Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L)

(1)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMATE

TERHADAP HISTOLOGI ENDOMETRIUM MENCIT

(Mus Musculus L)

TESIS

Oleh

ROSANTI MUCHSIN

077008006/BM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMATE

TERHADAP HISTOLOGI ENDOMETRIUM MENCIT

(Mus Musculus L)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Biomedik pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSANTI MUCHSIN

077008006/BM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Judul Tesis : PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM

GLUTAMATE TERHADAP HISTOLOGI ENDOMETRIUM MENCIT (Mus Musculus L)

Nama Mahasiswa : Rosanti Muchsin

Nomor Pokok : 077008006

Program Studi : Biomedik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Drs.Herbert Sipahutar,MS.MSc) (dr.H.Delyuzar,Sp.PA(K)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur


(4)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Tanggal lulus : 31 Agustus 2009 Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Drs. Herbert Sipahutar, MS. MSc Anggota :1. dr. H. Delyuzar, Sp.PA (K)

2. Prof. dr. Em. Yasmeini Yazir 3. Dr. Christofel L.Tobing, DS.OG (K)


(5)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

ABSTRAK

Monosodium glutamate (MSG) adalah garam sodium dari asam amino asam glutamate, merupakan bentuk dari glutamate. MSG dipasarkan dalam bentuk kristal putih menyerupai gula atau garam (Administration, 1995). Asam glutamate dari MSG merupakan komponen asam amino atau campuran dari asam amino dan peptida, merupakan hasils hidrolisis enzim protein. Pada dasarnya asam amino ini terdapat dalam makanan yang mengandung protein (S.Geha et al., 2000), dan dapat meningkatkan rasa pada makanan, sehingga MSG banyak digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti jumlah MSG yang aman dikonsumsi perharinya. Konsumsi MSG lebih dari 3 gr/h dapat menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan; syndrom kompleks MSG, kerusakan pada nukleus arquata hipotalamus dan mengganggu sekresi hormon gonadotrof di hipofisis anterior. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian MSG terhadap histologi endometrium mencit (Mus Musculus L); ketebalan epitel, diameter pembuluh darah, densitas kelenjar, konfigurasi kelenjar dan kepadatan stroma. Mencit dibagi dalam 2 kelompok; mencit perlakuan (diberi MSG 6mg/gr BB + 0,1 cc aquadest) dan kontrol (aquadest 0,1 cc). MSG diberikan secara oral sejak mencit berusia 10 hari – 30 hari. Setelah usia 31 hari, dilakukan vagial smear untuk menentukan siklus estrus, kemudian dieksekusi pada setiap siklus. Uterus utuh diambil, ditimbang dan dilakukan proses pembuatan sediaan histologi. Diperoleh hasil bahwa pemberian MSG 6 mg/gr BB secara oral dapat menginduksi terjadinya penurunan ketebalan epitel, diameter pembuluh darah, perubahan konfigurasi kelenjar dan kepadatan stroma. Peristiwa ini membuktikan bahwa MSG dapat menggangu proses proliferasi dinding endometrium pada fase proestrus dan estrus pada mencit, dan mungkin juga terjadi pada fase proliferasi dan sekresi pada manusia.


(6)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

ABSTRACT

Monosodium glutamate (MSG) is sodium salt of amino acid, it’s form of glutamate. MSG is sold informing white cristal alike sugar or salt. (Administration, 1995). Glutamate acid of MSG is component of Amino acid or compound of amini acid and peptide, it’s result of protein enzim hydrolysis. So, basicly, Amino acid obtained from food that contain protein. (S.Geha et al; 2000), and it can increase taste of food that MSG used all pver the worldvery much include Indonesia. For this time not known surely count of MSG that consumed safely every day. Consume MSG more than 3 gram / day can cause bad effect for healty; complete syndrome MSG, damaging to Arquata nucleus and bother gonadotrof hormoun secretion in anterior hipofisis. The aim at this research is to know the influence of giving MSG to mice endometrium histology ( Mus Musculus L ) : epitel thichness, diameter of blood vesssel, gland density, gland configuration and density of stroma. Mice divided into two parts; behavioural mice (given MSG 6 mg / gr BW + 0,1 cc aquadest) and control (aquadest 0,1 cc) MSG is given orally since old mice 10 days – 30 days. After 31 days, done vaginal smear for determining estrus cycle, then it’s executed to every cycle-uterus take fully, weighed, and done process making of histology existance. As the result of it is that giving of MSG 6mg / gr BW orally can induce decreasing of epitel thickness, dimeter of blood vessel, changging of gland configuration and sroma fulness. This happening roves that MSG can interfere with proccess of endometrium wall proliferasi to proestrus and estrus phase in mencit , and any posibility it happens to ploriferasi phase and secretion to humans.


(7)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L). Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus

diselesaikan penulis untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Magister Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Suamiku tercinta H. Ismail Hasyim, MA, atas dukungan, pengertian dan cinta kasih yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Sekolah Pascasarjana. Terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada ayahanda H. Muchsin Usman dan ibunda Hj.Mariana Sabda dan seluruh keluarga besar atas dukungan yang telah diberikan baik moril maupun materil. Anak-anak ku tersayang, Meutia, Rara dan Hafiz yang telah memberikan dukungan dan semangat yang cukup berarti bagi penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan Pascasarjana tepat waktu.

Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc dan Ketua Program Studi Ilmu Biomedik, dr. Yahwardiyah, Ph.D atas fasilitas dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan program magister di Sekolah Pascasarjana USU.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Drs. Herbert Sipahutar (sebagai ketua komisi pembimbing) dan dr. Delyuzar, Sp.PA (K) (sebagai anggota komisi pembimbing) serta Prof. dr. Em Yasmeini Yazir dan Dr. Christofel L.Tobing Sp.OG (K) (komisi pembanding) yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan


(8)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

dorongan, bimbingan dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis dari tahap persiapan proposal penelitian sampai tahap penyelesaian tesis ini. Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh dosen pada Program Studi Ilmu Biomedik yang telah membimbing penulis selama menjalankan pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kakak senior dr. Yetty Machrina, M.Kes yang menjadi tempat diskusi bagi penulis selama penelitian berlangsung, serta teman-teman seperjuangan, mahasiswa Sekolah Pascasarjana USU Program Studi Ilmu Biomedik stambuk 2007 atas kerjasama dan kebersamaan yang terjalin selama ini. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis baik selama perkuliahan maupun selama penelitian berlangsung, walaupun tidak disebut satu persatu namun tidak mengurangi jasa-jasanya.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Amiiin Ya Rabbal ‘Alami…n

Medan 31 Agustus 2009 Penulis,


(9)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosanti Muchsin

Tempat / Tgl Lahir : Medan / 13 Juni 1975

Alamat : Comp. Mesjid Agung, Jl. P.Diponegoro no.26 Medan Status : Menikah .

Pendidikan :

SD.Negeri 060791 Medan : 1982 - 1988

SMP.Negeri 4 Medan : 1988 - 1991

SMA.Negeri 5 Medan : 1991 - 1994

D.III.Keperawatan FK-USU : 1994 - 1997 D.IV Perawat Pendidik FK-USU : 2004 – 2005 Sekolah Pascasarjana (S2) Biomedik USU : 2007 – 2009

Riwayat Pekerjaan :

Staf perawat RS. Permata Bunda Medan tahun : 1998 - 2001 Staf perawat dan quality assurance assistance

RS.Gleneagles Medan : 2001 - 2006

Staf pengajar Akademi Perawat Gleneagles


(10)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...……… i

ABSTRACT.………..…….. ii

KATA PENGANTAR……… iii

RIWAYAT HIDUP……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi BAB 1 PENDAHULUAN ……….... 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Rumusan Masalah …..………... 4

1.3. Kerangka Teori …………..………... 5

1.4. Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4.1 Tujuan Umum ………... 7

1.4.2 Tujuan Khusus……… 7

1.5 Hipotesis……… 7

1.6 Manfaat Penelitian………. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8 2.1 Monosodium Glutamat (MSG) .………... 8

2.2 Metabolisme Monosodium Glutamate…..………..……... 9

2.3 Efek Negatif dari MSG .………..………... 10


(11)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

2.4.1. Fungsi Hormonal Hypothalamus .………... 12

2.4.2 Gonadotropin Releasing Hormon .……….. 12

2.4.3 Luteneizing Hormon (LH) ………. 13

2.4.4 Follicle Stimulating Hormone (FSH)... 14

2.4.5 Hormon yang Dihasilkan di Ovarium... 14 2.4.6 Siklus Menstruasi.………. 16 2.4.7 Uterus .………... 20

2.4.8 Histologi Endometrium……….... 21

2.5 Pengaruh MSG Terhadap Reproduksi ... 23

2.6 Biologi Reproduks i Mencit ... 24 2.6.1 Ciri Reproduksi Umum... 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1. Tempat dan Waktu ... 26

3.2. Bahan dan Alat Penelitian ... 26

3.2.1. Bahan Penelitian ... 26

3.2.2 Peralatan Utama Penelitian... 28

3.3 Disain Penelitian ... 28

3.4 Pelaksanaan Penelitian dan Pengamatan ... 28

3.4.1. Pemberian Perlakuan... 28

3.4.2. Pembuatan Sediaan Histologi Endometrium... 29

3.4.3. Cara Melakukan Pewarnaan... 31

3.4.4. Cara Melakukan Penutupan... 32


(12)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

3.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 33

3.6 Jadwal Penelitian ... 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Hasil... 35

4.2. Pembahasan... 50

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan... 54

5.2 Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55 DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1. Ciri Reproduksi Terpenting Mencit Betina (Zutphen et al., 2001) ... 25


(13)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

DAFTAR GAMBAR

No. Judul

Halaman

1. Pengaturan (regulasi) Hormonal Fungsi Sumbu Hipotalamus Gonad pada Tikus dan Kemungkinan Pengaruh yang

Ditimbulkan oleh MSG ... 6 2. Perubahan Yang Terjadi Selama Siklus Menstruasi... 19 3 Perbedaan Mean (± SD) ketebalan Epitel Pada Fase

