PENGARUH JENIS DAN KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS HYPOMA 2

(1)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS DAN KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

(Arachis hypogaea L.) VARIETAS HYPOMA 2 Oleh

EKA ERLIYANA

Kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang permintaannya menduduki urutan kedua setelah kedelai. Namun, produktivitas kacang tanah yang dihasilkan Indonesia masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi tanaman kacang tanah yaitu keberadaan gulma. Gulma dalam budidaya tanaman kacang tanah memiliki daya saing yang bersifat merugikan bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. Tingginya penurunan hasil terhadap produksi kacang tanah dapat dipengaruhi oleh jenis dan kerapatan gulma. Penelitian ini disusun untuk mengetahui: (1) pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2, (2)pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2, (3) ada atau tidak adanya interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kacang tanah varietas Hypoma 2. Penelitian dilaksanakan di Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Universitas Lampung dari bulan Januari–Mei 2015.


(2)

Design) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah tiga jenis gulma yaitu

Asystasia gangetica, Cyperus rotundus, dan Rottboellia exaltata dan faktor kedua adalah satuan kerapatan gulma yaitu 0, 10, 20, 40, dan 80 gulma/m2. Data

dianalisis dengan analisis ragam, bila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Jenis gulma yang berbeda menentukan tingkat kompetisi dalam menekan tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. Kehadiran gulma Rottboellia exaltata mengakibatkan tinggi tanaman kacang tanah mengalami etiolasi. (2) Kerapatan 80 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun kacang tanah pada 3 dan 9 MST, bobot polong hampa berturut-turut sebesar 10; 16; 25; dan 68%, dan mengalami

keterlambatan dalam umur berbunga. Kerapatan 40 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 9 MST dan bobot brangkasan kering kacang tanah sebesar 7 dan 23%. (3) Terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam

mempengaruhi tinggi dan jumlah daun pada 6 MST, bobot polong basah, bobot polong kering oven, bobot polong isi, bobot polong kering per petak dan bobot 100 butir kacang tanah.


(3)

Oleh

EKA ERLIYANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

Nama Malrasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Jurusan

Fakultas

Eka Erliyana ttl4l2l076 Agroteknologi Pertanian

MEI\TYETUJTII l. Komisi Pembimbing

2. Ketr;a Jurusan Agroteknologi

Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat' M.P. NrP 19641 1 I 81989021002 Ir. Dad RJ. Sembodo, M.S.

NrP 1 9620 422198603 l00l

Prof.D{.Lr. Setyo l}wi Utomo, M.Sc, NIP l96l l02l 198503 1002


(5)

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Dad R.J. Sembodo, M. S.

Sekertaris : Prof. Dr.Ir. Setyo Ihvi Utomo, M.

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani' M. Sc.

ks Pertanian

r.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NrP I 96108261 987021001

rt

o

-I t r , - -I t - / 1 - '

//t'L/]

//vL\

y -_-_1

/


(6)

berjudul'?ENGARUH JENIS DAN KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis lrypogaeaL.) VARIETAS HYPOMA 2" merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan hasil karya orang lain. Semua hasil yang tertuang dalarn skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan ka.ya ilmiah Universitas Lampung. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat oftng lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Bandar Lampung, 13 Oktober 2015 Penulis

Eka Erliyana NPM rtl4l2t076


(7)

dari empat bersaudara pasangan Bapak Sumanto dan Ibu Saniah Indriati. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kurnia Telukbetung Utara Tahun 1998– 1999, SDN 01 Kupang Kota Telukbetung Utara Tahun 1999–2005, SMP Negeri 6 Bandar Lampung Tahun 2005–2008, SMA Tamansiswa Telukbetung Tahun 2008–2011, dan pada Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jurusan Agroteknologi melalui seleksi Ujian Masuk Lokal (UML).

Selama menempuh masa studi penulis aktif dalam Persatuan Mahasiswa

Agroteknologi (PERMA AGT) 2012/2013, Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA) 2011/2012, asisten praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Ilma Teknologi Pengelolaan Gulma D3 Perkebunan dan Klimatologi Pertanian. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Palas, Kab. Lampung Selatan, Bandar Lampung pada Tahun 2014 dan Praktik Umum di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat pada Tahun 2014.


(8)

Atas ridho Allah SWT Aku persembahkan karya kecil ini untuk Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang,

memberi doa, motivasi serta semangat demi keberhasilan dan cita-cita masa depanku.

Terima kasih untuk adik-adikku tersayang yang selalu menjadi penyejuk hatiku, teman-teman seperjuangan


(9)

bertambah jika dibelanjakan. (Ali bin Abi Thalib)

Masalah berat yang datang hari ini akan menjadi pelajaran mahal yang berbuah menjadi pengalaman manis dalam hidup.

Kelak kau akan tersenyum saat mengingat betapa pahit dan getirnya perjuanganmu dalam meraih kesuksesan. Jangan menyerah dan terus lakukan yang terbaik.

(Edvan M. Kautsar)

Rencana adalah jembatan menuju mimpimu,

jika tidak membuat rencana berarti tidak memiliki pijakan langkahmu menuju apa yang kamu cita-citakan.

Putuskan apa yang kita inginkan, kemudian tulislah sebuah rencana,

maka kita akan menemukan kehidupan yang lebih mudah dibanding dengan sebelumnya.

(HR Muslim)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan

dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh)


(10)

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S., selaku Pembimbing Pertama yang telah memberikan saran, nasihat, pemikiran, pengarahan, semangat, motivasi, kesabaran, dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan saran, pengarahan, motivasi, bimbingan dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc., selaku Penguji yang telah memberikan saran-saran dan arahan yang berharga dalam menyempurnakan skripsi ini. 4. Muhammad Nurdin, Ir., M.P., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan saran, arahan dan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan Agroteknologi.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.


(11)

mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Ayah, ibu dan adik-adikku, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, bantuan moril dan materiil, serta doa yang tiada henti sampai penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. 8. Mas Khoiri, Mas Gono dan pekerja lainnya yang telah membantu penulis

selama penelitian di lapangan.

9. Halil Jumizan, Amd., yang telah memberikan motivasi, semangat, doa, kasih sayang dan saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat penulis (Dwi Haryati, Dita Anggeraini, Eka Rentina

Simarmata, Chintya Ayu Alvionita, Deasy Maya Sari, Agatha Christia, Dera Fungky Ellezandi, Ria Pratiwi, Risa Nurfaizah, Dini Ari Murti, Hesti Tanu Ariani, dan Tio Paragon) dan teman-teman lainnya atas motivasi, dukungan, nasihat saran dan kerjasama selama menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman seperjuangan Agroteknologi 2011.

Kiranya Allah SWT membalas kebaikan saudara sekalian. Kritik dan saran yang bersifat membangun dan membantu kesempurnaan skripsi ini akan selalu diterima dengan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita.

