Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

(1)

LAMPIRAN 1

Data CAR, BOPO, FDR danTingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014

Keterangan X1 X2 X3 Y

CAR BOPO FDR TBH DM

BNI 2011 20.75 87.86 78.6 7.00

MEGA 2011 12.03 90.8 83.08 5.74

MUAMALAT 2011 12.01 85.52 83.94 6.13

MANDIRI 2011 14.70 76.44 86.03 5.19

BCA 2011 45.94 91.72 78.84 5.92

BRI 2011 14.74 99.25 90.55 8.17

PANIN 2011 61.98 74.31 162.97 6.75

BUKOPIN 2011 15.29 93.86 83.66 5.94

BNI 2012 19.29 85.39 84.99 7.48

MEGA 2012 13.51 77.28 88.88 5.09

MUAMALAT 2012 11.70 84.49 94.15 5.20

MANDIRI 2012 13.88 73.00 94.4 5.69

BCA 2012 31.47 90.87 79.91 5.57

BRI 2012 47.54 86.63 103.07 7.45

PANIN 2012 32.20 47.70 105.66 5.16

BUKOPIN 2012 12.78 91.59 92.29 7.27

BNI 2013 16.54 83.94 97.86 5.88

MEGA 2013 12.99 86.09 93.37 5.04

MUAMALAT 2013 14.07 93.86 99.99 5.44

MANDIRI 2013 14.12 84.03 89.37 5.00

BCA 2013 22.35 86.91 83.48 5.43

BRI 2013 14.49 83.82 102.70 6.51

PANIN 2013 20.83 81.31 90.40 4.72

BUKOPIN 2013 11.10 92.29 100.29 6.00

BNI 2014 18.76 85.03 92.58 6.14

MEGA 2014 19.26 97.61 93.61 4.67

MUAMALAT 2014 14.22 97.33 84.15 6.00

MANDIRI 2014 14.81 56.54 82.13 4.67

BCA 2014 29.57 88.11 91.17 5.41

BRI 2014 12.89 99.14 93.90 7.04

PANIN 2014 25.69 68.47 94.04 5.48


(2)

LAMPIRAN 2

Hasil Statistik Deskriptif dari CAR, BOPO, FDR, TBHDM Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Capital Adequacy Ratio(X1) 32 11.10 61.98 20.5422 11.87626 BiayaOperasionalatasPendap

atanOperasional(X2)

32 47.70 99.25 84.9350 11.53827 Financing to Deposit

Ratio(X3)

32 78.60 162.97 92.9047 14.67534 Tingkat

BagiHasilDepositoMudharaba h(Y)

32 4.67 8.17 5.9209 .89797


(3)

LAMPIRAN 3

Hasil Uji Asumsi Klasik a. UjiNormalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .78146584 Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .126

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .689

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

b. UjiMultikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Capital Aduaquacy Ratio(X1) .681 1.468 BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2) .934 1.070 Financing to Deposit Ratio(X3) .674 1.483


(5)

d. UjiAutokorelasi

Model Durbin-Watson


(6)

LAMPIRAN 4

Hasil Uji Hipotesis

a. KoefisienDeterminasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .493a .243 .162 .82227 2.111

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a

Residual 18.931 28 .676

Total 24.997 31

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)

b. Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a

Residual 18.931 28 .676

Total 24.997 31

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)


(7)

c. Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardize d Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Toleranc e VIF

1 (Constant) 1.511 1.656 .913 .36

9 Capital Adequacy Ratio(X1)

013

.015 .169 847 404 .681 1.46 8 BiayaOperasionalatasPendapatanOperasional(

X2)

.037 .013 .470 .276 1

010 .934 1.07 0 Financing to Deposit Ratio(X3) .011 .012 .183 .915 .36

8

.674 1.48 3 a. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)


(8)

LAMPIRAN 5

Tabel Distribusi

Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel

0.05 3 23 3.027998

0.05 3 24 3.008787

0.05 3 25 2.991241

0.05 3 26 2.975154

0.05 3 27 2.960351

0.05 3 28 2.946685

0.05 3 29 2.93403

0.05 3 30 2.922277

0.05 3 31 2.911334

0.05 3 32 2.90112

0.05 3 33 2.891564

0.05 3 34 2.882604

0.05 3 35 2.874187

0.05 3 36 2.866266

0.05 3 37 2.858796

0.05 3 38 2.851741

0.05 3 39 2.845068

0.05 3 40 2.838745

0.05 3 41 2.832747

0.05 3 42 2.827049

0.05 3 43 2.821628


(9)

LAMPIRAN 6

Tabel Distribusi

DerajatBebas Tingkat Signifikansi T Tabel

22 0.05 2.073873

23 0.05 2.068658

24 0.05 2.063899

25 0.05 2.059539

26 0.05 2.055529

27 0.05 2.05183

28 0.05 2.048407

29 0.05 2.04523

30 0.05 2.042272

31 0.05 2.039513

32 0.05 2.036933

33 0.05 2.034515

34 0.05 2.032244

35 0.05 2.030108

36 0.05 2.028094

37 0.05 2.026192

38 0.05 2.024394

39 0.05 2.022691

40 0.05 2.021075

41 0.05 2.019541

42 0.05 2.018082

43 0.05 2.016692

44 0.05 2.015368

45 0.05 2.014103

46 0.05 2.012896

47 0.05 2.01174

48 0.05 2.010635

49 0.05 2.009575


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Rizky. 2011. “Pengaruh CAR, FDR, dan NPF terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Penerbit Gema

Insani Press, Jakarta.

Arifin, Zainul. 2006.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Alvabet, Jakarta.

Ascarya. 2006. Akad & Produk Bank Syariah, Rajawali Pers, Jakarta.

Azmy, M. Showwam. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005-2008”, UINSunan Kalijaga.Yogyakarta.

Buletin Ekonomika dan Bisnis. 2007. Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam (LEBI),Edisi IV, FEB UGM, Yogjakarta.

Cahyadin, Malik dan Akhmad Akbar Susamto. 2008. “Praktik Ekonomi Islami Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Perekonomian”, Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH Volume 5.

Dajan , Anto. 2002. Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Penerbit LP3ES Kampus Salemba,Jakarta.

