Pelaksanaan Penelitian PENGARUH JENIS DAN KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS HYPOMA 2

20 3.4.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hamapenyakit dilakukan dengan aplikasi pestisida apabila serangan hamapenyakit cukup tinggi pada tanaman kacang tanah. Aplikasi pestisida ini dilakukan setiap 1 minggu sekali. 3.4.4.6 Penyiangan Gulma Penyiangan gulma dilakukan secara mekanis yang dilakukan setiap hari dengan cara mencabut gulma-gulma lain yang berada di petak selain gulma yang ditanam yaitu: A. gangetica, C. rotundus, dan R. exaltata. 3.4.5 Pengambilan Sampel Gulma Pengambilan sampel gulma dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 x 0,5 m 2 Gambar 6 dan memotong batang gulma yang ada di dalam kuadran dengan cutter hingga rata dengan permukaan tanah, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik yang dilabeli sesuai dengan nomor petak dan ulangan. Pengambilan dilakukan pada saat tanaman kacang tanah sedang fase vegetatif maksimum 6 MST. Setelah dikumpulkan, gulma diidentifikasi, dimasukkan ke dalam kantong kertas, lalu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70 – 80 C selama 1 atau 2 hari hingga bobot konstan. 21 Gambar 6. Petak pengambilan sampel gulma Keterangan: X : Tanaman Kacang Tanah 0 : Jenis Gulma dengan Kerapatan 10 gulma2 m 2 : Kuadran 0,5 x 0,5 m 2 3.5 Variabel yang Diamati Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. 3.5.1 Pertumbuhan Gulma 1. Persen Penutupan Gulma. Pengamatan persen penutupan gulma dilakukan pada minggu ke 3, 6, dan 9 secara visual. Diamati berapa besar terjadinya penutupan gulma terhadap tanaman. 2. Bobot Kering Gulma. Pengamatan bobot kering gulma diamati saat fase vegetatif maksimum tanaman kacang tanah 6 MST yang dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 x 0,5 m 2 , kemudian dikeringkan 22 menggunakan oven pada suhu 80 C selama 2 x 24 jam sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang. 3.5.2 Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi Tanaman. Tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman pada 3, 6, dan 9 minggu setelah tanam MST. Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter dengan bantuan alat pengukur panjang sebanyak 5 tanaman sampelpetak pelakuan. 2. Jumlah Daun. Jumlah helai daun diamati dengan cara menghitung tangkai daun tanaman kacang tanah pada masing-masing sampel. Pengamatan dilakukan pada 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam MST. Sampel tanaman yang diamati per petak perlakuan sebanyak 5 tanaman. 3. Umur Tanaman Berbunga 50. Umur tanaman berbunga diketahui setelah 50 dari seluruh populasi tanaman kacang tanah dari masing-masing tanaman telah berbunga. 4. Bobot Brangkasan Basah Tanaman. Pengambilan bobot brangkasan basah tanaman pada saat fase vegetatif maksimum 6 MST yang dilakukan pada petak destruktif dengan mengambil 3 sampel tanaman di bagian tengah Gambar 7. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. 5. Bobot Brangkasan Kering Tanaman. Pengambilan bobot brangkasan kering tanaman pada saat fase vegetatif maksimum 6 MST yang dilakukan pada petak destruktif dengan mengambil 3 sampel tanaman di bagian tengah dan ditimbang bobot basahnya segera dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 80 C. Berangkasan dikeringkan sampai bobotnya konstan. 23 Gambar 7. Petak pengambilan bobot brangkasan tanaman Keterangan: X : Tanaman Kacang Tanah 0 : Jenis Gulma dengan Kerapatan 10 gulma2 m 2 : Pengambilan sampel berangkasan tanaman 3.5.3 Komponen Hasil 1. Bobot Polong Basah per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong basah dengan menimbang polong 5 tanaman sampel setelah panen dengan satuan gram. 2. Bobot Polong Kering Oven per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong kering dengan mengeringkan sampel tanaman yang telah dipanen dan ditimbang berat polong basahnya dengan menggunakan oven bersuhu 80 C samapi bobot konstan. Setelah bobot konstan ditimbang dalam satuan gram. 3. Bobot Polong Isi per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong isi setelah panen dengan menimbang polong yang isi dari sampel tanaman kemudian bobotnya ditimbang dengan menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan dalam satuan gram. 24 4. Bobot Polong Hampa per 5 tanaman. Pengamatan bobot polong hampa dilakukan setelah panen dengan menimbang polong yang hampa dari sampel tanaman kemudian bobotnya ditimbang dengan menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan dalam satuan gram. 5. Bobot Polong Kering per Petak. Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot polong kering yang sudah dijemur selama 1 minggu. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram dengan ukuran per petak panen 1,5 m 2 . 6. Bobot 100 Butir pada Kadar Air 14. Pengamatan bobot 100 butir dilakukan setelah dihitung kadar air biji tersebut kemudian benih dihitung hingga 100 butir dengan alat penghitung benih. Kemudian diukur bobotnya dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. KA 14 = 100 − KA terukur 100 −14 x Bobot 100 butir V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis gulma yang berbeda menentukan tingkat kompetisi dalam menekan tinggi tanaman kacang tanah pada 9 MST. Kehadiran gulma Rottboellia exaltata mengakibatkan tinggi tanaman kacang tanah mengalami etiolasi. 2. Kerapatan 80 gulmam 2 menekan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun kacang tanah pada 3 dan 9 MST, bobot polong hampa berturut-turut sebesar 10; 16; 25; dan 68, dan mengalami keterlambatan dalam umur berbunga. Kerapatan 40 gulmam 2 menekan tinggi tanaman pada 9 MST dan bobot brangkasan kering kacang tanah sebesar 7 dan 23. 3. Terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun kacang tanah pada 6 MST, bobot polong basah, bobot polong kering oven, bobot polong isi, bobot polong kering per petak dan bobot 100 butir kacang tanah. 58

