PENGEMBANGAN MEME COMIC SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS MUJAHIDIN MOJOKERTO.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMMAD AZHIM SULTHANI D01212042

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

Kata Kunci: Pengembangan, Meme Comic, Media, Aqidah Akhlak

Latar belakang penelitian ini adalah Kebanyakan anak pada zaman sekarang yang kategorinya adalah seorang siswa tahu yang namanya teknologi . Mereka juga sangat mengenal akrab dengan yang namanya sosial media . Sosial media saat ini sangatlah beragam , mulai dari Facebook , BBM , Instagram , Twitter dan lain sebagainya . Salah satu gambar atau foto yang sering dibagikan di sosial media adalah meme . Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis di MTs Mujahidin Mojokerto , pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilaksanakan masih bersifat verbalis dan berpusat pada guru. Dari hasil observasi penulis pada siswa kelas VIII dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sangat menyukai gambar-gambar yang banyak dibagikan di sosial media , mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk bermain gadget baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga diharapkan dengan adanya media pembelajaran yang berbasis sosial media pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar . . Oleh karena itu, diadakanlah penelitian tentang “Pengembangan Meme Comic Sebagai Media Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto”.

Penelitian ini bertujuan : Mengembangkan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dan Mengetahui kelayakan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Adapun Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang mengambil latar di. MTs Mujahidin Mojokerto Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara (interview), dokumentasi, dan penyebaran kuisioner. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik reseaech an development

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, pengembangan dan penggunaan

meme comic sebagai media pembelajaran aqidah akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto termasuk dalam kategori baik dan layak . Para siswa perlu sidikit mengembangkan kreatifitas untung meningkatkan keindahan


(6)

viii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 8

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 8

H. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran dan Meme Comic ... 11

1. Penertian Media Pembelajaran ... 11

2. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran ... 14


(7)

ix

1. Penngertian Aqidah Akhlak ... 26

2. Dasar Aqidah Akhlaq ... 28

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 30

4. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak ... 31

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 32

6. Standar Kompetensi dan Kajian Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 32

7. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 33

C. Penelitian Pengembangan ... 36

1. Penngertian Penelitian Pengembangan ... 37

2. Prosedur Pengembangan ... 37

D. Kerangka Berfikir ... 40

E. Pertanyaan Penelitian... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Desain Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Objek Penelitian ... 43

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 43

E. Validitas Instrumen ... 45

F. Reabilitas Instrumen... 48

1. Reliabilitas Konsistensi Antar Rater ... 49

2. Reliabilitas Koefisien Alfa Cronbach ... 50

G. Pengembangan Media ... 52

1. Potensi dan Masalah ... 52

2. Pengumpulan Data ... 52

3. Desain Media ... 54


(8)

x

8. Produk Media Gambar ... 60

H. Teknik Analisis Data ... 60

1. Analisis Uji Kelayakan Media ... 60

2. Analisis Uji Efektifitas Media ... 62

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Pengembangan ... 64

1. Potensi dan Masalah ... 64

2. Pengumpulan Data ... 64

3. Desain Media Gambar Meme ... 67

4. Validasi Media ... 67

5. Uji Coba Media(Uji Kelayakan Dan Efektifitas Media)... 72

6. Revisi Media ... 74

7. Produk Media Gambar ... 74

B. Pembahasan ... 78

BAB VI PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1

A. Latar Belakang

Dewasa ini, para siswa lebih banyak bermain sosial media daripada membaca buku. Menurut mereka membaca buku adalah suatu hal yang membosankan. Pendapat mereka dapat dibenarkan, dikarenakan buku-buku pelajaran yang ada sekarang memiliki tampilan yang sangat membosankan, kurang interaktif dan cenderung kurang mengakomodir daya khayal imajinasi siswa yang sangat luas .

Kebanyakan anak pada zaman sekarang yang kategorinya adalah seorang siswa tahu yang namanya teknologi. Mereka juga sangat mengenal akrab dengan yang namanya sosial media. Sosial media saat ini sangatlah beragam, mulai dari Facebook, BBM, Instagram, Twitter dan lain sebagainya. Mereka beralasan bahwa sosial media dapat dijadikan alat untuk refreshing saat jenuh dalam belajar.

Sosial media sangat erat kaitannya dengan gambar atau foto yang digunakan pemilik sosial media tersebut untuk menunjukan identitasnya. Bahkan ada banyak sosial media yang memungkinkan pemiliknya untuk mengunggah beberapa gambar atau foto. Gambar atau foto tersebut dapat mewakili pesan yang ingin dibagikan oleh pemilik kepada teman yang lainnya,


(10)

mulai dari motifasi, kegiatan keseharian sampai humor dan lelucon. Oleh sebab itu, akan sangat menyenangkan sekali ketika dapat berbagi pesan dengan mudah menggunakan sosial media

Salah satu gambar atau foto yang sering dibagikan di sosial media adalah meme. Meme merupakan contoh ungkapan hati yang dituaangkan melalui tulisan, gambar atau gabungan dari keduanya. Meme disampaikan dengan bahasa yang sangat singkat namun sangat berisi dan kaya akan makna. Ada juga gambar atau foto yang sering dibagikan di sosial media yang berbentuk meme comic. Meme comic adalah gabungan dari beberapa meme yang membentuk sebuah cerita

Dengan logika yang lebih sederhana, dapat kita pahami bahwa penyebaran atau pengembangbiakan meme dilakukan dengan cara replikasi dari meme-meme yang sudah ada. Artinya, meme terus menerus melakukan replikasi melalui suatu kebiasaan atau gagasan tertentu sehingga menjadi pola yang berulang-ulang dan pada akhirnya membentuk sebuah pola kebudayaan dalam skala besar. Akan tetapi, sifat dari meme ini tidak hanya mereplikasi, meme juga mengalami proses evolusi atau perubahan dari waktu ke waktu, dan bersamaan dengan itu meme juga berusaha untuk bertahan dari pengaruh meme-meme yang baru

Para pembuat meme ini biasanya akan mengambil gambar atau foto dari internet lalu melengkapinya dengan teks, atau dengan mengurangi dan menambahkan elemen gambar melalui proses olah digital sederhana,


(11)

tergantung kesesuaian konteks informasi apa yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Setelah proses penciptaan selesai, meme foto atau gambar akan disebar dan menyebar melalui layanan share, retweet, atau repost di media social

Meme dapat dikatakan sebuah fenomena tersendiri di dunia sosial media. Kehadiran berbagai jenis sosial media juga mendorong fenomena baru ini berkembang dengan cepat. Hal ini dikarenakan meme biasanya akan disebarkan melalui sosial media seperti Twitter, Facebook, Path, 9Gag, dan lain-lain. Sebagai informasi, di Indonesia terdapat salah satu komunitas meme yang cukup besar, yakni Meme Comic Indonesia

Citra sosial media di masyarakat masih dipandang sebagai media yang menghibur dibanding sebagai media pembelajaran. Sifat dasar sosial media yang memang didesain sedemikian rupa sehingga membuat ketagihan (addicted) dan menyenangkan (fun) bagi mereka yang gemar menggunakan sosial media ini dapat berdampak negatif apabila digunakan secara berlebihan dan tidak bersifat edukasional. Untuk itu perlu dikembangkan sebuah meme maupun meme comic yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar tertarik dalam belajar.

Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat memberikan pengaruh yang kuat pada berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan ini komputer merupakan alat yang sudah tidak asing lagi untuk digunakan dalam proses


(12)

pembelajaran. Dari berberapa penelitian dapat diketahui bahwa dengan penggunaan media yang melibatkan komputer ini dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa.

Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang selalu ada pada setiap sekolah dibawah naungan Kemenag, baik itu MI, MTs maupun MA. Materi pada mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih banyak pada penekana teori dan dalil. Hal ini mengakibatkan siswa akan lebih cepat bosan karena karena tidak dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan, dengan adanya meme maupun meme comic yang memiliki nilai edukasi diharapkan siswa akan belajar sambil bermain sehingga mereka akan lebih merasa senang dan bersemangat dalam belajar .

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di MTs Mujahidin Mojokerto, pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilaksanakan masih bersifat verbalis dan berpusat pada guru. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang bersifat mandiri yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Salah satu alternatif media yang perlu dikembangkan adalah penggunaan gambar yang dapat mengilustrasikan materi. Dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sangat menyukai gambar-gambar yang banyak dibagikan di sosial media, mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk bermain gadget baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga diharapkan dengan adanya media pembelajaran yang berbasis sosial media pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar .


(13)

Dari berbagai hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Meme Cimic Sebagai Media Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto .”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat ditemukan rumusan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana mengembangkan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak ?

2. Bagaimana kelayakan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan peneliti melalui penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mengembangkan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

2. Mengetahui kelayakan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian yang mengacu pada karater variabel yang akan diteliti. Definisi operasional pada penelitian ini disusun berdasarkan hal yang dilakukan


(14)

Penelitian pengembangan merupakan aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengguna (needs assessment), kemudian dilanjutkan kegiatan pengembangan (development) untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifan produk. Meme comic sebagai media pembelajaran adalah gambar media yang memiliki cerita dan mampu menyampaikan pesan pembelajaran

Aqidah akhlak dalam penelitian ini dibatasi pada materi mata pelajaran aqidah yang berlaku yaitu menghindari akhlak tercela mencakup sifat ananiyha, ghadab, tamak, putus asa dan takabbur

Berdasarkan definisi beberapa istilah di atas, maka yang dimaksud dengan pengembangan meme comic sebagai media pembelajaran aqidah akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto adalah sebuah penelitian untuk mengembangkaan sebuah produk meme comic menjadi sebuah media pembelajaran aqidah akhlak menjadi media yang layak dalam proses pembelajaran di MTs Mujahidin Mojokerto

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan oleh peneliti akan memberi manfaat yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman siswa dalam mengembangkan dan menemukan sumber-sumber belajar


(15)

yang relevan dan konkrit yang dapat merangsang ide dalam pembelajaran dan latihan desain

b. Memberikan peluang kepada siswa untuk mengoptimalkan

kemampuan dan kreativitasnya dalam memperoleh

pengetahuan, informasi dan berlatih keterampilan dalam rangka pencapaian kompetensi yang diharapkan

2. Bagi Guru

a. Mengubah pola sikap pendidik dalam mengelola pembelajaran yang memposisikan dirinya bukan saja sebagai satu-satunya sumber belajar melainkan memposisikan diri sebagai fasilitator, dan mediator yang fleksibel sehingga kegiatan belajar yang dirancang akan menjadi lebih inovatif dan bermakna

b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimangan untuk memilih dan menggunakan media yang sesuai bagi peserta didik, sehingga dapat memperingan beban pendidik

3. Bagi Sekolah

a. Mempersiapkan lulusan yang kreatif, dan selalu dapat memanfaatkan lingkungannya sendiri sebagai sumber belajar yang efektif

b. Mempersiapkan lulusan berkompetensi sesuai yang dibutuhkan dunia industry


(16)

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi dari produk pengembangan meme comic sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Produk yang dikembangkan adalah sebuah gambar dalam bentuk digital maupun cetak yang dapat digunakan sebagai media siswa dalam bermain sambil belajar.

2. Meme comic tersebut dikembangkan dengan program meme creator, program photoshop atau media kertas

3. Meme comic tersebut mencakup materi untuk kelas VIII yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku di MTs Mujahidin Mojokerto,

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi yang digunakan peneliti pada pengembangan meme comic sebagai media pembelajaran pada pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs Mujahidin Mojokerto adalah:

1. Validator materi atas hasil pengembangan memiliki pengalaman dan kompeten dalam mengajarkan materi Aqidah Akhlak

2. Validator media atas hasil pengembangan memiliki pengalaman dan kompeten dalam bidang media pembelajaran berbasis visual.

3. Butir-butir penilaian dalam angket validasi menggambarkan penilaian yang menyeluruh (komprehensif).

4. Validasi yang dilakukan mencerminkan keadaan sebenar-benarnya dan tanpa rekayasa, paksaan atau pengaruh dari siapapun.


(17)

Pada pengembangan meme comic sebagai media pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs Mujahidin Mojokerto, peneliti hanya membatasi pada:

1. Materi yang dikembangkan dalam produk pengembangan disesuaikan dengan silabus yang berlaku di MTs Mujahidin Mojokerto

2. Produk yang dikembangkan bukan ditujukan untuk menggantikan media buku atau lembar kerja siswa dalam pembelajaran, namun sebagai media tambahan dalam belajar agar siswa tidak bosan.

3. Model pengembangan produk yang digunakan adalah model pengembangan Dick & Carei yang telah dimodifikasi untuk disesuaikan dengan pengembangan yang akan dilakukan.

4. Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti, uji validasi yang dilakukan hanya validasi formatif atau validasi logis, yaitu menguji kesesuaian isi bahan ajar yang dikembangkan dengan materi yang tercakup dalam kurikulum dan kemenarikan bahan ajar secara umum, tidak diujicobakan dalam pembelajaran di kelas. Validitas produk yang dihasilkan terbatas pada uji ahli materi, uji ahli media dan uji coba pengguna pada kelompok kecil.

H. Sistematika Pembahasan

Adapun isi dan sistematika skripsi hasil penelitian pengembangan ini terdiri atas lima bab yang saling berkaitan dan dapat di jelaskan sebagai berikut :


(18)

Bab satu memuat tentang pendahuluan mencakup: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang diinginkan. asumsi dan keterbatasan pengembangan dan yang terakhir adalah sistematika penelitian.

Bab dua berisi Kajian pustaka memuat tentang tinjauan tentang media pembelajaran dan meme comic. Tinjauan tentang mata pelajaran aqidah akhlak. Teori-teori yang memuat penelitian pengembangan. Kerangka berfifir dan yang terakhir adalah pertanyaan penelitian.

Bab tiga berisi metode penelitian memuat tentang desain penelitian. Tempat dan waktu penelitian. Objek penelitian. Instrumen pengumpulan data. Validitas instrumen. Reabilitas instrumen. Pengembangan media dan yang terakhir adalah teknik analisis data.

Bab empat berisi Hasil pengembangan yang mencakup Potensi dan Masalah. Pengumpulan Data. Desain Media Gambar Meme. Validasi Media. Revisi Media. Uji Coba Media. Produk Media Gambar dan disertai dengan pembahasan.

Bab lima berisi penutup terdiri dari kesimpulan dan saran yang ditujukan untuk kepala sekolah, guru dan ssiswa.