Metestrus, Diestrus, Proestru S Dan Estrus Pada Bagian Caput, Corpus Dan Caudal Antara Kelompok Control Dan

Perlakuan... 35 4 Perbedaan Mean (± SD) Diameter Pembuluh Darah Pada

Fase Metestrus, Diestrus, Proestrus Dan Estrus Pada Bagian Caput, Corpus Dan Caudal Antara Kelompok Control Dan

Perlakuan... 37 5 Perbedaan Mean (± SD) Densitas Kelenjar Pada Fase

Metestrus, Diestrus, Proestrus Dan Estrus Pada Bagian Caput, Corpus Dan Caudal, Antara Kelompok Control Dan

Perlakuan... 38 6 Perbedaan Mean (± SD) Ketebalan Epitel Dan Diameter

Pembuluh Darah Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Tanpa Memandang Siklus Estrus Dan Bagian Uterus... 40 7 Perbedaan Mean (±SD) Densitas Kelenjar Antara

Kelompok Control Dan Perlakuan Tanpa Memandang Siklus

Estrus Dan Bagian Uterus... 41 8 Perbedaan Mean (± SD) Berat Uterus Utuh Antara Kelompok

Control Dan Perlakua n... 41 9 Perbedaan Mean (± SD) Berat Badan Antara Kelompok

Control Dan Perlakua n... 42 10 Perbedaan Mean (± SD) Ketebalan Epitel Pada Setiap Bagian

Uterus Antara Kelompok Control Dan Perlakuan... 43 11 Perbedaan Mean (± SD) Diameter Pembuluh Darah Pada


(14)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Perlakuan ………... 12 Perbedaan Mean (± SD) Densitas Kelenjar Pada Setiap

Bagian Uterus Antara Kelompok Control Dan Perlakuan ... 44 13 Konfigurasi Kelenjar Dan Kepadatan Stroma Pada Fase

Metestrus Kelompok Control ... 45 14 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase

Metestrus Kelompok Perlakuan ... 46 15 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase

Diestrus Kelompok Control ... 46 16 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase

Diestrus Kelompok Perlakuan ... 47 17 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase

Proestrus Kelompok Control ... 47 18 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase

Proestrus Kelompok Perlakuan ... 48 19 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase Estrus

Kelompok Control ... 48 20 Konfigurasi Kelenjar dan Kepadatan Stroma Pada Fase Estrus

Kelompok Perlakuan ... 49 21 Lokalosasi Nuklear Kelenjar ... 50


(15)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Persetujuan Komisi Etika Pelaksanaan Penelitian Bidang

Kesehatan ... 58 2 Perbandingan Tiap Siklus Estrus dan Bagian Uterus ...

59 3 Hasil Uji t-test Independent Perbandingan Tiap Siklus Estrus

dan Bagian Uterus ... 60 4 Perbandingan antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Tanpa

Memandang Siklus dan Bagian Uterus ... 70 5 Hasil Uji t-test Independent Perbandingan antara Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Tanpa Memandang Siklus dan Bagian

Uterus ... 71 6 Perbandingan BB antara kelompok Kontrol dan Perlakuan ...

72 7 Hasil Uji T-Test Independent Perbandingan BB antara

kelompok Kontrol dan Perlakuan ... 72 8 Perbandingan Ketebalan Epitel, D.Pemb.Darah, Densitas

Kelenjar Pada tiap Bagian Uterus ... 73 9 Hasil Uji Anova Perbandingan Ketebalan Epitel,


(16)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Monosodium glutamate (MSG) adalah garam sodium dari asam amino asam glutamate dan merupakan bentuk dari glutamate. MSG dipasarkan dalam bentuk kristal putih menyerupai gula atau garam (Administration, 1995). Asam glutamate dari MSG merupakan komponen asam amino atau campuran dari asam amino dan peptida, yang merupakan hasil dari hidrolisis enzim protein. Pada dasarnya asam amino ini terdapat dalam makanan yang mengandung protein (S.Geha et al., 2000). MSG pertama sekali diisolasi dalam bentuk kristal dari ganggang laut (Laminaria

Japonica) dan diidentifikasi sebagai asam glutamate yang dapat meningkatkan rasa

lezat pada makanan (Lindemann et al., 2002).

Sejak itu MSG banyak digunakan diseluruh dunia, baik itu dirumah, restoran maupun industri makanan (S.Geha et al., 2000). Konsumsi MSG di dunia sangat bervariasi, seperti di Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sebesar 0,6 gr/h (Muhilal dan Tarwotjo, 1986 in (Prawirohardjono et al., 2000), di Taiwan sebanyak 3 gr/h, di Korea 2,3 gr/h, di Jepang 1,6 gr/h, di Italia 0,4 gr/h dan di Amerika 0,35 gr/h (R.H.Cogan et al., 1979) dan di China yang merupakan negara pengkonsumsi dan


(17)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

memproduksi MSG terbesar didunia, mengkonsumsi MSG 52% - 57% lebih besar dari seluruh jumlah konsumsi di dunia (Yokose danJanshekar, 2007).

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti jumlah MSG yang aman untuk dikonsumsi per harinya (US. FDA, 1996). Tetapi berdasarkan laporan dari FASEB 1992, jika MSG dikonsumsi oleh seseorang yang tidak toleran dengan jumlah lebih dari 3 gr/h, akan dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan. Gejala yang timbul akibat konsumsi MSG tersebut disebut dengan syndrom kompleks MSG (Administration, 1996). Gejala syndrom kompleks MSG antara lain; rasa terbakar pada daerah leher bagian belakang menjalar ke tangan dan dada, mati rasa pada daerah belakang leher, hangat, lemah pada wajah, punggung, leher dan tangan, rasa kaku pada wajah, nyeri dada, mual, tachycardi, bronchospasme (pada penderita asma), dan mengantuk (US. FDA, 1996).

Data penelitian menunjukkan, MSG dapat merusak nukleus arkuata di hipotalamus (Bakke et al., 1978, Tafelski danA.Lamperti, 1977, Lamperti danBlaha, 1979, Rodriguez-Sierra et al., 1980, Hermanussen et al., 2006), kerusakan pada syaraf mata (Bakke et al., 1978), meningkatnya lemak tubuh atau menimbulkan obesitas serta menurunkan hormon pertumbuhan di dalam darah (Bakke et al., 1978, Hermanussen et al., 2006).

MSG juga berpengaruh terhadap fertilitas pada hewan coba, baik jantan maupun betina. Pada jantan, MSG terbukti menginduksi penurunan berat prostat


(18)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

(Bakke et al., 1978), berat testis(Franca et al., 2006, Vinodini et al., 2008), sekresi testosteron (Giovambattista et al., 2003, Franca et al., 2006), FSH, T4 bebas, populasi sel leydig dan sel sertoli (Franca et al., 2006), menurunkan berat kelenjar hipofisis, kelenjar thyroid, kelenjar adrenal(Bakke et al., 1978), konsentrasi asam askorbat pada testis (Vinodini et al., 2008) serta menghambat frekuensi ejakulasi (Hsu et al., 1990). MSG juga menginduksi peningkatan Luteneizing Hormon (LH) (Bakke et al., 1978, Franca et al., 2006), hyperleptinemia (Franca et al., 2006) dan peroksidasi lipida (Vinodini et al., 2008).

Sedangkan pada hewan coba betina, MSG dapat menyebabkan penurunan densitas volume dan ukuran sel serta sekresi kortikotropin, thyrotropin dan LH gonadotropin (Camihort et al., 2004), menurunkan ukuran kelenjar adiposa, tingkat serum leptin dan trigliserida(Camihort et al., 2004), sekresi FSH dan LH (Tafelski danA.Lamperti, 1977). Sebaliknya MSG dapat meningkatkan serum prolaktin (Bakke

et al., 1978) dan progesteron (Lamperti danBlaha, 1979),. Pada tingkat ovarium MSG

menginduksi penurunan jumlah folikel sekunder dan tertier akibat terjadinya peningkatan folikel atretik (Megawati et al., 2005). Selanjutnya ditemukan bahwa MSG dapat memperpendek periode diestrus yang disebabkan oleh terjadinya pemanjangan periode proestrus dan estrus, kerusakan pada sel granulosa (Megawati

et al., 2005) serta penurunan jumlah korpus luteum (Megawati et al., 2005, Tafelski


(19)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

membran basalis dan menginduksi hipertrofi sel theca (Megawati et al., 2005, A.O.Eweka danOm'Iniabohs, 2007) dan atrofi zona granulosa (A.O.Eweka danOm'Iniabohs, 2007). Akibatnya proses pematangan folikel di ovarium menjadi terganggu sehingga menimbulkan peningkatan jumlah folikel atretik (Tafelski danA.Lamperti, 1977), menghalangi pertumbuhan dan sekresi di ovarium (Rodriguez-Sierra et al., 1980). Pemberian MSG pada periode kehamilan dapat menurunkan berat badan naonatus(Bakke et al., 1978, Hermanussen et al., 2006) dan menghambat perkembangan otak janin (Yu et al., 2006).

Melihat luasnya dan bebasnya pemakaian MSG dalam kehidupan sehari-hari baik pada makanan maupun jajanan anak-anak, serta berdasarkan bukti-bukti penelitian bahwa MSG dapat merusak nukleus arkuata hipotalamus yang berdampak pada penurunan sekresi GnRH, FSH dan LH yang berdampak pada penurunan kadar hormon estrogen dan peningkatan hormon progesteron pada tikus betina (Tafelski danA.Lamperti, 1977, Rodriguez-Sierra et al., 1980, Camihort et al., 2004, Megawati

et al., 2005), maka penelitian ini disusun sedemikian rupa untuk mempelajari apakah

perubahan hormonal pasca pemberian MSG, cukup signifikan untuk menginduksi perubahan histologi pada tingkat endometrium mencit (Mus Musculus L) galur DD Webster.


(20)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Bagaimana pengaruh pemberian MSG selama periode pra pubertas terhadap histologi endometrium mencit (Mus Musculus L).

