PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT

DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

ERMITIA NOVITASARI

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa. Desain yang digunakan adalah posttest only control group design, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data minat belajar dilakukan dengan cara menyebarkan angket pada setiap akhir pertemuan, sedangkan data hasil belajar dengan cara memberikan tes di akhir penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pem-belajaran NHT berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa.


(2)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa :

Ermitia Novitasari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913021040

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19620210 198501 2 003 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Dono Arum, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 24 November 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan berbahagia Bapak Taryadi dan Ibu Supami.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita pada tahun 1997, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Dono Arum pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Agung pada tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajaya Punduh dan menjalani Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMP Negeri 1 Sukajaya Punduh, Pesawaran. Selama menjadi pelajar, penulis pernah tercatat sebagai juara 3 Olimpiade Sains bidang studi Geofisika tingkat Kabupaten Lampung Tengah, dan mewakili Lampung Tengah dalam Olimpiade Sains Propinsi di Bandar Lampung

pada tahun 2008. Selanjutnya selama menjadi mahasiswa, aktif mengikuti organisasi yakni sebagai pengurus HIMAKSAKTA FKIP UNILA periode 2010/2011.


(5)

Motto

Think the best, do the best, for get all the best

Apapun yang terjadi, dalam kondisi apapun, tetaplah tersenyum. (Ermitia Novitasari)


(6)

P

ersembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah Rosululloh

Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada :

Ayahanda (Taryadi) dan ibunda tercinta (Supami), yang selalu memberikan

semangat

, nasehat, do’a, dan cinta kasih sepenuh hatinya untukku,

yang

menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

Adikku tersayang Muhammad Tova Maghribi yang menjadi pelipur

laraku.

Seluruh keluarga besarku, yang terus memberikan nasehat dan

do’anya

.

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh

kesabaran

Sahabat-sahabatku Meiko Herlian, Rudi Susilo, Mutiara, Vera

Yustiana, Maryunis, Fera Mulya Sari, Siti Nurzalbiah, Ayu Rahmah

Putri, dan semua teman-teman seperjunganku pendidikan matematika

2009 yang selalu mendukungku.

Seseorang yang telah hadir dalam hidupku, yang selalu menemaniku,

menghiburku, menuntunku, dan memberikan warna dalam hidupku.


(7)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah pada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua jurusan PMIPA, yang telah mem-berikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iii 3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, motivasi, semangat, nasehat, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah ber-sedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, dan sumbangan pikiran selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Ibu Ranni Rahmayati Z, S.Pd., M.A., selaku dosen pembantu yang telah ber-sedia meluangkan waktu untuk membimbing, dan sumbangan pikiran selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah mem-berikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 9. Ayahanda Taryadi, Ibunda Supami, Adinda Muhammad Tova Maghribi dan

keluarga besarku tercinta yang selalu menyayangi, mendoakan, menasehati, dan selalu menjadi motivator dalam hidupku.

10.Bapak Drs. Bahrunsyah, M.Pd. selaku kepala SMP Negeri 3 Bandar Lampung beserta wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.


(9)

iv 11.Ibu Gusnaini Anwar, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

12. Siswa-siswi di SMP Negeri 3 Bandarlampung yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini terutama di kelas VIIIA, VIIID, VIII C, dan IXC. 13.Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2009 yang memberikan kenangan

indah, persaudaraan, dan semangatnya selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan KKN dan PPL di SMP Negeri 1 Sukajaya Punduh, Pesawaran: Pipit, Cia, Made, Desma, Winy, Bang Ferdi, Kiki, Yuni, Ketut, Retna,Ayu, Ardi, dan Ahmad.

15.Kakak tingkat 2006 sampai 2008 dan adik tingkat 2010 sampai 2012.

16.Sahabat-sahabat kosan Rahayu: Silvi, Ayu, Yuni, Dona, Ana, Nurul, Ria, Desvi, Nuy, dan Rika, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.

17.Sahabat-sahabat terbaikku: Meiko, Rudi, Mutiara, May, Fero, Vera, Siti, dan Ayu.