Bandar Lampung, Oktober 2015


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Deskripsi Tanaman Kacang Tanah ... 7

2.2 Kesesuaian Lahan Kacang Tanah ... 8

2.3 Gulma Secara Umum ... 8

2.3.1 Asystasia gangetica ... 9

2.3.2 Cyperus rotundus ... 10

2.3.3 Rottboellia exaltata ... 11

2.4 Gulma pada Tanaman Kacang Tanah ... 12

2.5 Kompetisi Gulma ... 13

2.5.1 Kompetisi Gulma A. gangetica dengan Tanaman Kacang Tanah ... 13

2.5.2 Kompetisi Gulma C. rotundus dengan Tanaman Kacang Tanah ... 13


(13)

2.5.3 Kompetisi Gulma R. exaltata dengan Tanaman Kacang

Tanah ... 14

2.6 Kerapatan Gulma ... 15

III. BAHAN DAN METODE ... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Bahan dan Alat ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 16

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 17

3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan ... 17

3.4.2 Penanaman Benih Kacang Tanah ... 18

3.4.3 Penanaman Gulma ... 18

3.4.4 Pemeliharaan Tanaman Kacang Tanah ... 19

3.4.5 Pengambilan Sampel Gulma ... 20

3.5 Variabel yang Diamati ... 21

3.5.1 Pertumbuhan Gulma ... 21

3.5.2 PertumbuhanTanaman ... 22

3.5.3 Komponen Hasil ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ... 25

4.2 Pertumbuhan Gulma ... 26

4.2.1 Persentase Penutupan Gulma ... 26

4.2.2 Bobot Kering Gulma ... 31

4.3 Pertumbuhan Tanaman ... 33

4.3.1 Tinggi Tanaman Kacang Tanah ... 33

4.3.2 Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah ... 38

4.3.3 Umur Bunga Kacang Tanah ... 43


(14)

Tanah ... 44

4.4 Komponen Hasil ... 46

4.4.1 Bobot Polong Basah Kacang Tanah ... 46

4.4.2 Bobot Polong Kering Oven Kacang Tanah ... 48

4.4.3 Bobot Polong Isi Kacang Tanah ... 49

4.4.4 Bobot Polong Hampa Kacang Tanah ... 51

4.4.5 Bobot Polong Kering per Petak ... 53

4.4.6 Bobot 100 Butir pada Kadar Air 14% ... 54

4.5 Rekomendasi ... 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

PUSTAKA ACUAN ... 59


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi hasil penelitian pengaruh jenis, kerapatan dan interaksi

gulma pada pertumbuhan dan produksi kacang tanah. ... 25 2. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persentase penutupan

gulma pada 3 MST. ... 64 3. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persentase penutupan

gulma pada 6 MST. ... 65 4. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persentase penutupan

gulma pada 9 MST. ... 66 5. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot kering gulma. . 67

6. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman kacang

tanah pada 3 MST. ... 68 7. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman kacang

tanah pada 6 MST. ... 68 8. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman kacang

tanah pada 9 MST. ... 69 9. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap jumlah daun tanaman

kacang tanah pada 3 MST. ... 69 10. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap jumlah daun tanaman

kacang tanah pada 6 MST. ... 70 11. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap jumlah daun tanaman

kacang tanah pada 9 MST. ... 70 12. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap umur bunga kacang


(16)

13. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot basah dan kering

tanaman kacang tanah. ... 71 14. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong basah

kacang tanah. ... 72 15. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong kering

oven kacang tanah. ... 72 16. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong isi kacang

tanah. ... 73 17. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong hampa

kacang tanah. ... 73 18. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong kering

per petak. ... 74 19. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot 100 butir pada

kadar air 14%. ... 75 20. Persentase penutupan gulma pada 3 MST. ... 76 21. Alih skala data ( (x 0,5)) persentase penutupan gulma pada

3 MST. ... 77 22. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah

persentase penutupan gulma pada 3 MST. ... 78 23. Analisis ragam persentase penutupan gulma pada 3 MST. ... 78 24. Persentase penutupan gulma pada 6 MST. ... 79 25. Alih skala data ( (x 0,5)) persentase penutupan gulma pada

6 MST. ... 80 26. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah

persentase penutupan gulma pada 6 MST. ... 81 27. Analisis ragam persentase penutupan gulma pada 6 MST. ... 81 28. Persentase penutupan gulma pada 9 MST. ... 82 29. Alih skala data ( (x 0,5)) persentase penutupan gulma pada


(17)

30. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah

penutupan gulma pada 9 MST. ... 84

31. Analisis ragam persentase penutupan gulma pada 9 MST. ... 84

32. Bobot kering gulma. ... 85

33. Alih skala data ( (x 0,5)) bobot kering gulma. ... 86

34. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot kering gulma. ... 87

35. Analisis ragam bobot kering gulma. ... 87

36. Tinggi tanaman kacang tanah pada 3 MST. ... 88

37. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah tinggi tanaman kacang tanah pada 3 MST. ... 89

38. Analisis ragam tinggi tanaman kacang tanah pada 3 MST. ... 89

39. Tinggi tanaman kacang tanah pada 6 MST. ... 90

40. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah tinggi tanaman kacang tanah pada 6 MST. ... 91

41. Analisis ragam tinggi tanaman kacang tanah pada 6 MST. ... 91

42. Tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. ... 92

43. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. ... 93

44. Analisis ragam tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. ... 93

45. Jumlah daun tanaman kacang tanah pada 3 MST. ... 94

46. Alih skala data ( (x 0,5)) jumlah daun tanaman kacang tanah pada 3 MST. ... 95

47. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah jumlah daun tanaman kacang tanah pada 3 MST. ... 96

48. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang tanah pada 3 MST. .... 96

49. Jumlah daun tanaman kacang tanah pada 6 MST. ... 97


(18)

50. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah jumlah

daun tanaman kacang tanah pada 6 MST. ... 98 51. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang tanah pada 6 MST. .... 98 52. Jumlah daun tanaman kacang tanah pada 9 MST. ... 99 53. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah jumlah

daun tanaman kacang tanah pada 9 MST. ... 100 54. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang tanah pada 9 MST. .... 100 55. Umur bunga kacang tanah. ... 101 56. Alih skala data ( (x 0,5)) umur bunga kacang tanah. ... 102 57. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah umur

bunga kacang tanah. ... 103 58. Analisis ragam umur bunga kacang tanah. ... 103 59. Bobot brangkasan basah tanaman kacang tanah. ... 104 60. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot

brangkasan basah tanaman kacang tanah. ... 105 61. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanaman kacang tanah. ... 105 62. Bobot brangkasan kering tanaman kacang tanah. ... 106 63. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot

brangkasan kering tanaman kacang tanah. ... 107 64. Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman kacang tanah. ... 107 65. Bobot polong basah kacang tanah. ... 108 66. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot

polong basah kacang tanah. ... 109 67. Analisis ragam bobot polong basah kacang tanah. ... 109

68. Bobot polong kering oven kacang tanah. ... 110 69. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot


(19)

70. Analisis ragam bobot polong kering oven kacang tanah. ... 111

71. Bobot polong isi kacang tanah. ... 112

72. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot polong isi kacang tanah. ... 113

73. Analisis ragam bobot polong isi kacang tanah. ... 113

74. Bobot polong hampa kacang tanah. ... 114

75. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot polong hampa. ... 115

76. Analisis ragam bobot polong hampa kacang tanah. ... 115

77. Bobot polong kering per petak. ... 116

78. Alih skala data ( (x 0,5)) bobot polong kering per petak. ... 117

79. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot polong kering per petak. ... 118

80. Analisis ragam bobot polong kering per petak kacang tanah. ... 118

81. Kadar air kacang tanah saat panen. ... 119

82. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah kadar kacang tanah saat panen. ... 120

83. Analisis ragam kadar air kacang tanah saat panen. ... 120

84. Bobot 100 butir pada kadar air 14%. ... 121

85. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot 100 butir pada kadar air 14%. ... 122