Diaw, Abdou dan Abdoulaye Mbow. 2011. “A Comparative Study of the Return On Mudharabah Deposit and On Equity in Islamic Banks, Managerial Finance Vol. 34 No. 10pp 695-707.

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. 2012.Outlook Perbankan

Syariah

Erlina. 2008. Metodologi Peneltian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, USU Press, Medan


(11)

Gozali, Imam. 2007. “Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Skripsi FE UII, Yogjakarta.

Hamid, Abdul. 2007.Pedoman Penulisan FEIS, UIN PERS, Jakarta.

Hasibuan, Malayu. 2006.Dasar- Dasar Perbankan, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). 2005.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No. 105, Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.

Irhamsyah, Anwar. 2010.“Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Financing To Deposit Ratio (FDR), Terhadap Return On Equity (ROE)”,Skrip Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Isna, Andryani K dan Kunti Sunaryo. 2012. “Analisis Pengaruh Return On Asset, BOPO dan SukuBunga terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada BankUmum Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 11, Nomor 01.

Juwariyah, Siti. 2008. “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Deposito Mudharabah Muthlaqah Studi Bank Muamalat Indonesia”, Skripsi UIN SunanKalijaga, Yogyakarta.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2004. Manajemen Perbankan, BPFE, Yogyakarta. K.H. Ma’ruf Amin. 2007.Prospek Cerah Perbankan Islam, LEKAS, Jakarta.

Mawardi, Wisnu. 2005. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi kasus pada Bank Umum dengan Total Asset kurang dari 1 Triliun)”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14, No. 1, Juli, PP.


(12)

Nainggolan, Marnov P. P.. 2009. “Analisis Pengaruh LDR, NIM, dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia”, Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan. Nasrah, Mawardi. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Return Bagi

Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah (Studi Kasus: Unit Usaha Syariah Bank X)”, Jurnal Eksis Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami Vol. 4 No. 1 Januari-Maret 2008/Muharram-Rabiul Awal 1429 H.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Rachmad, Muhammad Fazlur. 2009.“Faktor Yang Mempengaruhi Profitablitas UUS PT. Bank X Menggunakan Rasio Keuangan”, Tesis Program Pasca Sarjana UI, Jakarta.

Rizqiana, Rizqa. 2010. “Pengaruh Bagi Hasil terhadap Jumlah Dana Deposito Syariah Mudharabah Yang Ada di Bank Syariah Mandiri”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Rodoni, Ahmad. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, CSES Press, Jakarta. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit

Andi, Yogjakarta.

Sekaran, Umar. 2000. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sudarsono, Heri. 2004.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi danIlustrasi, Ekonisia, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 2006.Teori Ekonomi Makro, LPFE UI, Jakarta.

Suryani. 2011. Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia, Vol 19, No 1, Hal:25.

Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1. Perihal Perbankan.


(13)

Wati, Erna. 2010. “Analisis BOPO, NIM, GWM, LDR, PPAP, dan NPL terhadap ROE”, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang perusahaan yang menjadi sampel penelitian melalui fasilitas internet, dengan mengakses situs-situs resmi perusahaan, laporan keuangan tahunan yang terdapat pada situs Bank Indonesia selama tahun 2011-2014, serta informasi dari media massa lainnya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008). Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan melalui situs perusahaan maupun melalui situs resmi Bank Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014. Data yang diperoleh melalui media internet dengan mengakses situs Bank Indonesia mengakses situs masing-masing bank yang akan diteliti. Bank Indonesia dipilih sebagai tempat penelitian karena pada Bank Indonesia terdapat laporan keuangan yang lengkap dan mudah untuk memperolehnya.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kelompok yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia pada periode tahun 2011-2014. Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk


(15)

dengan metode purposive sampling, yaitu metode sampling dengan membatasi pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Bertujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria perusahaan yang menjadi sampel antara lain :

1. Bank Umum Syariah yang masih beroperasi pada periode tahun 2011-2014.

2. Bank Umum Syariah yang menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode tahun 2011-2014.

3. Melampirkan laporan keuangan tahunan pada situs Bank Indonesia.

4. Laporan keuangan Bank Umum Syariah tersebut harus memiliki kelengkapan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Pada Bank Umum Syariah

No. NAMA PERUSAHAAN

Kriteria

SAMPEL

1 2 3 4

1. PT Bank BNI Syariah √ √ √ √ Sampel 1

2. PT Bank Mega Syariah √ √ √ √ Sampel 2

3. PT Bank Muamalat Indonesia √ √ √ √ Sampel 3

4. PT Bank Syariah Mandiri √ √ √ √ Sampel 4

5. PT Bank BCA Syariah √ √ √ √ Sampel 5

6. PT Bank BRI Syariah √ √ √ √ Sampel 6

7. PT Bank Jabar Banten Syariah

√ X √ X


(16)

No. NAMA PERUSAHAAN

Kriteria

SAMPEL

1 2 3 4

9. PT Bank Syariah Bukopin √ √ √ √ Sampel 8

10. PT Bank Victoria Syariah √ X √ X 11. PT Bank Maybank Syariah √ X √ X

Dari tabel 3.1 diatas dapat dilihat ada 11 bank umum syariah yang merupakan populasi dari penelitian penulis dan hanya 8 bank umum syariah yang dapat menjadi sampel berdasarkan kriteria penelitian ini.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel berisi tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.

3.3.1.1 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembalian) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap jumlahnya. Prinsip


(17)

operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah prinsipnya berdasarkan kaidah almudharabah. Nisbah bagi hasil merupakan nisbah di mana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan kepada deposito mereka karena deposito masing-masing dipergunakan oleh bank dengan menguntungkan. Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank umum syariah (Isna dan Sunaryo, 2012). Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah dirumuskan sebagai berikut:

TBHDM = BBH

SRRH×

Setahun (365)

Hari (30) × 100%

Keterangan:

BBH = Bonus dan Bagi Hasil SRRH = Saldo Rata-Rata Harian

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang akan membantu menjelaskan dan variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Capital Aduquacy Ratio, Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional, dan Financing to Deposit Ratio.