1.3Kerangka Teori

MSG menyebabkan terjadinya kerusakan pada nukleus arkuata hipothalamus yang merupakan pusat pengaturan pelepasan hormon reproduksi. Kerusakan pada nukleus arkuata hipotalamus ini mengakibatkan penurunan sekresi GnRH sehingga mempengaruhi sekresi hormon-hormon gonadotropin ( FSH dan LH ) yaitu menjadi menurun. Pada tikus betina, FSH dan LH bekerja merangsang perkembangan pematangan ovarium sedangkan pada tikus jantan akan mempengaruhi testis. Penurunan FSH dan LH darah tentu saja akan mempengaruhi proses perkembangan dan pematangan folikel tersebut. Telah diketahui bersama bahwa ovarium mempunyai tugas untuk menghasilkan ovum dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen mempengaruhi perkembangan organ seks wanita, proliferasi endometrium dan myometrium di uterus dan vagina. Hormon estrogen juga mempengaruhi mukosa tube fallopii yang berfungsi membawa ovum menuju uterus. Selain itu, hormon estrogen juga mempengaruhi panjang tulang dengan merangsang penutupan ephipisis, serta mendeposit lemak di jaringan. Penelitian


(21)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

terdahulu yang dikemukanan oleh Vladmila Bojanic menunjukkan bahwa, dengan pemberian MSG pertumbuhan tikus menjadi kerdil dan mengganggu fungsi reproduksi. Selain itu pemberian MSG pada tikus betina menyebabkan terjadinya penurunan sekresi FSH dan LH sehingga menyebabkan menurunnya sekresi hormon estrogen yang kemudian berpengaruh dalam memperpendek siklus estrus tikus betina, sedangkan pada ovarium tidak ditemukan corpus luteum dan banyak folikel yang mengalami atretik (Lamperti danBlaha, 1979, Rodriguez-Sierra et al., 1980, Megawati et al., 2005).

GnRH

FSH & LH

MSG

Hipotalamus;

Kerusakan pada Nukleus Arkuata

Hipofisis Anterior: • Gonadotrof

Testis Ovarium

• Testosteron • Sel Leydig • Sel Sertoli • Spermatogenesis

• Ovulasi

• Sekresi estrogen • Sekresi progesterone 

• Organ seks • Endometrium;

• Ketebalan epitel endometrium? • Densitas kelenjar endometrium? • Diameter pembuluh darah

endometrium? • Konfigurasi kelenjar • Lokalisasi nuclear kelenjar • Kepadatan stroma


(22)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Gambar 1. Pengaturan (regulasi) Hormonal Fungsi Sumbu Hipotalamus Gonad pada Tikus dan Kemungkinan Pengaruh yang Ditimbulkan oleh MSG

Tanda (?) Menunjukkan Hal yang akan ditelah dalam Penelitian ini.

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian MSG terhadap histologi endometrium mencit (Mus Musculus L).

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengaruh MSG terhadap histologi endometrium, meliputi mukosa endometrium, kelenjar endometrium dan pembuluh darah endometrium.

1.5Hipotesis

Ho; Konsumsi MSG tidak berpengaruh terhadap histologi endometrium Ha; Konsumsi MSG berpengaruh terhadap histologi endometrium


(23)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

1. Bila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MSG mempunyai pengaruh terhadap histologi endometrium, maka hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan kepada masyarakat dan produsen jajanan anak-anak dalam penggunaan MSG.

2. Dapat dijadikan referensi terhadap penelitian selanjutnya, terutama mengenai MSG dan hubungannya dengan sistem reproduksi wanita.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Monosodium Glutamat (MSG)

Monosodium glutamate (MSG) adalah garam sodium dari asam amino asam glutamate dan merupakan bentuk dari glutamate, yang banyak dipasarkan dalam bentuk kristal putih menyerupai gula atau garam (US. FDA, 1995). Asam glutamate dari MSG merupakan komponen asam amino atau campuran dari asam amino dan peptida, yang merupakan hasil dari hidrolisis enzim protein (S.Geha et al., 2000). MSG pertama sekali ditemukan oleh ahli kimia Jepang bernama Prof. Kikunae Ikeda dari Universitas Imperial Tokyo tahun 1908. Ia mengisolasikan ganggang laut


(24)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

(Laminaria Japonica) menjadi bentuk kristal dan diidentifikasinya sebagai asam glutamate, dengan formula C5H9NO4. Ikeda menamakannya dengan umami, sebuah kata yang diambilnya dari kosa-kata bahasa Jepang, umai yang berarti lezat, karena umami dapat meningkatkan rasa lezat pada makanan(Lindemann et al., 2002). Umami merupakan komponen substansi dari L-glutamate, inosine 5’-monophosphate (IMP) dan guanosine 5’-monophosphate (GMP), merupakan substansi glutamate yang dapat meningkatkan rasa dan berespon terhadap indra pengecapan manusia (Lindemann et al., 2002).

Taste receptor cells (TRCs) merupakan sel epitel reseptor perasa, terdapat pada lidah, soft palatum dan epiglotis. Pada lidah, pucuk perasa ditemukan pada struktur yang disebut dengan taste papille. TRCs akan mendeteksi substansi kimia yang terdapat dalam makanan dan kemudian akan melepaskan sensori yang menghantarkan informasi ke otak (Pulido danBigiani, 2005).

mGluR4 gabungan dari G protein-Coupled reseptors (GPCRs) merupakan reseptor perasa di lidah yang spesifik berespon terhadap glutamate. Reseptor ini bekerja dengan cara memutuskan ikatan L-glutamate, sehingga L-glutamate berada dalam bentuk bebas. Dan reseptor akan menangkap substansi glutamate, kemudian akan dihantarkan ke otak dan otak akan mempresentasikan rasa dalam makanan menjadi lebih nikmat (Chaudhari et al., 2005 ). Kandidat lain yang merupakan reseptor umami adalah T1R1 dan T1R3 heteromer. Pada tikus reseptor heteromere ini


(25)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

berespon terhadap asam amino yang terdapat dalam makanan, tetapi pada manusia reseptor akan berespon terhadap L-glutamate yang ditingkatkan lagi dengan adanya IMP (Nelson et.al, 2002 in L.Bernd et.al, 2002).

2.2. Metabolisme Monosodium Glutamate

Metabolisme asam amino non essensial termasuk glutamate, menyebar luas didalam jaringan tubuh. Telah dilaporkan bahwa 57% dari asam amino yang di absorbsi dikonversikan menjadi urea melalui hati, 6% menjadi plasma protein, 23% absorpsi asam amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino bebas, dan sisanya 14% tidak dilaporkan dan diduga disimpan sementara didalam hati sebagai protein hati (M.N.Munro, 1979).

Glutame yang diberikan kepada hewan coba melalui oral akan dibawa oleh sirkulasi vena portal menuju hati dan kemudian dialirkan kedalam pembuluh darah periver (Lewis D.Stegink; L.J.Filer, 1973).

Pemberian MSG secara parenteral akan memberikan efek berbeda bila diberikan per oral, karena pemberian MSG secara parenteral tidak melalui usus dan vena portal. Sedangkan pada pemberian per oral, MSG akan melalui usus ke sirkulasi portal dan hati. Hati mempunyai kesanggupan untuk memetabolisme asam glutamat. Oleh karena itu, apabila pemberian glutamate melebihi kemampuan kapasitas hati untuk proses metabolismenya, maka akan dapat menyebabkan peningkatan glutamate plasma (Lewis D.Stegink; L.J.Filer, 1973).


(26)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

2.3. Efek Negatif dari MSG

a. MSG sebagai Excitotoxins

Excitotoxin digambarkan sebagai asam amino seperti sisteine, aspartam dan glutamat yang jika bekerja pada neuron akan menyebabkan neuron tersebut overstimulate dan mati (Gold, 1995). Glutamat merupakan neurotransmitter yang penting untuk proses komunikasi antar sel-sel otak. Normalnya, bila terjadi kelebihan glutamat, glutamat akan dipompakan kembali ke dalam sel-sel glia yang mengelilingi neuron. Sebab, bila neuron terekspose dengan glutamat dalam jumlah besar, maka sel tersebut akan mati. Glutamat membuk a Ca2+ channel neuron sehingga Ca2+ dapat masuk ke dalam sel. Sejumlah reaksi kimia terjadi di dalam sel yang sering kali memicu pelepasan bahan-bahan kimia, menstimulasi neuron yang berhubungan dan seterusnya. Salah satu hasil dari reaksi kimia di neuron adalah asam arachidonat. Asam arachidonat kemudian bereaksi dengan 2 enzym yang berbeda, melepaskan radikal bebas seperti hydroxyl radical. Hydroxyl radical inilah yang dapat membunuh sel-sel otak. Bila kadar glutamat menjadi berlebih, Ca2+ channel akan tetap terbuka

sehingga reaksi kimia yang terjadi juga akan semakin meningkat mengawali pengrusakan sel tersebut dan sel-sel yang berdekatan yang memiliki reseptor glutamat (Gold, 1995).

Secara normal, otak dilindungi oleh blood brain barrier yang mencegah berlebihnya jumlah glutamat di otak. Namun ada beberapa tempat di otak yang tidak


(27)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

dilindungi oleh blood brain barrier termasuk hipothalamus , organ circumventricular, bagian dari batang otak, dan kelenjar pineal , suatu kelenjar yang mengkontrol produksi hormon melatonin dan menghentikan pelepasan luteinizing hormon (LH) (Gold, 1995).

b. Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh MSG

Banyak efek yang tidak menyenangkan dapat ditimbulkan oleh MSG, diantaranya Chinese restaurant syndrome, meliputi; rasa terbakar di dada, bagian belakang leher, dan lengan bawah; kebas-kebas pada bagian belakang leher yang menjalar ke lengan dan punggung; perasaan geli, hangat dan kelemahan di wajah, punggung atas, leher dan lengan, sakit dada, sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, sulit bernafas (bronchospasme), kelemahan, mengantuk (US. FDA, 1995).

2.4. Fungsi Reproduksi Mamalia 2.4.1. Fungsi Hormonal Hypothalamus

Fungsi reproduksi manusia diatur oleh Hipothalamus. Sebagai pusat pengaturan homeostasis, hipothalamus mengatur pengeluaran hormon yang bekerja pada gonad.