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Asystasia gangetica ... 10

2. Cyperus rotundus ... 11

3. Rottboellia exaltata ... 12

4. Tata letak petak perlakuan ... 17

5. Tata letak tanaman kacang tanah ... 18

6. Petak pengambilan sampel gulma ... 21

7. Petak pengambilan bobot berangkasan tanaman ... 23

8. Pengaruh jenis gulma terhadap persen penutupan gulma pada 3 MST (Transformasi (x+0,5)) ... 27

9. Pengaruh kerapatan gulma terhadap persen penutupan gulma pada 3 MST (Transformasi (x+0,5)) ... 27

10. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persen penutupan gulma pada 6 MST (Transformasi (x+0,5) ... 28

11. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persen penutupan gulma pada 6 MST (Transformasi (x+0,5)) ... 29

12. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persen penutupan gulma pada 9 MST (Transformasi (x+0,5)) ... 30

13. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap persen penutupan gulma pada 9 MST (Transformasi (x+0,5)) ... 31

14. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot kering gulma (Transformasi (x+0,5)) ... 32


(21)

16. Pengaruh jenis gulma terhadap tinggi tanaman pada 3 MST ... 34 17. Pengaruh kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman pada 3

MST ... 35 18. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman pada

6 MST ... 35 19. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman pada

6 MST ... 36 20. Pengaruh jenis gulma terhadap tinggi tanaman pada 9 MST ... 37 21. Pengaruh kerapatan gulma terhadap tinggi tanaman pada 9 MST ... 38 22. Pengaruh jenis gulma terhadap jumlah daun pada 3 MST

(Transformasi (x+0,5)) ... 38 23. Pengaruh kerapatan gulma terhadap jumlah daun pada 3 MST

(Transformasi (x+0,5)) ... 39 24. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap jumlah daun pada

6 MST ... 40 25. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap jumlah daun pada

6 MST ... 41 26. Pengaruh jenis gulma terhadap jumlah daun pada 9 MST ... 41 27. Pengaruh kerapatan gulma terhadap jumlah daun pada 9 MST ... 42 28. Pengaruh jenis gulma terhadap umur bunga kacang tanah

(Transformasi (x+0,5)) ... 43 29. Pengaruh kerapatan gulma terhadap umur bunga kacang tanah

(Transformasi (x+0,5)) ... 44 30. Pengaruh jenis gulma terhadap bobot brangkasan basah dan

kering tanaman kacang tanah ... 44 31. Pengaruh kerapatan gulma terhadap bobot brangkasan basah dan

kering tanaman kacang tanah ... 45 32. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong basah


(22)

34. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong kering

oven kacang tanah ... 48 35. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong kering

oven kacang tanah ... 49 36. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong isi

kacang tanah ... 50 37. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong isi

kacang tanah ... 51 38. Pengaruh jenis gulma terhadap bobot polong hampa kacang

tanah ... 51 39. Pengaruh kerapatan gulma terhadap bobot polong hampa kacang

tanah ... 52 40. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong kering

per petak (Transformasi (x+0,5)) ... 53 41. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot polong kering

per petak (Transformasi (x+0,5)) ... 54 42. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot 100 butir kacang

tanah ... 55 43. Pengaruh jenis dan kerapatan gulma terhadap bobot 100 butir kacang

tanah ... 55 44. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 123 45. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 123 46. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 123 47. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 123 48. Tanpa gulma (kontrol) ... 123


(23)

50. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 124 51. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 124 52. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 124 53. Tanpa gulma (kontrol) ... 124 54. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 125 55. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 125 56. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 125 57. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 3 MST ... 125 58. Tanpa gulma (kontrol) ... 125 59. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 126 60. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 126 61. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 126 62. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 126 63. Tanpa gulma (kontrol) ... 126 64. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 127 65. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap


(24)

67. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 127 68. Tanpa gulma (kontrol) ... 127 69. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 128 70. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 128 71. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 128 72. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 6 MST ... 128 73. Tanpa gulma (kontrol) ... 128 74. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 129 75. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 129 76. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 129 77. Penutupan gulma C. rotundus pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 129 78. Tanpa gulma (kontrol) ... 129 79. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 10 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 130 80. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 130 81. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 130 82. Penutupan gulma R. exaltata pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap


(25)

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 131 85. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 20 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 131 86. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 40 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 131 87. Penutupan gulma A. gangetica pada kerapatan 80 gulma/m2 terhadap

tanaman kacang tanah pada 9 MST ... 131 88. Tanpa gulma (kontrol) ... 131


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang permintaannya menduduki urutan kedua setelah kedelai dan menghasilkan protein serta lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Tanaman kacang tanah memegang peranan penting sebagai pemenuh kebutuhan kacang-kacangan untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri.

Adanya pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah di Indonesia, menyebabkan makin tingginya permintaan kacang tanah. Permintaan kacang tanah tahun 2011-2013 berturut-turut sebesar 769, 895, dan 912 ton/ha (Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, 2013). Untuk memenuhi permintaan tersebut maka pemerintah mengimpor kacang tanah dari luar negeri.

Kacang tanah memiliki kelebihan dibandingkan tanaman kacang-kacangan yang lainnya seperti daya hasil tinggi, hasilnya stabil, tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun), dan toleran terhadap kekeringan. Namun, produksi yang dihasilkan masih rendah karena beberapa faktor salah satunya gulma. Produksi kacang tanah pada tahun 2013 sebesar 11.351 ton, turun sebesar 723 ton


(27)

Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi tanaman kacang tanah yaitu keberadaan gulma. Gulma dalam budidaya tanaman kacang tanah memiliki daya saing yang bersifat merugikan bagi pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Gulma dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil kacang tanah dengan cara kompetisi unsur hara, cahaya, air, CO2, dan ruang tumbuh (Sastroutomo, 1990; Zimdhal, 2007 dalam Hendrival dkk., 2014). Kerugian yang ditimbulkan akibat gulma di pertanaman kacang tanah dapat mencapai 50% (Moenandir, 1993).

Kehadiran gulma di sepanjang siklus hidup tanaman budidaya tidak selalu

berpengaruh negatif. Terdapat suatu periode ketika gulma harus dikendalikan dan terdapat periode ketika gulma juga dibiarkan tumbuh karena tidak mengganggu tanaman (Moenandir, 1993).

Periode hidup tanaman yang sangat peka terhadap kompetisi gulma ini disebut periode kritis tanaman. Setiap tanaman memiliki masa kritis terhadap persaingan gulma. Menurut Sembodo (2010), periode kritis tanaman kacang tanah terhadap persaingan gulma yaitu ketika umur tanaman kacang tanah 6 minggu setelah tanam (MST).

Periode kritis untuk pengendalian gulma dibentuk oleh dua komponen, yaitu waktu kritis gulma harus disiangi atau lamanya waktu gulma dibiarkan di dalam areal penanaman sebelum terjadi kehilangan hasil yang tidak diharapkan, dan


(28)

Persaingan atau kompetisi biasanya berkaitan dengan sifat dan kerapatan gulma. Sifat pertumbuhan gulma yang berbeda akan menentukan daya saing gulma tersebut terhadap suatu tanaman, begitu pula dengan kerapatan gulma. Semakin tinggi kerapatan gulma maka akan semakin besar pula penekanannya terhadap produksi tanaman kacang tanah.