(19)

11

A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran dan Meme Comic

1. Penertian Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah 1 alat; 2 alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; 3 yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya): wayang bisa dipakai sebagai -- pendidikan; 4 perantara; penghubung; 5 zat hara yang mengandung protein, karbohidrat, garam, air, dan sebagainya baik berupa cairan


(20)

maupun yang dipadatkan dengan menambah gelatin untuk menumbuhkan bakteri, sel, atau jaringan tumbuhan1

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerimapesan 2.

Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad , media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan3.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran4

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

2 Azhar

Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 3. 3

Daryanto, MediaPembelajaran, (Bandung: CV.YramaWidia, 2011) 4


(21)

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar

Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan

macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan sacara tepat guna.


(22)

Pada tingkat yang menyeluruh dan umum, pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:

a. Objektivitas

Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas kesenangan pribadi. Alangkah baiknya guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawat atau melibatkan siswa di dalam memilih media pengajaran

b. Program pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya maupun kedalamannya.

c. Sasaran program

Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang menerima informasi pengajaran melalui media pembelajaran. Untuk itu maka media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik

d. Situasi dan kondisi

Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi situasi dan kondisi sekolah serta situasi dan kondisi peserta didik yang akan mengikuti pelajaran


(23)

e. Kualitas teknik

Dari segi teknik media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat f. Efektifitas dan efisiensi penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang ingin dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap optimal oleh anak didik. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin.5

Di dalam pemilihan media pembelajaran ada beberapa kriteria yang perlu di perhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Kesesuaian materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

5

Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 215-217.


(24)

c. Kondisi audien(siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.

d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan,

e. Media yang dipilih dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan harus

seimbang dengan hasil yang akan dicapai.6

g. Guru terampil menggunakannya. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran..

h. Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu efektif jika digunakan untuk kelompok kecil atau perorangan.

i. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu..7

Secara umum prosedur pemilihan media pembelajaran ada enam langkah, yaitu:

6

Asnawir dan M Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta:Ciputat Pers,2002), hlm.15-16

7


(25)

a. Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu merupakan tujuan pembelajaran atau hanya sekedar merupakan informasi atau hiburan

b. Menetapkan apakah media itu di rancang untuk keperluan pembelajaran atau instruksional atau alat bantu mengajar (peraga)

c. Menetapkan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif atau psikomotorik.

d. Menetukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untuk strategi yang di pilih dengan mempertimbangkan ketentuan atau criteria, kebijakan, fasilitas, kemampuan produksi dan biaya

e. Mereview kembali kelemahan dan kelebihan media yang dipilih, bila perlu mengkaji kembali alternatif-alternatif yang ada

f. Perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut8

3. Fungsi Media Pada Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media

8

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Cv. Misaka Galiza, 2003), h. 119.


(26)

pembelajaran yang kaya dan bervariasi, tidak saja membuat motivasi belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih bermakna.

Fungsi utama media pembelajaran ada;ah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang di tata dan diciptakan guru9.

Sebuah literature menyebutkan bermagai macam fungsi media pembelajaran , diantaranya:

a. Menyajikan pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra

c. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif pada peserta didik

d. Menyamakan pengalaman

e. Menimbulkan persamaan persepsi10

Secara umum peranan media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus peran media pembelajaran adalah penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan , proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan

9

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 3. 10

Arif F. Sadiman Dkk. Media Pendidikan “Penertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya “(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011)


(27)

menarik , proses pembelajaran menjadi lebih interaktif , efisiensi dalam waktu dan tenaga , meningkatkan kualitas hasil belajar siswa , media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja , media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar , mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

4. Jenis Media Pembelajaran

Meskipun sudah banyak ragam dan format media yang dikembangkan dan diproduksi untuk pembelajaran, namum pada dasarnya media tersebut dapat di kelompokkan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan pendengaran peserta didik

b. Media visual adalah jenis media yang dugunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata

c. Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses


(28)

d. Multimedia yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam satu kegiatan pembeljaran11

Setiap jenis media memiliki karakteristik masing- masing dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik.

5. Media Gambar Meme Comic

a. Pengertian Media Gambar Meme Comic

Sebuah meme (/ MIM / mim) adalah "ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari orang ke orang dalam budaya"12. Sebuah meme bertindak sebagai unit untuk membawa budaya ide, simbol, atau praktek-praktek yang dapat ditularkan dari satu pikiran ke yang lain melalui tulisan, ucapan, gerak tubuh, ritual, atau fenomena imitable lain dengan tema tertentu . Pendukung konsep menganggap meme sebagai analog budaya untuk gen dalam bahwa mereka mereplikasi diri, bermutasi, dan menanggapi tekanan selektif.

Kata meme adalah pemendekan (meniru gen) dari mimeme (dari Yunani Kuno μίμ μα diucapkan [míːmɛːma] mīmēma, "ditiru hal", dari mimeisthai μ μεῖσ α , "meniru",

11

Rayandra Asyhar. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. (Jakarta: Gaung Persada. 2010). Hlm 52-53

12

Dawkins, Richard, The Selfish Gene (2 ed.) ISBN 0-19-286092-5(Oxford University Press. 1989) h. 192.


(29)

dari μῖμος Mimos, "mime") diciptakan oleh ahli biologi evolusi Inggris Richard Dawkins dalam The Selfish Gene (1976) sebagai konsep untuk diskusi tentang evolusi prinsip dalam menjelaskan penyebaran ide-ide dan fenomena budaya. Contoh meme diberikan dalam buku termasuk melodi, catchphrases, fashion, dan teknologi bangunan lengkungan.

Para pendukung berteori bahwa meme adalah fenomena virus yang dapat berkembang dengan seleksi alam dengan cara analog dengan evolusi biologis. Memes melakukan hal ini melalui prosesvariasi, mutasi, kompetisi, dan warisan, yang masing-masing mempengaruhi keberhasilan reproduksi meme itu. Meme menyebar melalui perilaku yang mereka hasilkan di host mereka. Meme yangmenyebarkan kurang subur bisa menjadi punah, sementara yang lain dapat bertahan hidup, penyebaran, dan (untuk lebih baik atau buruk) bermutasi.

Sebuah bidang studi yang disebut memetika muncul pada 1990-an untuk mengeksplorasi konsep dan transmisi meme dalam hal suatu model yang evolusioner.

Dunia maya saat ini sering kali diramaikan dengan kehadiran gambar-gambar yang disertai tulisan atau yang biasa disebut dengan meme. Misalnya, meme mengenai Haji Lulung


(30)

ketika sosial media ramai-ramai menggunakan hastag #SaveHajiLulung

Di era perkembangan teknologi seperti sekarang ini, banyak meme yang tersebar di internet. Meme yang tersebar di internet biasanya disebut dengan internet meme. Internet meme adalah sesuatu yang menjadi terkenal dan tersebar melalui internet, seperti gambar, video, atau bahkan orang. Sering kali meme di internet muncul dalam bentuk gambar yang dimodifikasi atau direplikasi dan disertai tulisan.

Para pembuat meme ini biasanya akan mengambil gambar atau foto dari internet lalu melengkapinya dengan teks, atau dengan mengurangi dan menambahkan elemen gambar melalui proses olah digital sederhana, tergantung kesesuaian konteks informasi apa yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Setelah proses penciptaan selesai, meme foto atau gambar akan disebar dan menyebar melalui layanan share, retweet, atau repost di media sosial.

