TREN MEME DAN RUANG KEBEBASAN DALAM FANPAGE MEME COMIC INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :

Ahmad Kamal Abdul Jabbar

NIM. B06211039

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

ABSTRAK

Ahmad Kamal Abdul Jabbar, B06211039, 2016. Tren Meme Dan Ruang Kebebasan Dalam Fanpage Meme Comic Indonesia. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Tren, Ruang Kebebasan, Meme

Meme comic menjadi tren dikalangan masyarakat Indonesia akhir-kahir ini. Berbagai peristiwa dan fenomena terjadi tidak luput dari perannya. Banyak yang memahami meme sebagai komposisi antara gambar yang diikuti dengan tulisan-tulisan yang mengundang gelak tawa. Namun lelucon yang berlebihan seringkali menuntun sang penutur ke ranah hukum.

Rumusan masalah yang diusung, (1) Apa motif yang menjadi dasar digunakannya tren meme sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi didalam Meme Comic Indonesia, (2) Bagaimana cara berekspresi melalui meme didalam Meme Comic Indonesia. Pendekatan yang digunakan ialah studi kualitatif deskriptif, dengan teknik analisis yang diusung oleh Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif yang digunakan oleh anggota komunitas Meme Comic Indonesia terbagi atas tiga motif, (1) Motif pengalihan; (2) Motif identitas personal; (3) Motif aktualisasi diri. Ketiganya timbul karena dorongan kebutuhan yang berbeda-beda dan tidak bersifat hirarkis dan tidak bersifat idealis. Sehingga, dalam satu proses ekspresi melalui meme juga dapat didasari oleh beberapa jenis motif sekaligus. Cara berekspresi yang dilakukan oleh Meme Comic Indonesia secara garis besar merupakan representasi dari fungsi media pers pada umumnya mengacu pada UU no. 40 tahun 1999. Sejauh ini, Meme Comic Indonesia juga dinilai telah menerapkan aturan-aturan pemerintah dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya indikasi kasus yang menyeret Meme Comic Indonesia ke ranah meja hijau.


(6)

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep ... 10

1. Tren ... 10

2. Meme ... 10

3. Kebebasan ... 11

4. Motif ... 13

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ... 17

3. Jenis dan Sumber Data ... 20

4. Tahapan Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 23


(7)

ix

I. Sistematiak Pembahasan ... 25

BAB II : KAJIAN TEORETIS ... 26

A. Kajian Pustaka ... 26

1. Konsep Dasar Meme ... 26

2. Perkembangan Meme di Indonesia ... 39

3. Motif dan Motivasi ... 35

4. Kebebasan Berpendapat ... 37

B. Kajian Teori ERG dan Pers Pancasila ... 39

1. Teori ERG ... 39

2. Sistem Pers Indonesia ... 43

BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN ... 48

A. Profil Data ... 48

1. Subyek Penelitian ... 48

2. Obyek Penelitian ... 52

3. Lokasi Penelitian ... 53

B. Deskripsi Hasil ... 61

1. Meme Dalam Perspektif Anggota Meme Comic Indonesia ... 61

2. Momen dan Kesan Pertama Terhadap Meme ... 64

3. Alasan Penggunaan Meme Oleh Anggota Meme Comic Indonesia ... 66

4. Terkait Keterlibatan Orang Lain Dalam Karya Meme .... 69

5. Antisipasi Dalam Menghadapi Protes Pihak Lain ... 73

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN ... 78

A. Analisis Data ... 78

1. Pemahaman Anggota Meme Comic Indonesia Terhadap Meme ... 78

2. Motif Dalam Menggunakan Meme ... 79

3. Cara Berekspresi Melalui Meme ... 82


(8)

x

B. Konfirmasi Dengan Teori ... 87

1. Konfirmasi Motif Dengan Teori ERG ... 87

2. Konfirmasi Cara Berekspresi Meme Comic Indonesia Dengan Sistem Sistem Pers Indonesia ... 91

3. Konfirmasi Dengan Persepsi Keislaman ... 97

BAB V : PENUTUP ... 100

A. Simpulan ... 100

B. Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

xi

DAFTAR TABEL


(10)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 16 Bagan 2.1 Gafik penggunaan sosial media dari seluruh dunia

pada Agustus 2015 ... 31 Bagan 2.2 Ilustrasi sederhana asumsi teori ERG ... 42 Bagan 3.1 Struktur kepengurusan dan tanggung jawab


(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Meme Comic Indonesia ... 54 Gambar 4.1 Repost Romario atas unggahan gambar MCI


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Internet telah menjelma menjadi sebuah jaringan komputer paling luas dan paling besar didunia. Sekarang, komputer pun sudah menjadi sarana pergerakan gagasan.1 Banyak hal yang berubah sejak hadirnya internet. Seperti pesan yang dapat dikirim melali Short Message Service (SMS), Surat yang mengalami inovasi menjadi Elelctronic mail (E-mail), dan lain sebagainya. Ide-ide dan gagasan pun dapat disalurkan melalui media online, baik berupa blog, koran elektronik, dan salah satu yang baru ialah meme.

Sejak beberapa bulan lalu, dunia maya dikejutkan dengan melejitnya popularitas meme yang tidak sedikit mengundang sensasi. Banyak isu-isu hangat yang diangkat kedalamnya menggunakan cara dan bahasa yang khas dan tak jarang mengundang gelak tawa para netizen. Tidak sedikit pula nama-nama menjadi terkenal karenanya. Sebut saja politikus H. Abraham Lunggana, S.H. atau akrab disapa Haji Lulung yang mendadak menjadi artis dunia maya dan dikenal banyak orang melalui #SaveHajiLulung karena perseteruannya dengan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Jika mengingat lebih jauh, mungkin bisa diingat ketika Bripka Dewi Sri Mulyani, anggota Satlantas Polrestabes Bandung tersohor bak artis papan atas hanya karena salah satu ucapannya dalam salah satu acara dokumenter yang mengisahkan keseharian polisi “86”. Saking tenarnya, komposer Eka Gustiwana hingga membuat single dengan judul yang sama dengan kata-kata

1

Marcel Danesi, Semiotika Media, terj. Gunawan Admiranto (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 15.


(13)

yang membuat Bripka Dewi Sri terkenal, “Disitu Kadang saya Sedih”. Media massa dari berbagai lini pun turut ramai memberitakannya. Mulai media cetak, elektronik, hingga media online tidak mau ketinggalan memberitakannya.2 Adapun akar dari segala sensasi yang terjadi tersebut ialah tidak lain ulah tren baru yang biasa disebut Meme Comic (baca: mim komik) yang berkembang pesat di dunia maya, khususnya di media sosial.

Kata meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 dalam bukunya The Selfish Gene. Dalam bukunya, Richard Dawkins menggunakan kata meme untuk menyebut replikator barunya. Meme

senidiri berasal dari bahasa Yunani “Mimeme” dan disederhanakan penyebutannya menjadi satu suku kata “meme” (baca: mim) seperti kata gene.3

Ide dasar meme di Indonesia merupakan adaptasi dari gagasan lima orang pemuda hongkong yaitu Ray Chan, Chris Chan, Marco Fung, Brian Yu, dan Derek Chan. Mereka ingin membuat sebuah bentuk hiburan baru yang ringan dan mudah diterima oleh khalayak. Benar saja, melalui website yang mereka namai 9GAG4, berhasil menyedot 500.000 pengunjung tiap bulannya. Karena kesuksesannya, gagasan 9GAG berhasil diadaptasi kedalam beberapa negara berbeda diseluruh dunia. Di Indonesia yang pertama kali menggunakan konsep ini sekarang dikenal sebagai Meme Comic Indonesia (MCI), di

2

http://news.metrotvnews.com/read/2015/03/06/367521/ini-dia-kumpulan-meme-haji-lulung |

http://andalas.co/91-berita-haji-lulung-santai-tanggapi-meme-yang-mengolok-olok-dirinya.html | http://www.jpnn.com/read/2015/03/07/291002/Dihajar-Bully,-Ini-Reaksi-Haji-Lulung

3

Richard Dawkins, The Selfish Gene, (New York: Oxford University Press, 1976), hlm. 192.

4


(14)

Spanyol muncul dengan nama Veomeme, di Serbia dengan nama Memefikacija, dan lain sebagainya.5

Dalam perkembangannya, meme telah memberikan sebuah jalan baru untuk mengkombinasikan beberapa unsur seperti kreatifitas, seni, pesan, dan humor kedalam budaya internet.6 Kini, untuk mengekspresikan perasaan, merepresentasikan kondisi, dan mengkritisi sebuah fenomena pun dapat dituangkan kedalam meme tersebut. Namun terkadang kadar yang disalurkan kedalam ekspresi tersebut melebihi batas kewajaran sehingga menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

Sebagai contoh, Jika pada kasus meme yang menyindir kota bekasi pada akhirnya ditanggapi sebagai evaluasi oleh Wali Kota Rahmat Effendi.7 Lain halnya dengan kasus penghinaan Arsyad terhadap Presiden Jokowi yang sempat berbuntut panjang. Meskipun pada akhirnya sang penghina dibebaskan, tentu hal ini menjadi pelajaran dan sorotan tersendiri bagi publik. Sebagian kecil contoh tersebut memberikan pandangan seolah tren meme

memberikan ruang kebebasan yang luas. Seakan publik kurang menyadari resiko-resiko yang dapat terjadi atas suatu perbuatan di dunia maya.