(18)

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko (Amelia, 2011). Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia 8%) maka berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono (2002) dalam Gozali (2007). CAR diukur dengan membandingkan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

CAR =(Modal Inti + Modal Pelengkap)

ATMR × 100%

3.3.2.2 Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional

BOPO merupakan rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional atas pendapatan operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bak dalam melakukan kegiatan operasi. Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana


(19)

dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya (Isna dan Sunaryo, 2012). BOPO dirumuskan sebagai berikut:

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional× 100%

3.3.2.3 Financing to Deposit Ratio

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio FDR adalah 80% hingga 110% (Amelia, 2011). FDR dirumuskan sebagai berikut:

FDR = Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga× 100%

Secara lebih ringkas berikut ini disajikan tabel definisi operasional dan skala pengukuran variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3.2

Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Rumus Skala

1. Dependen

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah tingkat bagi hasil deposito pada pembiayaan mudharabah BBH SRRH× Setahun (365)

Hari (30) × 100%

Rasio

2. Independen 1 Capital

permodalan yang


(20)

No Variabel Definisi Rumus Skala Aduquacy Ratio menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembang an usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian

(Modal Inti + Modal Pelengkap)

ATMR × 100%

3. Independen 2

Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalik an biaya operasional atas pendapatan operasional Biaya Operasional

Pendapatan Operasional× 100%

Rasio

4. Independen 3 Financing to Deposit Ratio perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga× 100%


(21)

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan selama periode 2011- 2014. Data penelitian didapatkan dari situs resmi Bank Indonesia.

3.4.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan secara umum (Sugiyono, 2008).

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum. Pengujian dengan statistik deskriptif ini dilakukan untuk mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji ini berguna untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi menunjukkan hubungan yang disignifikan dan representatif maka model yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan antara lain :


(22)

3.4.2.1 Uji Normalitas

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Data yang diteliti harus diketahui terlebih dahulu apakah terdistribusi normal atau tidak normal. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi normal atau tidak adalah sebagai alat untuk membuat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel. Pengujian normalitas ini akan dapat menentukan alat uji selanjutnya yang digunakan dalam penelitian. Untuk mendeteksi data terdistribusi secara normal pada penelitian ini digunakan uji statistik kolmogorov-smirnov test for one sampel. Dengan uji ini dapat diketahui apakah nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi tertentu. Kriteria yang dapat digunakan adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang sudah ditentukan. Nilai probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika nilai p < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2006). Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Squre, skewness dan Kurtosis atau uji kolmogrov Smirnov.


(23)

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regeresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Gozali, 2005). Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen, karena jika hal tersebut terjadi maka varaiabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Untuk melakukan pengujian apakah terdapat multikolinearitas atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Ada atau tidak adanya multikolinearitas dalam model persamaan yang terbentuk dengan di uji menggunakan indikator Varians Inflation Factor (VIF).Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0.1 atau sama dengan VIF < 10.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Gozali, 2006). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini, dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y


(24)

sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) Ghozali (2005). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n sampel periode waktu. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin-Watson (DW test) dimana angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang diperoleh dari table DW batas bawah), dU (angka yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4- dL dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi (+/-).

3.5 Analisis Regresi Berganda


(25)

dengan persamaan sebagai berikut:

TBHDM = a + b1CAR + b2 BOPO + b3 FDR + e

Keterangan:

TBHDM = Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah CAR = Capital Aduaquacy Ratio

BOPO = Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional FDR = Financing to Deposit Ratio

a = Konstanta b1-b3 = Koefisien

e = Standar error

3.6 Pengujian Hipotesis

3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (F test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai probabilitas siginifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat ditolak. Ini berarti secara bersama -sama variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi ≥ 0.05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai


(26)

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2011). Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai probabilitas siginifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat ditolak. Ini berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi ≥ 0.05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara individual variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas (CAR, BOPO, FDR) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah


(27)

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.

BAB IV


(28)

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel capital adequcy ratio (CAR), biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO), financing to deposite ratio (FDR), dan tingkat bagi hasil deposito mudharabah (TBHDM). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif dari CAR, BOPO, FDR, TBHDM Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Capital Aduaquacy Ratio(X1) 32 11.10 61.98 20.5422 11.87626 Biaya Operasional terhadap

Penghasilan Operasional(X2)

32 47.70 99.25 84.9350 11.53827 Financing to Deposit

Ratio(X3)

32 78.60 162.97 92.9047 14.67534 Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah(Y)

32 4.67 8.17 5.9209 .89797

Valid N (listwise) 32

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai CAR minimum adalah 11,10, dan maksimum 61,98. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari CAR adalah 20,5422 dan 11,87626. Diketahui nilai BOPO minimum adalah 47,70, dan maksimum 99,25. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari BOPO adalah 84,9350 dan 11,53827.


(29)

Diketahui nilai FDR minimum adalah 78,60, dan maksimum 162,97. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari FDR adalah 92,9047 dan 14,67534. Diketahui nilai TBHDM minimum adalah 4,67, dan maksimum 8,17. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari TBHDM adalah 5,9209 dan 0,89797.

4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan �= 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika nilai probabilitas � 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,689. Karena nilai probabilitas , yakni 0,689, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32


(30)

Std. Deviation .78146584 Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .126

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .689

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) Capital Aduaquacy Ratio(X1)

.681 1.468

Biaya Operasional terhadap

Penghasilan Operasional(X2)

.934 1.070

Financing to Deposit Ratio(X3)

.674 1.483

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari variabel CAR (1) adalah 1,468, nilai VIF dari variabel BOPO (�2) adalah 1,070, dan nilai VIF dari variabel FDR (�3) adalah 1,483.Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.


(31)

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas


(32)

4.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Gio, 2015:61-62, Field, 2009:220). Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 2.111

Berdasarkan Tabel 4.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,111. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi autokorelasi. Pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak juga dapat dibandingkan dengan nilai kritis Durbin-Watson. Diketahui jumlah variabel bebas sebanyak 4, dan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 48, maka � = 1,6505 dan 4− � = 2,3495. Karena

�� < 2,111 < 4− �� 1,6505 < 2,111 < 2,3495,


(33)

maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.

4.3 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005, Gujarati, 2003).

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .493a .243 .162 .82227 2.111

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)

Berdasarkan Tabel 4.5, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar �2 = 0,243. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel TBHDM sebesar 24,3%, sisanya sebesar 75,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


(34)

Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas.

