Sistem Pers Indonesia Kajian Teori ERG dan Pers Pancasila

sesuai dengan keahliannya; e. memiliki kecintaan dan dedikasi luar biasa luar biasa terhadap bidang pekerjaan profesi yang dipilih dan ditekuninya; f. tidak semua orang mampu melaksanakan pekerjaan profesi tersebut karena untuk menyelaminya mensyaratkan penguasaan ketrampilan atau keahlian tertentu. Dengan merujuk kepada enam syarat di atas, maka jelas pers termasuk bidang pekerjaan yang mensyaratkan kemampuan profesionalisme. Telah dijelaskan dalam UU no. 40 tahun 1999 bahwa semua yang terlibat dalam pers harus memiliki dan menaati kode etik yang berlaku pasal 15 ayat 2. Adapun yang dimaksud dengan kode etik ialah himpunan etika profesi kewartawanan. Kode etik tersebut diatur oleh dewan pers yang sah, yakni Dewan Pers Indonesia. Melalui laman resminya, Dewan Pers menjelaskan kode etik yang harus ditaati oleh wartawan. Terdiri atas 11 pasal, aturan ini dapat dijelaskan berikut ini: 52 a. Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. b. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. c. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. d. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 52 Dewan Pers, Kode Etik Jurnalistik, http:dewanpers.or.idperaturandetail190kode-etik- jurnalistik, diakses pada 10 Februari 2016, pukul 17.09 WIB. e. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. f. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. g. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. h. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. i. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. j. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. k. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. 48