Memang jika dilihat jauh kebelakang, fanspage Meme Comic Indonesia dalam situs jejarign sosial Facebook pada awal pembuatannya didasarkan pada alasan personal sang kreator. Admin P, begitu ia disebut, sedang mengalami kejenuhan pada waktu itu, statusnya yang hanya sebatas

5 Wella, ”Pengaruh Ilustrasi Visual Meme “Rage Face” Terhadap Frekuensi Kunjungan Website 9gag”, Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya.

6

Abdul Aziz Turhan Kariko, Humorous Writing Excercise Using Internet Memes On English Classes, Jakarta: Binus University.

7


(15)

pelajar membuat rutinitas sehari-hari tidak begitu beragam, sehingga membuat ia merasa perlu aktifitas baru yang bisa ia gunakan untuk menghabiskan waktunya yang berharga tanpa membuangnya sia-sia. Selain itu, kesendiriannya sebagai seorang remaja yang butuh kasih sayang semakin menguatkan rasa jenuhnya. Meskipun pada mulanya tujuan pembuatan MCI hanya untuk dirinya sendiri, namun pada akhirnya MCI menjadi booming dan dengan cepat mendapat banyak perhatian para pengguna Facebook berkat saran kecil-kecilan yang didapatkan Admin P dari teman sekolahnya.8

Alasan yang mendasari pembuatan MCI diatas, serta fungsinya sebagai sarana hiburan, telah membuatnya menjadi halaman hiburan yang populer. Peneliti melihat beberapa poin yang membedakan media konvensional lainnya dengan meme tersebut. Pertama, MCI yang dibuat berdasarkan fenomena sehari-hari menjadikan ia dekat dengan masyarakat, yang pada akhirnya menjadikan MCI sebagai media baru yang mudah diterima dan disukai oleh publik. Kedua, posisinya yang dekat dengan masyarakat dan sistem repost

yang diterapkan oleh MCI menjadikannya tidak hanya diisi oleh hiburan biasa, namun juga hal-hal lain seperti sindiran terhadap fenomena yang terjadi ditengah masyarakat. Tergantung kepada kreatifitas sang kreator hendak membuat meme seperti apa. Ketiga, format penulisan yang bebas menjadikannya sebagai media semua kalangan, siapapun bisa berpartisipasi, hal ini otomatis tidak menuntut sang pembuat untuk mempunyai prestasi atau jenjang pendidikan tertentu. Lain halnya dengan media konvensional yang cenderung mementingkan sistematika penulisan. Keempat, kemudahan proses

8


(16)

pembuatan, penyebaran, dan akses menjadikan penyebaran meme cenderung bebas dan tidak terkontrol, hal ini menjadikan meme dianggap sebagai media bagi mereka yang diabaikan suaranya untuk meneriakkan pendapatnya. Lain halnya dengan media konvensional yang perlu melalui berbagai tahap tertentu sebelum akhirnya dapat dikonsumsi oleh publik. Kelima, dengan segala kemudahan proses penciptaan, penyebaran dan akses, menjadikan anonimitas kreator tetap terjaga. Sehingga semakin lama meme berada di internet maka semakin sulit pula asal-usulnya ditelusuri. Berbeda sekali dengan media konvensional yang mengharuskan jelasnya sumber dan penyusun informasi sebelum disebarkan. Keenam, bentuk kemasan meme baik dari pemilihan layout gambar maupun kata-katanya yang sederhana dan unik memberikan kesan kasual dan informal sehingga mudah dimengerti sekaligus menghibur bagi siapapun.

Hal-hal demikianlah yang semakin menguatkan peneliti untuk merealisasikan adanya penelitian tentang mengapa publik menjadikan meme

sebagai ruang kebebasan mereka untuk berekspresi.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa motif anggota Meme Comic Indonesia menggunakan tren meme

sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi?


(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menjelaskan motif anggota Meme Comic Indonesia menggunakan tren meme sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi.

2. Untuk menjelaskan cara berekspresi melalui meme didalam Meme Comic Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan mampu menjadi referensi bagi pengembangan keilmuan di bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang komunikasi massa. Selain itu, untuk kedepannya penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kekayaan khazanah penelitian di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian lainnya yang akan datang.

Sedangkan secara praktis, adanya penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang tren dunia maya, khususnya meme comic, dan mampu menunjukkan kebebasan yang selayaknya diterapkan didalam bermasyarakat melalui dunia maya. Sehingga siapapun yang turut membaca hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan lebih melek dan waspada ketika berselancar di dunia maya, khususnya dalam dunia media sosial.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Tidak dapat dipungkiri lagi jika telah banyak penelitian dilakukan oleh berbagai kalangan di berbagai tempat dan untuk berbagai tujuan. Sehingga memungkinkan bagi sebuah penelitian mempunyai kemiripan atau bahkan


(18)

kesamaan konsep dengan penelitian lain yang telah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai meme memang telah ada. Namun belum ada yang mengusung tema tren meme dan ruang kebebasan yang pernah digarap. Berikut ialah beberapa penelitian yang mempunyai kemiripan konsep sebagai bahan referensi dan bukti akan orisinalitas penelitian ini. Abdul Aziz Turhan Kariko sebelumnya telah melakukan studi dengan judul Humorous Writing Exercise Using Internet Memes On English Classes. Abdul Aziz dalam penelitian ini membahas tentang penemuan meme oleh pengguna internet dan mencoba menggali mengapa meme dianggap menarik bagi mereka. Jika dibandingkan dengan penelitian ini, penelitian Aziz lebih menggali kepada apa yang mendasari mereka untuk tertarik dengan meme, sedangkan yang coba ditelusuri penelitian ini ialah apa yang mendasari orang menggunakan meme

untuk berekspresi. Dapat dikatakan rumusan masalah yang diusung selangkah didepan karena mereka yang menggunakan meme untuk berekspresi tentunya awalnya sudah mengenal meme dan tidak menutup kemungkinan mereka sudah menerima daya tarik dari meme itu sendiri. Kemudian, penelitian Abdul Aziz ini berusaha mendekonstruksi apa itu internet meme dan apa efek yang dihasilkannya, terutama pada bagaimana hubungan antara gambar, teks, dan makna yang terhubung satu sama lain untuk membentuk pesan sosial, politik, emosi publik, atau sekedar membuat humor yang menghibur. Tentu ini memperkuat perbedaan dengan penelitian yang baru akan dilaksanakan ini. Pada penelitiannya, Abdul Aziz menguji lima sampel internet meme di internet


(19)

dan menghubungkan antara gambar, teks, dan makna menggunakan semiotika.9

Penelitian yang juga membahas tentang meme selanjutnya dilakukan oleh Wella, dengan judul “Pengaruh Ilustrasi Visual Meme “Rage Face

Terhadap Frekuensi Kunjungan Website 9GAG”.10

Dengan mengusung metode kuantitatif untuk menguji hipotesa penulis, penelitian ini menghasilkan pernyataan Rage Face hanya berpengaruh pada kunjungan awal saja tetapi tidak pada kunjungan-kunjungan berikutnya. Penelitian ini lebih bersifat eksperimental dengan menguji hubungan penggunaan salah satu varian meme terhadap ketertarikan pengunjung terhadap situs hiburan. Sangat berbeda sekali dengan riset yang akan diangkat oleh peneliti yang lebih cenderung kepada penggalian motif seseorang untuk menggunakan meme

sebagai media kebebasan berekspresi.

Berikutnya yakni penelitian yang berjudul “Penggunaan Internet Meme Dari Situs 9gag Sebagai Pesan Nonverbal Pada Hubungan Antar Pribadi Dalam Electronically-Mediated Interpersonal Communication” oleh

Shauma Sabila.11 Riset ini bertujuan untuk melihat bagaimana penggunaan internet meme yang digunakan sebagai bentuk pesan nonverbal dalam CMC dan EMIC oleh para anggota komunitas virtual pecinta internet meme dalam media sosial Facebook, Meme Comic Indonesia (MCI), dan akan melihat motivasi, penggunaan pesan, bentuk internet meme yang digunakan, serta

9

Abdul Aziz Turhan Kariko, Humorous Writing Excercise Using Internet Memes On English Classes, Jakarta: Binus University.

10

Wella, Pengaruh Ilustrasi Visual Meme “Rage Face” Terhadap Frekuensi Kunjungan Website

9gag, Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya.

11 Shauma Sabila, “

Penggunaan Internet Meme Dari Situs 9gag Sebagai Pesan Nonverbal Pada Hubungan Antar Pribadi Dalam Electronically-Mediated Interpersonal Communication”,


(20)

hubungan yang terjadi dari pemakaian internet meme oleh para anggota komunitas MCI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internet meme

digunakan karena dianggap sebagai saluran yang memiliki kehadiran sosial yang cukup untuk membangun sebuah hubungan sosial secara online. Penggunaannya cukup efektif jika digunakan dengan pesan humor dan pesan emosional, serta bentuk internet meme yang digunakan didominasi oleh dua kumpulan meme besar yaitu Advice Animal dan Rage Comic. Hubungan yang dihasilkan dari interaksi menggunakan internet meme adalah hubungan yang interaktif serta menarik dan dapat berkanjut kepada hubungan didunia nyata. Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa penelitian oleh Shauma Sabila lebih tertuju kepada penggunaan meme sebagai media membangun hubungan antar pribadi didalam dunia maya. Tidak sama tentunya dengan penelitian yang akan dijalankan ini.