Gonadotropin releasing hormon (GnRH) yang disekresikan dari hipothalamus akan

berikatan dengan reseptor gonadotrophs di hipofisis anterior merangsang pengeluaran gonadotropine hormon (LH dan FSH) masuk ke dalam aliran darah menuju gonad. Di gonad, LH dan FSH menstimulasi sekresi hormon steroid


(28)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

reproduksi seperti testosteron, estrogen dan progesteron. Hormon reproduksi menghambat sekresi GnRH dan gonadotropin hormon melalui umpan balik negatif (Bowen, tt).

Jumlah GnRH dan LH bervariasi dari beberapa hari ke satu jam atau lebih. Pada wanita, frekuensi pulsasi jelas berhubungan dengan tahapan siklus. Sejumlah hormon mempengaruhi sekresi GnRH, dan kontrol positif – negatif melalui sekresi GnRH dan gonadotropin biasanya lebih komplek. Organ reproduksi mensekresi setidaknya 2 tambahan hormon yaitu inhibin dan activin yang secara selektif menghambat dan mengaktifasi sekresi FSH dari hipofisis (Sheerwood, 2004)

2.4.2. Gonadotropin Releasing Hormon

Luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) disebut juga

hormon gonadotropins karena menstimulasi gonad. Gonad memang bukan organ essensial untuk hidup, tetapi essensial untuk reproduksi. Ada 2 hormon yang disekresikan dari sel-sel hipofisis anterior gonadotroph. Sebagian besar sel

gonadotroph hanya mensekresikan LH atau FSH, tetapi sebagian lagi mensekresikan

kedua hormon (Sheerwood, 2004). Kedua hormon ini hanya berpengaruh di testis dan ovarium. Bersama keduanya mengatur fungsi reproduksi laki-laki dan perempuan (Sheerwood, 2004).


(29)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Pada laki-laki dan perempuan, LH menstimulasi sekresi hormon steroid dari organ reproduksi. Pada testis, LH berikatan dengan reseptornya di interstitial sel (sel

Leydig), menstimulus sintesa dan sekresi testosteron. Sedangkan sel-sel theca di

ovarium akibat stimulasi LH, mensekresikan testosteron.yang kemudian diubah menjadi estrogen oleh sel granulosa. Pada wanita, pelepasan dari sel telur yang matang di ovarium dipicu oleh lonjakan sekresi LH yang besar dikenal sebagai

preovulatory LH surge. Sel-sel sisa dalam folikel ovarium berproliferasi menjadi

corpus luteum, yang kemudian mensekresikan hormon steroid progesteron dan estradiol. Progesteron menyebabkan pertambahan vaskular dinding endometrium dan penting untuk mempertahankan kehamilan. Pada sebagian mamalia, LH diperlukan untuk melanjutkan perkembangan dan fungsi corpus luteum. Penamaan Luteinizing hormon berasal dari pengaruh perangsangan luteinisasi dari folikel ovarium (Bowen,

tt).

2.4.4. Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Seperti namanya, FSH menstimulasi pematangan folikel ovarium. Primary folikel yang terdiri atas satu lapis sel, oleh FSH akan berkembang menjadi folikel sekunder yang ditandai dengan terbentuknya sel-sel granulosa. Pemberian FSH kepada manusia dan hewan memacu superovulasi, atau perkembangan folikel ovarium


(30)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

matang lebih dari jumlah yang biasanya. FSH juga berguna untuk spermatogenesis. FSH melekat pada reseptornya di sel Sertoli, untuk mendukung pematangan sel-sel sperma. (Bowen, tt)

2.4.5. Hormon yang Dihasilkan di Ovarium Progesteron

Progesteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh korpus luteum, placenta dan sejumlah kecil dari folikel. Hormon ini berperan dalam peristiwa menstruasi serta kehamilan. Progesteron sama halnya seperti hormon steroid yang lain, disintesis dari pregnenolone, suatu derivat kolesterol. Dua persen progesteron beredar dalam plasma dalam bentuk bebas, sedangkan 80% berikatan dengan albumin dan 18% berikatan dengan corticosteroid-binding globulin (Ganong, 2003).

Pada pria kadar progesteron di dalam plasma sekitar 0,3 ng/ml. Sedangkan pada wanita kadarnya mencapai 0,9 ng/ml selama fase follikular siklus haid. Perbedaan ini berhubungan dengan sekresi sejumlah kecil progesteron oleh sel dalam folikel ovarium. Sel theca mensekresikan pregnenolon ke sel granulosa, yang diubah menjadi progesteron (Ganong, 2003).

Diakhir fase luteal, sekresi progesteron mulai meningkat. Selama fase luteal korpus luteum memproduksi sejumlah besar progesteron. Kadar maksimum dalam plasma mencapai 18 ng/ml. Pada kehamilan, progesteron mencapai 100 - 200 ng/ml, dan menjadi sangat rendah setelah parturisi dan selama masa laktasi. Efek stimulasi


(31)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

LH terhadap sekresi progesteron oleh korpus luteum berhubungan dengan aktivasi dari adenyl cyclase (Ganong, 2003).

Estrogen

Sama halnya dengan testosterone dan progesteron, estrogen juga merupakan hormon steroid. Nama lain dari estrogen 17 -estradiol, estrone dan estriol. Sel theca

mempunyai banyak receptor LH, dan LH bekerja melalui cAMP untuk meningkatkan pengubahan kolesterol menjadi androstenedione. Beberapa androstenedione diubah menjadi estradiol, yang kemudian memasuki sirkulasi darah. Sel-sel theca juga mensuplai androstenedone ke sel-sel granulosa. Sel-sel granulose memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH memfasilitasi sekresi estradiol dengan aktivasi cAMP untuk meningkatkan aktivasi aromatisasi. Sel granulosa yang matang juga memiliki reseptor LH, dan LH juga menstimulasi produksi estradiol. (Ganong, 2003)

Dua persen estradiol beredar bebas di dalam darah, 60% berikatan dengan albumin dan 38% berikatan ke gonadal sterod binding globulin (GBG) yang juga mengikat testosterone. Sebagian besar estrogen diproduksi dari ovarium. Kadar puncak estrogen pada saat sebelum ovulasi dan saat pertengahan fase luteal. Kecepatan sekresi pada fase folikular awal 36 g /hari, sebelum ovulasi 380 g/hari dan 250 g/hari selama fase mid luteal. Setelah menopause sekresi estrogen menurun


(32)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Estrogen merangsang pertumbuhan follikel ovarium dan meningkatkan motilitas tuba fallopi. Estrogen meningkatkan aliran darah uterus dan mempunyai efek penting pada otot polos uterus. Pengobatan jangka panjang dengan sediaan estrogen menyebabkan hipertrofi endometrium (Ganong, 2003)

Estrogen menurunkan sekresi FSH melalui umpan balik negatif (negative feed

back). Sedangkan pada sekresi LH, di satu sisi estrogen menghambat LH melalui

umpan balik negatif, disisi lain juga meningkatkan sekresi LH melalui mekanisme umpan balik positif (Ganong, 2003).

2.4.6. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi diawali oleh pematangan sel telur di ovarium. FSH dan LH disekresikan dari hipofisis anterior menuju ke gonad. FSH akan berikatan dengan reseptornya di sel folikel. Pada awal tahap perkembangan folikel, FSH disekresikan lebih banyak daripada LH. Sel-sel granulosa yang terbentuk akan mensekresikan estrogen. Estrogen menyebabkan proliferasi dinding endometrium. Pada masa ini endometrium disebut berada dalam fase proliferasi. Semakin tua folikel, semakin banyak terbentuk sel-sel granulosa, semakin tinggi pula kadar estrogen di dalam darah. Tingginya kadar estrogen menekan sekresi FSH oleh hipofisis anterior, sehingga semakin lama, kadar FSH di dalam darah semakin menurun (Sheerwood, 2004).


(33)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Diakhir pematangan sel folikel, terjadi kenaikan estrogen yang tiba-tiba sehingga terjadi penurunan FSH yang drastis diikuti dengan lonjakan LH (LH surge) yang tiba-tiba pula. LH merangsang enzim pencernaan dari ovum yang matang untuk dapat menembus dinding folikel, sehingga terjadi ovulasi. Folikel yang pecah akan berubah menjadi corpus luteum (Sheerwood, 2004)

Corpus luteum akan mensekresikan progesteron dan estrogen. Progesteron akan

berikatan dengan reseptornya di dinding endometrium sehingga menambah vascularisasi dinding endometrium Pada masa ini endometrium dikatakan berada dalam fase proliferasi. Efek dari kedua hormon ini, estrogen dan progesteron akan mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi tempat implantasi hingga fetus siap untuk dilahirkan (Sheerwood, 2004).

Dengan semakin banyaknya progesteron disekresikan, maka hormon ini akan memberikan negatif feedback kepada hipofisis untuk menghentikan sekresi LH. Menurunnya kadar LH dalam darah menyebabkan corpus luteum berubah menjadi

corpus albican. Sekresi progesteron dan estrogen pun akan semakin menurun di

dalam darah. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron mengakibatkan vaskularisasi dinding endometrium berkurang sehingga sel-sel endometrium menjadi nekrosis dan akhirnya luruh sebagai darah . Dengan menurunnya kadar progesteron dan estrogen di dalam darah memberi positif feedback ke hipothalamus dan hipofisis anterior untuk kembali mensekresikan gonadotropin releasing hormon dan


(34)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

gonadotropin hormon (FSH dan LH) untuk memulai pematangan sel folikel yang

baru sebagai awal siklus mentruasi berikutnya. Pada masa ini endometrium dikatakan dalam fase menstruasi (Sheerwood, 2004).

Siklus menstruasi pada manusia analog dengan siklus estrus pada mencit. Hanya saja siklus estrus pada mencit ada 4 tahap, secara berturut-turut adalah ; fase metestrus, diestrus, proestrus, dan estrus. Adapun karakteristik dari setiap fase dapat dilihat dengan melakukan vaginal smear (Rugh, 1968).