Meme sebenarnya memiliki banyak tujuan. Meme yang banyak beredar di internet kebanyakan adalah meme yang bersifat lucu dan meme yang bernada satir. Meme juga biasanya menampilkan karakter tersendiri yang dapat


(31)

mengekspresikan perasaan tertentu. Meme juga bukanlah sekedar gambar yang diberikan tulisan.

Gambar tersebut juga dapat menggambarkan perasaan atau suatu maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Misalnya, salah satu karakter meme yang popular di Indonesia, Maddog yang menjadi salah satu karakter di Film The Raid. Karakter Maddog dalam meme biasanya menggambarkan sesuatu yang greget.

Meme dapat dikatakan sebuah fenomena tersendiri di dunia sosial media. Kehadiran berbagai jenis sosial media juga mendorong fenomena baru ini berkembang dengan cepat. Hal ini dikarenakan meme biasanya akan disebarkan melalui sosial media seperti Twitter, Facebook, Path, 9Gag, dan lain-lain. Sebagai informasi, di Indonesia terdapat salah satu komunitas meme yang cukup besar, yakni Meme Comic Indonesia

Meme Comic yang dipakai sebagai media pembelajaran adalah sebuah gambar dua dimensi atau pandang diam yang nantinya akan digunakan oleh peserta didik untuk mengekspresika pengetahuan yang telah didapatkan

b. Kriteria Pemilihan Media Gambar Meme Comic

Sebuah literature menyebutkan gambar yang baik boasanya menggunakan kriteria-kriteria antara lain :


(32)

1) Keaslian gambar, gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti melihat keadaan benda sesungguhnya

2) Kesederhanaan, kesederhanaan dalam warna

menimbulkan kesan tertentu yang mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis 3) Bentuk item, mudah dipahamidapat digunakan pada

gambar dari majalah, surat kabar dan lain sebagainya 4) Perbuatan menunjukkan hal yang sedang melakukan

suatu perbuatan

5) Fotografi, gambar tidak terlalu terang atau gelap asal da[at menarik dan efektif dalam pembelajaran

6) Artistic, gambar disesuaikan dengan tujuan yang hendak igin dicapai13

c. Kelebihan dan Kekurangan Gambar Meme Comic

1) Kelebihan Gambar Meme Comic

Media gambar mempunyai keunggulan yang

diantaranya sudah umum digunakan, mudah

dimengerti, mudah dan murah didapat atau dibuat dan banyak memberikan penjelasan daripada menggunakan

13

Arif F. Sadiman Dkk. Media Pendidikan “Penertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya “(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011)


(33)

media verbal. Media gambar maupun foto dapat memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya, sehingga peserta didik mampu untuk mengingatnya dengan lebih baik dibandingkan dengan media verbal. Selain itu, media gamber juga dapat memecahkan masalah yang ada dala media oral atau verbal, yakni dengan hal keterbatasan daya ingat dalam bercerita atau menjelaskan materi14

2) Kekurangan Gambar Meme Comic

Sebuah literatur menyebutkan beberapa kelemahan yang terdapat pada media gambar, antara lain

a) Media gambar tidak mampu terjangkau oleh penglihatan jika pengajaran berlangsung di dalam kelompok besar

b) Media gambar merupakan visual dua dimensi, sehungga sulit menggambarkan detail objek yang memiliki diga dimendi secara utuh

14

Arif F. Sadiman Dkk. Media Pendidikan “Penertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya “(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011)


(34)

c) Media gambar tidah dapat memvisualisai objek yang bergerak15

d. Prosedur PengembanganMedia Pembelajaran Gambar

Meme Comic

Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam menyusun bahan ajar maupun media pembelajaran, preseur tersebut meliputi:

1) Memahami standai isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semester dan rencana pelaksanaan pembelajaran

2) Mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan terhadap pemahaman poin sebelumnya 3) Melakukan pemetaan materi

4) Menetapkan bentuk penyajian

5) Menyusun struktur atau kerangka penyajian 6) Membaca buku atau sumber

7) Mendraf atau memburam bahan ajar 8) Merefisi atau menyunting bahan ajar 9) Mengujicoba bahan ajar

10)Merevisi dan menulis akhir atau finalisasi16

15


(35)

B. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

1. Penngertian Aqidah, Akhlak dan Aqidah Akhlak

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [َ دْقَع-َ دِقْعَي-ََدَقَع] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan

bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati

membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Sementara kata Akhlak juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [قلخ] jamaknya [قاخأ] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa

16


(36)

Indonesia, dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut yang baik atau Akhlakul karimah, atau mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut tercela atau ul madzmumah.

Mata pelajaran AqidahAkhlak adalah disiplin ilmu yang mempelajari kepercayaan atau keyakinantentang dasar-dasar ajaran islam sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

Sedangkan menurut Deparemen Agama Direktorat

JendralKelembagaan Agama Islam, pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, menghayatidan mengimani Allah SAW. Dan

merealisasikan dalam perilaku akhlak muliadalam kehidupan sehari-hari melalui bimbingan, pengajaran, latihan,penggunaan pengalaman, pembiasaan.

Aqidah Akhlak adalah bagian dari rumpun dari mata pelajaran PAI(Pendidikan Agama Islam) yang memberikan pendidikan, memegang teguhaqidah islam, memahami ajaran agama islam, dan mengamalkan isikandungannya sebagai petunjuk hidup dalam


(37)

kehidupan sehari-hari denganmenekankan pada keimanan dan penanaman akhlak terpuji, serta menghindariakhlak tercela.

Pembelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk mencetak manusia yangparipurna (Insan Kamil), yaitu manusia yang tidak hanya mementingkankehidupan dunia melainkan juga kehidupan akhirat yang diyakini sebagaitujuan terakhir dalam semua kehidupan.

2. Dasar Aqidah Akhlak

Dasar aqidah adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.”

Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.

Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu


(38)

sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”

Dasar aqidah yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).

Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.


(39)

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam nya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang Aqidah dan Akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta ber mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah berfungsi untuk : a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat ;

b. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta Akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga ; c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik

dan sosial melalui Aqidah Akhlak ;

d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari ;


(40)

e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari ;

f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlak, serta sistem dan fungsionalnya ;

g. Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.

4. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak

a. Pembelajaran Aqidah dan merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. b. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan

yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam

c. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak merupakan salah satu rumpun mata pelajaran pembelajaran agama di madrasah d. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak mengarahkan bagaimana

peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlak itu dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

e. Tujuan mata pelajaran Aqidah dan Akhlak adalah untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki Akhlak mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki manusia.

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Cakupan kurikulum Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan Mu’jizat-Nya dan Hari Akhir.

b. Aspek Akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.

c. Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah.

6. Standar Kompetensi dan Kajian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah. Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan


(42)

pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat aqidah serta meningkatkan kualitas Akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah sudah tertulis

7. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan:

a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk

mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.

b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan mulia dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadist serta dicontohkan oleh para ulama.

d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.


(43)

e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan Akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

f. Fungsional, menyajikan materi Aqidah dan Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

g. Keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen Madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang memiliki keimanan teguh dan ber mulia.