Selanjutnya Made Nunik Sayani juga pernah menerapkan analisis semiotik terhadap meme di situs 9GAG.com melalui risetnya yang berjudul

Semiotic Analysis of Memes in 9GAG.com. Studi ini menguji 2 jenis meme

yakni “Poker Face” dan memeOkay”.12 Lebih lanjut Made Nunik menjelaskan bahwa berdasar pada penanda dari setiap meme, dapat diketahui setiap petanda atau konsep abstrak yang terkandung didalamnya. Meme

tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda ketika digunakan dalam unggahan. “Poker Face” mengindikasikan wajah seseorang dengan ekspresi

datar, tidak menunjukkan emosi tertentu dan hanya tetap diam karena sesuatu yang menyebabkan seseorang bingung untuk menunjukkan ekspresi apa

12


(21)

terhadap kondisi atau situasi tersebut. Sedangkan meme “Okay”, mengindikasikan ekspresi sedih, lelah, atau dipaksa menerima sesuatu. Komparasi dengan penelitian ini tentu berawal dari metode yang diusung dan membawa pada tujuan yang berbeda. Semiotik yang mencoba menggali penanda dan petanda didalam sebuah pesan berbeda dengan kualitatif yang berusaha menggali makna dibalik pesan.

F. Definisi Konsep 1. Tren

Strategic Trends Programme memberikan definisi tentang tren sebagai “A discernable pattern of change”.13 Tren didefinisikan sebagai pola perubahan yang dapat dilihat. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahwa tren ialah gaya mutakhir. Dalam konteks penelitian ini, tren yang dimaksud berhubungan dengan popularitas dari internet meme yang mengagumkan di Indonesia. Peneliti membatasi tren meme yang digunakan dalam penelitian ini ialah para anggota Meme Comic Indonesia yang sempat membuat atau mengonsumsi

meme mulai dari tahun 2012 hingga akhir tahun 2015.

2. Meme

Seperti yang telah disinggung diatas, kata meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 dalam bukunya The Selfish Gene. Dalam bukunya, Richard Dawkins menggunakan kata meme

untuk menyebut replikator barunya. Ia menyebutkan bahwa ia butuh kata atau sebutan untuk mendefinisikan lahirnya budaya dengan anggapan

13United of Kingdom Ministry of defence, Strategic Trends Progamme: Global Strategic Trends – Out to 2040, edisi 12 Januari 2010, hlm. 6.


(22)

terjadinya merupakan bentukan dari banyak replikator. Meme sendiri berasal dari bahasa Yunani“Mimeme” dan disederhanakan penyebutannya

menjadi satu suku kata “meme” (baca: mim) seperti kata gene.14 Pertama kali kata meme diperkenalkan memang melalui buku genetika Dawkins tersebut. Dia menyebut meme sebagai sesuatu yang mereplika apapun, baik budaya, sifat, atau yang lain, selain dari faktor genetika. Agak menyimpang bila dihubungkan dengan penelitian ini namun memang begitulah adanya.

Sedangkan dalam konteks penelitian ini, meme yang dimaksud biasanya berupa kombinasi antara gambar dan teks dengan konten yang mempunyai tujuan bermacam-macam. Selain itu, seperti yang telah diungkit sebelumnya bahwa tren meme yang dibahas dalam penelitian ini hanyalah sebatas anggota Meme Comic Indonesia yang sempat membuat atau mengonsumsi mulai tahun 2012 hingga 2015 saja. Jika dahulu meme

merupakan media hiburan yang murni memberikan humor, sekarang ia mengalami pengembangan fungsi mengarah kepada humor yang bersifat aspiratif, kontekstual, dan juga condong kepada tindakan sindiran atau

bullying.

3. Kebebasan

Pada kehidupan sehari-hari seringkali seseorang dihadapkan pada aturan dan pilihan, seperti aturan dalam tempat kerja, ditempat-tempat tertentu, atau aturan dalam melaksanakan sesuatu. Tidak jarang pula

14


(23)

sebagian dari orang lain yang ingin merasakan kebebasan. Kebebasan merupakan kata dasar bebas yang mendapat imbuhan ke-an.

Mahsun Mahfud berpendapat, “kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasar pilihan yang tersedia bagi seseorang.”15 Meminjam pengertian kebebasan dari Mahsun Mahfud tersebut, dapat dikatakan bahwa kebebasan bersifat tidak mengekang karena bebas berarti leluasa untuk bertindak, dan bergerak ke segala arah karena tidak didasarkan pada pilihan tertentu. Namun Anwar Arifin berpendapat bahwa didunia ini kebebasan tidak ada yang mutlak. Karena kebebasan seseorang akan dibatasi oleh kebebasan orang lain. Justru kebebasan yang dibenarkan dalam kehidupan demokratis ialah kebebasan terbatas. Karena harus ada penghargaan yang wajar atas atas hak masing-masing orang. Sehingga dalam hal ada kejadian penyalahgunaan kebebasan, ada bentuk bertanggung jawaban. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa kebebasan itu ada batasnya, yaitu tanggung jawab.16

Dalam konteks penelitian ini, ruang kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan dalam beropini di dunia maya, khususnya melalui meme

yang sedang tren saat ini. Sudah terdapat Undang-Undang yang melindungi kebebasan untuk berpendapat didunia maya. Yaitu pada Peraturan Pemerintah Penggantu Undang-Undang no. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum. Dijelaskan

15

Mahsun Mahfud, Hakikat Kebebasan Berpikir dan Etika, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner vol. 6, Januari-Juni 2007, hlm. 168.

16


(24)

didalamnya bahwa seseorang berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam mengeluarkan pikiran secara bebas, termasuk penyampaian melalui media elektronik, selama itu menghargai hak asasi manusia yang lainnya.

4. Motif

Motif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Hamzah B. Uno, istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.17 Sedangkan menurut pendapat M. Ngalim purwanto, motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.18 Hal ini diperjelas oleh Sudibyo Setyobroto, bahwa motif adalah sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan tertentu.19

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan atau perbuatan manusia yang dapat diartikan sebagai latar belakang dari tingkah laku manusia itu sendiri. Motif merupakan suatu keadaan tertentu pada diri manusia yang mengakibatkan manusia itu bertingkah laku untuk mempunyai tujuan.

Motivasi adalah “pendorong”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut tergerak

17

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3.

18

M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 60

19


(25)

hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.20 Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.21 Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.22

Mengacu kepada beberapa pendapat di atas dan tidak lepas dari obyektif penelitian ini, maka pengertian motif yang dipakai didalam penelitian ini ialah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan sehingga tercapai suatu kebutuhan yang diinginkan.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Tren meme yang ada ditengah masyarakat dunia maya saat ini tidak lain adalah bentuk dari sebuah inovasi baru. Terkait cara menyalurkan pendapat atau ide serta gagasan terhadap sebuah kondisi yang mulanya disampaikan hanya melalui media-media umum seperti media cetak atau elektronik, kini dapat pula disampaikan melalui sebuah ilustrasi gambar dan teks yang sederhana dan bersifat humoris.

Karena pada mulanya meme comic yang digunakan sebagai media hiburan murni yang mengusung tema humor, dan sekarang berkembang menjadi sarana untuk merepresentasikan sebuah fenomena atau kritik terhadap

20

M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 71

21

Oemar Hamalik, Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: CV Mandar Maju, 1992), hlm. 173

22

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3


(26)

kondisi, maka tidak dapat dikatakan sebagai menyindir atau bullying. Meme

hanya merepresentasikan fenomena atau kondisi yang memang sudah satir. Adapun fokus penelitian atau rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagaimana dicantumkan sebelumnya, yakni berusaha menjelaskan motif yang mendasari Meme Comic Indonesia dalam menggunakan meme sebagai ruang kebebasan mereka berekspresi, serta menjelaskan bagaimana cara mereka berekspresi menggunakan meme tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, untuk mendalami motif peneliti menggunakan Teori ERG milik Clayton Alderfer. Teori yang dikemukakan Psikolog Amerika kelahiran 1 September 1940 ini merupakan bentuk revisi atas Teori Hirarki Kebutuhan milik Abraham Maslow. 23 Sedangkan untuk menganalisis cara berekspresi, peneliti menggunakan aturan Sistem Pers Indonesia pasca orde baru tumbang yang termaktub didalam Undang-Undang no. 40 tahun 1999 tentang pers. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian konteks teori dengan obyek yang akan didalami. Alur kerangka penelitian ini dapat digambarkan kedalam bagan berikut ini.

23


(27)

Bagan 1.1: Kerangka pikir penelitian

H. Metode penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai penelitian kualitatif deskriptif analisis kritis. Metode kualitatif yakni sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.24

Adapun deskriptif ialah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Sehingga yang dimaksud deskriptif tidak ditujukan untuk menguji hipotesa tertentu, melainkan menggambarkan suatu gejala atau kejadian yang ada.

24

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 77. Tren Meme

Ruang Kebebasan

Fanspage Meme Comic Indonesia

(MCI)

Bingkai Teori ERG Clayton Alderfer dan Sistem Pers Indonesia

Studi Kualitatif Deskriptif

Cara berekspresi melalui meme

Motif yang mendasarinya


(28)

Setelah dideskripsikan, gejala atau keadaan tersebut akan dianalisis secara kritis dengan studi perbandingan atau yang relevan terhadap permasalahan yang dikaji.

