Preferensi Kepentingan Daftar pengusaha tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI

11 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 273 usaha tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga dan sekitarnya, hanya terdapat 56 usaha tempe yang memenuhi kriteria untuk di teliti. Dalam tabel karakteristik responden ditunjukan usia para pelaku bisnis yang kebanyakan diatas 50 tahun dan para pelaku bisnis tempe pun didominasi oleh perempuan dengan berpendidikan rata-rata SD dan minim SMA yang juga mempengaruhi proses produksi, keuangan dan gaya pengeluaran masing-masing pelaku bisnis. Karakteristik responden dijabarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Karakteristik Responden Variabel Penelitian Jumlah Jenis Kelamin Perempuan 33 58,9 Laki-laki 23 41,1 Total 56 100 Usia`1 50 tahun 10 17,9 ≥50 tahun 46 82,1 Total 56 100 Pendidikan Tidak Sekolah 5 8,9 SR 2 3,6 SD 38 67,9 SMP 6 10,7 SMA 5 8,9 Total 56 100 Sumber: R ekap daftar anggota PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga, 2012

4.1 Preferensi Kepentingan

12 Deskripsi secara umum pernyataan pada masing-masing item kepentingan digunakan untuk mengukur prioritas masing-masing pengusaha dalam menentukan kepentingan usaha. Secara keseluruhan, pengrajin tempe lebih mengutamakan laba disusul dengan kualitas, biaya usaha yang rendah dan omset. Produk ramah lingkungan berada diprioritas terakhir sedangkan limbah berada diposisi kelima dan tidak terlalu dipermasalahkan di industri tempe dengan prioritas kepentingan hanya mencapai 3,6 Pengukuran kepentingan ditunjukan dalam tabel preferensi kepentingan. Tabel 3. Preferensi kepentingan No Kepentingan sangat penting Penting cukup penting kurang penting tidak penting sangat tidak penting 1 Omset 17.9 26.8 21.4 14.3 14.3 5.4 2 Laba 28.6 16.1 21.4 21.4 7.1 5.4 3 Biaya Usaha Rendah 23.2 26.8 19.6 8.9 14.3 7.1 4 Kualitas 25.0 17.9 28.6 23.2 5.4 0.0 5 ProdukJasa Ramah Lingkungan 1.8 8.9 1.8 17.9 35.7 33.9 6 Limbah 3.6 3.6 7.1 14.3 21.4 50.0 Sumber : Hasil olahan, November 2013 Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini membuat pada pelaku bisnis tempe mengecilkan ukuran tempe agar biaya usaha yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan laba yang didapat tetap maksimal namun tidak meninggalkan kualitas dengan produksi menggunakan bahan baku yang aman bagi konsumen. Tempe merupakan makanan yang output produksinya tidak mencemari lingkungan sehingga pelaku bisnis tidak memprioritaskan keramahan lingkungan produk ini. 13 Sedangkan menurut Ahmad Rochim, pelaku usaha di desa Cengek. Limbah usaha tidak mengganggu kelangsungan hidup usaha karena sebagian daripada pelaku bisnis menjadikan limbah tempe sebagai makanan ternak dan sebagian lagi berinisiatif mendirikan pabrik didekat sungai atau selokan yang alirannya menuju ke sawah agar limbah tersebut dapat langsung dibuang ke sawah dan dianggap menguntungkan petani karena dapat digunakan sebagai pupuk sehingga hal tersebut tidak menjadi kendala bagi para pengusaha tempe untuk berproduksi dan tetap menjaga lingkungan, padahal hal yang kurang mereka sadari adalah limbah cair tempe tidak dapat dijadikan pupuk apabila tidak diolah terlebih dahulu dan hal tersebut sebenarnya tidak memberi keuntungan bagi para petani.

4.2 Kepedulian Lingkungan