Tabel 4.6

Uji Pengaruh Simultan dengan Uji ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a

Residual 18.931 28 .676

Total 24.997 31

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)

Diketahui nilai F tabel adalah 2,946 (nilai F tabel tersaji di lampiran). Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai F hitung adalah 2,990. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung (2,990) F tabel (2,946), maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap TBHDM. Hasilnya dapat diringkas pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.

Tabel 4.7

Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai F

Variabel Nilai F Hitung

Nilai T Tabel (Tersaji di Lampiran)

Interpretasi CAR, BOPO,

dan FDR

2,990 2,946 Pengaruh faktor CAR, BOPO, dan FDR, secara simultan signifikan terhadap TBHDM (F

Hitung > F Tabel)

Tabel 4.8

Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai Sig


(35)

CAR, BOPO, dan FDR

0,048 �= 0,05

Pengaruh faktor CAR, BOPO, dan FDR, secara simultan signifikan terhadap TBHDM

(Sig < 0,05)

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)

Tabel 4.9 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.

Tabel 4.9

Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji ) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.511 1.656 .913 .369

Capital Aduaquacy Ratio(X1)

.013 .015 .169 .847 .404 .681 1.468 Biaya Operasional

terhadap Penghasilan Operasional(X2)

.037 .013 .470 2.761 .010 .934 1.070

Financing to Deposit Ratio(X3)

.011 .012 .183 .915 .368 .674 1.483 a. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)


(36)

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut berikut.

Y = 1,511 + 0,013X1 + 0,037X2 + 0,011X3 + e

Berdasarkan Tabel 4.9, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, besertas interpretasinya (Tabel 4.10).

Tabel 4.10

Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya

Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi

CAR

0,013 berarti CAR memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. CAR yang semakin tinggi

cenderung meningkatkan TBHDM. BOPO

0,037 berarti BOPO memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. BOPO yang semakin tinggi

cenderung menurunkan TBHDM. FDR

0,011 berarti FDR memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. FDR yang semakin tinggi

cenderung meningkatkan TBHDM.

Tabel 4.11

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai T

Variabel Nilai T Hitung

Nilai T Tabel (Tersaji di Lampiran)

Interpretasi

CAR 0,847 2,048

Pengaruh parsial CAR tidak signifikan terhadap TBHDM

(T Hitung < T Tabel)

BOPO 2,761 2,048

Pengaruh parsial BOPO signifikan terhadap TBHDM (T Hitung > T

Tabel)

FDR 0,915 2,048

Pengaruh parsial FDR tidak signifikan terhadap TBHDM


(37)

−������/������ +������/������

Gambar 4.2

Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji

Tabel 4.12

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig.) Variabel Nilai Sig. Tingkat Signifikansi Interpretasi

CAR 0,404

�= 0,05

Pengaruh parsial CAR tidak signifikan terhadap

TBHDM (Sig.> 0,05)

BOPO 0,010

�= 0,05

Pengaruh parsial BOPO signifikan terhadap TBHDM (Sig. < 0,05)

FDR 0,368

�= 0,05

Pengaruh parsial FDR tidak signifikan terhadap

TBHDM (Sig. > 0,05)

4.5.1 Pengujian Pengaruh CAR (�) terhadap TBHDM (�)

Daerah penerimaan �1,

penolakan �0 (pengaruh

signifikan)

Daerah penerimaan �0,

penolakan �1 (pengaruh

tidak signifikan)

Daerah penerimaan �1,

penolakan �0 (pengaruh


(38)

Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel faktor CAR berpengaruh positif terhadap TBHDM. Dengan kata lain, CAR yang semakin meningkat, cenderung akan meningkatkan TBHDM. Diketahui CAR memiliki pengaruh positif yang tidak terlalu kuat/tidak signifikan terhadap THBDM.

4.5.2 Pengujian Pengaruh BOPO (�) terhadap TBHDM (�)

Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap TBHDM. Dengan kata lain, BOPO yang semakin tinggi, cenderung akan menurunkan TBHDM. BOPO yang semakin meningkat,maka ini berarti perusahaan tidak efisien daslam mengelola biaya operasionalnya sehingga cenderung akan menurunkan TBHDM.

4.5.3 Pengujian Pengaruh FDR (�) terhadap TBHDM (�)

Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel FDR berpengaruh positif terhadap TBHDM. Dengan kata lain, FDR yang semakin tinggi cenderung akan meningkatkan TBHDM. Diketahui variabel FDR memiliki pengaruh positif yang tidak terlalu kuat/tidak signifikan terhadap TBHDM.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Setelah dilakukan uji F terhadap 3 (tiga) variabel independen terhadap variabel dependen dengan besaran tingkat signifikan 24,3%, maka CAR, BOPO,dan FDR secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat

Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Dari pengujian secara parsial dengan menggunakn uji t dengan tingkat signifikan sebesar 24,3%, maka dapat disimpulkan bahwa hanya variable independen BOPO saja yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah, sedangkan variable independen CAR dan FDR tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah.

3. Dari persamaan regresi yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan :

-

Nilai a (konstanta) adalah sebesar 1,511 hal ini menyatakan bahwa jika nilai CAR, BOPO dan FDR bernilai nol, maka Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah nasabah sebesar 1,511.

-

CAR memiliki koefisien positif sebesar 0,013. Peningkatan CAR sebesar satu satuan, maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Bagi Hasil Deposito


(40)

CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

-

BOPO adalah variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah. Peningkatan BOPO sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah sebesar 0,037. Berdasarkan hasil dari pengujian yang dilakukan tersebut menunjukkan semakin tinggi nilai BOPO, maka semakin tidak efisien perusahaan dalam mengelola biaya operasionalnya sehingga akan berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah yang akan mengalami penurunan.

-

FDR memiliki koefisien positif sebesar 0,011. Peningkatan FDR sebesar satu satuan, maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah sebesar 0,011. Sama dengan variabel CAR, berdasarkan hasil uji t variabel FDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini penulis dapat menyarankan bahwa : 1. Bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain pengukuran kinerja

keuangan seperti Return of Asset (ROA), Return of Equity (ROE) , Non Performing Financing (NPF) yang berkaitan erat secara teori terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.