Periode kritis untuk pengendalian gulma merupakan komponen penting dalam strategi manajemen gulma terpadu yang memberikan pengetahuan bagi petani kapan saatnya untuk mengendalikan gulma yang dapat merugikan hasil tanaman (Swanton & Weise, 1991 dalam Knezevic dkk., 2002). Kerugian yang

ditimbulkan akibat gulma berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman adalah sebagai berikut: padi 10,8%; sorgum 17,8%; jagung 13%; tebu 15,7%; cokelat 11,9%; kedelai 13,5% dan kacang tanah 11,8% (Rogomulyo, 2005). Untuk mencegah kehilangan hasil kacang tanah akibat kompetisi dengan gulma, maka perlu diketahui saat yang tepat untuk melakukan pengendalian.

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jenis gulma terhadap tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2?

2. Bagaimana pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah Hypoma 2?


(29)

Hypoma 2?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2.

2. Mengetahui pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2.

3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kacang tanah varietas Hypoma 2 .

1.3 Kerangka Pemikiran

Berikut disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Kacang tanah merupakan tanaman legum yang terpenting setelah kedelai dan memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati untuk meningkatkan gizi masyarakat. Meningkatnya pertambahan

penduduk dan peningkatan gizi masyarakat mengakibatkan terjadinya kenaikan konsumsi kacang tanah di Indonesia. Penyebab utama rendahnya produksi kacang tanah di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain teknik


(30)

tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil kacang tanah bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain itu, adanya gulma dapat menyebabkan kesulitan dalam proses perawatan, pemanenan, dan dapat menurunkan produksi kacang tanah.

Untuk menekan pertumbuhan gulma, perlu dilakukan tindakan pengendalian gulma. Pengendalian gulma dalam berbudidaya kacang tanah sangat penting dilakukan karena gulma dapat menurunkan produksi tanaman kacang tanah akibat kompetisi gulma dengan tanaman budidaya. Kompetisi gulma di tanaman

tersebut secara langsung yaitu dalam hal bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Secara tidak langsung sejumlah gulma merupakan inang dari hama dan penyakit.

Menurut Titrosoedirdjo dkk. (1984) dalam Hasanuddin dkk.(2012), faktor yang mempengaruhi derajat kompetisi gulma yaitu jenis gulma, kerapatan gulma, varietas tanaman, dan tingkat pemupukan. Jenis gulma yang berbeda mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi dan fisiologi yang berbeda sedangkan kerapatan gulma berpengaruh pada penurunan hasil tanaman yaitu semakin tinggi kerapatan gulma maka hasil tanaman semakin menurun.


(31)

rotundus dan Rottboellia exaltata dengan menggunakan kerapatan gulma yang berbeda-beda yaitu 0, 10, 20, 40, dan 80 gulma/m2.

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Jenis gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2.

2. Semakin tinggi kerapatan gulma maka semakin tinggi terjadinya kompetisi gulma dengan tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2 sehingga

pertumbuhan dan produksi akan menurun.

3. Terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Kacang Tanah

Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua biji/polong), ukuran polong dan biji sedang. Keunggulannya potensi hasil mencapai 3,50 ton/ha, toleran kekeringan pada fase generatif, tahan penyakit bercak dan karat daun, jumlah polong banyak, dan ukuran biji besar. Kehadiran varietas Hypoma 2 ini dapat sebagai alternatif petani dalam memilih benih unggul kacang tanah. Prospektif dikembangkan oleh industri benih tanaman pangan (Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi, 2013).

Menurut Marzuki (1985), tanaman kacang tanah terdiri daun, batang, bunga, akar, dan biji. Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Daunnya terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Kacang tanah mulai berbunga pada umur 3–6 MST. Mahkota bunga berwarna kuning, bendera dari mahkota bunganya bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunga hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari. Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri dan termasuk bunga sempurna yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga.


(33)

berfungsi sebagai alat penyerap hara. Kacang tanah berbuah polong, polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang dan akan menjadi ginofora. Pertumbuhan memanjang ginofora terhenti setelah terbentuk polong (Marzuki, 1985).

2.2 Kesesuaian Lahan Kacang Tanah

Tanah yang paling sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah yang bertekstur ringan dan sedang. Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan kacang tanah adalah antara 25 – 27°C (Djaenudin dkk.,2003).

Kacang tanah memerlukan iklim yang lembab. Kacang tanah juga dapat hidup pada ketinggian lebih dari 800 m dpl. Curah hujan ideal sekitar 100–200 mm/bulan, kacang tanah menghendaki penyinaran penuh artinya kacang tanah tidak menghendaki cahaya matahari penuh terlindungi. Di tempat yang teduh batang tumbuh memanjang, pucat dan tidak membentuk polong. Jadi penyinaran sinar matahari sangat membantu dalam pertumbuhan kacang tanah (Rukmana, 1998).

2.3 Gulma Secara Umum

Menurut Djafarudin (2007), gulma adalah tumbuhan yang tidak diinginkan untuk tumbuh atau hidup pada suatu tempat yang bersifat merugikan bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.


(34)

sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok; (2) menurunkan kualitas hasil produksi tanaman pokok; (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman; (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan patogen; (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 2002).

Dalam pengelolaan, umumnya gulma dibedakan berdasarkan tempat hidup (gulma darat dan air), siklus hidup (semusim, dua musim, dan sepanjang musim) serta morfologi (berdaun lebar, rumput, dan teki) (Mercado, 1979).

2.3.1 Asystasia gangetica (A. gangetica)

A. gangetica merupakan tumbuhan perennial yang tumbuh menjalar sampai

ketinggian 50 cm. Daun berbentuk oval dan kadang-kadang hampir berbentuk segitiga dengan panjang 2,5–16,5 cm dan lebar 0,5–5,5 cm. Batang dan daunnya berbulu halus, bunga berwarna putih atau ungu, dan bentuknya menyerupai lonceng dengan panjang 2–2,5 cm. Buahnya seperti kapsul, berisi

empat buah biji dan panjang sekitar 3 cm (Gambar 1). Penyebaran gulma melalui bijinya yang bila pecah mencapai sekitar 6 m (Gorham dan Hosking, 2007 dalam Palasta, 2007).

Produksi biji A. gangetica diperkirakan mencapai 27 juta per ha. Setelah berkecambah, tanaman akan tumbuh dengan cepat dan menginvasi area

disekitarnya. Tunas baru dapat tumbuh dari pangkal ruas-ruas batang. Tiap tunas membentuk percabangan baru dan tumbuh menjadi tanaman baru saat menyentuh


(35)

Gambar 1. Asystasia gangetica

A. gangetica tumbuh dengan baik pada daerah tropis dan subtropis, memiliki toleransi yang baik pada kondisi kering, berbagai jenis tanah dan dapat ditemukan hingga ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Pada tempat yang ternaungi,

A. gangetica tumbuh membentuk organ-organ vegetatif yang lebih banyak.

Sebaliknya pada tempat terbuka akan memproduksi lebih banyak bunga dan biji (Otman dan Musa, 1992 dalam Priwiratama, 2011).