18.Murid-muridku yang selalu memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. 19.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Pembelajaran Kooperatif ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ... 11

3. Pembelajaran Konvensional ... 15

4. Minat Belajar Siswa ... 15

5. Hasil Belajar Siswa ... 21

B. Kerangka Pikir ... 22

C. Anggapan Dasar ... 25

D. Hipotesis ... 25

1. Hipotesis Penelitian ... 26

2. Hipotesis Kerja ... 26 Halaman


(11)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 27

B. Desain Penelitian ... 28

C. Prosedur Penelitian ... 28

D. Data Penelitian... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

1. Uji Validitas Instrumen ... 31

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

1. Data Minat Belajar Matematika Siswa ... 34

2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 36

a) Uji Normalitas ... 36

b) Uji Hipotesis ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Data Minat Belajar Matematika Siswa ... 39

2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 40

B. Pembahasan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Enam Langkah/Fase dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

3.1 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 27

3.2 Desain Pelaksanaan Penelitian ... 28

3.3 Indikator Minat Belajar Siswa ... 31

3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 37

4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Nonparametris Data Minat Belajar Matema- tika Siswa ... 38

4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa ... 39

4.3 Rekapitulasi Uji Statistik Nonparametris Data Hasil Belajar Matema- tika Siswa ... 41


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .... 53

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 76

A.3 Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen ... 99

B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 115

B.2 Soal Tes Hasil Belajar Sebelum Ujicoba ... 117

B.3 Soal Tes Hasil Belajar Setelah Ujicoba ... 119

B.4 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 121

B. 5 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 124

B.6 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 126

B.7 Angket Sebelum Ujicoba ... 129

B.8 Angket Setelah Ujicoba ... 131

B.9 Form Penilaian Validitas Angket ... 133

C.Analisis Data C.1 Kode Siswa Kelas Eksperimen ... 137

C.2 Kode Siswa Kelas Kontrol ... 138

C.3 Kode Siswa Kelas Ujicoba ... 139

C.4 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 140

C.5 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 141

C.6 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Ujicoba ... 142


(14)

ix

C.8 Skor Skala Pengukuran Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 145

C.9 Skor Skala Pengukuran Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen 146 C.10 Perhitungan Uji Validitas Skala Pengukuran Minat Belajar Ma- temaika Siswa ... 147

C.11 Skor Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Ujicoba ... 153

C.12 Perhitungan Uji Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar Matema- tika Siswa ... 154

C.13 Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Pengukuran Minat Belajar- Matematika Siswa ... 156

C.14 Perhitungan Uji Relibilitas Soal Tes Hasil Belajar Matematika- Siswa ... 159

C.15 Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas- Kontrol ... 160

C.16 Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eks perimen ... 163

C.17 Perhitungan Uji Hipotesis Data Minat Belajar Matematika Siswa 166 C.18 Perhitungan Uji Mann-Whitney U Data Hasil Belajar Matematika Siswa Tiap Pertemuan ... 167

C.19 Uji Hipotesis Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 174

D.Lain-lain D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 177

D.2 Surat Izin Penelitian ... 178

D.3 Surat Keterangan Penelitian ... 179

D.4 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 180

D.5 Daftar Hadir Seminar Hasil Penelitian ... 182

D.6 Kesediaan Pembimbing/ Pembahas ... 185

D.7 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ... 186

D.8 Form Penilaian Validitas Tes Hasil Belajar Matematika ... 188

D.9 Saran-Saran Perbaikan Skripsi ... 189


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang juga dituangkan dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Oleh karena itu, pada jenjang SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, mata pelajaran matematika selalu diberikan pada peserta didik. Dalam pasal tersebut dijelaskan pula bahwa bahan kajian matematika antara lain, berhitung, ilmu ukur, dan aljabar, dengan tujuan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir siswa. Menurut Conelius (dalam Abdurrahman, 2009: 253) :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pentingnya penguasaan dan banyaknya manfaat di bidang matematika membuat banyak pihak menaruh perhatian terhadap proses penguasaan matematika. Ironinya, matematika sejak dahulu dianggap oleh siswa sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan (Nawangsari dalam Astuti, 2011: 2). matematika telah


(16)

2 diberi label negatif di kalangan siswa, yaitu sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan, sehingga menimbulkan minat yang rendah untuk belajar (Astuti, 2011: 2). Selain itu, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran.

Pada model pembelajaran konvensional, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru daripada mencari atau menemukan sendiri hal yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi kurang antusias mengikuti pelajaran matematika, bahkan tak jarang siswa mengantuk ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut yang menyebabkan banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Jika siswa kurang berminat terhadap matematika, siswa tidak dapat menerima materi dengan maksimal sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan (Supardi, 2011).

Kondisi tersebut juga terjadi pada siswa SMP Negeri 3 Bandar Lampung. Guru masih menggunakan pengajaran yang berpusat pada guru, sehingga tak heran jika siswa di SMP Negeri 3 Bandar Lampung merasa kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 3 Bandar Lampung juga masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pembelajaran, perlu memilih model pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.