(41)

bagi hasil dalam deposito mudharabah, bank dapat memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan return bagi hasil seperti berdasarkan hasil penelitian ini factor BOPO.

3. Nasabah deposan perlu mengetahui tingkat bagi hasil beserta faktor- faktor yang mempengaruhinya sebelum menginvestasikan dana pada bank syariah.

4. Dalam penelitian ini, hanya mengambil 8 (delapan) sampel bank syariah dengan periode data tahun 2011-2014. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih banyak dan periode pengambilan data yang lebih panjang.


(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1Pengertian Bank

Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

2.1.2Perbankan Syariah

UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan, bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah menurut Pasal 1 Ayat (12) Undang – undang No 21 Tahun 2008 tentang Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni


(43)

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menghimpun dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Perbankan yang berdasarkan prinsip syariah lahir sebagai alternatif sistem perbankan guna memenuhi harapan yang menginginkan sistem keuangan syariah, yaitu bank yang menerapkan prinsip bagi hasil yang bebas dari riba (bunga).

Sejak UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mulai berlaku, bank syariah dan lembaga keuangan non bank secara kuantitatif tumbuh dengan pesat. Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul mal) yang menyimpan uangnya dilembaga, lembaga selaku pengelolah dana (mudharib) dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bersifat peminjam dana atau pengelolah usaha.

Menyimpan uang dibank syariah termasuk kategori investasi. Besar kecilnya return tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan oleh bank sebagai pengelolah dana (Wiroso, 2005). Oleh karena itu, bank syariah tidak hanya sekedar menyalurkan uang, bank syariah harus terus-menerus berusaha meningkatkan return on investmentnya yang berupa tingkat bagi hasil, sehingga lebih menarik dan lebih memberikan kepercayaan bagi pemilik dana (Iman Hilman 2003). Pada akhirnya, persaingan akan bergeser kepada perbankan mana


(44)

yang dapat memberikan return dan pelayanan lebih baik (Herman Kertajaya, 2003).

Sudah saatnya return dan bagi hasil dapat memberikan suatu daya saing terhadap sistem bunga konvesional mengingat saat ini tingkat suku bunga masih merupakan penentu utama dalam pengambilan keputusan bisnis.

2.1.3 Tingkat Bagi Hasil

Bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha dimana pemilik modal bekerja sama dengan pelaksana modal untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan keuntungan maka dibagi berdua dan ketika mengalami kerugian ditanggung bersama pula. Sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (Ascarya, 2006). Menurut Antonio (2001) sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut dijanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.


(45)

mengenai pinjam meminjam dengan sistem bunga (riba), ternyata dalam sistem riba ini terdapat potensi terjadinya perselisihan dan kezaliman antara kedua belah pihak. Walaupun di awal sudah ada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak mengenai adanya riba atau bunga dalam transaksi pinjam meminjam, tetapi dalam pelaksanaan perjanjian tersebut sangat besar potensi timbulnya rasa keberatan, perselisihan dan kezaliman antara kedua belah pihak. Salah satu contohnya adalah ketika si peminjam mengalami kesulitan ekonomi karena usahanya sedang merugi, maka disaat dia sudah kesulitan untuk membayar kewajiban angsuran hutangnya, dia juga harus membayar tambahan bunga yang tentunya akan semakin memberatkannya (Rizqiana, 2010).

Selain itu apabila ditinjau dari segi kemanusiaan, dimana manusia merupakan mahkluk sosial yang harus saling tolong menolong, maka sistem pinjam meminjam dengan menggunakan bunga ini tidak mencerminkan sikap saling tolong menolong antara sesama manusia. Dimana si pemberi pinjaman seperti orang yang hanya menikmati keringat dari hasil kerja keras orang lain (peminjam). Sebab dengan hanya memberikan pinjaman uang, si pemberi pinjaman akan menerima tambahan (riba/bunga) setiap bulannya. Bahkan tanpa peduli apakah usaha kerja keras dari peminjam tersebut memperoleh keuntungan atau malah merugi, sang pemberi pinjaman tetap harus menerima angsuran hutang ditambah dengan bunganya setiap bulan. Hal diatas apabila disadari dan dirasakan langsung oleh peminjam, maka ada kemungkinan dia akan merasa kecil hati dan merasa dizalimi.

2.1.4Prinsip Mudharabah

Dalam PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, dijelaskan bahwa mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua


(46)

(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. Sedangkan menurut Antonio (2001), mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelolah seandainya kerugian tersebut akibat kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Sudarsono (2004) mengatakan bahwa mudharabah berasal dari kata adhdharbu fi asdhi, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal, selama kerugian itu akibat si pengelola maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Menurut PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, mudharabah diklasifikasikan menjadi tiga jenis, antara lain :

a. Mudharabah Muthlaqah (Mudharabah Bebas)


(47)

memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of industry, atau line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan kebebasan yang tak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan miras, peternak babi, atau pun yang berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.

Dalam mudharabah muthlaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana.

b. Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah Terbatas)

Mudharabah muqayyadah merupakan mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa


(48)

melalui pihak ketiga.

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah merupakan mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkanmodalnya dalam usaha tersebut.

2.1.5Capital Aduquacy Ratio

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia 8%) maka berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono (2002) dalam Gozali (2007). CAR diukur dengan membandingkan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dalam menelaah CAR bank syariah terlebih dahulu harus dipertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat terbagi atas :


(49)

a. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan atau kewajiban (wadiah atau qard dan sejenisnya).

b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and Loss Sharing Investment Account) yaitu mudharabah.

2.1.6Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional

Rasio BOPO menurut kamus keuangan adalah rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Menurut Gozali (2007), rasio biaya operasional merupakan perbandingan biaya operasional atas pendapatan operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasinal bank merupakan pendapatan utama bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi.

Rasio BOPO bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90 %. Apabila rasio BOPO melebihi 90 % atau mendekati 100 % maka bank dapat dikategorikan sebagai bank yang tidak efisien.


(50)

Rasio BOPO merupakan upaya bank untuk memimalkan resiko operasional yang merupakan ketidakpastian mengenai kegitan usaha bank. Resiko operasional berasal dari kegiatan operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.