Jenis dan metode ini dianggap tepat untuk digunakan dalam penelitian ini karena subyek yang diteliti mengandung masalah yang belum jelas. Disamping itu, penelitian ini berusaha untuk memahami makna yang ada dibalik realita yang tampak.

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang mengusung tema tren meme ini melibatkan subyek penelitian yaitu administrator sekaligus pengikut dari fanspage Meme Comic Indonesia (MCI). Para pengikut turut dipilih karena dianggap mempunyai peran terhadap kreasi meme. Pada fanspage ini, selain mengunggah meme yang diciptakan para administrator, digunakan sistem

repost juga, yaitu mengunggah meme buatan para pengikut kedalam

timeline, sehingga dapat dikatakan salah satu kreator meme dalam halaman MCI ini ialah para fans/pengikut itu sendiri. Selain itu, hal ini juga sebagai bentuk penerapan apa yang diakatakan oleh Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif bahwa dalam riset kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor kontekstual. Jadi maksud sampling ini ialah tidak untuk menjaring informasi sebanyak mungkin, melainkan untuk merinci kekhususan yang ada didalam konstruksi bangunan subyek. Sehingga,


(29)

tidak ada yang dinamakan dengan sampel acak, melainkan tertuju (purposive sampling).25

Peneliti membagi petak-petak informan kedalam 2 kategori utama, yang pertama ialah kategori orang yang turut membuat meme. Tujuannya, untuk mendapatkan data tentang motif dan cara berekspresi dari sudut pandang pembuat meme. Adapun yang menjadi informan pada kategori ini ialah:

a. Admin S, laki-laki ini ialah salah satu admin senior didalam MCI. b. Admin NH, merupakan gadis yang juga termasuk jajaran admin

didalam komunitas fanpage admin MCI

c. Haykal fikri, ialah pengikut MCI yang juga secara aktif turut membuat meme dalam kehidupan sehari-harinya.

Kemudian, kategori 2 informan ialah mereka yang tidak banyak turut membuat meme, dan hanya mengonsumsinya saja. Hal ini bertujuan untuk menggali data dari perspektif mereka tentang motif mereka dalam menggunakan meme sebagai ruang kebebasan ekspresi mereka. Adapun yang menjadi informan dalam kategori ini ialah:

a. Rif’at Hamid Rahman, ialah seorang pelajar dan juga pengikut MCI dan bahkan perkembangan meme yang antusias dalam mengikutinya.

b. Faris Addaukas, seorang pelajar sekaligus merupakan salah satu penggerak tren meme didalam lingkungan pergaulannya.

25

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005), hlm. 224.


(30)

c. Rizky Yuniarta, statusnya sebagai pekerja kantor dan konsumen pasif MCI diperlukan untuk menggali perspektif informasi yang berbeda.

d. Mohammad Aang Humaidi, seorang guru dan merupakan salah satu pelopor adanya tren lomba meme dilingkungan pergaulannya. e. M. Haris Syarifuddin, merupakan mahasiswa aktif yang juga

pengikut MCI, informasi darinya juga diharapkan dapat membantu menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.

Sedangkan obyek didalam penelitian ini beada dalam wilayah kajian komunikasi massa, dimana peneliti berusaha menggali motif dan cara berekspresi para anggota dari komunitas Meme Comic Indonesia. Selanjutnya, mengenai lokasi penelitian, karena yang diteliti ialah sebuah komunitas virtual, maka alamat lokasi penelitian ini berupa alamat virtual MCI dialam facebook, alamat tersebut dapat dilacak melalui kolom pencarian dengan mengetikkan “Meme Comic Indonesia”, atau dengan mengetikkan alamat secara lengkap Meme Comic Indonesia (http://www.facebook.com/MemeComicIndonesi) kedalam addressbar browser. Sedangkan untuk menjangkau para informan, peneliti menggunakan sarana E-mail dan media percakapan lainnya untuk dapat melakukan korespondensi. Hal tersebut dinilai efektif mengingat anggota komunitas tersebar diberbagai daerah, serta lebih fleksibel karena dapat dilakukan tanpa mengganggu kesibukan para informan.


(31)

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa data wawancara dengan pihak subyek penelitian. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari segala dokumen, foto, video, atau jenis data lainnya yang mendukung penelitian dilakukan dengan cara pengamatan mendalam. Sedangkan berkaitan dengan proses wawancara, akan dilakukan dengan berbagai media sesuai dengan kondisi, kehendak, dan kemampuan informan.

b. Sumber Data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari beberapa informan yang telah ditentukan berdasarkan pada kompetensinya untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada tercapainya tujuan penelitian. Karena tidak semua pengikut dapat dijadikan sebagai informan penelitian, melainkan beberapa orang yang dianggap sesuai dan kompeten untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari pencarian referensi di berbagai tempat dan cara. Penelusuran di internet, mencari data di perpustakaan, serta dokumen-dokumen, foto, atau video yang mendukung berjalannya penelitian ini.


(32)

4. Tahapan Penelitian

a. Tahap Pra-Lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian

Pada tahap ini peneliti berusaha melihat fenomena yang terjadi disekitar dengan penelusuran informasi dan berbagai cara lainnya sehingga peneliti memperoleh judul dan permasalahan yang menarik untuk diangkat.

2) Memilih lapangan penelitian

Pada tahap ini peneliti mencari bidang yang dianngap tepat untuk digali informasinya. Tentunya yang berhubungan dan dianggap mempunyai jawaban akan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

3) Mengurus perizinan

Setelah memperoleh lapangan penelitian, peneliti mencoba mengetahui apakah bidang tersebut mempunyai izin akses tertentu sehingga dapat dijangkau untuk kemudian digali informasinya. 4) Memilih informan

Setelah tahap tersebut, peneliti akan memilih informan yang kompeten dan dianggap mampu menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

b. Tahap Lapangan

1) Mulai masuk lokasi penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal peneliti terjun kedalam lapangan penelitian, dalam penelitian ini, peneliti akan mulai dengan


(33)

bersosialisasi dengan para anggota komunitas Meme Comic Indonesia dengan bergabung dan turut dalam aktifitas didalamnya. Hal tersebut bertujuan untuk menjalin kedekatan dan diharapkan mampu menimbulkan respon yang baik terhadap beberapa permintaan peneliti, meliputi ketersediaan dan respon jawaban yang baik pula.

2) Menggali data dan informasi lapangan

Pada tahap ini peneliti akan berusaha menggali informasi dari informan sedalam, setajam, dan sebanyak mungkin demi terjawabnya rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Disinilah kecakapan dan kecermatan peneliti diperlukan, semakin cakap dalam mengkritisi jawaban makan dipercaya akan semakin banyak dan tajam pula data yang diperoleh dari lapangan.

c. Tahap penulisan laporan.

Pada akhirnya, peneliti akan menuliskan hasil penggalian dan interpretasi data dari lapangan kedalam sebuah format laporan. Tidak menutup kemungkinanpada tahap ini peneliti masih akan mencari data lain untuk melengkapi laporan tersebut. Data dapat berasal dari sumber data primer ataupun sumber data sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara tidak hanya digunakan oleh


(34)

peneliti sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.26

b. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan penyidik. Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan.27 Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak merepresentasikan kondisi aslinya karena dibuat karena kepentingan tertentu. Demikian pula jenis dokumen lain yang ditulis secara subyektif atau untuk dirinya sendiri.28

6. Teknik analisis data

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas analisis data dalam penelitian dapat dilakukan kepada tiga langkah berikut ini: 29

a. Reduksi Data (Data Reduction), yaitu proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dari data, dicari tema dan polanya. Dengan begitu data akan menjadi lebih jelas dan lebih mudah untuk disajikan.

26

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 231.

27

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005), hlm. 216-217.

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 240.

29


(35)

b. Penyajian Data (Data Display), adalah langkah selanjutnya setelah data direduksi. Dalam penelitian kualitatif, data disajikan dalam bentuk tabel, grafik, pie chart, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data ini, data tersusun kedalam pola yang berhubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

c. Conclusion Drawing/Verification, yakni penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila ditemukan bukti/data lain yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif ini, uji keabsahan data akan dievaluasi menggunakan uji kredibilitas. Dimana didalamnya terkandung triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan menggunakan bahan referensi.

Triangulasi disini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, kondisi, dan waktu. Sedangkan diskusi dengan teman sejawat dilakukan dengan rekan sesama peneliti yang melakukan riset dibidang yang sama. Sehingga peneliti bersama rekan dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.

Adapun yang dimaksud dengan bahan referensi disini ialah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bentuknya dapat beragam, rekaman wawancara, foto kejadian, atau data interaksi lainnya yang diperoleh melalui riset lapangan sebelumnya.


(36)

I. Sistematika Pembahasan

Peneliti membuat sistematika pembahasan agar penelitian yang dilakukan dapat dengan mudah dipahami isinya baik oleh peneliti sendiri serta pembaca, sistematika pembahasan tersebut terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep tentang meme, konsep kebebasan, dan motif, kerangka pikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: Kajian teoretis. Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang berupa pembahasan yang berkaitan dengan sejarah meme, konsep dasar

meme, dan perkembangannya kini di Indonesia, serta kajian teori ERG milik Clayton Alderfer.

