17
Pelaku bisnis tempe masih menggunakan peralatan tradisional dalam proses produksinya seperti menggunakan tampah, menggiling dengan diinjak-
injak, dan lain lain. Hal ini disebabkan cara produksi yang sudah turun-temurun menggunakan alat dan bahan yang digunakan membuat mereka tidak memikirkan
untuk menggunakan alat dan bahan lain, serta pengelolaan limbah yang sudah mendarah daging, yaitu membuang limbah ke sungai, karena pada umumnya
limbah dari tempe ini tidak terlalu dipusingkan oleh para pelaku bisnis dengan adanya beberapa pihak yang diuntungkan seperti peternak sapi maupun petani.
Beberapa para pelaku bisnis menyadari bahwa biaya lingkungan diperlukan guna menanggulangi protes warga yang merasa terganggu seperti yang
terjadi di desa Kalisawo, karena rumah produksi milik Bambang yang terlalu berdekatan dengan rumah warga dan tidak ada sungai disekitarnya, maka
pengusaha tempe pun mengeluarkan biaya misalnya untuk membuat saluran air menuju sungai yang alirannya tidak dimanfaatkan warga tapi tetap saja biaya
tersebut tidak dialokasikan kedalam biaya overhead atau kumpulan biaya tertentu dan hanya sebagai biaya kewajiban usaha atau pendukung saja dan tidak
dibebankan kedalam beban usaha. Kebanyakan pelaku bisnis tidak mengetahui jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola limbah usaha karena bukan
merupakan biaya tetap usaha, dan hanya dikeluarkan sewaktu-waktu saja.
4.4 Pengetahuan Biaya Usaha
Biaya yang terjadi merupakan nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Biaya terbagi menjadi dua jenis, yaitu biaya langsung dan
18
biaya tidak langsung. biaya limbah semestinya masuk didalam biaya tidak langsung yaitu biaya overhead dari usaha carter dan Usri, 2006:40. Tetapi
karena UKM belum menggunakan laporan keuangan maka biaya tersebut seharusnya diklasifikasikan dalam alokasi biaya-biaya tertentu.
Berikut tabel 6 merupakan tabel yang menunjukan pengetahuan pelaku bisnis mengenai biaya usaha.
Tabel 6. Pengetahuan biaya usaha
No Pernyataan STS
TS KS
N CS
S SS
1 Secara umum, saya
mengetahui bagaimana mengelola biaya usaha
5,4 17,9
32,1 21,4
23,2
2 Saya selalu mengukur
kinerja usaha saya dalam profit keuntungan
1,8 8,9
10,7 23,2
32,1 23,2
3 Saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha 10,7
14,3 19,6
32,1 23,2
4 Saya mengetahui komponen-
komponen biaya usaha 1,8
10,7 16,1
28,6 30,4
12,5
5 Saya memiliki pengalaman
yang cukup untuk mengelola biaya usaha
7,1 21,4
25 26,8
19,6
6 Saya memilahkan
pengeluaran usaha yang dilakukan dengan
pengeluaran pribadi 10,7 5,4
10,7 7,1
19,6 35,7
10,7
7
Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya usaha
dalam perhitungan harga produkjasa maupun
perhitungan profitkeuntungan
16,1 19,6
30,4 33,9
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Rata-rata pelaku bisnis memiliki pengetahuan mengenai biaya secara umum dan berpengalaman dalam mengelola biaya usaha, namun 3 dari 56 pelaku
bisnis mengaku kurang mengetahui bagaimana mengelola biaya usaha yang baik
19
karena keterbatasan biaya produksi yang menyebabkan mereka hanya memikirkan
bagaimana berproduksi dan mendapatkan laba.
Pelaku usaha mengetahui bagaimana membebankan setiap biaya usaha yang dikeluarkan sehingga pelaku usaha bisa mengetahui tingkat profit yang
didapatkan, namun 12 pelaku bisnis mengaku kurang memperhatikan pengukuran laba karena usaha yang dijalankan merupakan usaha sampingan yang tidak
menghasilkan laba yang tinggi namun terus dijalankan karena sangat disayangkan apabila usahanya dihentikan. Sayangnya beberapa dari mereka yang tidak
memilahkan penghasilan untuk kepentingan usaha dengan kepentingan pribadi sehingga laba yang didapat tidak begitu terasa dan mereka akan merasa berat
ketika melakukan pengeluaran uang untuk pribadi maupun usaha. Hal ini dipengaruhi oleh pelaku bisnis yang kebanyakan adalah perempuan yang
merupakan pelaku usaha sekaligus pengatur keuangan rumahtangga.
4.5 Pengetahuan Biaya Lingkungan