(17)

3 Ada beberapa jenis model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Bern dan Erickson dalam Komalasari, 2011: 62). Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus saling membantu temannya dalam memahami pelajaran, saling berdiskusi menyelesaikan tugas, saling bertanya antar teman jika belum memahami pelajaran. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Selain itu, siswa juga lebih antusias karena pembelajaran yang dihadirkan di kelas lebih bervariasi. Siswa tidak hanya duduk, diam, dan mendengarkan, namun siswa lebih banyak berinteraksi, saling berkomunikasi, dan berbagi informasi.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam tipe, salah satunya ialah Numbered Heads Together (NHT). NHT adalah pembelajaran kooperatif yang memiliki empat langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, lebih ditekankan pada adanya penomoran. Pada tahap penomoran inilah siswa dituntut untuk lebih bertanggung jawab dan lebih siap. Siswa harus benar-benar memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, siswa harus berusaha untuk memahami materi dengan cara berdiskusi dengan teman, atau mencari dari sumber belajar yang lain. Hal ini tentunya akan berdampak positif terhadap minat belajar siswa, karena siswa lebih antusias dan aktif mencari sumber belajar. Jika siswa lebih aktif mencari dan menemukan sendiri bahan


(18)

4 pelajaran atau sumber belajar, tentunya siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Jika siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari tentunya hasil belajar matematika siswa juga akan lebih baik. Dengan demikian diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menjadikan siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran serta dapat meningkatkan penguasaan akademik siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?”

Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah minat belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada minat belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?


(19)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, sebagai acuan atau referensi untuk peneliti (peneliti yang relevan) dan pada penelitian yang sejenis.

b. Bagi guru untuk menjadi pertimbangan dalam memilih model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam tujuan dan untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya pembatasan pengertian dalam penelitian. Adapun pengertian-pengertian yang menyangkut dalam penelitian ini adalah:

a. Pengaruh berarti daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu yang berkuasa atau yang berkekuatan. Sesuatu yang berkekuatan dalam hal ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari minat dan hasil belajar matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan


(20)

6 berpengaruh jika minat dan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan dengan minat dan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima).

b. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran kooperatif yang me-miliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Setiap siswa dalam tiap kelompok memiliki nomor yang berbeda dan kemampuan akademik yang heterogen.

c. Minat belajar merupakan perhatian, kesukaan, ketertarikan terhadap matematika sehingga menimbulkan keinginan untuk belajar matematika. d. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari

kemampuan kognitif siswa.

e. Materi pembelajaran dalam penelitian adalah lingkaran. Pokok bahasan menentukan unsur, bagian lingkaran, serta ukurannya. Kompetensi dasar menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah, serta kompetensi dasar menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif

Roger (dalam Huda, 2011: 29) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan didorong untuk meningkatkan aktivitas belajar anggota-anggota yang lain. Dipihak lain, Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2011: 62) juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan belajarnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Taniredja, dkk (2012: 55) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok


(22)

8

dan interaksi antarsiswa dengan menggunakan kelompok belajar kecil yang di dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan didorong untuk meningkatkan aktivitas belajar anggota-anggota yang lain dalam menye-lesaikan tugas-tugas yang terstruktur untuk mencapai tujuan belajarnya.

Menurut Linda Lungren dalam Ibrahim (2011) ada beberapa manfaat pembelajar-an kooperatif bagi siswa dengpembelajar-an prestasi belajar ypembelajar-ang rendah, yaitu:

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah 4. Memperbaiki kehadiran

5. Angka putus sekolah menjadi rendah

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar 7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

8. Konflik antar pribadi berkurang 9. Sikap apatis berkurang

10.Pemahaman yang lebih mendalam 11.Motivasi lebih besar

12.Hasil belajar lebih tinggi 13.Retensi lebih lama

14.Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Ibrahim (2011) juga mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah, antara lain sebagai berikut.

1. Siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

2. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 3. Meningkatkan ingatan siswa.

4. Meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.

Menurut Karlina (2008), Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.


(23)

9

b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

d.Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Lebih lanjut, Karlina (2008) mengungkapkan bahwa terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat pembelajaran kooperatif ialah siswa lebih banyak meluangkan waktu untuk mengerjakan tugas, dapat meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008: 31) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu: (1) saling ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.