BAB III: Paparan data hasil penelitian. Bab ini berisi tentang profil data penelitian, meliputi profil subyek, obyek, dan lokasi penelitian. selain itu juga berisi tentang paparan deskripsi hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

BAB IV: Interpretasi hasil penelitian. Bab ini berisi tentang analisis data berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi serta dokumentasi sebelumnya, serta mengkonfirmasi temuan tersebut dengan Teori ERG yang dikemukakan Clayton Alderfer.

BAB V: Penutup. Bab ini berisi tentang simpulan penelitian dan rekomendasi atau saran dari penelitian.


(37)

26

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Dasar Meme

Kata meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins pada 1976 melalui bukunya The Selfish Gene. Dawkins, yang merupakan seorang ahli Biologi, membutuhkan nama untuk replikator barunya, dalam bukunya, Dawkins berkata:

We need a name for the new replicator, a noun that conveys the idea of a unit of imitation. „Mimeme’ comes from a suitable Greek

root, nut i want a monosyllable that sounds a bit like „gene’. I hope my classicist friends will forgive me if i abbreviate mimeme to

meme.

Examples of memes are tunes, idea, catch-phrases, clothes fashions, ways of making pots or of building arches. Just as genes propogate themselves in the gene pool by leaping from body to body via sperms or eggs, so memes propagate themselves in the meme pool by leaping from brain to brain via a process which, in the broad sense, can be called imitation.30

Ide diatas menjelaskan bagaimana Dawkins menggunakan kata

meme, yang mulanya berasal dari bahasa Yunani “mimeme”, sebagai sebutan bagi satuan terkecil dari sebuah budaya yang mirip seperti gen. Unit ini mampu berkembang-biak, layaknya gen yang berkembang dengan memperbanyak diri dari satu tubuh ke tubuh lainnya melalui sperma atau telur, meme berkembang-biak dari satu pikiran kepada pikiran yang lain melalui proses imitasi.

30


(38)

Salah satu contoh dari meme menurut Dawkins ialah ide, lagu, gaya berpakaian, atau cara untuk melakukan sesuatu. N. K. Humphrey bahkan menuliskan bahwa seharusnya meme dianggap sebagai struktur yang hidup, tidak hanya secara metafora, namun juga secara teknis.31

Saintis lainnya, Dan Sperber, lebih memahami meme sebagai replikator kebudayaan (cultural replicator), dan mengistilahkannya kedalam kata representation. Ia menjelaskan bahwa replikator ialah simbol dan asosiasi didalam pikiran manusia. Lebih jauh mengenai itu, Sperber menjelaskan bahwa ada dua jenis utama representation, yakni mental representation yang pengaruhnya bersifat internal dan tidak kasat mata, seperti keyakinan dan agama. Kemudian ada public representation yang pengaruhnya bersifat eksternal (kasat mata), seperti lukisan atau gaya berpakaian. Sperber menambahkan dengan adanya cultural representation

sebagai percampuran dari dua jenis sebelumnya.32

Secara garis besar, pemahaman terhadap meme (atau

representation) antara Sperber dan Dawkins sama. Namun pada satu sisi, Sperber membawa representation kepada level baru yang lebih tinggi. Jika Dawkins menganggap meme lebih kepada virus yang menyebar didalam satu populasi pada satu masa generasi (seperti epidemi), maka Sperber berpandangan bahwa representation (sebutan Sperber terhadap meme) punya dua cara untuk berkembang-biak. Cara yang pertama yakni berkembang secara vertikal, menular dari satu generasi ke generasi

31

Richard Dawkins, The Selfish Gene, (New York: Oxford University Press, 1976), hlm. 192.

32

Dan Sperber melalui Carlos Muricio Castano Diaz, Defining & Characterizing the Concept of Internet Meme, (Copenhagen: University of Copenhagen, 2013), hlm. 85.


(39)

selanjutnya, seperti yang gen lakukan. Cara kedua yakni berkembang secara horizontal, menular dari satu pikiran kepada pikiran yang lain pada satu masa generasi, seperti yang dilakukan oleh virus. Selain dua pengertian diatas, berikut terdapat dua ahli yang turut menyumbang pengertian terhadap konsep meme:33

Nama Definisi

Daniel Dennet Meme is the name of any item of cultural evolution

M. Olesen Meme is any form of cultural phenomenon that can be copied from one mind to another

Tabel 2.1 Pengertian Meme menurut dua ahli

Tabel diatas sedikit member gambaran dua ahi tentang meme.

Menurut Daniel Dennet, meme adalah nama/sebutan bagi setiap item dari evolusi kebudayaan. Sedangkan Olesen berpendapat bahwa meme ialah bentuk dari fenomena budaya yang bisa dicopy dari satu pikiran kepada pikiran yang lain. Nampaknya, Dennet lebih menggambarkan meme secara luas dan konklusif dengan menyebutnya sebagai hal yang berperan dalam evolusi budaya. Agak berlawanan dengan Olesen yang representasi tentang meme-nya masih mirip dengan pengertian dari Dawkins dan Sperber diatas.

Melalui empat gambaran yang diberikan para ahli diatas, jika ditarik satu garis besar tentang apa itu meme, dapat dipahami bahwa penjelasan tentang meme itu sendiri ialah:

33


(40)

a. Meme ialah satuan terkecil dari budaya yang mampu berkembang-biak dengan cara mengkopi dirinya melalui satu pikiran kepada pikiran yang lain (imitation).

b. Berdasarkan bentuknya, meme mempunyai 2 bentuk utama dan satu bentuk tambahan sebagai konsekuensi kombinasi antara dua bentuk utama. Masing-masing ialah mental representation, public representation, dan yang ketiga ialah cultural representation. c. Meme dapat berkembang-biak melalui dua kanal. kanal vertikal

(parental transmission), yakni dengan berkembang dari satu generasi kepada generasi selanjutnya seperti gen. Alur horizontal (procelytic transmission), yakni berkembang dalam satu populasi pada satu masa generasi, seperti virus.

2. Perkembangan Meme di Indonesia

Perkembangan teknologi komunikasi internet menggeser cara dan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi. Yang mulanya lebih suka berkumpul dan bercengkerama didunia nyata, kini menjadi lebih gemar berkumpul didalam komunitas didunia maya, sehingga proses komunikasi pun tidak berjalan sama lagi ketika internet belum berkembang. Bagi

meme, komunikasi merupakan jalan untuk mengembang-biakkan dirinya menuju pikiran yang lain. Kondisi yang seperti ini akhirnya memberikan jalan bagi meme untuk berkembang kepada level yang lebih modern, bergeser dari cara komunikasi konvensional menuju cara yang lebih maju dengan memperbarui dirinya menjadi Internet Meme.


(41)

Internet Meme (yang selanjutnya akan disingkat kedalam IM), menurut Knobel & Lankshear seperti dikutip oleh Buchel, adalah istilah terkenal untuk menyebut ide tertentu yang dengan cepat terkenal dan menyebar, biasa diwujudkan dalam bentuk teks, gambar, pergeseran gaya bahasa, atau beberapa unsur kebudayaan yang lain.34 Sedangkan Bauckhage mendeskripsikan IM sebagai,”phenomena that rapidly gain popularity or notoriety35 on internet”, atau dapat diartikan sebagai suatu fenomena yang mendapat popularitas dengan cepat didalam internet.36

Pengertian yang disajikan diatas sedikit dapat memberikan gambaran tentang apa itu IM. Pertama, IM berkembang-biak didalam media elektronik berbasis Internet. Dapat melalui E-mail, media sosial, blog, atau platform lainnya. Kedua, IM dapat berupa video, gambar, teks, dan rekaman suara. Namun selain itu, ia juga bisa melampaui batas-batas sosial dan kebudayaan, keberhasilan persebarannya selalu tidak terduga dan diluar perkiraan, dan salah satu bentuk yang menjadi wujud persebarannya adalah berupa humor atau lelucon.

Indonesia dengan kepadatan penduduknya, serta gaya hidup yang konsumtif menjadikannya sebagai negara dengan jumlah pengguna internet yang masif. Facebook, yang pada bulan Agustus 2015 tercatat sebagai halaman media sosial yang paling banyak digunakan diseluruh

34

Branislav Buchel, Internet Memes as Means of Communication, (Brno: Masaryk University, 2012), hlm. 29.

35

Mendapat kemasyhuran/popularitas karena sesuatu yang kurang baik.

36

Branislav Buchel, Internet Memes as Means of Communication, (Brno: Masaryk University, 2012), hlm. 29.


(42)

dunia37, saat ini juga menjadi salah satu media sosial yang paling sering digunakan/diakses Indonesia.

Bagan 2.1 Gafik penggunaan sosial media dari seluruh dunia pada Agustus 2015.

Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat sekitar 65% penduduk Indonesia menggunakan media sosial Facebook. Jumlah ini menjadikan indonesia masuk kedalam ranking 4 negara dengan jumlah pengguna Facebook terbanyak USA, Brazil, dan India.38

Adapun meme-meme yang populer diluar negeri sangatlah banyak ragam dan jumlahnya, sebut saja Good Guy Greg meme, The Success Baby meme, Bad Luck Bryan, Philosoraptor meme, dan sebagainya. Tidak jarang juga diantaranya yang diadopsi dan dipakai di Indonesia. Berikut

37

Diakses dari statista.com pada 15 Oktober 2015 pukul 00.15 WIB

38


(43)

beberapa penjelasan mengenai karakter meme yang dihimpun dari halaman situs database meme online knowyourmeme.com.39

a. Success Kid

Gambar aslinya diambil seorang fotografer bernama Laney Griner pada anaknya yang berumur 11 bulan, Sammy, pada 26 Agustus 2007. Digunakan sebagai meme dengan nama The Success Kid, namun terkadang juga dikenal sebagai I Hate Sandcastle. Foto yang menunjukkan bayi yang memakai kaos berwarna hijau-putih dengan ekspresi wajah puas, namun juga seperti menunjukkan raut wajah frustasi terhadap sesuatu. Kondisi ini juga berpengaruh pada penggunaannya sebagai meme, yang terkadang digunakan untuk mengekspresikan rasa puas terhadap hasil yang diluar perkiraan, atau frustasi karena suatu hal.

b. Philosoraptor

Meme Philosoraptor berasal dari dua kata, philosoper (filsuf) dan

Velociraptor (salah satu spesies dinosaurus). Digambarkan dengan hanya memperlihatkan wajah Velociraptor dengan satu jari dibawah dagu, menyimbolkan bahwa ia sedang berfikir akan sesuatu, atau mempertanyakan sesuatu. Pada dasarnya, ide Philosoraptor diciptakan untuk desain kaos oleh Sam Smith pada 2008. Philosoraptor direpresentasikan sebagai dinosaurus yang suka menanyakan segala sesuatu tentang alam semesta. Biasanya diikuti dengan teka-teki, isu-isu filosofis, atau parodi antara keduanya.

39


(44)

c. Yo Dawg Heard You

Meme Yo Dawg ialah foto seseorang yang pernah membawakan acara televisi Pimp My Ride bernama Xzibit. Digambarkan Xzibit memakai kaos hitam dengan kalung, ia sedang tertawa karena sesuatu yang aneh atau lucu. Foto tersebut bersumber dari studio foto yang sebenarnya digunakan untuk mempromosikan drama olahraga bernama Gridiron Gang, yangmana didalamnya Xzibit berperan sebagai Malcolm Moore. Dalam penggunaannya sebagai meme, ada formula template frasa yang diulang-ulang. Formula tersebut pada dasarnya memang sering diucapkan oleh Xzibit, namun dibuat parodinya sebagai bahan humor dalam meme. Frasa tersebut normalnya akan tersusun seperti,”{yo,

sup} dawg, i herd you like X, so i put X in your Y, so you can VERB

while you VERB”. Namun akan mengalami perubahan struktur seperti,”{yo, sup} dawg, i herd you like X, so i put X in your X, so you

can X while you X”. Perubahan struktur tersebut disesuaikan dengan konteks humor yang ingin disajikan. Contohnya,”yo dawg, i herd you like car, so i put car i your car, so you can drive while you drive”.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya menggunakan Facebook sebagai media sosialnya, banyak terinspirasi dari website luar dan telah melakukan banyak adaptasi. Diantaranya dari segi bahasa, penyesuaian karakter, serta penyesuaian humor yang pas dengan selera masyarakat indonesia. Beberapa meme yang sempat ramai dan terkenal di dunia meme Indonesia diantaranya yakni Haji Lulung, Sudah Kuduga,


(45)

Mad Dog, dan lain-lain. Berikut beberapa diantaranya yang berhasil dihimpun peneliti, lengkap dengan penjelasan dan penggunaannya.

a. Amin Richman

Hingga saat ini belum dapat dijumpai sumber yang mampu mendeskripsikan darimana asal dan siapa identitas asli dari Amin Richman ini. Namun yang jelas, ia digambarkan sebagai sesosok orang kaya baru (OKB) yang selalu menyombongkan diri melalui hartanya. Direpresentasikan sebagai seorang pria bertubuh bongsor dengan kedua tangan didadanya, mengenakan penutup kepala dari kain, mengenakan headset, serta wajahnya menunjukkan ekspresi „sok’.

b. Mad Dog

Pada mulanya, Mad Dog ialah nama salah satu karakter dalam film The Raid. Salah satu dialognya yang mengajak lawannya untuk bertarung dengan tangan kosong tiba-tiba menjadi terkenal begitu saja. Melalui jargon “greget”, Yayan Ruhian (nama asli pemean Mad Dog), digambarkan sebagai orang yang suka melakukan hal-hal yang tidak biasa serta terkesan ekstremis ketika melakukan sesuatu.

c. Sudah Kuduga

Dion Cecep Supriadi mendadak terkenal karena fotonya yang bergaya “manis” banyak beredar didunia maya. Foto yang diambil ketika Dion menjadi mahasiswa pada 2005 tersebut digunakan para penggiat meme

dengan kata-kata dugaan, kemudian diikuti kalimat „hmm.. sudah kuduga’ secara konsisten. Kombinasi lelucon dengan ekspresi wajah pria yang kini menjadi pegawai di salah satu perusahaan otomotif


(46)

tersebut menjadi pembicaraan netizen di Indonesia. Berikut beberapa contoh penerapan meme Sudah Kuduga.

d. Meme Haji Lulung

Nama aslinya ialah Abraham Lunggana, sebagai Wakil Ketua DPRD Jakarta, haji Lulung harusnya ialah sosok orang yang disegani. Namun apa yang terjadi ketika rapat medasi antara DPRD dan Gubernur Jakarta malah menunjukkan tidak demikian, berulang kali haji Lulung salah menyebutkan UPS (Uninterruptible Power Supply) sebagai USB (Universal Serial Bus). Inilah yang kemudian membuat haji lulung ramai disindir diberbagai media, termasuk media sosial. Selain membahas tentang kesalahan penyebutan UPS, didalam meme, haji Lulung kerap digambarkan sebagai sosok yang „terlalu’ berkuasa.

3. Motif dan Motivasi

Motif biasa dianalogikan dengan kata motivasi. Keduanya memang memiliki akar kata yang sama yakni “motif”. Adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah “pendorong”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.40 Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.41 Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

40

M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 71

41


(47)

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.42

Motif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Hamzah B. Uno, istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.43 Sedangkan menurut pendapat M. Ngalim purwanto, motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.44 Hal ini diperjelas oleh Sudibyo Setyobroto, bahwa motif adalah sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan tertentu.45

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan atau perbuatan manusia yang dapat diartikan sebagai latar belakang dari tingkah laku manusia itu sendiri. Motif merupakan suatu keadaan tertentu pada diri manusia yang mengakibatkan manusia itu bertingkah laku untuk mempunyai tujuan.

Menurut Elida Prayitno, ada dua tipe motivasi yaitu motivasi Instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Keduanya dapat dijelaskan berikut ini. 46

42

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3

43

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3.

44

M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 60

45

Sudibyo Setyobroto, Psikologi Olahraga, (Jakarta: PT Anem Kosong, 1989), hlm. 24

46

Elida Prayitno, Panduan pengajar buku motivasi dalam belajar, (Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, 1989), hlm. 10-13.


(48)

a. Motivasi Instrinsik, Menurtut Thornburgh, motivasi instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu.

b. Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. Menurut E. Mulyasa, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang. Faktor lingkungan dapat pula berperan sebagai bagian yang mempengaruhi motivasi seseorang.

4. Kebebasan Berpendapat

Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kebebasan/ruang kebebasan ialah kebebasan untuk berpendapat. Indonesia sebagai negara hukum telah mengatur kebebasan rakyatnya dalam berpendapat atau mengemukakan opininya, seperti yang tercantum pada UU no 9 tahun 1998. Meskipun ada redaksi kata bebas disana, perlu digarisbawahi adanya batasan bertanggung jawab pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebebasan yang ada di Indonesia adalah bebas yang harus dipertanggung-jawabkan akibatnya.

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan seseorang untuk dapat berkomunikasi menggunakan alat tertentu dan dengan fitur-fitur tertentu. Adapun yang paling populer saat ini ialah teknologi internet yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan seseorang yang lain di seluruh penjuru dunia, asalkan tersambung kedalam jaringannya. Kondisi ini sempat menjadikan salah paham banyak masyarakat. Salah satunya ialah pada kasus tren meme baru-baru ini. Banyak orang yang


(49)

sempat tersandung kasus pencemaran nama baik, hingga perbuatan tidak menyenangkan. Beberapa yang paling populer ialah kasus penghinaan Presiden Indonesia Joko Widodo melalui meme yang bernada menyindir. Namun ketika ditangkap, sang pelaku hanyalah anak dibawah umur dan akhirnya dibebaskan.

Bercermin pada kejadian diatas, perlu diketahui bahwa pada dasarnya masih ada saja masyarakat yang masih kurang menyadari adanya bahaya dibalik kebebasan yang mereka ekspresikan. Undang-Undang no. 9 tahun 1998 menjelaskan dengan gamblang bahwa warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum, namun juga diikuti dengan sikap tanggung jawab atas kebebasan yang dilakukannya.