2.3.2 Cyperus rotundus (C. rotundus)

C. rotundus merupakan gulma famili Cyperaceae yang mempunyai akar dan

umbi. Batang teki berbentuk tumpul atau segitiga dan daun pada pangkal batang terdiri 4–10 helai, bunganya memiliki benang sari yang berjumlah tiga helai, kepala sari kuning cerah, dan tangkai putiknya bercabang tiga dan berwarna coklat. Gulma teki tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1–1.000 meter dpl


(36)

Menurut Sivapalan dan Prince(2012), C. rotundus memiliki panjang batang hingga 36–40 cm, kadang-kadang mencapai 70 cm, dan telah ditemukan mencapai 100 cm pada tanah subur yang lembab. Daun berasal dari pangkal tumbuhan. Daun berbentuk linear, tajam, dan mungkin jauh lebih pendek dari batang yang tinggi, dan biasanya tidak lebih dari 5 mm. Daunnya halus, mengkilap, hijau gelap dan beralur pada permukaan atas (Gambar 2).

Gambar 2. Cyperus rotundus

2.3.3 Rottboellia exaltata (R. exaltata)

R. exaltata adalah rumput tahunan berdiri tegak dan bercabang. Batang berbulu dengan ketinggian hingga 3 meter, memiliki rimpang dan tunggang. Daunnya panjang dengan luas sekitar 20−100 cm x 1−2,5 cm. Daunnya meruncing tajam dan kasar (Gambar 3). Selubung daun bebulu putih yang dapat meyebabkan iritasi apanila tersentuh kulit. Anakan diproduksi di kelenjar basal dan cabang muncul di daun atas (Jung dkk., 2013).


(37)

Gambar 3. Rottboellia exaltata

R. exaltata termasuk tumbuhan C4, mampu beradaptasi dengan kondisi kering dan

lembab, memiliki toleransi yang baik terhadap berbagai jenis tanah dan dapat ditemukan hingga ketinggian 800–1.300 m dpl (Holm dkk., 1977 dalam Reeder dkk., 1996).

2.4 Gulma pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

Daerah pusat pertanaman kacang tanah di Sukorejo (Pasuruan) dengan ketinggian ± 40 m dpl dan tanah yang bertekstur liat, lempung berpasir, tercatat seurutan jenis gulma: Cynodon dactylon (grinting), Polytrias amaura (lamuran),

Fimbrisstylis miliacea (das-dasan), Echinochloa colona (tuton), Eleusine indica

(lulangan), Paspalum conjugatum (pahitan), Phylantus niruri (meniran),

Amaranthus spinosus (bayam-bayaman), Ageratum conyzoides (wedusan),

Digitaria sanguinalis (sunduk gangsir), Mimosa pudica (putrid malu), Portulaca oleracea (kro kot), Panicum repens (lempuyangan), Cyperus rotundus (teki), dan


(38)

2.5 Kompetisi Gulma

2.5.1 Kompetisi Gulma A. gangetica dengan Tanaman Kacang Tanah

Menurut Pujisiswanto (2012), A. gangetica memiliki alat perbanyakan ganda baik melalui biji maupun dengan tunas batangnya sehingga gulma dengan cepat tumbuh kembali karena tersedianya sarana tumbuh yang berlimpah terutama unsur hara N dan K. Menurut Silahooy (2012), tanaman legum (kacang-kacangan) dengan bintil akar dapat memanfaatkan baik gas nitrogen dari udara maupun nitrogen anorganik dari dalam tanah, sedangkan unsur K mempercepat fotosintesa.

Adanya gulma A. gangetica di areal tanaman kacang tanah mengakibatkan persaingan cahaya, air, CO2, dan unsur hara terutama N dan K. Unsur hara N dan K yang terdapat di areal kacang tanah lebih banyak dimanfaatkan oleh A.

gangetica, sehingga mengakibatkan tanaman kacang tanah kekurangan unsur hara

N dan K. Keterbatasan unsur hara N dan K mengakibatkan tanaman kacang tanah kerdil, warna daun pucat dan akan menghambat proses fotosintesa (Jufri dan Mochammad, 2013).

2.5.2 Kompetisi Gulma C. rotundus dengan Tanaman Kacang Tanah

Salah satu jenis gulma yang ada di areal tanaman kacang-kacangan (Kacang tanah, Kedelai dan Kacang Hijau) adalah C. rotundus. C. rotundus merupakan


(39)

(Pranesti dkk., 2014).

Faktor gulma yang mempengaruhi tingkat persaingan ialah jenis gulma, tingkat kerapatan, dan pola pertumbuhan. Gangguan C. rotundus terhadap tanaman kacang tanah lebih banyak terjadi di bawah tanah. Hal tersebut terjadi karena pola pertumbuhan C. rotundus lebih cepat memperbanyak organ vegetatifnya

dibandingkan dengan organ generatifnya. Organ perbanyakan pada C. rotundus, yaitu umbi akar yang lebih banyak diproduksi di dalam tanah. Akar C. rotundus

berkembang ke segala arah sehingga menghambat sistem perakaran kacang tanah. Semakin tinggi kerapatan awal C. rotundus maka semakin tinggi laju

pertumbuhan C. rotundus yang mengakibatkan berkompetisi dalam memperebutkan air dan unsur hara yang tersedia (Pranesti dkk., 2014).

Hubungan antara kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan kerapatan awal teki 25, 50, dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar 14,69; 14,88, dan 17,57% (Gieana, 2010 dalam Fitria, 2012).

2.5.3 Kompetisi Gulma R. exaltata dengan Tanaman Kacang Tanah

Menurut Reeder dkk. (1996), R. exaltata termasuk tumbuhan C4, mampu

beradaptasi dengan kondisi kering dan lembab, memiliki tajuk kanopi yang tinggi, tegak, dan bercabang sehingga sarana tumbuh seperti cahaya akan lebih banyak dimanfaatkan oleh R. exaltata.


(40)

matahari lebih sedikit dibandingkan gulmanya sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terhambat (Fadhly dan Tabri, 2004).

Menurut Moenandir (1993), tanaman yang ternaungi R. exaltata dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan tertekan dan lama-kelamaan tanaman mati. Menurut Penelitian Nanan dkk. (2014), adanya persaingan R. exaltata pada tanaman kacang tanah, kedelai, kapas, dan padi menurunkan produksi sebesar 40–90%.

2.6 Kerapatan Gulma

Perbedaan kerapatan gulma akan menentukan besarnya gangguan gulma. Kerapatan gulma yang tumbuh pada suatu areal pertanian bervariasi menurut musim. Pada musim hujan persediaan air cukup sehingga populasi gulma banyak, dan sebaliknya pada saat musim kemarau (Sembodo, 2010).

Semakin rapatnya gulma, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat dan hasilnya semakin menurun. Penurunan hasil pertanian yang disebabkan oleh gulma dapat mencapai 20–80% bila gulma tidak dikendalikan. Gulma yang berkembang di areal pertanaman menjadi saingan utama dalam memperoleh unsur hara, air, sinar matahari, dan tempat tumbuh sehingga berpengaruh bagi


(41)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Percobaan ini dilakukan di kebun Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan jenis tanah ultisol dan Laboratorium Universitas Lampung dari bulan Januari–Mei 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan adalah benih kacang tanah varietas Hypoma 2. Bibit gulma Asystasia gangetica (A. gangetica), Cyperus rotundus (C. rotundus), Rottboellia exaltata (R. exaltata), kapur 41,4 kg/90 m2, pupuk Phonska 300 kg/ha dan pupuk Urea 100 kg/ha. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, tali raffia, patok, tugal, oven, koret, timbangan, kertas, cutter, pensil, spidol, dan plastik.