Fase proestrus, ditandai dengan berkembangnya secara aktif saluran genital, uterus membengkak, orifisium vagina terbuka,secara mikroskopis tampak nukleus membesar dan banyak tetapi sedikit sel epitel. Durasi 1 sampai 1,5 hari. Fase estrus atau disebut juga heat, ditandai dengan vulva tampak bengkak dan padat, orifisium vagina terbuka, tidak ada leukosit tetapi terdapat sel epitel dalam jumlah yang banyak. Durasi 1 – 3 hari. Pada fase metestrus, terjadi perubahan degeneratif pada saluran genitalia, secara mikroskopis tampak sedikit leukosit dan sel epitel. Fase ini berlangsung 1-5 hari. Sedangkan fase diestrus merupakan periode pertumbuhan yang lambat, ditandai dengan adanya mukosa pada vaginal smear, secara mikroskopis tampak leukosit dan sel epitel. Berlangsung selama 2-4 hari (Rugh, 1968)


(35)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.


(36)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

2.4.7. Uterus

Uterus mencit (Mus-Musculus) mempunyai bentuk yang berbeda dengan

uterus manusia. Uterus mencit mempunyai 2 buah tanduk dan 1 bagian ekor. Bentuk uterus menyerupai huruf ”Y” dengan tangkai yang sangat pendek. Bagian terbesar pada jaringan ini merupakan sebuah otot, dengan dinding terluar berbentuk longitudinal dan disusun oleh serat otot polos. Sedangkan dinding sebelah dalam berbentuk sirkular dan juga disusun oleh serat otot polos (Rugh, 1968).

Bagian yang membungkus uterus disebut dengan kolumnar epitelium, yaitu sejumlah kelenjar uterus yang berbentuk seperti spiral (Rugh, 1968).

Endometrium merupakan lapisan mukosa, yang terdiri dari lamina propria, serat epithelium, kelenjar uterus dan memiliki banyak pembuluh darah. Pada endometrium terdapat sel poridermal yang berukuran kecil, tetapi bila mencit dalam keadaan hamil, akan berubah menjadi sel desidua yang berukuran besar, tersusun membentuk plasenta (Rugh, 1968).

Myometrium, merupakan bagian peripheral, terdiri dari otot sirkular, sebuah lapisan yang berhubungan dengan jaringan, memiliki pembuluh darah dan pembuluh lymph, yang kemudian diakhiri oleh otot berbentuk longitudinal (Rugh, 1968).

Dinding uterus terluar ditutupi oleh sebuah membran serosa, yang berhubungan dengan tanduk uterus ke ligament (Rugh, 1968).


(37)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Bagian ekor dan tanduk pada uterus mencit, hanya di pisah oleh sebuah septum yang terdiri dari otot longitudinal, dan berhubungan dengan jaringan. Elemen jaringan pada bagian ekor ini tidak mempunyai tempat bagi untuk peristiwa implantasi. Jaringan bagian ekor berbentuk kuboid(Rugh, 1968)

Korpus uteri menyambung kedalam saluran vagina yang pendek tepatnya pada bagian pertengahan dorsal dan pertengahan sumbu dindang bagian ventral pada dinding vagina (Rugh, 1968).

2.4.8. Histologi Endometrium

Endometrium merupakan lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus. Endometrium berupa membran tipis, berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat terlihat banyak sekali lubang-lubang kecil ; yaitu ostia kelenjar-kelenjar uterus. Akibat adanya perubahan siklus berulang yang terjadi selama masa reproduksi, ketebalan endometrium sangat berfariasi, yaitu 0,5mm – 5mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang mengandung banyak pembuluh darah.

Epitel permukaan endometrium terdiri dari selapis sel torak yang tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Selama sebagian besar siklus endometrium, nukleus yang yang oval terletak dibagian bawah sel, namun tidak terlalu dekat ke membran basal seperti pada endoserviks. Sel-sel bersilia terletak pada potongan-potongan tersendiri. Arah gerak


(38)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

silia pada tuba fallopii maupun uterus ternyata sama, yaitu mengarah kebawah ujung tuba yang mempunyai fimbria menuju osteo eksterna.

Pada monograf klasik karangan Hitscmann dan Adler (1908), endometrium digambarkan terus menerus mengalami perubahan yang dikontrol oleh hormon pada tiap siklus ovarium, yaitu hormon estrogen, progesteron dan LH.

Jaringan ikat endometrium diantara epitel permukaan dan miometrium adalah stroma mesenkim. Segera setelah menstruasi, stroma terdiri dari sel-sel yang tersusun rapat dengan nukleus berbentuk oval dan kumparan, dengan sitoplasma yang sangat sedikit. Beberapa hari sebelum terjadi menstruasi, sel stroma biasanya membesar dan menjadi lebih vesikular, seperti sel-sel desidua dan bersamaan dengan itu terjadi infiltrasi leukosit difus.(Cunningham et al., 2006)

Perubahan histologis endometrium diinduksi oleh hormon-hormon steroid seks, terjadi mengikuti siklus ovarium setiap bulannya (Cunningham et al., 2006).

Pada fase proliferatif dini endometrium, dua pertiga endometrium stratum fungsionale luruh dan dikeluarkan sewaktu menstruasi. Reepitelisasi endometrium dan revaskularisasi berlangsung pada hari kelima menstruasi. Pada saat ini ketebalan mukosa endometrium kira-kira 0,5 mm(Junqueira danCarneiro, 2007). Kelenjar endometrium masih berupa struktur tubular sempit dengan bentuk hampir lurus sejajar satu dengan lainnya, dengan pembuluh darah yang banyak dan tampak jelas, tetapi tidak terjadi ekstravasasi darah (Cunningham et al., 2006). Pada fase


(39)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

proliferatif lanjut, mukosa endometrium sudah lebih tebal, kira-kira mencapai 2-3 mm(Junqueira danCarneiro, 2007). Hal ini terjadi karena hiperplasia kelenjar dengan bentuk yang berkelok-kelok dan semakin tinggi.

Pada fase sekresi (fase luteal) dimulai setelah ovulasi dan dipengaruhi oleh hormon estrogen yang disekresi oleh korpus luteum. Perubahan histologi endometrium yang terjadi pada fase ini adalah kelenjar-kelenjar endometrium menjadi sangat berkelok-kelok, mukosa endometrium mencapai ketebalan maksimal, yaitu 5mm, yang diakibatkan oleh akumulasi sekret dan edema stroma (Junqueira danCarneiro, 2007). Selain terjadi pertumbuhan mukosa dan kelenjar di endometrium, arteri spiralis di endometrium juga mengalami peningkatan ukuran panjang, bahkan lebih cepat dari pertumbuhan kelenjar, sehingga menyebabkan arteri spiralis ini menjadi semakin berkelok-kelok dan terkadang terjadi vasodilatasi (Cunningham et al., 2006).

Pada fase menstruasi kadar estrogen dan progesteron menurun dengan cepat, menyebabkan kontraksi pada arteri spiralis dan menyumbat aliran darah. Sehingga menyebabkan iskemi dan nekrosis dinding arteri dan lapisan fungsionalis endometrium. Hal ini menyebabkan terjadinya perdarahan yang diikuti dengan terlepasnya sebagian lapisan fungsional endometrium, dan sisa endometrium mengkerut akibat hilangnya cairan interstitial (Junqueira danCarneiro, 2007).


(40)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

MSG menyebabkan ablasi nukleus arkuata dan nukleus ventromedial dalam hipothalamus. Kedua area ini mengatur asupan makanan (food intake), perilaku seks (sex behaviour) dan fungsi reproduksi (reproductive function) (Camihort et al., 2004, Giovambattista et al., 2003). Gambaran morfometrik sel-sel hipofisis anterior mencit betina yang diberi MSG, dengan pemeriksaan imunohistokimia terlihat adanya penurunan ukuran sel densitas dan volume sel dari LH gonadotropes, corticotropin,

thyrotropin pada mencit jantan yang disuntik dengan MSG. Sedangkan FSH gonadotrope terjadi juga perubahan dari ketiga komponen, walaupun secara

statististik tidak bermakna (Camihort et al., 2004). Hiperplasia dan pengecilan ukuran dari LH gonadotrope dan FSH gonadotrope, menyebabkan penurunan sekresi

luteinizing hormon (LH) dan follicle stimulating hormon (FSH) ke dalam darah.

Dengan berkurangnya kadar LH dan FSH di dalam darah (Camihort et al., 2004, Giovambattista et al., 2003, Franca et al., 2006) maka yang sampai ke target organ juga tidak memadai untuk mendukung perkembangan gonad (sehingga terjadi hipogonadisme).

2.6. Biologi Reproduksi Mencit 2.6.1 Ciri Reproduksi Umum

Pematangan seksual mencit (Mus Musculus) betina sangat cepat yaitu pada umur 4 - 7 minggu. Mencit memasuki periode pubertas dan memulai siklus estrus pada umur 28 - 40 hari atau rata-rata pada umur 5 minggu dan mengalami poly estrus.


(41)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus

Musculus L), 2009.

Tahap siklus estrus terdiri dari pro-estrus, estrus, met-estrus dan di-estrus. Panjang siklus estrus rata-rata 4 hari atau sekitar 2 – 9 hari dengan periode estrus hanya berlangsung sekitar 12 – 14 jam. Hewan ini baru mencapai tahap dewasa kawin pada umur 8 -10 minggu, dengan masa reproduksi ekonomis antara 9 -12 bulan. Berat badan pada saat dimulainya periode kawin tersebut berkisar antara 20 – 30 gram. Kopulasi pada masa reproduksi ekonomis akan menurunkan fertilitas (Zutphen et al., 2001).

Ciri reproduksi terpenting dari hewan ini diringkas pada Tabel 1.