2.1.7Financing to Deposit Ratio

Pada umunya konsep yang sama ditunjukkan pada bank syariah dalam mengukur likuiditas yaitu dengan menggunakan FDR. FDR digunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga disalurkan untuk pembiayaan. Menurut Suryani (2011) Financing to Deposit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Tinggi rendahnya FDR menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank, sehingga semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan bank yang mempunyai rasio DPK kecil.

Peningkatan FDR dapat berarti penyaluran dana ke pembiayaan semakin besar, sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank semakin tinggi. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa suatu bank masih dianggap sehat jika FDR suatu bank berada diantara 85%-110%.


(51)

Apabila FDR suatu bank berada di atas atau di bawah 85%-110%, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan yang nantinya dapat menambah pendapatan bank baik dalam bentuk bonus maupun bagi hasil, yang berarti profit bank syariah juga akan meningkat.

Dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu keseimbangan antara dana yang dihimpun dengan dana yang disalurkan sehingga tidak terjadi dana yang menganggur (idle fund) dan dana yang digunakan harus produktif. Manajemen likuiditas merupakan hal yang penting dalam operasional bank karena sebagian besar dana yang dikelola bank bersumber dari pihak ketiga atau masyarakat yang dititipkan dalam bentuk rekening giro, tabungan, deposito, dan simpanan lain yang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Selain itu, bank juga harus dapat menggunakan dana tersebut dengan mengalokasikannya dalam berbagai bentuk investasi untuk memperoleh laba guna membayar biaya dana tersebut dan biaya operasional lainnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh tingkat bagi hasil terhadap deposito mudharabah sudah banyak dilakukan sebelumnya. Isna dan Sunaryo (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh ROA, BOPO, dan suku bunga terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil penelitian yang diukur dengan menggunakan multiple regressions


(52)

menunjukkan bahwa secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. ROA dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

Amelia (2011) meneliti hubungan antara CAR, FDR, dan NPF terhadap return bagi hasil Deposito Mudharabah. dengan menggunakan multiple regressions. Hasil penelitian menunjukan secara simultan dan parsial CAR, FDR dan NPF berpengaruh signifikan terhadap return bagi hasil deposito mudharabah.

Azmy (2008) meneliti hubungan antara FDR, CAR, NPF, Inflasi, dan suku bunga terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil penelitian yang diukur dengan menggunakan multiple regressions menunjukkan bahwa secara simultan, FDR, CAR, NPF, Inflasi dan Suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Secara parsial, hanya CAR, inflasi, dan suku bunga yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan FDR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

Diaw dan Mbow (2011) meneliti dan membandingkan antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan ekuitas. Hasil penelitian yang diukur dengan menggunakan multiple regressions menunjukkan bahwa secara simultan ROA, TDTA, dan PADOP berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan secara simultan juga ROA, TETA, dan PAEOP berpengaruh secara signifikan terhadap R0E. Dengan melihat nilai adjusted R2, variabel ROA, TETA, dan PAEOP mempunyai


(53)

pengaruh dua kali lebih tinggi terhadap ROE daripada variabel ROA, TDTA, dan PADOP yang mempengaruhi TBHDM.

Irhamsyah (2010) meneliti tentang hubungan antara CAR, BOPO, dan FDR terhadap ROE. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan CAR, FDR dan BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Secara parsial hanya FDR dan BOPO yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Sedangkan CAR tidak berpengaruh terhadap signifikan terhadap ROE. Secara ringkas, hasil penelitian di atas dirangkum dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Teknik

Analisis

Hasil Penelitian

1. Isna dan

Sunaryo (2012) “Analisis pengaruh return on asset, BOPO dan suku bunga

terhadap tingkat bagi hasil deposito

mudharabah”

Independen:

ROA, BOPO dan suku bunga.

Dependen: Tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Regresi Berganda

a. Secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. b. Secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh positif dan

signifikan

terhadap deposito mudharabah 2. Amelia (2011)

“Pengaruh CAR, FDR, dan NPF Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Independen:

CAR, NPF dan FDR.

Dependen:

Tingkat Bagi

Regresi Berganda

a. Secara simultan CAR, FDR dan NPF berpengaruh signifikan


(54)

No Peneliti Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian Pada Perbankan Syariah Hasil Deposito Mudharabah Bagi Hasil Deposito Mudharabah. b. Secara parsial CAR, FDR dan NPF berpengaruh terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah 3. Azmy (2008)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil simpanan Mudharabah pada bank umum syariah di Inonesia tahun 2005-2008 “

Independen:

FDR, CAR, NPF, Inflasi, dan Suku bunga. Dependen: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Regresi Berganda

a. Secara simultan FDR, CAR, NPF, Inflasi, dan Suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. b. Secara parsial hanya CAR, Inflasi, dan Suku Bunga yang berpengaruh secara signifikan 4 Diaw dan Mbow

(2011)

“A comparative study of the return on mudharabah deposit and on equity”

Independen:

ROA, TDTA, TETA, PADOP, PAEOP.

Dependen:

Tingkat bagi hasil deposito

mudharabah dan ekuitas.

Regresi berganda

a. Secara simultan ROA, TETA, dan PAEOP

berpengaruh terhadap ROE. Dan ROA, TDTA, dan PADOP bersama-sama berpengaruh terhadap ROMD. b. Dilihat dari nilai adjusted R2, ROE dua kali lebih besar daripada ROMD 5 Irhamsyah (2010)

Analisis pengaruh CAR, BOPO dan FDR terhadap ROE

Independen:

CAR, BOPO dan FDR.

Dependen:

ROE.

Regresi berganda

a. Secara simultan CAR, FDR dan BOPO berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROE.


(55)

No Peneliti Variabel Teknik Analisis

Hasil Penelitian

b. Secara parsial hanya FDR dan BOPO yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2008), kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan uraian dari tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah kinerja keuangan (yang diukur dengan CAR, BOPO, dan FDR) dan variabel dependen penelitian ini adalah tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hubungan kausal antara kinerja keuangan dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah didasarkan pada teori agensi dan hasil penelitian terdahulu.

Konsep teori keagenan adalah hubungan kontrak antara principal dan agent. Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama prinsipal tersebut. Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen bank melakukan pelaporan dan pengungkapan mengenai kinerja bank kepada pemilik dana (nasabah) sebagai wujud akuntabilitas manajemen bank terhadap pemilik dana (nasabah).