Tabel 01 . Silabus Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII

NO KOMPETENSI

DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN INDIKATOR

1 2 3 4

3.1 Menjelaskan pengertian ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur

tercela kepada Allah (ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur)

 Menjelaskan pengertian ananiah

 Menjelaskan

pengertian putus asa

 Menjelaskan pengertian ghadhab  Menjelaskan pengertian tamak  Menjelaskan pengertian takabbur


(44)

NO KOMPETENSI DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN INDIKATOR

1 2 3 4

3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur

Bentuk dan contoh-contoh perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur

 Menyebutkan bentuk dan contoh-contoh perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur

 Menunjukkan ciri-ciri orang yang memiliki perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur 3.3 Menunjukkan

nilai-nilai negatif akibat perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur dalam fenomena kehidupan

Nilai-nilai negatif akibat perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur

 Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan ananiah dalam fenomena kehidupan

 Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan putus asa dalam fenomena kehidupan

 Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan ghadhab dalam fenomena kehidupan

 Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan tamak dalam fenomena kehidupan

 Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan takabbur dalam fenomena kehidupan


(45)

NO KOMPETENSI DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN INDIKATOR

1 2 3 4

3.4 Membiasakan diri menghindari hal-hal yang mengarah pada perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur.

Hal-hal yang mengarah pada perbuatan

ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur.

 Menghindari perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan keluarga

 Menghindari perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.

 Menghindari perbuatan ananiah, putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.

C. Penelitian Pengembangan

1. Penngertian Penelitian Pengembangan

Metede penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan mengkaji keefektifat produk tersebut17.

17


(46)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, penelitian dan pengembangan (R & D) dalam pembelajaran adalah suatu penelitian untuk menghasilkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam proses pembelajaran berdasarkan prosedur atau langkah-langkah kegiatan. Produk-produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan antara lain materi-materi pelatihan untuk guru, materi belajar untuk siswa, media pembelajaran untuk memudahkan belajar, sistem pembelajaran dan lain sebagainya.

2. Prosedur Pengembangan

Sebuah liteatur menyebutkan prosedur penelitian pngembangan dapat dilakukan dengan lebih sederhana dengan menggunakan 5 langkah utama, yaitu:

a. Melakukan analisis produk yang akan dkembangkan

b. Mengembangkan produk awal

c. Validasi ahli dan revisi

d. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk

e. Uji coba lapagan skala besar dan produk akhir

Menurut Sugiyono , langkah-langkah penelitian dan pengembangan meliputi sebagai berikut.


(47)

a. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam data empirik. Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. b. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

c. Disain produk, yaitu penjelasan mengenai produk yang akan dihasilkan.

d. Validasi disain, yaitu proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi disain dilakukan oleh para ahli atau pakar yang berpengalaman untuk menilai produk baru tersebut, sebelum fakta lapangan.

e. Revisi disain, yaitu memperbaiki disain produk oleh peneliti berdasarkan hasil validasi oleh ahli.

f. Uji coba produk, yaitu melakukan pengujian penggunaan produk untuk mengetahui efektifitas produk tersebut. Uji coba dilakukan dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

g. Revisi produk, yaitu memperbaiki produk berdasarkan hasil uji coba produk.


(48)

h. Uji coba pemakaian, yaitu menerapkan produk baru dalam lingkup yang lebih luas.

i. Revisi produk, dilakukan apabila dalam pemakaian pada lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan.

j. Produksi masal, yaitu apabila produk yang telah diuji coba dinyatakan efektif dan layak dalam beberapa kali pengujian, maka dapat dilakukan kerjasama dengan perusahaan untuk memproduksi produk tersebut secara masal.18

Menurut beberapa pendapat di atas, prosedur penelitian pengembangan media yang peneliti gunakan yaitu mengacu pada Sugiyon meliputi analisis kebutuhan, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi, uji coba produk, revisi, uji coba pemakaian, revisi, produk masal

D. Kerangka Berfikir

Memahami materi pada mata pelajara Aqidah merupakan halyang harus dilakukan oleh dida di MTs Mujahidin. Dikarenakan materi tersebut erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, alam sekitarnya dan manusia lainnya

18


(49)

Berdasarkan rendahnya minat peserta didik memehami materi pada mata pelajara Aqidah yang disampaikan dengan cara verbalistik, maka perlulah dikembangkan sebuah media yang diharapkan mampu meningkatkan minat siswa yang juga nantinya akan meningkatkan nilai akademis maupun perilaku peserta didik

Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tergantung dari strategi penampaiaan dan penggunaan media tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat mempermudah pelajaran, memperjelas penyajian mengetasi berbagai keterbatasan, meningkatkan motifasi dan minat peserta didik dalam memahami materi pada mata pelajara Aqidah

Kriteria pemilihan media tersebut adalah dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik, karakteristik media, strategi pembelajaran, waktu dan biaya juga fungsi media tersebut dalam pembelajaran

Media gambar yang dikembangkan, dibuat dengan sesuai prosedur penyusunan pengembangan media gambar meliputi:

1. Identifikasi masalah, yaitu proses dimana kita meng identifikasi beberapa masalah yang ada di sekolah untuk ditemukan solusinya 2. Perumusan tujuan, yaitu proses menetapkan tujuan dalam dalam

pembuatan suatu produk

3. Perumusan butir-butir materi, yaitu proses menyiapkan materi-materi yang akan digunakan dalam produk yang akan diproduksi


(50)

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengembangan produk media gambar meme comic pada mata pelajaran Aqidah di MTs Mujahidin Mojokerto

2. Bagaimana kelayakan produk media media gambar meme comic pada mata pelajaran Aqidah di MTs Mujahidin Mojokerto


(51)

42

A. Desain Penelitian

Penelitian Pengembangan Media Gambar ini merupakan jenis Penelitian dan Pengembangan (Research and Development atau R & D). Penelitian R & D adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengguna (needs assessment), kemudian dilanjutkan kegiatan pengembangan (development) untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifan produk tersebut Dalam mengembangkan produk perlu adanya desain, proses desain pengembangan software pembelajaran meliputi dua aspek desain, yaitu aspek model ID (Instructional Design atau desain instruksional) dan aspek isi pengajaran yang akan diberikan

R&D juga membutuhkan waktu relative panjang. Peneliti sering membagi kegiatan penelitian dalam beberapa tahap. Pada umumnya, kegiatan penelitian tahun pertama dirancang untuk mengidentifikasi masalah dan merancang produk. Pada tahun berikutnya, kegiatan penelitian dilakukan untuk mengimplementasikan rancangan produk pada pengguna.19

Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk elektronik,

19

Dr. Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2013)


(52)

seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen dan lain-lain.20

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Mujahidin Mojokerto , sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2015 dan penelitian dilakukan pada ruang kelas VIII

C. Objek Penelitian

Ojek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs mujahidin mojokerto tahun pelajaran 2015-2016

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”21

. Berdasarkan pada sasaran yang akan dinilai, maka instrumen tes yang digunakan adalah tes unjuk kerja,

20

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.(Bandung, Alfabeta, 2013) h. 408

21

Suharsimi Arikunto. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005). h. 150


(53)

yaitu tes yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari hal-hal sesuai yang akan diteskan.

Instrumen bukan tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi dan angket. wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Sedangkan observasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Teknik observasi yang digunakan pada penelitian ini merupakan observasi berperan serta (participan observation), yaitu peneliti

terlibat dalam kegiatan pembelajaran. “Angket atau kuesioner

(questionnaries), yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”22.