Tabel 1 Ciri Reproduksi Terpenting Mencit Betina (Zutphen et al., 2001)

Parameter Ukuran Normal

Berat lahir Berat dewasa

Berat sewaktu di sapih Temperatur tubuh

Harapan hidup (life span) Konsumsi makanan Konsumsi minuman Usia pubertas Usia dewasa seksual Lama siklus estrus Durasi periode estrus Lama kehamilan

Jumlah anak perkelahiran (litter size) Umur siap sapih

Umur reproduksi ekonomis

0,5 – 1,5 g 25 – 40 g 10 g

36,5 – 380C 1 – 2 tahun

15 g/100 g berat badan/ hari 15 ml/ 100g berat badan/ hari 5 mgg

8 – 10 mgg 4 hari (2 - 9) hari 12 – 14 jam

19 hari (18 – 21 hari) 6 – 12 ekor

21 – 28 hari 9 – 12 bulan


(42)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009. BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.3. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Histologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, dari bulan Mei sampai dengan Juli 2009.

3.4. Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1. Bahan Penelitian

Bahan biologis. Bahan biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit betina (Mus musculus L) strain DD

Webster berumur 10 hari. Mencit betina merupakan hasil perbanyakan hewan koloni induk stok di Rumah Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM). Sebanyak 24 ekor mencit betina diperoleh dari hasil perbanyakan untuk keperluan penelitian. Jumlah hewan uji perkelompok ditentukan dengan rumus t(r–1)≥20 (Sugandi, 1994). Jika t adalah jumlah kelompok ( dalam penelitian ini ada 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ) dan r adalah jumlah ulangan perkelompok, maka jumlah r yang diharapkan (teoritis) adalah sebesar 11 ekor per kelompok.


(43)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Litter yang berasal dari induk betina, pada usia 9 hari diperiksa untuk penentuan jenis kelamin. Semua keturunan F1 jantan yang sama tanggal lahirnya dikeluarkan dari litter. Litter betina F1 yang digunakan sebagai subjek dalam penelitian. Pada bagian badan dan ekor litter diberi tanda warna hitam untuk kelompok kontrol dan warna merah untuk kelompok perlakuan. Semua litter F1 baik yang jantan maupun yang betina tetap disusui induk sampai usia sapih (21 hari).

Bahan Kimia. Bahan kimia yang diuji pengaruhnya terhadap histologi endometrium dalam penelitian ini adalah

monosodium glutamate murni (Sigma) yang dilarutkan dengan aquadest. Bahan lain yang diperlukan untuk keperluan pembuatan apusan vagina dan sediaan histologi antara lain; metilen blue, buffer formalin 10%, parafin pellet (titik leleh 56 – 58oC), albumin Mayer (sebagai adhesive jaringan pada permukaan gelas objek), xylol (untuk hydrasi sayatan yang sudah ditempelkan pada slide), alkohol absolut, alkohol 95%, 80%,70%, 50% (untuk hidrasi sayatan dari aceton), aceton (untuk hidrasi sayatan dari air) Semua bahan kimia yang akan digunakan adalah grade analitik (pa grade) dan diperoleh dari Merck.

Pemeliharaan Hewan Coba. Selama perlakuan, mencit ditempatkan bersama dengan induk (satu induk per kandang)

sampai usia sapih (umur 21 hari), dalam kandang yang terbuat dari bahan plastik (ukuran 30 x 20 x 10 cm), ditutup dengan kawat kasa halus. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5 – 1 cm dan diganti setiap dua hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang (pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00) dan 12 jam gelap (pukul 18.00 sampai


(44)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

dengan pukul 06.00), sedangkan temperatur dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan (pelet komersial kode 511 diperoleh dari PT. Charoen Pokphand) dan minum (air PAM) disuplai setiap hari secara berlebih.

3.4.2. Peralatan Utama Penelitian

Alat utama yang digunakan dalam peneitian terdiri atas timbangan kasar (untuk timbang BB mencit) merk Ohaus USA, jarum gavage (untuk memberikan msg secara oral), timbangan (balance) analitik dengan ketelitian 0,01 gram merk Sartorius Bp 160 P, disecting set, kertas saring, oven (membuat blok parafin), microtechnique set (penyayatan sediaan histologi endometrium ), water bath, object glass ( gelas objek ), meja pemanas (hot plate) merk Cimarec 2 USA, cover glass (gelas penutup), mikrometer (untuk mengukur ketebalan sel mukosa dan diameter pembuluh darah endometrium) dan mikroskop cahaya merk olympus Japan.

3.5. Disain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yaitu true eksperimen, yang didisain mengikuti Rancangan Acak Lengkap (RAL). Eksperimen terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (diberikan cairan aquades 0,1cc) dan


(45)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

kelompok perlakuan (diberi MSG 6mg/gr BB + aquades 0,1cc), masing-masing terdiri atas 12 mencit betina. Mencit ditempatkan ke dalam kelompok secara random.

3.6. Pelaksanaan Penelitian dan Pengamatan 3.6.1. Pemberian Perlakuan

Mencit betina berumur 10 hari ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan kasar. Dua belas ekor mencit yang termasuk ke dalam kelompok perlakuan diberikan MSG 6 mg/gr berat badan dilarutkan dengan aquabidest 0,1ml. MSG ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian MSG yang telah dilarutkan dengan aquadest 0,1 ml diberikan secara oral kepada mencit perlakuan dengan menggunakan jarum gavage. Sedangkan 12 ekor mencit lainnya hanya diberikan aquades dengan volume yang sama (0,1 ml). Perlakuan ini diulang kembali pada umur mencit 12, 14, 16 dan 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30 hari. Mencit tetap disusui induknya hingga usia sapih. Pada usia 21 hari mencit perlakuan dan kontrol dipisahkan dari induknya.

3.6.2. Pembuatan Sediaan Histologi Endometrium

Setelah usia 31 hari mencit perlakuan dan kontrol ditimbang berat-badan nya, dilakukan vaginal swab untuk mengetahui siklus estrusnya. Kemudian dieksekusi dengan cara dislokasi leher. Mencit dieksekusi saat berada pada


(46)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

masing-masing siklus estrus, yaitu 3 ekor di eksekusi pada fase proestrus, 3 ekor pada fase estrus, 3 ekor pada fase metestrus dan 3 ekor pada fase diestrus. Kemudian abdomen dibuka, diambil uterus nya dengan hati-hati dengan cara menggunting tepat pada bagian istmus tuba fallopii kiri dan kanan (yaitu bagian yang paling dekat dengan uterus), dan pada bagian ekor (batas antara cervix dan uterus). Kemudian uterus dibersihkan dari seluruh ligamen yang melekat padanya. Selanjutnya uterus dibersihkan dari darah yang masih melekat, menggunakan kertas saring dengan satu kali tekanan. Kemudian berat uterus utuh ditimbang dengan menggunakan timbangan grade analitik dan selanjutnya dipisahkan antara tanduk uterus kiri dan kanan, kemudian segera dimasukkan kedalam botol yang berisi larutan fixative buffer formalin 10%, direndam selama 12 – 24 jam (Douglas W. Cromey, 2004). Botol yang berisi larutan fiksatif sebelumnya sudah diberi label untuk kedua kelompok pada setiap fase nya dan antara uterus kiri dan kanan.

Sediaan histologi endometrium dibuat sebagai berikut;

1. Jaringan uterus yang sudah dipisahkan antara tanduk kiri uterus dengan tanduk kanannya difiksasi dengan larutan buffer formalin 10%

2. Kemudian dipotong menjadi 3 bagian, yaitu caput, corpus dan cauda.

3. Jaringan yang sudah dipotong menjadi tiga bagian dimasukkan ke dalam cairan aceton selama 3 x 20manit. Berujuan untuk menghilangkan air yang melekat pada organ.


(47)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

4. Kemudian dimasukkan ke dalam xylol selama 1 jam. Hal ini bertujuan untuk membersihkan organ dari aceton. 5. Parafin dipanaskan didalam oven

6. Organ dari xylol dimasukkan kedalam paravin oven selama 3 jam. 7. Kemudian parafin didinginkan didalam blok parafin sampai kering.

8. Setelah kering, parafin dipotong dengan menggunakan mikrotom putar setebal 5µ m, uterus kiri dipotong secara cross sectional dan uterus kanan secara longitudinal.

9. Hasil pemotongan dimasukkan kedalam water bath berisi aquabidest yang sudah dihangatkan sampai suhu 45°C - 50°C.

10.Objek glass diolesi dengan albumin Mayer untuk merekatkan sayatan organ ke objek glass. Dan sayatan yang berada di water bath diambil dengan menggunakan objek glass yang sudah diolesi dengan albumin mayer tersebut.

11.Sayatan yang sudah berada di atas objek glass dibiarkan kering selama 12 jam.

12.Setelah kering, dilakukan pewarnaan dengan menggunakan hematoksilin eosin. (Sipahutar, 2009, Arief, 2007)


(48)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

1. Slide dimasukkan kedalam cairan xylol I dengan permukaan yang mengandung sayatan menghadap kedepan, biarkan selama 5 menit

2. Untuk lebih membersihkan sayatan dari parafin, sayatan dipindahkan ke dalam xilol II selama 5 menit.

3. Slide dipindahkan lagi kedalam cairan xylol : alkohol absolut dengan perbandingan 1 : 1. Hal ini bertujuan untuk larutan dari cairan 1 tidak terlalu banyak bercampur dengan larutan berikutnya.

4. Pindahkan slide kedalam larutan alkohol absolut selama 5 menit, kemudian ke alkohol 95% dan seterusnya sampai ke alkohol 50% selama 10 menit.

5. Pindahkan slide ke dalam akuades selama 10 menit

6. Slide di masukkan didalam larutan pewarna hematoksilin selama 2 – 3 menit 7. Bilas slide dengan akuades sebanyak 2 kali.

8. Slide di pindahkan ke dalam eosin selama 30 detik

9. Slide dipindahkan berturut-turut ke alkohol 70% sampai ke alkohol absolut dengan waktu yang sama. 10.Slide dipinda hkan lagi ke Xilol I dan II, masing-masing selama 5 menit (Sipahutar, 2009)

3.6.4. Cara Melakukan Penutupan


(49)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

2. Kaca penutup diambil dan diletakkan diatas canada balsam secara perlahan-lahan dan dibiarkan kering (Sipahutar, 2009).