Sempat menerapkan berbagai teori media pers yang ada didunia, kini Indonesia menganut “sistem pers bebas” yang berlaku sejak tahun 1999. Melalui Undang-Undang no. 40 tahun 1999, ketentuan untuk memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha dan Penerbitan Pers) ditiadakan. Kemudian kebebasan pers ini disempurnakan lagi di era kepemimpinan Presiden Abd. Rahman Wahid dengan membubarkan Departemen Penerangan yang pada era Presiden Soekarno dan Soeharto ditugaskan mengawasi penerbitan pers dan bahkan melakukan pencabutan SIUPP. Sehingga pers mengalami kebebasan dalam arti bebas dari pengawasan pemerintah. Kondisi ini memberikan implikasi sosial, politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan yang mendasar. Kebebasan tersebut tidak hanya merubah perilaku sosial masyarakat, namun juga telah mengarah kepada


(50)

masalah hak asasi manusia yang terkait dengan hal-hal pribadi (privacy), pada titik inilah tren meme di Indonesia akan didalami kedepannya.47

B. Kajian Teori ERG dan Pers Pancasila 1. Teori ERG

Teori ERG merupakan salah sau teori kebutuhan yang dikembangkan oleh Clayton Alderfer sebagai revisi atas teori sebelumnya, yakni Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Istilah ERG merupakan sngkatan dari Existence-Relatedness-Growth, atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya eksistensi-hubungan- pertumbuhan.

Pada dasarnya, teori psikolog Amerika kelahiran tahun 1940 ini memiliki kesamaan kategori kebutuhan dengan Maslow, namun Alderfer membuatnya lebih sederhana dengan beberapa revisi. Teori ERG menyusutkan 5 kebutuhan manusia menjadi tiga. Kebutuhan antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, demikian pula dengan prioritasnya. Satu orang dapat memiliki skala prioritas yang sepenunya berbeda dengan orang yang lain.48 Lebih lanjut Alderfer menjelaskan tiga kebutuhan manusia tersebut ialah:

a. Kebutuhan Eksistensi/Keberadaan (Existence Needs)

Kebutuhan eksistensi merupakan kebutuhan yang mencakup semua bentuk kebutuhan fisik dan kemanan, dengan kata lain ialah

47

Anwar Arifin, Opini Publik, (Depok: Gramata, 2010), halm. 52-60

48


(51)

kebutuhan akan tetap hidup. Kebutuhan ini identik dengan level 1 (fisiologis) dan 2 (rasa aman) hirarki milik Maslow

b. Kebutuhan Hubungan (Relatedness Needs)

Adalah kebutuhan yang mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubugan sosial dan hubungan antar pribadi. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow.

c. Kebutuhan Tumbuh (Growth Needs) kebutuhan ini mencakup kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow.

Alderfer berpendapat bahwa pemenuhan atas ketiga kebutuhan tersebut dapat dilakukan secara simultan, artinya bahwa hubungan kebutuhan dari teori ini tidak bersifat hirarki. Menurut Aldag dan Strearns, Alderfer merevisi teori Maslow dengan cara:49

a. Dia membuktikan bahwa tiga kategori kebutuhan membentuk hirarki hanya dalam pengertian yang meningkatkan keabstrakan atau mengurangi kekonkretan. Setelah bergerak dari kebutuhan eksistensi ke kebutuhan hubungan lalu ke kebutuhan pertumbuhan, cara untuk memenuhi kebutuhan menjadi berkurang dan menjadi kurang konkret.

b. Alderfer menyadari bahwa sementara memenuhi kebutuhan eksistensi dan hubungan, kebutuhan tersebut dapat dibuat kurang

49


(52)

berarti, tidak seperti pada kebutuhan pertumbuhan. Malah sebaliknya, kebutuhan pertumbuhan menjadi lebih penting setelah dipenuhi. Setelah seseorang mampu untuk kreatif dan produktif, ia akan meningkatkan pertumbuhan dan sekali lagi, dia akan menjadi tidak puas.

c. Alderfer menerangkan bahwa kita mungkin pertama memusatkan pada kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan cara konkret dan kemudian mengurusnya dengan lebih banyak cara untuk menuju kepuasan. Bagaimanapun, Alderfer menambahkan gagasan tentang kekecewaan (frustration). Kekecewaan terjadi ketika seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat tertentu secara hakiki yang menyebabkan ia “mundur” dan memusatkan pada kebutuhan yang lebih konkret. Apabila seseorang itu tidak bisa memenuhi kebutuhan hubungan, maka dia akan memusatkan pada kebutuhan eksistensi.

Lebih lanjut, Alderfer juga mengemukakan bahwa jika kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi buruk maka seorang individu mungkin kembali untuk meningkatkan kepuasan dari kebutuhan tingkat rendah. Ini disebut frustasi-regresi dari aspek teori ERG. Adapun asumsi dasar dari teori ini ialah:

a. Semakin berkurang masing-masing tingkat kebutuhan dipuaskan, semakin besar keinginan untuk memuaskannya.


(53)

b. Semakin dipuaskannya tingkat kebutuhan yang lebih rendah, semakin besar keinginan untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.

c. Semakin kurang tingkat kebutukan yang lebih tinggi dipuaskan, semakin rendah tingkat kebutuhan yang diinginkan.

Secara sederhana, konsep dasar teori ERG dapat digambarkan kedalam bagan ilustrasi berikut ini.

Bagan 2.1 Ilustrasi sederhana asumsi teori ERG

Existence

(Kaitannya dengan keberlangsungan hidup

atau kebutuhan pokok fisiologis)

Relatedness

(menekankan pentingnya hubungan antarpribadi

dan sosial)

Growth

Dikendalikan oleh keinginan pribadi untuk

perkembangan dirinya (rasa hormat dan

aktualisasi diri) Kepuasan

Pertumbuhan

Regresi


(54)

2. Sistem Pers Indonesia

Pada dasarnya, pers merupakan kata dari bahasa Belanda yang jika ditranslasi kedalam bahasa Inggris artinya ialah press. Arti dalam bahasa Indonesia dari istilah tersebut ialah cetak atau percetakan. Dalam perkembangannya, pers memiliki makna sempit dan makna luas. Adapun pengertian pers secara sempit ialah media cetak, meliputi surat kabar, majalah, koran, dan lain-lain. Sedangkan dalam pengertian luasnya, pers artinya meliputi media dalam skala luas, mulai dari media cetak, elektronik, dari radio siaran, hingga televisi.50 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, pers dapat berarti usaha percetakan dan penerbitan, atau usaha pengumpulan dan penyiaran berita, hingga medium penyiaran berita seperti surat kabar, majalah, radio, hingga televisi.

Pers di Indonesia diatur dalam Undang-Undang no. 40 tahun 1999. Menurut peraturan tersebut, yang disebut pers tidak lain ialah:

“Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”.

Definisi pers tersebut menunjukkan bahwa pers di Indonesia tegas-tegas merupakan lembaga kemasyarakatan bukan lembaga pemerintah, bukan terompet pemerintah. Dengan kata lain, pers kita menganut teori tanggung jawab sosial. Mengenai hal ini secara jelas dicantumkan pada pasal 15 (tentang peran dewan pers dan keanggotaan dewan pers), dan

50

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya, 1994), hlm 7


(55)

pasal 17 (tentang peranan masayarakat dalam kehidupan pers) UU no 40 tahun 1999.

Haris Sumandiria menambahkan bahwa pers Indonesia berdiri pada 3 pilar utama yang saling menopang satu sama lain. Ketiga pilar tersebut ialah:51

a. Idealisme, dalam pasal 6 UU Pers no 40 tahun 1999 dinyatakan, pers nasional melaksanakan peranan sebagai: a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi dan hak-hak azasi manusia serta menghormati kebhinekaan; c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan infoemasi yang tepat, akurat, dan benar; d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Maknanya, bahwa pers harus memiliki dan mengemban idealisme. Idealisme adalah cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus dikejar untuk dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan negara. Menegakkan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, memperjuangkan keadilan dan kebenaran, adalah contoh idealisme yang harus diperjuangkan pers. b. Komersialisme, pers harus mempunyai kekuatan dan

keseimbangan. Kekuatan untuk mencapai cita-cita itu, dan keseimbangan dalam mempertahankan nilai-nilai profesi yang

51

Harris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2005) hlm. 27


(56)

diyakininya. Agar mendapat kekuatan, maka pers harus berorientasi kepada kepentingan komersial. Seperti ditegaskan pasal 3 ayat (2) UU no 40 tahun 1999, pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi, penerbitan pers harus dijalankan dengan merujuk pada pendekatan kaidah ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Secara manajerial perusahaan, pers harus memetik untung dan sejauh mungkin menghindari kerugian. Dalam kerangka ini, apapun sajian pers tak bisa dilepaskan dari muatan nilai bisnis komersial sesuai dengan pertimbangan dan tuntutan pasar. Hanya dengan berpijak pada nilai-nilai komersial, penerbitan pers bisa mencapai cita-citanya yang ideal.

c. Profesionalisme. Adalah paham yang menilai tinggi keahlian profesional khususnya, atau kemampuan pribadi pada umumnya, sebagai alat utama untuk mencapai keberhasilan. Seseorang bisa disebut profesional apabila dia memenuhi lima ciri berikut: a. memiliki keahlian tertentu yang diperoleh melalui penempaan pengalaman, pelatihan, atau pendidikan khusus di bidangnya; b. mendapat gaji, honorarium atau imbalan materi yang layak sesuai dengan keahlian, tingkat pendidikan, atau pengalaman yang diperolehnya; c. seluruh sikap, perilaku dan aktivitas pekerjaannya dipagari dengan dan dipengaruhi oleh keterikatan dirinya secara moral dan etika terhadap kode etik profesi; d. secara sukarela bersedia untuk bergabung dalam salah satu organisasi profesi yang


(57)

sesuai dengan keahliannya; e. memiliki kecintaan dan dedikasi luar biasa luar biasa terhadap bidang pekerjaan profesi yang dipilih dan ditekuninya; f. tidak semua orang mampu melaksanakan pekerjaan profesi tersebut karena untuk menyelaminya mensyaratkan penguasaan ketrampilan atau keahlian tertentu. Dengan merujuk kepada enam syarat di atas, maka jelas pers termasuk bidang pekerjaan yang mensyaratkan kemampuan profesionalisme.