Wawancara yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui keadaan pembelajaran dan kebutuhan terhadap pengembangan media pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto. Observasi yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui pelaksanaan dan efektifitas pembelajaran sebelum pengembangan media. Sedangkan instrumen angket yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui penilaian terhadap pengembangan media pembelajaran pada uji

22

Suharsimi Arikunto. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005). h. 151


(54)

validasi dan kelayakan. Penggunaan instrumen pengumpulan data secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 02 Instrumen Pengumpulan Data

No. Kegiatan Bentuk

Instrumen

Fungsi Responden

1 Pengumpulan data Wawancara Mengetahui keadaan pembelajaran dan kebutuhan terhadap pengembangan media

Guru Siswa

Observasi Mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebelum pengembangan media

Guru Siswa

2 Validasi media Angket Mengetahui validasi ahli

terhadap media

Ahli media Ahli materi Guru

3 Kelayakan media Angket Mengetahui penilaian

kelayakan terhadap media

Siswa 4 Uji efektifitas

media

Tes tulis Mengukur pemahaman siswa terhadap materi

Siswa

E. Validitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto validitas keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur23. Suharsimi Arikunto membedakan atas dua macam validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang

23


(55)

diperoleh melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dapat dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Sedangkan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empiris. Sebuah instrumen dikatan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Berdasarkan dua jenis validitas tersebut dikenal 4 validitas yaitu : validitas isi, validitas konstrak, validitas ada sekarang dan validitas prediktif.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Butir instrumen disusun dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru, kemudian meminta pertimbangan dari para ahli untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis apakah butir-butir instrumen tersebut telah mewakili apa yang hendak diukur.

Langkah-langkah perhitungan untuk mengetahui validitas penilaian kelayakan media dan kriteria penilaian unjuk kerja berdasarkan dari hasil validasi judgment expert yang telah mengisi lembar check list adalah sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah kelas interval, yakni 2 karena membutuhkan jawaban yang pasti dengan menggunakan skala Guttman ya dan tidak. Jawaban ya dengan skor 1 dan tidak dengan skor 0.

2. Menentukan Rentang Skor, yaitu Skor maksimum dan Skor Minimum 3. Menentukan Panjang Kelas (p) yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas.


(56)

4. Menentukan kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar. Untuk menentukan kelayakan dari lembar penilaian tersebut lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 03 Kriteria Kualitas Lembar Penilaian

Kriteria kualitas penilaian

Kategori Penilaian Interval Nilai

Layak

(Smin +

P) S S max

Tidak Layak Smin S (Smin + P - 1)

Keterangan :

S = Skor Responden

Smin = Skor Terendah

P = Panjang Kelas Interval

Smax = Skor Tertinggi

Hasil validasi lembar penelitian kelayakan media berdasarkan pendapat dari judgment expert diperoleh skor minimum 0 x 10 = 0, skor maksimum 1 x 10 = 10, jumlah panjang kelas 5 dan panjang kelas nterval = 2 sehingga pengkategorian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 04 Kriteria Kelayakan Media Gambar ditinjau dari Ahli Media

Kategori Penilaian Interval Nilai

Jumlah Persentase

Responden

Layak 5 ≤ S ≤ 10 3

100 %

Tidak Layak 0 ≤ S ≤ 4 0


(57)

Jumlah

100 %

Berdasarkan tabel di atas, media gambar bila dilihat pada kualitas media pembelajaran ditinjau dari ahi media termasuk dalam kategori layak.

Hasil validasi lembar penilaian unjuk kerja berdasarkan pendapat dari judgment expert diperoleh skor minimum 0 x 12 = 0, skor maksimum 1 x 12 = 12, jumlah panjang kelas = 2 dan panjang kelas interval = 6 sehingga pengkatagorian yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel 05 Kriteria Kelayakan Lembar Penilaian Unjuk Kerja

Kategori Penilaian Interval Nilai

Jumlah Persentase

Responden

Layak 6 ≤ S ≤ 12

3 100 %

Tidak Layak 0 ≤ S ≤ 5

0 0 %

Jumlah

100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lembar penilaian unjuk kerja layak dan dapat digunakan sebagai alat penilaian

F. Reabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama


(58)

pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.24

Reliabilitas juga disebut dengan keandalan instrumen, syarat keandalan suatu instrumen yang menuntut keajegan atau stabilitas hasil pengamatan dengan instrumen (pengukuran), apabila dilakukan pengamatan beberapa kali, hasil tersebut tidak berubah dan akan sama

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keandalan, reliabel sebagai instrumen yang cukup baik dan mampu mengungkap data. Menurut Sugiyono pengujian reliabilitas dengan interval consistenc, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja25. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Reliabilitas Konsistensi Antar Rater dan Reliabilitas Koefisien Alfa Cronbach yaitu

1. Reliabilitas Konsistensi Antar Rater

Reliabilitas konsistensi antar rater adalah prosedur pemberian skor terhadap suatu instrumen yang dilakukan oleh beberapa orang rater dan menurut Wahyu Widhiarso reliabilitas antar rater atau kesepakatan antar rater digunakan untuk menilai konsistensi dari rater

24

Anastasia, A & Susana Urbina. Psychological Testing. (New Jersey: Prentice-Hall Inc. 1997.) 25


(59)

dalam menilai suatu obyek. Semakin banyak kemiripan hasil penilaian antar rater dengan rater lainnya, maka koefisien yang dihasilkan tinggi.

Reliabilitas konsistensi antar rater berfungsi sebagai penilai pemberi skor instrumen. Instrumen yang digunakan berbentuk angket dengan cara checklist dan skor penilaian yaitu 1 untuk layak dan 0 untuk tidak layak, setelah diperoleh hasil pengukurannya kemudian dihitung dengan penilaian kriteria kelayakan.

Berdasarkan hasil perhitungan dari beberapa rater yaitu 3 ahli media diperoleh rerata 10, dan 3 ahli materi diperoleh 12 sehingga dapat diartikan media gambar tersebut sebelum dilakukan untuk pengambilan data pada uji coba produk telah valid (layak) dan reliabel (andal).

2. Reliabilitas Koefisien Alfa Cronbach

Reliabilitas koefisien alfa cronbach digunakan untuk menguji keandalan instrumen nontes dengan gradasi skor 1-4. Besarnya indeks

keandalan instrumen sama atau lebih besar dari 0,70 (≥ 0,70) maka

dapat dikatakan reliabel (Djemari Mardapi, 2008:122). Reliabilitas koefisien Alfa Cronbach dilakukan untuk menguji keterbacaan siswa kelas VIII pada produk media gambar. Rumus Alfa Cronbach yang digunakan adalah sebagai berikut

{

}


(60)

Dimana = reliabilitas

k = mean kuadrat antara subyek = mean kuadrat kesalahan

= total variansi

Rumus untuk total variansi dan variansi item :

Dimana = total variansi

= variansi item

= jumlah kuadrat seluruh skor item

= jumlah kuadrat subjek

n = jumlah skor

Nilai koefisien Alfa Cronbach yang benar apabila rhirung ≥ 0,3. Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien menurut sugiyono (2006: 257), dijelsakan pada table berikut tentang pedoman Interpretasi Koefisien Alfa Cronbach

Tabel 06 Pedoman Interpretasi Koefisien Alfa Cronbach Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(61)

Dalam penelitian ini, penghitungan nilai validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16 for Windows untuk menguji instrumen angket kelayakan media oleh siswa. Karena menggunakan program SPSS, maka untuk melihat validitas setiap pertanyaan akan dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari rtabel (0,361), maka pertanyaan tersebut dikatakan valid. Untuk

reliabilitas akan dilihat pada tabel reliability statistics. Jika nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,7 (>0,7), maka semua pertanyaan tersebut dapat dikatakan reliabel.