3.6.5. Pengamatan Sediaan Histologi

1. Histologi endometrium berasal dari mencit usia pubertas yang dieksekusi pada saat fase pro estrus, estrus, met estrus dan diestrus.

2. Histologi endometrium yang diamati pada fase pro estrus berjumlah 3 ekor, fase estrus 3 ekor dan fase met estrus 3 ekor, sedangkan pada fase diestrus 3 ekor. Jumlah yang sama baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan.

3. Tanduk uterus kiri di potong dengan cara pemotongan cross sectional, untuk mengamati ketebalan epitel endometrium, diameter pembuluh darah dan densitas kelenjar endometrium. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikrometer yang ditempelkan kedalam lensa okuler mikroskop cahaya, dengan pembesaran okuler 40x dan pembesaran objektif 40x.


(50)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

4. Sedangkan tanduk kanan di potong dengan cara pemotongan longitudinal section, untuk mengamati konfigurasi kelenjar endometrium, lokalisasi nuklear kelenjar dan kepadatan stroma. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran okuler 10x dan pembesaran obyektif 40x.

5. Pengamatan dilakukan pada kedua kelompok (kontrol dan perlakuan) 6. Setiap tanduk uterus diamati pada 3 titik, yaitu cervical, corpus dan cauda. 7. Satu titik terdiri dari 5 sayatan

8. Satu sayatan dilakukan 4 kali pengulangan pengamatan, yaitu bagian atas, bawah, kiri dan kanan. 9. Pada setiap slide dilakukan 20 kali pengulangan pengamatan.

3.7. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Semua data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD). Untuk mengetahui pengaruh MSG terhadap ketebalan epitel endometrum, diameter pembuluh darah, densitas kelenjar, berat uterus utuh, kepadatan stroma, lokalisasi nuklear kelenjar dan konfigurasi kelenjar. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-test independent dan Anova. Uji t-test independent digunakan untuk menguji perbandingan berat badan antara kelompok perlakuan dan kontrol, perbandingan ketebalan epitel, diameter pembuluh darah, kepadatan stroma, densitas kelenjar antara kelompok perlakuan


(51)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

dan kontrol tanpa memandang fase estrus, perbandingan setiap parameter dengan memandang fase estrus dan perbandingan berat uterus utuh antara kelompok perlakuan dan kontrol. Sedangkan uji anova digunakan untuk melihat perbandingan setiap parameter pada bagian caput, corpus dan caudal.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan microsoft excel 2003. Hasil dikatakan ada perbedaan secara signifikan jika nilai p value < 0,05.

3.8. Jadwal Penelitian

Keseluruhan kegiatan penelitian dari tahap persiapan sampai dengan menyusun laporan hasil akan memakan waktu 9 minggu. Tabel pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut;

Tabel 2. Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Persiapan  2 Pemberian

perlakuan

   

3 Pengamatan  

4 Analisa Data 


(52)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009. BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


(53)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan melakukan pengukuran untuk mengukur ketebalan epitel dan diameter pembuluh darah dengan menggunakan micrometer, serta menghitung densitas kelenjar, kepadatan stroma dan konfigurasi kelenjar, doperoleh hasil sebagai berikut;

Perbandingan ketebalan epitel pada fase metestrus, diestrus, proestrus dan estrus pada bagian caput, corpus dan caudal antara kelompok perlakuan dan control.

Perbandingan Ketebalan Epitel Setiap Siklus

0 50 100 150 200 250 300 350 M.Ca p

D. Ca p P.ca p E.Ca p M.Co r

D. Co r P.Co r E.Co r M.Ca u

D. Ca u

P.Ca u

E.Ca u

Fas e dan bagian e s trus

T eb al ep it el ( m m ) P K

Gambar 3. Perbedaan Mean (± SD) ketebalan Epitel Pada Fase Metestrus, Diestrus, Proestru S Dan Estrus Pada Bagian Caput, Corpus Dan Caudal Antara Kelompok Control Dan Perlakuan


(54)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Pada chart diatas menunjukkan ketebalan epitel pada fase metestrus bagian caput, kelompok control memiliki epitel yang lebih tebal dari pada kelompok perlakuan dengan perbedaan yang signifikan (p=0,007). Begitu juga pada fase estrus, tampak perbedaan ketebalan epitel yang signifikan antara kelompok control dan perlakuan(p=0,04). Sedangkan ketebalan epitel pada fase diestrus dan proestrus, dari nilai mean dan tampak pada diagram diatas kelompok control memiliki epitel yang lebih tebal dari pada kelompok perlakuan. Tetapi perbedaan ketebalan ini tidak signifikan setelah diuji dengan uji statistic t-test (p>0,05).

Bagian corpus, pada fase metestrus kelompok control memiliki epitel yang lebih tebal secara signifikan dibanding dengan kelompok perlakuan (p=0,03). Sedangkan pada fase diestrus, proestrus dan estrus, dilihat dari nilai mean nya tampak ada perbedaan tetapi tidak signifikan.

Bagian caudal, yang menunujukkan adanya perbedaan ketebalan epitel yang signifikan hanyalah pada fase diestrus (p=0,01), sedangkan pada fase metestrus, proestrus dan estrus tampak ada perbedaan ketebalan epitel antara kelompok control dan perlakuan tetapi tidak signifikan (p>0,05) (Lihat lampiran).

Perbandingan Diameter Pembuluh Darah antara kelompok perlakuan dan control ditunjukkan dari diagram dibawah ini.


(55)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009. 0 50 100 150 200 250 300 350 M.C ap

D. Ca p P.c ap E.C ap M.C or

D. Co r P.c or E.C or M.C au

D. Ca u

P.c au

E.C au

Fase & bagian uterus

D iam et er P em b u lu h D ar ah ( m m ) P K

Gambar 4. Perbedaan Mean (± SD) Diameter Pembuluh Darah Pada Fase Metestrus, Diestrus, Proestrus Dan Estrus Pada Bagian Caput, Corpus Dan Caudal Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Bagian caput, pada fase metestrus diameter pembuluh darah kelompok control lebih lebar secara signifikan dibanding dengan kelompok perlakuan (p=0,009). Sedangkan pada fase diestrus, proestrus dan estrus tampak pada diagram diatas menunjukkan adanya perbedaan diameter pembuluh darah tetapi tidak signifikan setelah diuji menggunakan t-test (p>0,05).


(56)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Bagian Corpus, fase metestrus kelompok control memiliki diameter pembuluh darah yang lebih lebar secara signifikan dibanding dengan kelompok perlakuan (p=0,01). Tetapi pada fase diestrus, proestrus dan estrus perbedaan diameter pembuluh darah antara kelompok control dan perlakuan tidak signifikan (p>0,05).

Bagian Caudal, diameter pembuluh darah pada fase metestrus dan diestrus tampak perbedaan yang signifikan antara kelomok control dan kelompok perlakuan, dengan nilai (p=0,02), Diestrus caudal (p=0,02). Sedangkan pada fase proestrus dan estrus tampak perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok control dan perlakuan.

Perbandingan densitas kelenjar antara kelompok perlakuan dan kelompok control.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 M.C ap

D. Ca p P.c ap E.C ap M.C or

D. Co r P.c or E.C or M.C au

D. Ca u

P.c au

E.C au Fase & bag.uterus

D e n s it a s K e le n ja r ( b h /l p g p n d a n g ) P K


(57)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Gambar 5. Perbedaan Mean (± Sd) Densitas Kelenjar Pada Fase Metestrus, Diestrus, Proestrus Dan Estrus Pada Bagian Caput, Corpus Dan Caudal, Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Bagian caput, pada diagram diatas tampak pada fase metestrus jumlah densitas kelenjar kelompok control lebih besar dibanding dengan kelompok perlakuan tetapi perbedaan yang ada tidak signifikan. Tetapi pada fase diestrus dan proestrus, jumlah densitas pada kelompok perlakuan lebih besar dari pada kelompok control, perbedaan jumlah densitas ini juga tidak signifikan. Tetapi di fase estrus, kelompok control memiliki jumlah kelenjar yang lebih banyak dibanding dengan kelompok perlakuan dengan perbedaan jumlah yang tidak signifikan.

Bagian corpus, fase metestrus dan diestrus memiliki perbedaan jumlah densitas kelenjar yang tidak signifikan antara kelompok control dengan kelompok perlakuan, dimana kelompok control memiliki densitas yang lebih banyak disbanding perlakuan. Lain halnya dengan fase proestrus dan estrus, tetap ada perbedaan densitas kelenjar yang tidak signifikan antara kelompok control dan kelompok perlakuan, tetapi kelompok perlakuan memiliki densitas yang lebih banyak disbanding dengan kelompok control.

Bagian caudal, hanya fase metestrus yang menunjukkan adanya perbedaan densitas kelenjar yang signifikan antara kelompok control dengan kelompok perlakuan (p = 0,04). Sedangkan pada fase diestrus tampak ada perbedaan densitas kelenjar yang tidak signifikan antara kelompok control dengan kelompok perlakuan, dengan densitas pada kelompok


(58)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

control lebih banyak disbanding dengan kelompok perlakuan. Seperti pada bagian corpus, fase proestrus dan estrus pada bagian caudal juga memiliki perbedaan densitas kelenjar yang tidak signifikan antara kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok control, dengan perbandingan kelompok perlakuan memiliki densitas kelenjar yang lebih besar dari pada kelompok control (p>0,05).

Diagram dibawah ini merupakan perbandingan ketebalan epitel dan diameter pembuluh darah antara kelompok perlakuan dan control tanpa memandang siklus estrus dan bagian uterus.

0 50 100 150 200 250

KE DPD

Parameter

T

eb

al

E

p

it

el

/ D

iam

et

er

P

D

(

mm) P

K

Gambar 6. Perbedaan Mean (± SD) Ketebalan Epitel Dan Diameter Pembuluh Darah Antara Kelompok Control Dan Perlakuan Tanpa Memandang Siklus Estrus Dan Bagian Uterus


(59)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Kelompok control memiliki epitel yang lebih tebal dibanding dengan kelompok perlakuan dengan perbedaan yang tidak signifikan. Tetapi perbandingan diameter pembuluh darah antara kelompok control dengan kelompok perlakuan tampak perbedaan yang signifikan pada dengan nilai p = 0,04, kelompok control memiliki diameter pembuluh darah yang lebih lebar disbanding dengan kelompok perlakuan.

