanjian, pihak yang mengadakan perjanjian, secara “sukarela” mengikatkan diri untuk menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu guna kepentingan dan keuntungandari pihak terhadap siapa ia telah berjanji atau mengikatkan diri, dengan jaminan atau tanggungan berupa harta kekayaan yang dimiliki dan akan dimiliki oleh pihak yang membuat perjanjian atau yang telah mengikatkan diri tersebut. Dengan sifat sukarela, perjanjian harus lahir dari kehendak dan harus dilaksanakan sesuai dengan maksud dari pihak yang membuat perjanjian.Prestasi yang dimaksud adalah sebagai kewajiban bagi pihak - pihak untuk melaksanakannya sesuai dengan apa yang disepakati. Perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya dari suatu perjanjian lahirlah

15

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja.,Seri Hukum Perikatan “Perikatan yang Lahir

dari Perjanjian” ,(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 92

16Wirjono Prodjodikoro (2).,Asas - asas Hukum Perjanjian, (Jakarta : Sumur Bandung,


(53)

kewajiban atau prestasi dari satu orang atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya yang berhak atas prestasi tersebut.17

e. Adanya bentuk tertentu.

Bentuk tertentu yang dimaksudkan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus jelas bentuknya agar dapat menjadi alat pembuktian yang sah bagi pihak - pihak yang mengadakan perjanjian.Untuk beberapa perjanjian tertentu, undang - undang menentukan suatu bentuk tertentu, yaitu bentuk tertulis sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah.Dengan demikian, bentuk tertulis tidaklah hanya semata - mata hanya merupakan pembuktian saja, tetapi juga syarat untuk adanya perjanjian itu.18 f. Adanya syarat - syarat tertentu.

Syarat - syarat tertentu yang dimaksud adalah substansi perjanjian sebagaimana yang telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian.19

B. Jenis – Jenis Perjanjian

Ada beberapa jenis-jenis perjanjian menurut Mariam Darus adalah sebagai berikut :20

1. Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.Misalnya perjanjian jual beli.

2. Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian atas Beban

17

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja., Op.cit., hlm. 2 18

Mariam Darus Badrulzaman et.all.,Op.cit., hlm 66

19

Wirjono Prodjodikoro (2)., op.cit., hlm 84 20


(54)

Perjanjian dengan Cuma-Cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja.Misalnya hibah. Sedangkan perjanjian atas beban adalah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang satu dan selalu terdapat kontrak prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungan hukum.

3. Perjanjian Bernama (benoemd, specified) dan Perjanjian Tidak Bernama(onvenoemd, unspecified).

Perjanjian bernama (Khusus) merupakan perjanjian yang mempunyai namasendiri. Maksudnya ialah perjanjian-perjanjian tersebut di atur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian bernama terdapat dalam Bab V sampai dengan XVIII KUH Perdata.Di luar perjanjian bernama tumbuh perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi terdapat pada masyarakat.Pada dasarnya jumlah perjanjian ini tidak terbatas. 4. Perjanjian campuran

Perjanjian campuran merupakan perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa menyewa), tetapi juga menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan lainnya.Terhadap perjanjian campuran ini terdapat berbagai paham, yaitu :

a. Paham pertama mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian Khusus diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari perjanjian Khusus tetap ada .


(55)

b. Paham kedua mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian-perjanjian yang paling menentukan (teori absorbsi).

c. Paham ketiga mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan undang-undang yang diterapkan terhadap perjanjian campuran itu adalah ketentuan undang-undang yang berlaku untuk itu (teori kombinasi).

5. Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian antara pihak-pihak yang mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain. Dapat dikatakan bahwa perjanjian itu merupakan perjanjian yang menimbulkan perikatan misalnya perjanjian jual beli benda bergerak. Menurut KUH Perdata, perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli. Untuk beralihnya hak milik jual beli seperti itu dinamakan perjanjian

obligatoir karena membebankan kewajiban (obligatoir) kepada para pihak

untuk melakukan penyerahan. Penyerahan sendiri merupakan perjanjian kebendaan.

