Penerapan suatu prinsip tanggung jawab pelaku praktik tindak pidana di bidang lingkungan hidup tergantung kepada keadaan tertentu. Setidak-tidaknya ada 3
tiga prinsip atau teori mengenai tanggung jawab yang kenal adalah : 1.
Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas adanya unsur kesalahan fault laibility, liability based on fault principle.
2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas praduga rebut table preruption of
liability principle. 3.
Prinsip tanggung jawab mutlak no fault liability, absolute atau strict liability principle.
92
Fokus pembahasan di sini adalah menunjukkan perbedaan-perbedaan pokok dari ketiga macam prinsip tanggung jawab tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas adanya unsur kesalahan fault
liability, liability based on fault principle
Hukum acara pidana
93
yang menjadi kerangka proses perkara pidana pada dasarnya dapat dilaksanakan meskipun baru ada persangkaan adanya orang yang
melanggar atau memenuhi aturan hukum pidana. Ini berarti hukum acara pidana
92
H. Endang Saefullah, Beberapa Masalah Pokok tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara, Bandung: LPPM Universitas Islam Bandung, 1995, hlm. 1-9
93
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983, hlm. 19, bahwa hukum acara pidana mempunyai tiga tugas pokok yakni : Pertama, mencari
dan mendapatkan kebenaran materil. Kedua, memberikan suatu putusan hakim. Ketiga, melaksanakan putusan hakim.
Universitas Sumatera Utara
bukan saja menentukan secara resmi adanya pelanggaran terhadap hukum pidana, tetapi juga mengadakan tindakan meskipun baru ada persangkaan tindak pidana.
94
Walaupun di dalam hukum acara pidana mensyaratkan persangkaan atas pelanggaran atau memenuhi hukum pidana dapat dimulainya penyelidikan namun
dalam proses penegakan hukum pidana terdapat beberapa hambatan, antara lain : Pertama, prinsip di dalam hukum pidana berlaku asas legalitas nullum delictum sine
praevia poenali artinya “Tiada suatu perbuatan boleh dihukum kecuali atas kekuatan hukum pidana dalam undang-undang yang ada terlebih dahulu daripada perbuatan
itu”. Apakah orang yang melakukan kesalahan itu dapat dipidana atau tidak hal itu tergantung apakah ia mempunyai kesalahan. Untuk memberikan arti tentang
kesalahan yang merupakan syarat untuk menjatuhkan pidana, delik merupakan pengertian psyikologis berhubungan antara keadaan jiwa si pembuat dengan
terjadinya unsur-unsur delik karena perbuatannya. Kesalahan adalah pertanggungjawaban dalam hukum schuld is de veranttwoordelijkheid rechtens.
Kedua, untuk memulainya penyidikan didasarkan dan mengarah pada beban pembuktian menurut undang-undang secara negatif.
95
Ketiga, terdapat bukti permulaan yang cukup untuk dimulainya penyidikan.
Konsep modern tanggung jawab liability secara umum menyatakan bahwa unsur “kesalahan pada pihak yang menyebabkan kerugian kepada orang lain
94
Ansorie Sabuan, Syafruddin Pettanase dan Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana, Bandung : Angkasa 1990, hlm. 64.
95
Lihat, Pasal 183 KUHAP, bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdawalah yang bersalah melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
merupakan syarat mutlak bagi adanya perbuatan “melawan hukum”. Prinsip bahwa “tiada tanggung jawab tanpa kesalahan” menjadi dogma yang berlaku umum. Ajaran
tentang “kesalahan” sebagai faktor yang vital dalam masalah penyantunan kompensasi telah sangat mempengaruhi pikiran orang, termasuk para sarjana
hukum. Syarat untuk adanya pertanggungjawaban pidana atau dikenakannya suatu pidana, yaitu adanya unsur kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan, dimana yang
disebut dengan kesalahan adalah keadaan jiwa seseorang yang melakukan perbuatan dan perbuatan yang dilakukan itu sedemikian rupa, sehingga orang itu patut dicela.
Di samping kemampuan bertanggung jawab, bahwa kesalahan schuld dan perbuatan melawan hukum wederechtelijk dijadikan sebagai syarat untuk
pengenaan pidana, yaitu bahwa pembahayaan masyarakat oleh pembuat. Dengan demikian, konsepsi pertanggungjawaban pidana dalam arti pidananya pembuat, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi berupa ada suatu tindak pidana yang dilakukan oleh pembuat, ada unsur kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan, ada pembuat
yang mampu bertanggungjawab dan tidak ada alasan pemaaf. Sampai saat ini adanya unsur “kesalahan” sebagai dasar adanya suatu
tanggung jawab liability merupakan ketentuan yang berlaku umum dan mendominasi sistem-sistem penyantunan kompensasi baik di dalam sistem hukum
Kontinental civil law system maupun didalam sistem hukum Anglo Saxon common law system.
96
96
Ibid, hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas praduga rebut table presumption