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3 x 5). Faktor pertama adalah tiga jenis gulma yaitu A. gangetica, C. rotundus, dan R. exaltata. Faktor kedua adalah kerapatan gulma yaitu 0, 10, 20, 40, dan 80 gulma/m2. Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan percobaan petak berjalur


(42)

dianalisis dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% untuk mengidentifikasi pengaruh satuan populasi gulma dari yang tidak berpengaruh sampai yang terburuk.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan

Lahan percobaan seluas 135 m2 disiapkan dengan cara dicangkul dan dikoret. Selanjutnya, petak-petak percobaan dibuat sebanyak 45 petak perlakuan, dengan ukuran setiap petak 1 m x 2 m dan jarak antar petak 0,5 m ke arah vertikal dan 0,5 m ke arah horizontal. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tata letak petak perlakuan

Keterangan:

P0 : Kerapatan 0 gulma/m2 P1 : Kerapatan 10 gulma/m2 P2 : Kerapatan 20 gulma/m2 P3 : Kerapatan 40 gulma/m2

G1 : A. gangetica

G2 : C. rotundus

G3 : R. exaltata


(43)

Penanaman dilakukan dengan jarak 40 cm x 15 cm dengan satu benih setiap lubang (Gambar 5). Benih kacang tanah ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman sekitar 3 cm. Penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST).

Gambar 5. Tata letak tanaman kacang tanah.

3.4.3 Penanaman Gulma

Penanaman gulma dilakukan dengan cara transplanting bibit C. rotundus, A. gangetica dan R. exaltata dari areal kebun ke petak yang sudah disiapkan dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya kemudian ditanam pada lahan yang sudah disiapkan jarak tanam gulma. Kerapatan gulma 10, 20, 40 dan 80 gulma/m2 masing-masing memiliki jarak tanam 40 x 25 cm2; 25 x 20 cm2; 25 x10 cm2 dan 12,5 x 10 cm2. Gulma yang akan dipindahkan ke lahan ketika gulma tersebut memiliki 3–4 helai daun atau dengan ketinggian yang seragam, hal ini bertujuan agar pertumbuhan tanaman dan gulma seragam.


(44)

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengapuran, pembubunan dan penyiangan gulma lain.

3.4.4.1 Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan cara menggunakan mesin pompa air apabila tidak turun hujan. Penyiraman disesuaikan dengan kebutuhan tanaman atau intensitas kebutuhan air untuk tanaman.

3.4.4.2 Pemupukan

Pemupukan pada kacang tanah menggunakan pupuk Phonska dan Urea

seluruhnya diberikan pada umur tanaman 7 hst. Dosis pupuk yang digunakan, yaitu Phonska 300 kg/ha dan Urea 100 kg/ha dengan cara ditugal.

3.4.4.3 Pengapuran

Pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam, karena lahan yang digunakan termasuk jenis tanah ultisol yang bersifat masam, sehingga perlu dilakukan pengapuran dengan dosis 41,4 kg/90 m2.

3.4.4.4 Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk guludan, pembubunan dilakukan ketika umur tanaman kacang tanah 3-6 minggu setelah tanam. Pembubunan ini dilakukan setiap satu minggu sekali pada petak kontrol (tanpa perlakuan gulma).


(45)

Pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan aplikasi pestisida apabila serangan hama/penyakit cukup tinggi pada tanaman kacang tanah. Aplikasi pestisida ini dilakukan setiap 1 minggu sekali.

3.4.4.6 Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma dilakukan secara mekanis yang dilakukan setiap hari dengan cara mencabut gulma-gulma lain yang berada di petak selain gulma yang ditanam yaitu: A. gangetica, C. rotundus, dan R. exaltata.

3.4.5 Pengambilan Sampel Gulma

Pengambilan sampel gulma dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 x 0,5 m2 (Gambar 6) dan memotong batang gulma yang ada di dalam kuadran dengan cutter hingga rata dengan permukaan tanah, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik yang dilabeli sesuai dengan nomor petak dan ulangan.

Pengambilan dilakukan pada saat tanaman kacang tanah sedang fase vegetatif maksimum (6 MST). Setelah dikumpulkan, gulma diidentifikasi, dimasukkan ke dalam kantong kertas, lalu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70 – 800C selama 1 atau 2 hari hingga bobot konstan.


(46)

Gambar 6. Petak pengambilan sampel gulma

Keterangan:

X : Tanaman Kacang Tanah

0 : Jenis Gulma dengan Kerapatan 10 gulma/2 m2 : Kuadran 0,5 x 0,5 m2

3.5 Variabel yang Diamati

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan.

3.5.1 Pertumbuhan Gulma

1. Persen Penutupan Gulma. Pengamatan persen penutupan gulma dilakukan pada minggu ke 3, 6, dan 9 secara visual. Diamati berapa besar terjadinya penutupan gulma terhadap tanaman.

2. Bobot Kering Gulma. Pengamatan bobot kering gulma diamati saat fase vegetatif maksimum tanaman kacang tanah (6 MST) yang dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 x 0,5 m2, kemudian dikeringkan


(47)

3.5.2 Pertumbuhan Tanaman

1. Tinggi Tanaman. Tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman pada 3, 6, dan 9 minggu setelah tanam (MST). Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter dengan bantuan alat pengukur panjang sebanyak 5 tanaman sampel/petak pelakuan.

2. Jumlah Daun. Jumlah helai daun diamati dengan cara menghitung tangkai daun tanaman kacang tanah pada masing-masing sampel. Pengamatan

dilakukan pada 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam (MST). Sampel tanaman yang diamati per petak perlakuan sebanyak 5 tanaman.

3. Umur Tanaman Berbunga 50%. Umur tanaman berbunga diketahui setelah 50% dari seluruh populasi tanaman kacang tanah dari masing-masing tanaman telah berbunga.

4. Bobot Brangkasan Basah Tanaman. Pengambilan bobot brangkasan basah tanaman pada saat fase vegetatif maksimum (6 MST) yang dilakukan pada petak destruktif dengan mengambil 3 sampel tanaman di bagian tengah (Gambar 7). Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

5. Bobot Brangkasan Kering Tanaman. Pengambilan bobot brangkasan kering tanaman pada saat fase vegetatif maksimum (6 MST) yang dilakukan pada petak destruktif dengan mengambil 3 sampel tanaman di bagian tengah dan ditimbang bobot basahnya segera dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 800C. Berangkasan dikeringkan sampai bobotnya konstan.


(48)

Gambar 7. Petak pengambilan bobot brangkasan tanaman Keterangan:

X : Tanaman Kacang Tanah

0 : Jenis Gulma dengan Kerapatan 10 gulma/2 m2 : Pengambilan sampel berangkasan tanaman

3.5.3 Komponen Hasil

1. Bobot Polong Basah per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong basah dengan menimbang polong 5 tanaman sampel setelah panen dengan satuan gram. 2. Bobot Polong Kering Oven per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong kering

dengan mengeringkan sampel tanaman yang telah dipanen dan ditimbang berat polong basahnya dengan menggunakan oven bersuhu 800C samapi bobot konstan. Setelah bobot konstan ditimbang dalam satuan gram.

3. Bobot Polong Isi per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong isi setelah panen dengan menimbang polong yang isi dari sampel tanaman kemudian bobotnya ditimbang dengan menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan dalam satuan gram.


(49)

tanaman kemudian bobotnya ditimbang dengan menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan dalam satuan gram.