6. Perjanjian Kebendaan

Perjanjian kebendaan merupakan perjanjian hak atas benda dialihkan atau diserahkan kepada pihak lain.

7. Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Riil

Perjanjian Konsensual adalah perjanjian di antara kedua belah pihak yang telah tercapainya suatu persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUH Perdata, perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata),


(56)

Perjanjian pinjam pakai (Pasal 1740 KUH Perdata). Perjanjian yang terakhir ini dinamakan juga sebagai perjanjian riil.

8. Perjanjian-perjanjian yang Istimewa sifatnya Jenis perjanjian yang istimewa sifatnya adalah :

a. Perjanjian liberatoir, yaitu perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang (kwijschelding) pada Pasal 1438 KUH Perdata.

b. Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian antara para pihak untuk menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka.

c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi, Pasal 1774 KUH Perdata.

d. Perjanjian Publik, yaitu perjanjian yang sebagaian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa (pemerintah). Misalnya perjanjian ikatan dinas dan perjanjian pengadaan barang pemerintah.

Anser berpendapat bahwa : “Setiap perjanjian mempunyai bagian inti dan bagian yang bukan inti”.21

Bagian inti disebut essensialia dan bagian yang bukan inti terdiri dari

naturaliadan aksidentalia. Essensialia adalah bagian-bagian yang harus ada

dalam suatu perjanjian karena bagian ini menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta. Seperti persetujuan antara pihak dan objek perjanjian diam-diam melekat pada perjanjian, akan tetapi hal ini dapat diperjanjikan secara tegas untuk dihapuskan. Misalnya menjamin tidak ada cacat dalam benda yang

21Mariam Darus Badrulzaman (2)., KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan dengan


(1)

memberikan pandangannya dalam pendidikan di dalam kampus maupun di luar kampus.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan IFakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, M.Hum, DMF selaku Pembantu Dekan IIFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr.OK.Saidin, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan IIIFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum selaku Dosen dan Ketua Departemen Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Syamsul Rizal, SH, M.Hum dan juga selaku Dosen Pembimbing I danBapakZulkifliSembiring, SH, MH selaku Dosen Pembimbing II yang telah Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

8. Bapak dan Ibu para Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai tingkat Sarjana Hukum,

9. Seluruh staf Biro Pendidikan, yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Keluarga penulis , Ayahanda Muhammad Bustami Tanjung dan Ibunda Ummi Salamah Lubis, Dan juga kepada kakakku tercinta Namira Listya


(2)

Utami Tanjung , sertaadik- adikku yang bernama Muhammad Raja’a Fawwaz Tanjung dan Muhammad Raffiuddin Tanjung yang terus mendoakan, mendukung, memberi semangat bagi, dan menjadi inspirasi bagi Penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

11. Bapak Syarifuddin Rangkuti selaku Direktur Utama di PT.Rajawali Karya Mandiri tempat Penulis melakukan penelitian skripsi ini, yang sangat membantu Penulis dalam memperoleh data dan keterangan demi kepentingan penulisan skripsi ini.

12. Terima kasih jugauntuk Ricky Syahputra yang selalu memberikan bantuan, semangat, motivasi yang tiada hentinya.

13. Sahabat-sahabatku Fitri Hidayanti , Indah Pradini Naska, Hanny Luvika,Nopita Khairani, Halima Tu’sadiah yang telah memberikan semangat, bantuan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Dan kepada teman-teman Mahasiswa baik teman satu angkatan dan junior seluruhnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya serta senior yang banyak memberikan arahan-arahan serta bimbingan kepada penulis.

15. Kepada pegawai di Fakultas Hukum yang telah membantu selama pengurusan akademik penulis selama di Fakultas Hukum USU.