Telah dijelaskan dalam UU no. 40 tahun 1999 bahwa semua yang terlibat dalam pers harus memiliki dan menaati kode etik yang berlaku (pasal 15 ayat 2). Adapun yang dimaksud dengan kode etik ialah himpunan etika profesi kewartawanan. Kode etik tersebut diatur oleh dewan pers yang sah, yakni Dewan Pers Indonesia. Melalui laman resminya, Dewan Pers menjelaskan kode etik yang harus ditaati oleh wartawan. Terdiri atas 11 pasal, aturan ini dapat dijelaskan berikut ini:52

a. Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

b. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

c. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

d. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

52

Dewan Pers, Kode Etik Jurnalistik, http://dewanpers.or.id/peraturan/detail/190/kode-etik-jurnalistik, diakses pada 10 Februari 2016, pukul 17.09 WIB.


(58)

e. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

f. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

g. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

h. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

i. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

j. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

k. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.


(1)

Melalui ayat diatas, kita bisa menangkap bahwa pada dasarnya kita diciptakan berbeda-beda tidak untuk saling berpisah dan menghancurkan satu sama lain, melainkan agar kita berusaha untuk saling mengenal satu sama lain dan mau saling menghormati. Adapun tindakan saling menghormati mempunyai bentuk yang sangat beragam.

Kembali kepada konteks motif penggunaan meme dan terkait cara berekspresi melaluinya. Maka tindakan saling menghormati yang tepat ialah menjaga lisan yang berucap, atau tangan yang mengetikkan kata-kata kedalam wujud meme comic. Tindakan ini dapat diwujudkan dengan penggunaan kata-kata yang cenderung lebih santun, tidak bersifat mengolok, atau menjatuhkan martabat orang lain, sehingga terbebas dari jeratan hukum maupun tuntutan orang lain. Diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 64, ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Siapakah orang muslim yang paling baik? ’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

Tindakan untuk menjaga perdamaian dan tali persaudaraan antar sesama umat juga telah ditegas didalam al-Quran surat al-Hujarat ayat 10:



















 

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Melalui penjelasan diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa dalam Islam, menyebarkan berita atau melakukan kritik merupakan hal yang diperbolehkan, namun perlu diperhatikan batasan-batasan rasa


(2)

99

hormat satu sama lain dengan menjaga ucapan dan penggunaan kata dalam mengungkapkannya. Selain itu berita yang disebarkan sudah seharusnya memiliki kebenaran yang sebenar-benarnya (bukan sekedar isu atau kebohongan belaka). Sehingga sebagai sesama umat muslim terbebas dari prasangka dan itikad buruk satu sama lain.


(3)

100 BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Melalui rangkaian proses penelitian diatas, serta berdasarkan pada rumusan masalah yang ditentukan, peneliti dapat menarik simpulan bahwa motif yang digunakan oleh anggota komunitas Meme Comic Indonesia terbagi atas tiga motif, (1) Motif pengalihan; (2) Motif identitas personal; (3) Motif aktualisasi diri. Ketiganya timbul karena dorongan kebutuhan yang berbeda-beda dan tidak bersifat hirarkis dan tidak bersifat idealis. Sehingga, dalam satu proses ekspresi melalui meme juga dapat didasari oleh beberapa jenis motif sekaligus.

Cara berekspresi yang dilakukan oleh Meme Comic Indonesia secara garis besar merupakan representasi dari fungsi media pers pada umumnya mengacu pada UU no. 40 tahun 1999. Sejauh ini, Meme Comic Indonesia juga dinilai telah menerapkan aturan-aturan pemerintah dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya indikasi kasus yang menyeret Meme Comic Indonesia ke ranah meja hijau maupun kasus lain yang membawa nama besar Meme Comic Indonesia.

B. Rekomendasi

Setelah terselesaikannya proses penelitian ini, dengan melihat hasil tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yang diharapkan mampu membantu terciptanya kondisi yang lebih baik bagi pihak-pihak yang berkaitan.


(4)

101

1. Untuk Meme Comic Indonesia

Melalui hadirnya penelitian ini, diharapkan mampu memberi kontibusi yang nyata dalam hal terciptanya atmosfer komunikasi yang nyaman dan aman dalam menggunakan meme sebagai media untk berekspresi. Untuk mewujudkannya, peneliti merekomendasikan supaya meningkatkan mutu konten meme sehingga hiburan yang disajikan menjadi lebih berkualitas, namun tetap mengacu pada nilai dan norma yang berlaku serta tidak melanggar garis-garis hukum yang sudah ditentukan di Indonesia.

2. Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Hasil penelitian ini murni didedikasikan kepada perkembangan ilmu komunikasi, terutama yang sedang berkembang didalam lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. Kedepannya, diharapkan Fakultas Dakwah dan Komunikasi lebih mampu memfasilitasi peneliti-peneliti lain dengan menghadirkan literatur-literatur aktual dan pembimbing yang lebih kompeten dan berkualitas sehingga riset yang dihasilkan pun akan semakin berkualitas pula.

3. Untuk Riset Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berniat mengangkat tema serupa, direkomendasikan agar meneliti tentang peran peraturan pemerintah terhadap media-media baru seperti meme, strategi penanganan konflik yang melibatkan meme, serta meneliti lebih lanjut mengenai tren internet meme itu sendiri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Arifianti, Widya. 2015. If You Know What Happened in MCI. Jakarta: Loveable. Arifin, Anwar. 2010. Opini Publik. Depok: Gramata.

Brodie, Richard. 2014. Virus Akalbudi Virus of the Mind, cetakan ketiga. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Buchel, Branislav. 2012. Internet Memes as Means of Communication. Brno: Masaryk University.

Daft, Richard L. Manajemen, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Danesi, Marcel. 2010. Semiotika Media. terj. Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Jalasutra.

Dawkins, Richard. 1967. The Selfish Gene. New York: Oxford University Press. Diaz , Carlos Muricio Castano. 2013. Defining & Characterizing the Concept of

Internet Meme. Copenhagen: University of Copenhagen.

Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosda Karya.

Hamalik, Oemar. 1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: CV Mandar Maju.

Littlejohn, Stephen W. 2011. Theories of Human Communication. Illinois: Waveland Press, Inc.

Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Morrisan. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Prayitno, Elida. 1989. Panduan pengajar buku motivasi dalam belajar. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK.

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan, Cet. 20. Bandung: Rosda Karya.

Setyobroto, Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: PT Anem Kosong. Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sperber, Dan. 1996. Explaining Culture A Naturalistic Approach. Massachusetts: Blackwell Publishing.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sumadiria, Harris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama.

Uno, B. Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wade, Carol; Tavris, Carol. 2007. Psikologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Jurnal

---. 2010. Strategic Trends Progamme: Global Strategic Trends – Out to 2040 vol. 10. London: United of Kingdom Ministry of defence.

Mahfud, Mahsun. Hakikat Kebebasan Berpikir dan Etika (Jurnal Kajian Islam Interdisipliner vol. 6 Januari-Juni 2007). ----. ----.

Majalah

Dimas, M. Rizal. 2014. Ketika Bekasi Menjadi Sasaran. Jakarta: Majalah DETIK Edisi 151 20-26 Oktober 2014.

Dimas, M. Rizal. 2014. Ketika Bekasi Menjadi Sasaran. Jakarta: Majalah DETIK Edisi 151 20-26 Oktober 2014.

Website

Kurniawan , Tri. 2015. Ini Dia Kumpulan Meme Haji Lulung. Diakses dari http://news.metrotvnews.com/read/2015/03/06/367521/ini-dia-kumpulan-meme-haji-lulung. pada tanggal 2 Februari 2016 pukul 8.33 WIB.

Akbar. 2015. Haji Lulung santai tanggapi meme yang mengolok-olok dirinya. Diakses dari http://andalas.co/91-berita-haji-lulung-santai-tanggapi-meme-yang-mengolok-olok-dirinya.html pada 2 Februari 2016 pukul 8.35 WIB. Any. 2015. Dihajar Bully, Ini Reaksi Haji Lulung. Diakses dari

http://www.jpnn.com/read/2015/03/07/291002/Dihajar-Bully,-Ini-Reaksi-Haji-Lulung pada 3 Februari 2016 pukul 8.37 WIB.

----. 2015. Number of monthly active Facebook users worldwide as of 4th quarter 2015 (in millions). Diakses dari http://statista.com pada 15 Oktober 2015 pukul 00.15 WIB.

Kementerian Informasi. 2013.Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Diakses dari http://kominfo.go.id pada 15 Oktober 2015 pukul 01.00 WIB.