5. Bobot Polong Kering per Petak. Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot polong kering yang sudah dijemur selama 1 minggu. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram dengan ukuran per petak panen 1,5 m2.

6. Bobot 100 Butir pada Kadar Air 14%. Pengamatan bobot 100 butir dilakukan setelah dihitung kadar air biji tersebut kemudian benih dihitung hingga 100 butir dengan alat penghitung benih. Kemudian diukur bobotnya dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. KA 14% = 100 −100 KA terukur


(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis gulma yang berbeda menentukan tingkat kompetisi dalam menekan tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. Kehadirangulma Rottboellia exaltata mengakibatkan tinggi tanaman kacang tanah mengalami etiolasi. 2. Kerapatan 80 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun

kacang tanah pada 3 dan 9 MST, bobot polong hampa berturut-turut sebesar 10; 16; 25; dan 68%, dan mengalami keterlambatan dalam umur berbunga. Kerapatan 40 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 9 MST dan bobot brangkasan kering kacang tanah sebesar 7 dan 23%.

3. Terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun kacang tanah pada 6 MST, bobot polong basah, bobot polong kering oven, bobot polong isi, bobot polong kering per petak dan bobot 100 butir kacang tanah.


(51)

Dari penelitian ini disarankan sebaiknya dilakukan pengamatan bobot produksi biji kacang tanah untuk mengetahui lebih detail jenis gulma yang menekan produksi biji kacang tanah varietas Hypoma 2.


(52)

Switzerland. Pp. 314

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Padi Dan Palawija Sumatera Utara. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. No. 45/07/12/Thn. XVII, 1 Juli 2014.

Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi. 2013. Kacang Tanah Varietas Hypoma 2. Kalimantan Timur. Samarainda. 23 hlm.

Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah. Diakses pada Tanggal 22 November 2014. Djaenuddin, D., H. Marwan., H. Subagyo., A.Mulyani., dan N. Suharta. 2003.

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen

Pertanian. 154 hlm.

Djafarudin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 105 hlm.

Fadhly, A. F. dan F. Tabri. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. http://www.balitsereal litbang deptan.go.id. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014.

Faronika, M. 2013. Evaluasi produktifitas dan kualitas beberapa varetas kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di tanah bertekstur liat. J. Online

Agroekoteknologi 1 (2) : 201 – 213.

Fitria, A. 2012. Kompetisi Beberapa Jenis Gulma dan Populasi terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea

L.) Varietas Kancil. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 40 hlm.

Hardiman, T., I. Titiek, dan S.T. Husni. 2014. Pengaruh waktu penyiangan gulma pada sistem tanam tumpangsari kacang tanah dengan ubi kayu. J.


(53)

Hendrival, W. Zurrahmi, dan A. Abdul. 2014. Periode kritis tanaman kedelai terhadap persaingan gulma. J. Floratek. 9: 6 – 13.

Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogeal L.) varietas lokal madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk fosfor.

J. Agrovigor 1 (1): 55 – 64.

Jufri, A. dan R. Mochammad. 2013. Pengaruh zeolit dalam pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah di kabupaten Badung provinsi Bali. J. Sains dan Teknologi Indonesia 14 (3): 161 – 166.

Jung, S.Y., P.S. Hyun, H.H. Suk, C.K. Sun, N. GiHeum, C.Y. Hoon, dan K.J. Hwan. 2013. Three newly recorded plants of South Korea: Muhlenbergia

ramose (Hack. ex Matsum.) Makino, Dichanthelium acuminatum (Sw.)

Gould and C.A. Clark and Rottboellia cochinchinensis (Lour.) Clayton. Journal of Asia-Pacific Biodiversity 6 (3): 397 – 406.

Knezevic, S.Z. Evans, S.P. Blankenship, E.E. Van Acker, R.C., dan Lindquiest, J.L. 2002. Critical period for weed control: the concept and data analysis Weed Science 50: 773 – 786.

Lutfianis, U., B. Sri, dan Sumarno. 2012. Potential production of red rice by arrangement density of plant population and fertilizing on dry land. J Agron Res 1 (2): 70 – 75.

Marzuki, H.A.R. 1985. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hlm.

Mercado, B.L. 1979. Introduction to Weed Science. SEARCA Publications. Los Banos. Laguna Philippines. 279 p.

Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. PT. Rajawali Press. Jakarta. 143 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT. Raja Grafido Persada. Jakarta. 83 hlm.

Myrna, N. E. F. dan A. P. Lestari. 2010. Peningkatan efisiensi konversi energi matahari pada pertanaman kedelai melalui penanaman jagung dengan jarak tanam berbeda. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 12 (2): 49 – 54.


(54)

grain maize in M’Bahiakro (East central Côte d’Ivoire)

Journal of Agriculture and review 3 (12): 167 – 171.

Palasta, R. 2007. Efisikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.

Pranesti, A., R. Rohlan, dan W. Sriyanto. 2014. Pengaruh tingkat kerapatan teki (Cyperus rotundus L.) terhadap pertumbuhan dan hasil dua habitus wijen ( Sesamum indicum L.). J.Vegetalika 3 (4): 119 – 130.

Priwiratama, H. 2011. Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha (Nees). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Vol. G – 0001.

Pujisiswanto, H. 2012. Kajian daya racun cuka (asam asetat) terhadap pertumbuhan gulma pada persiapan lahan. J. Agrin 16 (1): 40 – 48. Reeder, R.H., E. Carola, dan T. Matthiew. 1996. Population dynamic aspects of

interaction between the weed Rottboellia cochinchinensis (itch grass) and the potential biological control agent Sporisorium ophiuri (bead smut). (Prosiding). University Cape Town. South Africa. Pp 205 – 211. Rukmana, R. 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 50 hlm.

Rogomulyo, R. 2005. Pengelolaan Gulma. http://elisa.ugm.ac.id/files/AT. SOEJONO/pengelolaan%gulma.pdf. Diakses pada tanggal 19 September2014, pada pukul 19.00 WIB.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Silahooy, Ch. 2012. Efek dolomit dan SP-36 terhadap bintil akar, serapan N dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah kambisol. J. Agrologia 1 (2): 91– 98.

Sivapalan, S.R. dan J. Prince. 2012. Physico-chemical and phyto-chemical study of Cyperus rotundus L. Journal of Pharmacology and Pharmaceutical Technology (IJPPT) 1 (2): 42 – 46.

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Grafindo Perkasa. Jakarta. 157 hlm.

Supriyati, D. dan U. Adil. 2013. Spesies tikus, cecurut dan pinjal yang ditemukan di pasar kota Banjarnegara, kabupaten Banjarnegara tahun 2013. J. BALABA 9 (2): 39 – 46.


(55)

Uluputty, M.R. 2014. Gulma utama pada tanaman terung di desa Wanakarta Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. J. Agrologia 3 (1): 37 – 43.

Widayat, D. 2002. Kemampuan berkompetisi kedelai (Glycine max) kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kacang hijau (Vigna radiate) terhadap teki (Cyperus rotundus). Jurnal Bionatura 4 (2): 118 – 128.

Yahya, S. dan M. Awilham. 2002. Kejut tanam pindah cara cabutan pada pembibitan kelapa sawit. J. Bul. Agron 30 (1): 12 – 20.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis gulma yang berbeda menentukan tingkat kompetisi dalam menekan tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. Kehadirangulma Rottboellia

exaltata mengakibatkan tinggi tanaman kacang tanah mengalami etiolasi.