5.2 Saran

Dari penelitian ini disarankan sebaiknya dilakukan pengamatan bobot produksi biji kacang tanah untuk mengetahui lebih detail jenis gulma yang menekan produksi biji kacang tanah varietas Hypoma 2. PUSTAKA ACUAN Arnon, I. 1975. Mineral nutrition of maize int. Potash. Ints. Worbloufen, Bern Switzerland. Pp. 314 Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Padi Dan Palawija Sumatera Utara. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. No. 450712Thn. XVII, 1 Juli 2014. Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi. 2013. Kacang Tanah Varietas Hypoma 2. Kalimantan Timur. Samarainda. 23 hlm. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah. Diakses pada Tanggal 22 November 2014. Djaenuddin, D., H. Marwan., H. Subagyo., A.Mulyani., dan N. Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 154 hlm. Djafarudin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 105 hlm. Fadhly, A. F. dan F. Tabri. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. http:www.balitsereal litbang deptan.go.id. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014. Faronika, M. 2013. Evaluasi produktifitas dan kualitas beberapa varetas kacang tanah Arachis hypogaea L. di tanah bertekstur liat. J. Online Agroekoteknologi 1 2 : 201 – 213. Fitria, A. 2012. Kompetisi Beberapa Jenis Gulma dan Populasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah Arachis hypogaea L. Varietas Kancil. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 40 hlm. Hardiman, T., I. Titiek, dan S.T. Husni. 2014. Pengaruh waktu penyiangan gulma pada sistem tanam tumpangsari kacang tanah dengan ubi kayu. J. Produksi Tanaman 2 2: 114 – 116. 60 Hasanuddin, E. Gina, dan Safmaneli. 2012. Pengaruh persaingan gulma Synedrella nodiflora L. gaertn. pada berbagai densitas terhadap pertumbuhan hasil kedelai. J. Agrista 16 3: 146 – 152. Hendrival, W. Zurrahmi, dan A. Abdul. 2014. Periode kritis tanaman kedelai terhadap persaingan gulma. J. Floratek. 9: 6 – 13. Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah Arachis hypogeal L. varietas lokal madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk fosfor. J. Agrovigor 1 1: 55 – 64. Jufri, A. dan R. Mochammad. 2013. Pengaruh zeolit dalam pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah di kabupaten Badung provinsi Bali. J. Sains dan Teknologi Indonesia 14 3: 161 – 166. Jung, S.Y., P.S. Hyun, H.H. Suk, C.K. Sun, N. GiHeum, C.Y. Hoon, dan K.J. Hwan. 2013. Three newly recorded plants of South Korea: Muhlenbergia ramose Hack. ex Matsum. Makino, Dichanthelium acuminatum Sw. Gould and C.A. Clark and Rottboellia cochinchinensis Lour. Clayton. Journal of Asia-Pacific Biodiversity 6 3: 397 – 406. Knezevic, S.Z. Evans, S.P. Blankenship, E.E. Van Acker, R.C., dan Lindquiest, J.L. 2002. Critical period for weed control: the concept and data analysis Weed Science 50: 773 – 786. Lutfianis, U., B. Sri, dan Sumarno. 2012. Potential production of red rice by arrangement density of plant population and fertilizing on dry land. J Agron Res 1 2: 70 – 75. Marzuki, H.A.R. 1985. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hlm. Mercado, B.L. 1979. Introduction to Weed Science. SEARCA Publications. Los Banos. Laguna Philippines. 279 p. Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. PT. Rajawali Press. Jakarta. 143 hlm. Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT. Raja Grafido Persada. Jakarta. 83 hlm. Myrna, N. E. F. dan A. P. Lestari. 2010. Peningkatan efisiensi konversi energi matahari pada pertanaman kedelai melalui penanaman jagung dengan jarak tanam berbeda. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 12 2: 49 – 54.