13
Sedangkan menurut Ahmad Rochim, pelaku usaha di desa Cengek. Limbah usaha tidak mengganggu kelangsungan hidup usaha karena sebagian daripada pelaku
bisnis menjadikan limbah tempe sebagai makanan ternak dan sebagian lagi berinisiatif mendirikan pabrik didekat sungai atau selokan yang alirannya menuju
ke sawah agar limbah tersebut dapat langsung dibuang ke sawah dan dianggap menguntungkan petani karena dapat digunakan sebagai pupuk sehingga hal
tersebut tidak menjadi kendala bagi para pengusaha tempe untuk berproduksi dan tetap menjaga lingkungan, padahal hal yang kurang mereka sadari adalah limbah
cair tempe tidak dapat dijadikan pupuk apabila tidak diolah terlebih dahulu dan hal tersebut sebenarnya tidak memberi keuntungan bagi para petani.
4.2 Kepedulian Lingkungan
Kepedulian lingkungan masing-masing pelaku bisnis berbeda-beda, begitu juga perlakuan pelaku bisnis terhadap lingkungan disekitar usahanya. Lingkungan
menjadi salah satu hal yang terpenting dalam menjalankan usaha, apabila lingkungan usaha tidak mendukung maka produk yang dihasilkanpun menjadi
kurang maksimal. Dalam hasil wawancara, pelaku usaha tempe beranggapan bahwa mereka
mengetahui bagaimana menjaga lingkungan hidup, tetapi jika dilihat kembali pada prioritas usaha, pelaku bisnis menempatkan limbah pada posisi lima yang berarti
limbah tidak penting dalam usaha. Hal ini menunjukan adanya pemahaman yang salah oleh pelaku bisnis mengenai cara menjaga lingkungan hidup disekitar usaha.
14
Tabel dibawah ini menunjukan pengetahuan pelaku bisnis mengenai lingkungan usaha.
Tabel 4. Kepedulian Lingkungan
No Pernyataan STS
TS KS
N CS
S SS
1 Secara umum, saya
mengetahui bagaimana menjaga lingkungan hidup
8,9 8,9
55,4 26,8
2 Secara umum saya
mengetahui bahwa menjaga lingkungan hidup
sama dengan menjaga kelangsungan hidup usaha
3,6 5,4
16,1 35,7
39,3
3 Saya selalu menggunakan
bahan-bahan perlengkapan dan bahan baku usaha
yang ramah lingkungan 14,3
21,4 28,6
35,7
4 Saya selalu menjaga agar
limbah usaha tidak mencemari lingkungan
hidup 1,8
1,8 14,3
17,9 33,9
30,4
5
Saya selalu memilah limbah usaha yang organik
dan non organic 1,8
7,1 7,1
12,5 30,4
17,9 23,2
6
Secara umum, saya selalu membeli peralatan usaha
yang ramah lingkungan 3,6
8,9 19,6
19,6 28,6
19,6
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Usaha tempe di kota Salatiga sebagian besar merupakan usaha rumah tangga yang masih dikerjakan dengan cara tradisional yang peralatannya ramah
lingkungan seperti tampah, gilingan, dan lain lain. Limbah usaha yang kurang menjadi prioritas dalam preferensi kepentingan pun masih dianggap penting
pengelolaannya agar tidak mengganggu lingkungan disekitar usaha dan kualitas tempe pun tetap terjaga. Namun 17,9 pelaku bisnis memiliki pendapat netral
kebawah. Mereka beranggapan bahwa limbah bisa dibuang dimana saja selama
15
tidak mengganggu produksi dan tidak mengganggu masyarakat sekitar. Slamet wahyudi, pelaku bisnis tempe di desa Candiwesi malah beranggapan bahwa tempe
tidak memiliki limbah yang perlu dikhawatirkan. Ini menunjukan bahwa pelaku bisnis memiliki pandangan yang sempit mengenai limbah .
Disisi lain, beberapa dari pelaku usaha beranggapan bahwa limbah cair yang dihasilkan industri tempe oleh pelaku bisnis tidak perlu dipilah lagi karena
merupakan satu-satunya limbah dari industri tersebut dan mereka memberikan limbah tersebut kepada peternak sapi atau membuang limbah tersebut ke sungai.
Seperti halnya pada preferensi kepentingan dimana limbah tidak terlalu dipermasalahkan karena pembuangan limbah tempe tidak mengganggu jalannya
produksi. Menurut mereka membuang limbah ke sungai atau selokan tidaklah mencemari lingkungan hidup, namun pada kenyataannya dalam jangka panjang
limbah tempe yang dibuang ke sungai sangatlah berbahaya karena dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan tersebut.
4.3 Kesadaran Biaya Lingkungan