2. Kerapatan 80 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun kacang tanah pada 3 dan 9 MST, bobot polong hampa berturut-turut sebesar 10; 16; 25; dan 68%, dan mengalami keterlambatan dalam umur berbunga. Kerapatan 40 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 9 MST dan bobot brangkasan kering kacang tanah sebesar 7 dan 23%.

3. Terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun kacang tanah pada 6 MST, bobot polong basah, bobot polong kering oven, bobot polong isi, bobot polong kering per petak dan bobot 100 butir kacang tanah.


(2)

58

5.2 Saran

Dari penelitian ini disarankan sebaiknya dilakukan pengamatan bobot produksi biji kacang tanah untuk mengetahui lebih detail jenis gulma yang menekan produksi biji kacang tanah varietas Hypoma 2.


(3)

Arnon, I. 1975. Mineral nutrition of maize int. Potash. Ints. Worbloufen, Bern Switzerland. Pp. 314

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Padi Dan Palawija Sumatera Utara. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. No. 45/07/12/Thn. XVII, 1 Juli 2014.

Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi. 2013. Kacang Tanah Varietas Hypoma 2. Kalimantan Timur. Samarainda. 23 hlm.

Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah. Diakses pada Tanggal 22 November 2014. Djaenuddin, D., H. Marwan., H. Subagyo., A.Mulyani., dan N. Suharta. 2003.

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen

Pertanian. 154 hlm.

Djafarudin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 105 hlm.

Fadhly, A. F. dan F. Tabri. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. http://www.balitsereal litbang deptan.go.id. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014.

Faronika, M. 2013. Evaluasi produktifitas dan kualitas beberapa varetas kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di tanah bertekstur liat. J. Online

Agroekoteknologi 1 (2) : 201 – 213.

Fitria, A. 2012. Kompetisi Beberapa Jenis Gulma dan Populasi terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Kancil. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 40 hlm.

Hardiman, T., I. Titiek, dan S.T. Husni. 2014. Pengaruh waktu penyiangan gulma pada sistem tanam tumpangsari kacang tanah dengan ubi kayu. J.


(4)

60 Hasanuddin, E. Gina, dan Safmaneli. 2012. Pengaruh persaingan gulma

Synedrella nodiflora L. gaertn. pada berbagai densitas terhadap

pertumbuhan hasil kedelai. J. Agrista 16 (3): 146 – 152.

Hendrival, W. Zurrahmi, dan A. Abdul. 2014. Periode kritis tanaman kedelai terhadap persaingan gulma. J. Floratek. 9: 6 – 13.

Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogeal L.) varietas lokal madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk fosfor.

J. Agrovigor 1 (1): 55 – 64.

Jufri, A. dan R. Mochammad. 2013. Pengaruh zeolit dalam pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah di kabupaten Badung provinsi Bali. J. Sains dan Teknologi Indonesia 14 (3): 161 – 166.

Jung, S.Y., P.S. Hyun, H.H. Suk, C.K. Sun, N. GiHeum, C.Y. Hoon, dan K.J. Hwan. 2013. Three newly recorded plants of South Korea: Muhlenbergia

ramose (Hack. ex Matsum.) Makino, Dichanthelium acuminatum (Sw.)

Gould and C.A. Clark and Rottboellia cochinchinensis (Lour.) Clayton.

Journal of Asia-Pacific Biodiversity 6 (3): 397 – 406.

Knezevic, S.Z. Evans, S.P. Blankenship, E.E. Van Acker, R.C., dan Lindquiest, J.L. 2002. Critical period for weed control: the concept and data analysis Weed Science 50: 773 – 786.

Lutfianis, U., B. Sri, dan Sumarno. 2012. Potential production of red rice by arrangement density of plant population and fertilizing on dry land. J

Agron Res 1 (2): 70 – 75.

Marzuki, H.A.R. 1985. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hlm.

Mercado, B.L. 1979. Introduction to Weed Science. SEARCA Publications. Los Banos. Laguna Philippines. 279 p.

Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. PT. Rajawali Press. Jakarta. 143 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT. Raja Grafido Persada. Jakarta. 83 hlm.

Myrna, N. E. F. dan A. P. Lestari. 2010. Peningkatan efisiensi konversi energi matahari pada pertanaman kedelai melalui penanaman jagung dengan jarak tanam berbeda. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 12 (2): 49 – 54.


(5)

Nanan, K., J.. I. Ipou, A. Toure, L. Adou, dan F. K. Kra. 2014. Effect of density of

Rottboellia cochinchinensis (Loureiro) W. Clayton (Poaceae) on the

performance ofgrain maize in M’Bahiakro (East-central Côte d’Ivoire).

Journal of Agriculture and review 3 (12): 167 – 171.

Palasta, R. 2007. Efisikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.

Pranesti, A., R. Rohlan, dan W. Sriyanto. 2014. Pengaruh tingkat kerapatan teki

(Cyperus rotundus L.) terhadap pertumbuhan dan hasil dua habitus wijen

( Sesamum indicum L.). J.Vegetalika 3 (4): 119 – 130.

Priwiratama, H. 2011. Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha (Nees). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Vol. G – 0001.

Pujisiswanto, H. 2012. Kajian daya racun cuka (asam asetat) terhadap pertumbuhan gulma pada persiapan lahan. J. Agrin 16 (1): 40 – 48. Reeder, R.H., E. Carola, dan T. Matthiew. 1996. Population dynamic aspects of

interaction between the weed Rottboellia cochinchinensis (itch grass) and the potential biological control agent Sporisorium ophiuri (bead smut). (Prosiding). University Cape Town. South Africa. Pp 205 – 211. Rukmana, R. 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 50 hlm.

Rogomulyo, R. 2005. Pengelolaan Gulma. http://elisa.ugm.ac.id/files/AT. SOEJONO/pengelolaan%gulma.pdf. Diakses pada tanggal 19 September2014, pada pukul 19.00 WIB.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Silahooy, Ch. 2012. Efek dolomit dan SP-36 terhadap bintil akar, serapan N dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah kambisol. J.

Agrologia 1 (2): 91– 98.

Sivapalan, S.R. dan J. Prince. 2012. Physico-chemical and phyto-chemical study

of Cyperus rotundus L. Journal of Pharmacology and Pharmaceutical

Technology (IJPPT) 1 (2): 42 – 46.

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Grafindo Perkasa. Jakarta. 157 hlm.

Supriyati, D. dan U. Adil. 2013. Spesies tikus, cecurut dan pinjal yang ditemukan di pasar kota Banjarnegara, kabupaten Banjarnegara tahun 2013. J.


(6)

62 Suryadi, S. Lilik, dan S. Roedy. 2013. Kajian intersepsi cahaya matahari pada

kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diantara tanaman melinjo

menggunakan jarak tanam berbeda. J. Produksi Tanaman 1 (4): 42-50. Uluputty, M.R. 2014. Gulma utama pada tanaman terung di desa Wanakarta

Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. J. Agrologia 3 (1): 37 – 43.

Widayat, D. 2002. Kemampuan berkompetisi kedelai (Glycine max) kacang tanah

(Arachis hypogaea) dan kacang hijau (Vigna radiate) terhadap teki

(Cyperus rotundus). Jurnal Bionatura 4 (2): 118 – 128.

Yahya, S. dan M. Awilham. 2002. Kejut tanam pindah cara cabutan pada pembibitan kelapa sawit. J. Bul. Agron 30 (1): 12 – 20.