(24)

10

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibrahim (2011) yang mengatakan bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu adanya ketergantungan positif antaranggota kelompok. Ketergantungan positif yang dimaksud ialah suatu persepsi bahwa dalam suatu kegiatan kelompok apa yang dilakukan dan dicapai seorang anggota kelompok berhubungan dan saling berkaitan dengan apa yang dilakukan dan dicapai oleh anggota kelompok yang lain. Selain itu, siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya sehingga siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. Selanjutnya, siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok dan siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Ibrahim (2011), langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.


(25)

11

Tabel 2.1 Enam Langkah/Fase dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah/fase Kegiatan guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan me- motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipaparkan/masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: http://www.sarjanaku.com

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

NHT merupakan tipe pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2008: 59), yang bertujuan untuk mendorong siswa meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat.


(26)

12

Selain itu, Lie (2008: 56) menyatakan struktur pembelajaran NHT dapat memberikan kesempatan bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Melalui pembelajaran konvensional memungkinkan hanya satu siswa dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, namun melalui pembelajaran struktural ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Pemberian nomor pada metode NHT akan membuat aktivitas siswa lebih terstruktur baik dalam diskusi maupun saat mengungkapkan hasil diskusi.

Jadi pembelajaran kooperatif tipe NHT ialah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mem- pengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, mendorong siswa meningkatkan semangat kerja sama dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat.

Lie dalam Layla (2012) mengungkapkan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu:

1. siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor,

2. guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, 3. kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini,

4. guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.


(27)

13

Hanafiah (2012: 42) juga mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut.

1. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6. Kesimpulan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada empat tahapan utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Pada tahap penomoran, peserta didik dibagi dalam kelompok dan setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda. Pada tahap pengajuan pertanyaan, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Pada tahap berpikir bersama, kelom-pok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelomkelom-pok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. Tahap terakhir yaitu tahap pemberian jawaban, guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka dan guru tidak memberitahukan sebelumnya nomor yang akan dipanggil.

Ibrahim (dalam Herdian, 2009) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.


(28)

14

3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Lundgren dalam Ibrahim (2011) mengungkapkan ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah, antara lain sebagai berikut.

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 2. Memperbaiki kehadiran.

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

5. Konflik antara pribadi berkurang. 6. Pemahaman yang lebih mendalam.

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8. Hasil belajar lebih tinggi.

Menurut Reikson Panjaitan (dalam Nico, 2012), kelebihan dan kelemahan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan

a. Setiap siswa menjadi siap semua.

b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 2. Kelemahan

a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

c. Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.

Selain itu, kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana dijelaskan oleh Hill dalam Tryana (2011) adalah sebagai berikut.

model NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.


(29)

15

Jadi, tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik serta mengembangkan keterampilan sosial siswa. Selain itu, manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT ialah me-ningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, serta meningkatkan rasa percaya diri siswa.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional atau konservatif saat ini paling disukai oleh para guru. Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam Sunartombs, 2009), pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerang-kan dan siswa mendengarmenerang-kan atau mencatat apa yang disampaimenerang-kan guru. Salah satu ciri kelas dengan pembelajaran secara biasa yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional yang di-maksud adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah atau memberi penjelasan materi secara lisan kepada siswa, dan pembelajaran ini adalah pem-belajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dan siswa lebih banyak sebagai penerima.

4. Minat Belajar Siswa

Menurut Hilgard dalam Slameto (2010: 57) minat adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan menikmati beberapa aktivitas atau kegiatan. Menurut


(30)

16

Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Selanjutnya, menurut Sardiman A.M. (2012:76) minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila sesorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang di-hubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Sedangkan menurut Bernard dalam Sardiman (2012: 76), minat timbul tidak secara tiba-tiba/spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Di sisi lain, menurut Getzel dalam Mardapi (2008: 106) minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Selain itu, menurut Zanikhan (2008) dikatakan sebagai berikut.

Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab jika tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan


(31)

17

kelanjutan dari unsur kognisi. Dari ketiga unsur inilah yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah ke-cenderungan untuk memberikan perhatian atau rasa lebih suka atau ketertarikan pada suatu hal, objek, aktivitas atau kegiatan, tanpa ada yang menyuruh yang disertai dengan keaktifan berbuat. Dengan demikian minat belajar ialah ke-cenderungan untuk memberikan perhatian atau rasa lebih suka atau ketertarikan pada kegiatan pembelajaran tanpa ada yang menyuruh yang disertai keaktifan bertanya, diskusi, menyampaikan pendapat, atau kegiatan pembelajaran lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dapat ditemukan dalam diri siswa itu sendiri. Namun pada dasarnya faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam faktor intern (dalam diri), faktor ekstern (dari luar diri) siswa yang belajar dan faktor teknik atau pendekatan belajar. Purwanto dalam Zanikhan (2008) mengungkapkan bahwa ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu di-perhatikan yakni:

a.Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik itu kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.

b.Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti: lingkungan, orang tuanya, dan bisa saja gurunya.