Berdasarkan hasil hitung uji reliabilitas keterbacaan dengan rumus Alfa Cronbach diperoleh hasil 0,743 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

G. Pengembangan Media

Berdasarkan uraian pada kajian teori Bab II. D. 2. tentang prosedur pengembangan media, langkah-langkah pengembangan media R & D menurut Sugiyono meliputi; 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) disain media, 4) validasi media, 5) revisi media, 6) uji coba media (uji kelayakan), 7) revisi media, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi media serta 10) media. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar dibawah ini tentang langkah-langkah pengembangan media


(62)

Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah dapat menjadi potensi jika didayagunakan

2. Pengumpulan Data

Untuk mengetahui informasi di lapangan, diperlukan pengumpulan data sebagai analisis kebutuhan khususnya pada pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs Mujahidin Mojokerto. Pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui apakah pengembangan media pembelajaran dapat diterima atau tidak dalam pembelajaran di MTs Mujahidin Mojokerto. Identifikasi masalah dilakukan dengan wawancara dan observasi kelas

a. Wawancara (Interview)

Pada penelitian pengembangan media pembelajaran ini, teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan untuk mengetahui keadaan pembelajaran dan kebutuhan terhadap pengembangan media pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto. Wawancara dilakukan kepada dua sumber, yaitu guru dan siswa. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, yaitu dalam melakukan wawancara, pengumpul data tidak menyiapkan instrumen penelitian secara sistematis dan lengkap berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis


(63)

yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan

1) Wawancara kepada guru adalah untuk mengetahui kompetensi siswa terhadap pembelajaran

2) Wawancara kepada siswa adalah untuk mengetahui sikap dan kebutuhan dalam pembelajaran

b. Obserfasi Kelas

Kegiatan observasi/ pengamatan kelas dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan pelaksanaan pembelajaran Standar Kompetensi Menggambar terhadap penggunaan media yang akan dijadikan untuk kemajuan pembelajaran. Aspek yang diamati meliputi penggunaan media pembelajaran, metode dan sikap siswa pada saat pembelajaran

3. Desain Media

a. Judul Media

b. Standar kompetensi atau kompetensi dasar yang akan dicapai setelah mempelajari modul

c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai siswa setelah mempelajari media

d. Menentukan desain yang digunakan dalam media gambar pembelajaran, yaitu desain pesta malam. Media gambar


(64)

dengan desain pesta malam akan lebih menggunakan kreativitas yang tinggi dalam mendesain , selain itu kombinasi warna juga bisa bervariasi dengan pelengkap yang beragam e. Menentukan materi yang digunakan untuk pengembangan

media yaitu teori perubahan bentuk karena disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan yaitu peningkatan kreativitas mendesain oleh siswa sehingga teori perubahan bentuk dapat mewakili contoh mengembangkan desain sehingga lebih variatif

4. Validasi Media

Validasi merupakan proses permintaan pengakuan atau persetujuan terhadap ketersesuaian media dengan kebutuhan berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi diperlukan khususnya yang berhubungan dengan materi dan metode yang digunakan, sehingga pihak-pihak yang diminta untuk memberikan validasi modul ini antara lain ahli media, ahli materi Menggambar , dan guru sebagai pelaksana pembelajaran.

Validasi yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui dan mengevaluasi secara sistematis instrumen dan produk media yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan. Validator dari ahli media dimaksudkan untuk memberi informasi/ masukan dan mengevaluasi media berdasarkan aspek kriteria media, validator dari ahli materi


(65)

Menggambar bertujuan untuk memberi informasi dan mengevaluasi modul berdasarkan aspek-aspek materi Menggambar , serta validasi oleh guru bertujuan untuk memberi informasi dan mengevaluasi ketersesuaian modul dengan kompetensi di MTs Mujahidin Mojokerto

Kisi-kisi instrumen untuk validasi media pembelajaran tersebut dapat dilihat pada Tabel tentang kisi-kisi instrumen kriteria media gambar, Tabel tentang kisi-kisi instrumen penilaian unjuk kerja, Tabel tentang kisi-kisi angket penilaian kelayakan media ditinjau dari penilaian guru

Tabel 07 Kisi-kisi Instrumen Kriteria Media Gambar

Variabel Indikator

Sub

Indikator No. Item

Kriteria 1. Bentuk

Mudah dipahami/ cukup besar

untuk 1, 2

Media

kelompok besar dan kelompok kecil,

Gambar media gambar memiliki ukuran

proporsional antara tinggi dan lebar

gambar

2. Kejelasan Detail,dan warna menarik 3, 4, 5

3. Keaslian

Media gambar merupakan hasil

karya 6

Gambar baru


(66)

4. Perbuatan

Gambar menunjukkan keadaan

sebenarnya 7

5. Artistik

Mempunyai nilai estetika/keindahan,

tidak 8, 9, 10

ketinggalan zaman (mode yang kuno

dapat mengundang taw

a dan

menyebabkan siswa

kehilanga

n maksud

pesan gambar), Sesuai dengan tujuan yang


(67)

Tabel 08 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Unjuk Kerja Variabel

Penelitian

Indikator Sub Indikator No.

Item Kreatifitas

dalam membuat

meme

a. berpikir lancer 1. Ketepatan dalam membuat proporsi/perbandingan tulisan dan gambar 2. Desain menerapkan

perpaduan unsur dan prinsip gambar yang sesuai dengan kriteria

3. menyelesaikan sampai sempurna sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

1, 7, 12

b. berpikir luwes (fleksibel)

1. Membuat berbagai macam bentuk ekspresi meme 2. mempertimbangkan jenis

ekspresi meme yang akan dibuat

3. menghias hasil meme dengan berbagai tambahan efek

2, 3, 8

c. berpikir orisinal

1. Menciptakan meme baru yang berbeda dengan siswa yang lain

2. membuat kombinasi yang unik dari berbagai macam meme

4, 5

d. berpikir terperinci (elaborasi)

1. menggambar meme dengan berbagai macam variasi 2. kombinasi warna yang

sesuai

6, 9, 10, 11


(68)

Tabel 09 Kisi-kisi Angket Kelayakan Media Gambar Instrument

penelitian

Aspek Indikator Sub Indkator No. Item

Meningkatkan nilai akademis siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan media gambar (meme comic)

Pendapat siswa tentang penerapan media gambar (meme comic)

Aspek materi a. Memperjelas materi aqidah akhlak b. pembelajaran lebih mempunyai daya Tarik c. penyampaian materi dengan pengalaman baru

1, 2, 3, 4, 5

Aspek nilai akademis

a. Motivasi akan lebih meningkat b. siswa akan lebih

kreatif c. pembelajaran

yang efektif d. pembelajaran

yang efisien

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18

5. Revisi Media

Revisi dilakukan oleh peneliti untuk memperbaiki media sesuai masukan saat pelaksanaan validasi kelayakan media.