Teori keagenan merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembahasan pengaruh tingkat kinerja keuangan dengan tingkat bagi hasil mudharabah. Teori ini


(56)

menyatakan bahwa tingkat bagi hasil dan tingkat pengembalian dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara nasabah dan pemegang saham (prinsipal) dengan manajemen bank (agen). Teori ini memiliki asumsi bahwa dalam bertindak, setiap individu termotivasi atas kepentingannya masing-masing. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.

Perkembangan bank syariah yang begitu pesat membawa dampak yang cukup signifikan terhadap sistem keuangan dunia. Kinerja keuangan bank syariah berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil serta minat nasabah untuk menginvestasikan dananya. Disisi lain perkembangan tersebut justru dapat memicu terjadi konflik kepentingan antara nasabah (prinsipal) dan bank syariah (agen). Nasabah akan berusaha memilih bank syariah dengan kinerja keuangan yang baik dengan harapan mereka memperoleh tingkat bagi hasil yang tinggi.

Isna dan Sunaryo (2012) menemukan bukti bahwa secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, namun secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2011) menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial CAR, NPF dan FDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan demikian, diduga bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hubungan antara antara kinerja keuangan (CAR, BOPO, dan FDR) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah dapat digambarkan sebagai berikut :


(57)

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1

Model Kerangka Konseptual

Keterangan :

CAR = Capital Aduaquacy Ratio

BOPO = Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional FDR = Financing to Deposit Ratio

TBHDM = Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2008). Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini varibel independen berupa kinerja keuangan yang diukur dengan CAR, BOPO dan FDR, sedangkan varibel dependen berupa Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.

BOPO CAR

FDR

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah


(58)

2.4.1Pengaruh CAR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko. Menurut ketentuan Bank Indonesia jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) maka bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan diterima oleh deposan. Menurut Anggraini (2010) untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Masalah kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis perbankan. Bank yangi memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkn indikator sebagai bank yang sehat.sehingga diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang tinggi kepada investor. Ketentuan perhitungan CAR yang harus diikuti oleh bank – bank diseluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair dipasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko.

Penelitian yang dilakukan oleh Azmy (2008) menunjukkan secara simultan parsial CAR, Inflasi, dan Suku Bunga yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah Sedangkan, penelitian yang dilakukan Amelia (2011) menunjukan secara simultan dan parsial CAR, FDR dan NPF berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.


(59)

Dengan demikian diduga CAR mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

H1 : CAR mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

2.4.2Pengaruh BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Menurut Nainggolan (2009) untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah perbandingan antara Beban Operasional atas Pendapatan Operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut Mawardi (2005) efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.

Secara teoritis, efisiensi produksi bank syariah dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu bentuk mekanisme produksi bank agar dapat menghasilkan pendapatan yang paling tinggi dari suatu investasi (Juwariyah, 2008). Nilai BOPO menurun apabila biaya operasional menurun di lain pihak pendapatan operasional tetap dan juga apabila biaya operasional tetap di lain pihak pendapatan operasional meningkat (Irhamsyah, 2010). Semakin rendah BOPO, maka bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat menghasilkan pendapatan yang paling tinggi. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Begitu juga dengan tingkat pengembalian ekuitas, besar


(60)

kecilnya return on equity (ROE) dipengaruhi oleh pendapatan Bank. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi tingkat bagi hasil deposito mudharabah diterima oleh para nasabah dan investor.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isna dan Sunaryo (2012) yang hasilnya menunjukkan secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan demikian diduga BOPO mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

H2 : BOPO mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

2.4.3Pengaruh FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

Semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, maka bank tersebut akan berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya, salah satunya dari sisi deposito untuk meningkatkan perolehan dananya, untuk menarik nasabah dan investor


(61)

menginvestasikan dananya di bank syariah, maka diberikanlah tingkat keuntungan yang menarik, sehingga peningkatan FDR akan meningkatkan return (Amelia, 2011). Dengan demikian diduga FDR berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

H3 : FDR mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

H4 : CAR, BOPO dan FDR mempunyai pengaruh simultan terhadap Tingkat


(62)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan Syari’ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (12) UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan, prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

UU No.21 Tahun 2008 mengatur secara rinci mengenai landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. UU No.21 Tahun 2008 juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengonversi diri secara total menjadi bank syariah. Dengan demikian, pemberlakuan undang-undang ini memicu lahirnya bank-bank syariah baru, baik dengan status bank-bank umum maupun unit usaha syariah.


(63)

Seiring berlakunya UU No 21 Tahun 2008 sebagai dasar hukum bagi beroperasinya lembaga perbankan syariah, perkembangan perbankan syariah mengalami kemajuan pesat. Hal ini dapat dilihat pada akhir 2013 dimana perbankan syariah Indonesia telah menjadi perbankan syariah dengan ritel terbesar di dunia yang memiliki 17,3 juta nasabah, 2.990 kantor bank, dan 1.267 layanan syariah yang didukung oleh 43 ribu karyawan. Pekembangan ini banyak dipengaruhi tingginya permintaan dari masyarakat yang mulai tertarik dengan sistem perbankan syariah sebagai alternatif pembiayaan bisnis. Selain itu juga dikarenakan syariah tidak begitu terpengaruh oleh kondisi global sehingga lebih tahan terhadap krisis keuangan global. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2011 kinerja perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang positif, meskipun ditengah kondisi keuangan global yang belum membaik. Hal ini terjadi karena secara teoritis, sistem perbankan dan keuangan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang mempromosikan kesetaraan, keadilan dan transparansi dalam semua transaksi. Sesuai amanat UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah menjalankan fungsi utama, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Selain itu, perbankan syariah juga melakukan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

Penerapan prinsip-prinsip syariah diatas mengakibatkan adanya perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah, yaitu larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut oleh bank konvensional, sehingga dalam menjalankan kegiatan operasinya, bank syariah menganut sistem bagi hasil. Pendirian


(64)

perbankan syariah di Indonesia semakin pesat. Persaingan antar perbankan dalam meningkatkan kualitas pelayanan untuk menarik nasabahnya juga semakin tinggi. Beragam jasa pelayanan yang diberikan oleh bank juga mengalami perkembangan. Berbagai penelitian menemukan bahwa perilaku nasabah dalam memilih bank syariah didorong oleh faktor memperoleh keuntungan. Begitu juga di Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Nasrah (2008), penelitian yang dilakukan oleh Husnelly (2003) dan Mangkuto (2004) menegaskan faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat menginvestasikan dananya di bank syariah adalah faktor return bagi hasil. Dengan demikian menjadi cukup penting bagi bank syariah untuk tetap menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabahnya. Nasabah penyimpan dana akan selalu mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi pada bank syariah. Jika tingkat bagi hasil bank syariah terlalu rendah maka tingkat kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar akan memindahkan dananya ke bank lain. Karakteristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi hasil menjadi faktor penentu kesuksesan bank syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga.