Terakhir sebagai penutup kata, penulis mengharapkan agar tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri di dalam menambah wawasan ilmu hukumterutamatentangkontrakatauperjanjian. Dan penulis juga


(3)

berdoa semoga ilmu yang telah penulis dapatkan dapat dipergunakan untuk kepentingan agama, nusa, maupun bangsa.

Medan, April 2014 Hormat Penulis


(4)

ABSTRAK

*DhabitahAmalinaU.Tanjung **Syamsul Rizal, SH, Hum ***ZulkifliSembiring, SH, MH

Dalam persaingan usaha yang makin ketat, perusahaan berusaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi . Salah satu solusinya adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Outsourcing diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak. Outsourcing dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja. Banyak perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan tenaga kerja menawarkan ke perusahaan-perusahaan pemberi kerja maka perusahaan yang memerlukan tenaga tidak perlu susah-susah mencari, melakukan seleksi dan melatih tenaga kerja yang dibutuhkan .

Sehingga yang menjadipermasalahandalamskripsiiniyaitu

,bagaimanajenisperjanjian , hakdankewajibanparapihakdanpenyelesaikansengketaparapihak .

Metodepenulisan yang penulisgunakandalampenulisanskripsiini, merupakangabungandarimetodenormatifdandeskriptif, Teknikpengumpulan data meliputi :studidokumenyaitupenelitian yang

dilakukandenganmembacabuku-buku, catatan-catatankuliah, danmakalah-makalah yang adakaitannyadenganjudulskripsiini,

danPenelitianLapanganyaituuntukmemperoleh data-data yang objektifsehubungandenganjudulskripsiini,

termasukmelakukanwawancaradenganpihak-pihak yang dianggapperlu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa:Dalam perjanjian pelaksanaan pengadaan tenaga office boy antara PT. Pertamina (persero) dengan PT. Rajawali karya mandiri , jenis perjanjian pengadaan barang dan jasa ini pembiayaannya tidak menggunakan dana langsung dari APBN/APBD melainkandanadarianggaran BUMN sendiri. Dan bentuk perjanjian ini adalah tertulis sesuai dengan perjanjian pada umumnya, hakdankewajibannyasudahsesuaidenganketentuanundang – undang yang berlakudanpenyelesaikan sengketa para pihakdi tempuh dengan cara musyawarah(kekeluargaan) danpengadilan (litigasi)

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

ABSTRAK ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vi

Halaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 3

C. Tujuan Penulisan………. 3

D. Manfaat Penulisan ………..……… 4

E. Metode Penulisan ………..………. 4

F. Keaslian Penulis ……….. 6

G. Sistematika Penulisan ……….. 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian ………..……… 9

B. Jenis – jenis Perjanjian ……… 15

C. Asas Perjanjian ……… 19

D. Syarat Sah Perjanjian ……….. 25

E. Wanprestasi ………..………. 38

F. Penghentian dan Pemutusan Kontrak ………... 41

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN BARANG ATAU JASA


(6)

A. Pengertian Pengadaan Barang atau Jasa ……….. 43

B. Dasar Hukum Pengadaan Barang atau Jasa ………. 45

C. Persyaratan Umum Pengadaan Barang atau Jasa ………. 48

D. Subjek Pengadaan Barang atau Jasa ……… 57

E. Hak dan Kewajiban Pengadaan Barang atau Jasa ……… 64

BAB IV PERJANJIAN PELAKSANAAN PENGADAAN TENAGA KERJA OFFICE BOY ANTARA PT.PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT.RAJAWALI KARYA MANDIRI A. Selintas tentang PT.Pertamina (Persero) dan PT.Rajawali Karya Mandiri ………... 68

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak ……….…. 72

C. Pengaturan Tentang Waktu Kerja ……….. 75

D. Pengaturan Tentang Pengupahan ………... 78

E. Pengaturan Tentang Denda atau Sanksi ………. 82

F. Penyelesaian Sengketa dalam Perjanjian ……….. 84

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ………..……….………….. 87

B. SARAN……… 88

DAFTAR PUSAKA