6. Uji Coba Media(Uji Kelayakan Dan Efektifitas Media)

a. Uji Coba Media

Uji coba dilakukan melalui penggunaan media terhadap subjek yang menjadi sasaran untuk mengetahui efektifitas media tersebut. Uji coba media merupakan uji penggunaan media yang dikembangkan. Uji penggunaan media dilaksanakan dengan melaksanakan pembelajaran secara


(69)

menyeluruh terhadap isi media pembelajaran. Uji coba ini merupakan bagian meninjau hasil validasi ahli. Hal ini dilakukan agar media layak dihasilkan

b. Uji Kelayakan Media

Kisi-kisi instrumen kelayakan media oleh siswa dapat dilihat pada Tabel tentang validasi kelayakan media oleh siswa yang mengacu pada kajian Bab II. Uji kelayakn ini merupakan bagian meninjau hasil validasi ahli untuk mengetahui pendapat siswa tentang produk media gambar untuk pembelajaran. Hal ini dilakukan agar media layak dihasilkan

c. Uji Efektifitas Media

Pengujian keefektifan media dilakukan dengan membandingkan nilai siswa sebelum menggunakan media gambar dan sesudah menggunakan media gambar. Aspek yang dinilai untuk mengetahui efektifitas pengembangan media dalam pembelajaran adalah berdasarkan perbandingan hasil pembelajaran tanpa media dan pembelajaran dengan media. Instrumen yang digunakan untuk menguji efektifitas penggunaan media gambar pada kegiatan pembelajaran ini adalah dengan menggunakan instrumen tes prestasi yaitu siswa membuat desain pesta malam dengan teknik kering


(70)

Revisi dilakukan oleh peneliti untuk memperbaiki media sesuai masukan saat pelaksanaan validasi kelayakan media.

8. Produk Media Gambar

Media hasil pengembangan merupakan produk yang telah diuji coba dan dinyatakan efektif serta layak dalam proses penelitian dan pengembangan ini. Kriteria dan sistematika penyusunan media disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pada pembelajaran di MTs Mujahidin serta dikembangkan berdasarkan kajian teori

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, yaitu dengan cara mendiskripsikan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Berikut analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

1. Analisis Uji Kelayakan Media

Penilaian kualitas media dinilai dengan memberikan angket kepada ahli media, ahli materi, guru, serta siswa. Angket tersebut menggunakan skala Guttman, yaitu dengan menjabarkan variabel penelitian menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan


(71)

Untuk instrumen dalam bentuk non test, kriteria penilaian menggunakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan butir valid dan nilai yang dicapai dari skala nilai yang digunakan. Oleh karena itu, kriteria penilaian dalam penelitian ini disusun dengan cara mengelompokkan skor (interval nilai). Setelah diperoleh hasil pengukuran dari tabulasi skor, langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut

a. menentukan jumlah kelas interval, yaitu 4

b. menghitung rentang skor, yaitu skor minimum – skor maksimum

c. menghitung panjang kelas (p), yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas

d. menyusun kelas interval dimulai skor terkecil sampai terbesar Dari perkalian jumlah butir valid dikalikan nilai tertinggi diperoleh skor maksimum, sedangkan dari perkalian butir valid dengan nilai terendah diperoleh skor minimum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10 tentang kriteria kelayakan media

Kategori Penilaian Interval Nilai Sangat Baik (Smin + 3p) ≤ S ≤ Smak

Baik (Smin + 2p) ≤ S ≤ (Smin + 3p-1)

Cukup (Smin + p) ≤ S ≤ (Smin + 2p-1)

Kurang Smin ≤ S ≤ (Smin + p-1)


(1)

84 A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pebahasan yang berjudul “Pengembangan Meme Comic sebagai Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto” dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengembangan Media Gambar

Siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kurang berminat dan kurang termotivasi memahami materi secara detail, terlihat pada hasil pembelajaran yang cenderung hanya menghafal materi dari guru serta pembelajaran yang digunakan masih monoton. Hal ini merupakan salah satu indikasi kurangnya pemahaman siswa. Sehingga permasalahan ini dijadikan bahan untuk penelitian pengembangan media gambar.

Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, menurut guru tingkat pemaaman materi siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak masih kurang, sehingga perlu upaya untuk membangkitkan minat dan belajar siswa untuk lebih memahami lagi dalam materi yang diberikan . Dalam pembelajaran aqidah akhlak siswa terkadang merasa kesulitan memahami karena model pembelajaran yang monoton.


(2)

85

Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kriteria media gambar untuk pembelajaran. Penyusunan media meliputi judul, kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, serta sketsa gambar desain .

Desain yang digunakan dalam media gambar pembelajaran, yaitu desain meme comic. Media gambar dengan desain meme comic akan lebih menggunakan kreativitas yang tinggi dalam menuangkan pengetahuan yang telah didapatkan siswa, selain itu kombinasi warna juga bisa bervariasi dengan pelengkap. Sedangkan materi yang digunakan untuk pengembangan media yaitu menghindari akhalak tercela kepada diri sendiri

2. Kelayakan Media Gambar

Kelayakan media gambar diperoleh hasil dengan kategori baik dengan persentase 60 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan media gambar “layak” digunakan untuk pembelajaran.

Hasil efektifitas media gambar pada uji coba kelompok kecil diperoleh hasil dengan nilai mean sebelum menggunakan media sebesar 38,40 dan nilai mean sesudah menggunakan media gambar sebesar 42,75sehingga ada peningkatan nilai mean sebesar 4,35. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media gambar “layak” digunakan untuk pembelajaran


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengembangan produk media gambar meme untuk meningkatkan pemahaman materi aqidah akhalak maka penelitian memberikan saran pemanfaatan media sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya lebih mandiri berusaha meningkatkan kompetensi hasil belajar, khususnya pada mata pelajaran aqidah akhalak

b. Siswa hendaknya lebih aktif dalam memanfaatkan media/ alat bantu dalam upaya meningkatkan pemahaman sehingga tujuan dan hasil pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

2. Bagi Guru

a. Guru sebaiknya lebih kreatif mengembangkan media pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil dan proses belajar siswa.

b. Guru sebaiknya menggunakan media pembelajaran menyesuaikan materi yang diberikan karena dengan menggunakan media dapat mengefektifkan waktu, hasil belajar dan mengoptimalkan peran sebagai fasilitator


(4)

87

a. Pihak sekolah sebaiknya lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas media pembelajaran agar dapat mendukung siswa dalam meningkatkan hasil belajar.

b. Pihak sekolah sebaiknya selalu memberikan semangat bagi guru untuk mengembangkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses dan hasil pembelajaran

Berdasarkan saran pemanfaatan media di atas pengembangan produk media gambar untuk pembelajaran menggambar dapat menjadi langkah awal untuk pengembangan media pembelajaran lebih lanjut. Pengembangan produk media gambar dapat dikembangkan pada materi pembelajaran yang lain seiring majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar hasil produk media pembelajaran lebih berkembang dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.


(5)

Arif F. Sadiman Dkk. Media Pendidikan “Penertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya “(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011) Asnawir dan M Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta:Ciputat

Pers,2002),

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Daryanto. Media Pembelajaran. (Bandung: CV. Yrama Widya 2011)

Dawkins, Richard, The Selfish Gene (2 ed.) ISBN 0-19-286092-5 (Oxford University Press. 1989)

Dr. Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2013)

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Cv. Misaka Galiza, 2003),

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

Rayandra Asyhar. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. (Jakarta: Gaung Persada. 2010). Hlm

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta. 2010.)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.(Bandung, Alfabeta, 2013)

Sugiyono, Statistika Untuk Pendidikan (Bandung, Alfabeta, 2013)

Suharsimi Arikunto. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005).

Suharsimi Arikunto. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005).


(6)

Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 1995)

Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),