Perkembangan pada setiap jenis produknya, produk deposito merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun 2011. Deposito merupakan produk yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi, yaitu sekitar 61,06% (Outlook Perbankan Syariah Indonesia, 2012). Dari sisi preferensi masyarakat terhadap produk-produk perbankan syariah, masyarakat lebih cenderung memilih produk yang memberikan imbal hasil yang tinggi. Dengan demikian wajarlah apabila produk simpanan berjangka (deposito) lebih diminati dibandingkan produk tabungan.


(65)

Sesuai Fatwa DSN No. 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Deposito mudharabah pada bank syariah tidak berorientasi pada keuntungan bunga namun berorientasi pada konsep bagi hasil. Bagi hasil atau profit loss sharing adalah prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat akad kerja sama. Jika usaha mendapatkan keuntungan, porsi bagi hasil adalah sesuai kesepakatan namun jika terjadi kerugian maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Dasar yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa laba bersih usaha setelah dikurangi dengan biaya operasional (Juwariyah, 2008).

Isna dan Sunaryo (2012) menyatakan bahwa tingkat bagi hasil pada perusahaan perbankan dapat dinilai melalui kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan khususnya melaui perhitungan rasio dapat mengevaluasi keadaan keuangan pada masa lalu, sekarang, dan memproyeksi masa depan. Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan. Dikatakan oleh Gozali (2007), rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu satu faktor dengan lainnya dari suatu laporan keuangan. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat kinerja keuanga suatu bank adalah Capital Aduquacy Ratio, Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional, dan Financing to Deposit Ratio.


(66)

CAR merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beriko. CAR diukur dengan membagi modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

FDR merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh akan naik, jika pendapatan naik maka otomatis laba juga akan mengalami kenaikan.

BOPO merupakan kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan. BOPO diukur dengan membandingkan biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya dengan adanya efisiensi maka keuantungan yang diperoleh bank semakin besar.

Berikut ini disajikan data rasio Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada tahun 2011 sampai 2014 pada delapan Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Pengertian Bank ... 9

2.1.2 Perbankan Syariah ... 9

2.1.3 Tingkat Bagi Hasil ... 11

2.1.4 Prinsip Mudharabah ... 13

2.1.5 Capital Aduquacy Ratio (CAR) ... 15

2.1.6 Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional (BOPO) ... 16

2.1.7 Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 19

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

2.4.1. Pengaruh CAR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah ... 25 2.4.2. Pengaruh BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil


(2)

2

Deposito Mudharabah ... 27

2.4.3. Pengaruh FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 30

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3. Definisi Operasional ... 32

3.3.1. Variabel Dependen ... 32

3.3.1.1Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (ROMD) ... 33

3.3.2. Variabel Independen ... 33

3.3.2.1 Capital Aduquacy Ratio (CAR) ... 34

3.3.2.2 Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional (BOPO) ... 34

3.3.2.3 Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 35

3.4. Metode Analisis Data ... 37

3.4.1 Analisis Deskriptif ... 37

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 38

3.4.2.1 Uji Normalitas ... 38

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 39

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 40

3.4.2.4 Uji Autokolerasi ... 41

3.5. Analisis Regresi Berganda ... 41

3.6 Pengujian Hipotesis ... 42

3.6.1. Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 42

3.6.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ... 42

3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 44

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 45

4.2.1 Uji Normalitas ... 45

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 46

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 47

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 48

4.3 Analisis Koefisien Determinasi ... 49

4.4 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F) ... 50

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) ... 51 4.5.1 Pengujian pengaruh BOPO (�1) terhadap


(3)

PBHDM (Y) ... 54

4.5.2 Pengujian pengaruh CAR (�2) terhadap PBHDM (Y) ... 54

4.5.3 Pengujian pengaruh FDR (�3) terhadap PBHDM (Y) ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(4)

4 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Tabel Rasio Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah ... 6

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Daftar Populasi Dan Sampel Pada Bank Umum Syariah.. ... 31

3.2 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel ... 36

4.1 Statistik Deskriftif dari Bopo, CAR, FDR, TBHDM ... 44

4.2 Uji Normalitas ... 46

4.3 Uji Multikolinearitas ... 46

4.4 Uji Autokorelasi... 48

4.5 Koefisien Determinasi ... 49

4.6 Uji Pengaruh Simultan dengan Uji F ... 50

4.7 Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai F ... 51

4.8 Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai Sig ... 51

4.9 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) ... 52

4.10 Koefisien Regresi Berganda ... 52

4.11 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai T ... 53

4.12 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig) .... 54


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model Kerangka Konseptual ... 24 4.1 Uji Heteroskedastisitas ... 48 4.2 Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan


(6)

6 DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data CAR, BOPO, FDR dan Tingkat Bagi Hasil Mudharabahah pada Bank Umum Syariah Periode

2012 – 2014 ... 63

2 Hasik Statistik Desktiptif dari CAR, BOPO FDR, TBHDM ... 64

3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 65

4 Hasil Uji Hipotesis ... 68

5 Tabel Distribusi F ... 70

6 Tabel Distribusi t ... 71


Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM TERHADAP JUMLAH Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syar

0 1 13

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK MEGA SYARIAH INDONESIA TAHUN 2004-2013.

2 4 103

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 1 11

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 8

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 1 20

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 5 4

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 9

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP PERTUMBUHAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 7