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN

A. Profil Data

1. Subyek Penelitian

Sebuah penelitian tentunya membutuhkan sumber informasi yang memberikan jawaban-jawaban yang diproyeksikan mampu menyelesaikan tujuan penelitian. dalam konteks penelitian kualitatif, mereka disebut juga sebagai informan. Pemilihan informan tidak diutamakan pada tingkat pendidikannya, ekonomi, atau status sosialnya saja. Namun, lebih diutamakan kepada tingkat keterlibatan seseorang itu terhadap lingkungan masalah, sehingga kedepannya seseorang itu dapat banyak membantu terselesaikannya penelitian. Adapun informan tersebut berperan sebagai subyek penelitian, yakni orang yang melakukan atau paling tidak banyak terlibat didalam tindakan atau fokus keilmuan yang sedang diteliti. Sehingga subyekinforman mampu menjawab apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, atau bagaimana sebuah fenomena itu terjadi. Dalam konteks penelitian yang meneliti tentang tren meme dan ruang kebebasan ini, dipilih lahan informasi berupa fanspage Meme Comic Indonesia dan menjadikan orang- orang yang terlibat didalamnya sebagai informan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Meme Comic Indonesia dipilih karena dianggap sebagai salah satu halaman perintis berkembangnya meme di indonesia, serta menjadi halaman dengan basis pengikut terbanyak didalam media sosial yang juga paling banyak dipakai di Indonesia sendiri. Demi terbentuknya gambaran utuh yang rinci mengenai fenomena tren dan ruang kebebasan kebebasan berekspresi didalam komunitas virtual MCI tersebut, peneliti membagi jenis informan kepada 2 jenis. Pertama adalah orang-orang yang secara aktif membuat dan menyebarkan meme, dalam hal ini ialah para admin 53 dari MCI itu sendiri, serta salah satu pengikut yang juga aktif membuat serta menyumbangkan karyanya untuk kemudian diposting kedalam fanspage. Perlu diketahui bahwa didalam manajemennya, identitas asli para admin Meme Comic Indonesia dilindungi, sehingga sangat sedikit sekali informasi identitas yang mampu dan boleh ditampilkan kepada publik. Berikut adalah rincian profil serta kompetensinya. a. Admin S, adalah seorang pemuda berusia 23 tahun dan merupakan bagian dari jajaran admin Meme Comic Indonesia yang tersebar ker berbagai wilayah di Indonesia. Karya-karyanya telah banyak di posting ke halaman utama MCI serta mendapatkan banyak apresiasi. Awalnya, admin S juga salah satu pengikutlikers dari halaman MCI. Namun karena frekwensi dan kualitas karya yang sering ia kirimkan dianggap memenuhi syarat, akhirnya ia menjadi admin ketiga yang diangkat oleh sang pendiri. Sekarang, ia menjabat sebagai pimpinan dari para admin Meme Comic Indonesia. Karakternya yang pendiam namun kreatif, tegas, dan visioner berperan besar dalam kemajuan halaman MCI hingga seperti saat ini. Hal tersebut menjadikannya dianggap sebagai sosok yang tepat untuk dijadikan informan didalam penelitian ini. 53 Berasal dari kata administrator, sebutan untuk orang yang bertanggung jawab mengelola serta mengontrol keluar-masuknya meme didalam fanspage Meme Comic Indonesia MCI. b. Admin NH, juga satu dari sekian banyak admin yang turut mengelola fanspage Meme Comic Indonesia. Gadis berusia genap 21 tahun sejak 10 november 2015 kemarin ini ini juga tidak kalah aktifnya dalam berkarya dan membuat meme. Keaktifannya tersebut diharapkan juga mampu membantu terselesaikannya penelitian ini dengan sebaik mungkin. c. Haykal Fikri, remaja yang pernah menempuh pendidikan tingkat SMA di Madrasah Aliyah Negeri Mojosari ini kini sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Lahir pada Juni 1994, Haykal kerap membuat berbagai meme dengan materi dan bahan candaan dari teman-teman disekitarnya sehingga tidak jarang pula ia mendapatkan omelan dari mereka, meskipun beberapa malah merasa senang dirinya dijadikan meme. Kegigihan dan konsistensinya yang tinggi dalam membuat meme membuat peneliti tertarik untuk menjadikannya salah satu informan dalam penelitian ini. Informan jenis kedua adalah orang-orang yang mengkonsumsi meme yang disajikan halaman Meme Comic Indonesia, serta menyebarkannya melalui berbagai cara dan media. Mereka juga termasuk kedalam followerpengikut Meme Comic Indonesia. Jenis informan ini juga dilibatkan agar diperoleh kekayaan data jawaban serta mampu menampilkan jawaban dari sudut pandang yang berbeda tentang tren meme dan ruang kebebasan berekspresi. Berikut adalah profil serta kompetensi keterlibatannya didalam penelitian ini. a. Rif’at Hamid Rahman, adalah seorang mahasiswa asal Kalimantan yang saat ini sedang menempuh pendidikan tingkat Strata 1 di Politeknik Negeri Malang. Menginjak usia yang ke 22 tahun, ia mengaku sudah tertarik kepada meme sejak pertama kali masuk ke Indonesia. Selera dan rasa ingin tahunya yang tinggi akan segala hal menjadikan Rif’at sebagai salah satu konsumer meme yang kritis dan berwawasan luas, termasuk dalam bidang meme. Sehingga sangat tepat sekali jika dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. b. Faris Ad-Daukas, juga seorang mahasiswa, berasal surabaya asli yang sedang menempuh pendidikan Jurusan Kimia di Universitas Airlangga. Pemuda kelahiran 1993 ini mengaku ketagihan terhadap meme sejak diperkenalkan oleh temannya. Saat ini ia pun aktif mengkonsumsi meme baik yang berbahasa Indonesia ataupun yang berasal dari luar negeri. Sangat tepat sekali apabila Faris ini dilibatkan kedalam penelitian ini, dilihat dari pengalaman serta pengaruhnya terhadap lingkungannya karena Faris juga turut berperan dalam tren meme dilingkungan tempat ia tinggal. c. M. Haris Syarifuddin, pemuda kelahiran Lamongan ini juga sedang menempuh jenjang pendidikan di Universitas Negeri Surabaya UNESA. Sempat kuliah selama satu tahun di Institut Teknologi Sepuluh November ITS Surabaya, kini ia sedang menyelesaikan tugas akhirnya yang membahas tentang komik sebagai media pembelajaran. Kondisi ini membawanya kepada meme yang sedang