Hasil penghitungan densitas kelenjar kelompok control dan perlakuan, menunjukkan ada perbedaan yang tidak signifikan.

Perbandingan Densitas Kelenjar

0 1 2 3 4 5

Perlakuan Kontrol

Ke lom pok

D

en

sit

as

K

ele

nja

r (

jlh

/l.p


(60)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Gambar 7. Perbedaan Mean (±SD) Densitas Kelenjar Antara Kelompok Control Dan Perlakuan Tanpa Memandang Siklus Estrus Dan Bagian Uterus

Diagram hasil pengukuran berat uterus utuh antara kelompok control dan kelompok perlakuan menunjukkan ada perbedaan yang tidak signifikan.

Pe rbandingan Be rat Ute rus Utuh

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Perlakuan Kontrol

Ke lom pok

B

er

at

u

te

ru

s u

tu

h

(

g

r)

Gambar 8. Perbedaan Mean (± SD) Berat Uterus Utuh Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Hasil penimbangan berat badan antara kelompok control dan perlakuan menunjukkan ada perbedaan yang tidak signifikan.


(61)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Perbandingan BB

0 5 10 15 20 25

Perlakuan Kontrol

Ke lom pok

B

er

at

B

ad

an

(

g

r)

Gambar 9. Perbedaan Mean (± SD) Berat Badan Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Perbandingan ketebalan epitel pada setiap bagian uterus antara kelompok control dengan kelompok perlakuan menunjukkan, ketebalan epitel kelompok control pada setiap bagian uterus memiliki epitel yang lebih tebal disbanding dengan kelompok perlakuan. Tetapi setelah diuji dengan menggunakan uji t-test, hanya bagian caudal yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,03


(62)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Perbandingan Tiap Bgn Uterus

0 50 100 150 200 250 300

Caput Corpus Caudal

Bagian Uterus

K

et

eb

al

an

E

p

it

el

(

m

m

)

P K

Gambar 10. Perbedaan Mean (± SD) Ketebalan Epitel Pada Setiap Bagian Uterus Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Hasil pengukuran diameter pembuluh darah pada setiap bagian uterus antara kelompok control dan perlakuan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada bagian corpus dengan nilai p=0,04. Sedangkan pada bagian caput dan corpus, setelah diuji dengan uji t-test tampak ada perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok control dengan kelompok perlakuan.


(63)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Perbandingan Tiap Bgn Uterus

0 50 100 150 200 250

Caput Corpus Caudal

Bagian Uterus

D

iam

et

er

P

em

b

. D

ar

ah

(

m

m

)

P K

Gambar 11. Perbedaan Mean (± SD) Diameter Pembuluh Darah Pada Setiap Bagian Uterus Antara Kelompok Control Dan Perlakuan

Hasil penghitungan densitas kelenjar tiap bagian uterus pada kelompok control dan perlakuan, baik pada bagian caput, corpus dan caudal setelah diuji dengan menggunakan uji t-test tampak ada perbedaan yang tidak signifikan dengan nilai p>0,05.


(1)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Hasil Uji t-test Independent Perbandingan antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Tanpa Memandang Siklus

dan Bagian Uterus

B.U.U. kontrol B.U.U.Perlakuan K.Epitel.P K. Epitel. K

Mean 0.046308333 0.042758333 Mean 146.0414167 175.6075

Variance 0.001086219 0.001152921 Variance 1831.651964 2164.32742

Observations 12 12 Observations 12 12

Pooled Variance 0.00111957

Hypothesized Mean

Difference 0

Hypothesized Mean

Difference 0 df 22

Df 22 t Stat -1.620215566

t Stat 0.259883296 P(T<=t) one-tail 0.059716393

P(T<=t) one-tail 0.398685237 t Critical one-tail 1.717144335 t Critical one-tail 1.717144335 P(T<=t) two-tail 0.119432785 P(T<=t) two-tail 0.797370474 t Critical two-tail 2.073873058 t Critical two-tail 2.073873058

D.Pemb.Drah.P

D.pemb.Darah. K

Mean 130.8683333 152.8808333 Variance 628.248797 1130.797208

Observations 12 12

Hypothesized Mean

Difference 0

Df 20

t Stat -1.818115181

P(T<=t) one-tail 0.042028685 t Critical one-tail 1.724718218 P(T<=t) two-tail 0.084057371 t Critical two-tail 2.085963441


(2)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Perbandingan BB antara kelompok Kontrol dan Perlakuan

No Berat Badan

P K

1 20.3 21.6

2 23.6 22

3 18 20

4 18.3 24.2

5 17.1 19.5

6 15.6 16.9

7 16.3 18.6

8 17.6 17

9 20.5 19.9

10 19 19.7

11 20.3 18

12 18.8 20.5

Lampiran 7

Hasil Uji T-Test Independent Perbandingan BB antara kelompok Kontrol dan Perlakuan

BB. Perlakuan BB. Kontrol

Mean 18.78333333 19.825

Variance 4.743333333 4.454772727

Observations 12 12

Hypothesized Mean

Difference 0

df 22

t Stat -1.189789641

P(T<=t) one-tail 0.123405618 t Critical one-tail 1.717144335 P(T<=t) two-tail 0.246811236 t Critical two-tail 2.073873058


(3)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Perbandingan Ketebalan Epitel, D.Pemb.Darah, Densitas Kelenjar Pada tiap Bagian Uterus

Ketebalan Epitel D. Pemb. Darah Densitas Kelenjar

Caput Copus Caudal Caput Copus Caudal Caput Copus Caudal Caput Copus Caudal Caput Copus Caudal Caput Copus Caudal

P K P K P K

112.5 130 113.75 147.5 153.75 131.25 120 118.75 121.25 127.5 140 136.25 4.3 5.4 5.05 4.35 6.4 2 101.25 108.75 116.25 110 143.75 143.75 113.75 115 118.75 126.25 128.75 123.75 4.25 1.85 1.4 2.2 4.35 4.5

112.5 110 123.75 118.75 108.75 131.25 113.75 118.75 120 90 90 136.25 3.3 4.35 2.9 4 3.35 4.05 110 97.5 97.5 168.75 177.5 175 100 108.75 106.25 131.25 220.3 195 2.8 3.65 2.6 2.85 4.7 5.35 116.25 123.75 153.75 142.5 133.75 136.25 100 111.25 120 140 161.25 147.5 2.35 3.3 2.35 4.4 2.5 4.6 128.75 133.75 131.25 167.5 186.25 173.75 121.25 126.25 125 148.75 158.75 151.25 5.15 4.45 5 3.25 5.2 6.4 247.5 233.75 226.25 271.25 258.75 282.5 203.75 135 227.5 187.5 203.75 315.25 3.9 4.45 5.25 3.55 2.25 3.5 217.5 187.5 192.5 143.75 163.75 135 133.75 112.5 127.5 116.25 126.25 127.5 3.85 3.6 6.75 2.9 2.85 3.7 105 117.5 113.75 240 223.75 260 116.25 128.75 116.25 156.25 170 197.5 4.4 2.3 2.75 3.85 4.45 5.95 187.5 225 166.25 207.5 182.5 276.25 152.5 208.75 152.5 158.75 141.25 157.5 2.65 5.2 4.35 4.4 3.4 1.95 165 162.5 170 198.75 152.5 163.75 141.25 136.25 148.75 165 141.25 147.5 6.1 4.3 5.35 5.05 2.4 3 150 142.5 126.25 184.37 145 182.5 125 125 141.25 148.44 141.25 148.75 1.35 3.2 3.85 3 3.6 4.35

Lampiran 9

Hasil Uji Anova Perbandingan Ketebalan Epitel, D.Pemb.Darah, Densitas Kelenjar Pada tiap Bagian Uterus

KETEBALAN EPITEL PERLAKUAN

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 1753.75 146.1458333 2356.380208 Column 2 12 1772.5 147.7083333 2060.179924 Column 3 12 1731.25 144.2708333 1457.516572 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 71.09375 2 35.546875 0.018154449 0.982019151 3.284917651 Within Groups 64614.84375 33 1958.025568

Total 64685.9375 35


(4)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 2100.62 175.0516667 2315.507033 Column 2 12 2030 169.1666667 1656.628788 Column 3 12 2191.25 182.6041667 3311.777936

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1088.95955 2 544.479775 0.224252974 0.800320728 3.284917651 Within Groups 80123.05133 33 2427.971252

Total 81212.01088 35

D. PEMB.DARAH PERLAKUAN

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 1541.25 128.4375 797.7627841 Column 2 12 1545 128.75 715.9090909 Column 3 12 1625 135.4166667 1029.640152

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 373.0034722 2 186.5017361 0.219990785 0.803693624 3.284917651 Within Groups 27976.43229 33 847.7706755

Total 28349.43576 35


(5)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 1695.94 141.3283333 646.3122697 Column 2 12 1822.8 151.9 1212.388182 Column 3 12 1984 165.3333333 2764.799242

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 3473.818422 2 1736.909211 1.127009404 0.336153457 3.284917651 Within Groups 50858.49663 33 1541.166565

Total 54332.31506 35

DENSITAS KELENJAR PERLAKUAN

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 44.4 3.7 1.681363636

Column 2 12 46.05 3.8375 1.147784091 Column 3 12 47.6 3.966666667 2.490606061

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0.426805556 2 0.213402778 0.120345482 0.887001395 3.284917651 Within Groups 58.51729167 33 1.773251263

Total 58.94409722 35


(6)

Rosanti Muchsin : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L), 2009.

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 43.8 3.65 0.694090909 Column 2 12 45.45 3.7875 1.600965909 Column 3 12 49.35 4.1125 1.955511364

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1.35375 2 0.676875 0.47773025 0.624411942 3.284917651 Within Groups 46.75625 33 1.416856061