Hal tersebut juga didukung oleh Slameto (2010: 180) yang mengatakan bahwa minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi


(32)

18

penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.

Slameto (2010: 181) mengungkapan bahwa minat siswa dapat ditingkatkan dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya ialah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mem-pelajarinya. Lebih lanjut Slameto (2010: 176) mengatakan bahwa guru harus me-melihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Selain itu, Purwanto dalam Zanikhan (2008) mengungkapkan bahwa minat itu timbul dengan menyatakan diri dalam kecenderungan umum untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan dari pengalaman, anak bisa berkembang kearah berminat atau tidak berminat kepada sesuatu. Di sisi lain, Rooijakkers dalam Slameto (2010: 181) berpendapat bahwa cara efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner & Tanner dalam Slameto (2010: 181) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk


(33)

19

minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.

Jadi, minat ada yang dibawa sejak lahir ada juga yang tidak dibawa sejak lahir. Minat yang dibawa sejak lahir ialah minat karena adanya bakat, sedangkan minat yang tidak dibawa sejak lahir dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan, orang tua, guru, akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Beberapa ahli berpendapat bahwa cara efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah ada. Untuk meningkatkan minat belajar siswa dapat di-lakukan dengan cara menghubungkan pelajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa atau dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu serta menguraikan kegunaan bagi siswa di masa yang akan datang.

Menurut Slameto (Season: 2010) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. 4. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. 5. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya. 6. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.


(34)

20

Purwanto dalam Zanikhan (2008) mengungkapkan bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang pelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah mem-bantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk di-pelajari dengan diri sendiri sebagai individu. Jadi, minat sangat besar pengaruh-nya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik.

Siswa dikatakan berminat dalam belajar jika mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari, adanya rasa suka dan senang terhadap mata pelajaran, memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan terhadap proses pembelajaran, adanya rasa keterikatan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Menurut Arikunto (2010: 180) minat siswa dalam pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan skala pengukuran minat yang berbentuk angket atau kuisioner. Menurut Mardapi (2008: 112) instrumen minat bertujuan untuk mem- peroleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang


(35)

21

selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran.

5. Hasil Belajar Siswa

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain (Indahf, 2011). Dimyati (2002: 3) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupa-kan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa.

Di sisi lain, Gagne dalam Suprijono (2010: 7) mengemukakan sebagai berikut. Hasil belajar berupa: (1) informasi verbal (kapasitas mengungkapkan

pengetahuan dalam bahasa, baik lisan maupun tulisan), (2) keterampilan intelektual (kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang), (3) strategi kognitif (kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri), (4) keterampilan motorik (kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani), (5) sikap (kemampuan menerima atau menolak penilaian terhadap objek tertentu.

Sedangkan menurut pendapat Hamalik (2002: 155) dikatakan sebagai berikut. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.


(36)

22

Jadi yang dimaksud hasil belajar ialah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan tindak belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar yang ditandai dengan adanya perolehan informasi verbal, keterampilan intelektual, serta perubahan sikap.

Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. Abdullah (2008) menyatakan:

Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan keadaan menjadi lebih baik, yang mencakup menambah pengetahuannya, lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, mengembangkan keterampilannya, serta lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Melalui hasil belajar siswa juga dapat diketahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

B. Kerangka Pikir

Pada kenyataannya matematika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami bahkan sebagian menganggapnya sebagai sesuatu yang


(37)

23

menakutkan. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran siswa hanya dituntut untuk menghafal informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru tanpa memberikan pengalaman langsung sehingga rasa ketertarikan terhadap matematika rendah, yang nantinya mengakibatkan minat dan hasil belajar matematika rendah.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk mengembangkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap minat dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT terdiri dari empat langkah utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban.

Pada tahap penomoran siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang ber-anggotakan tiga sampai lima orang dengan kemampuan heterogen yang me-rupakan campuran menurut tingkat kemampuannya berdasarkan hasil ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Setiap siswa dalam kelompok juga diberi nomor yang berbeda sesuai dengan jumlah siswa dalam kelompok tersebut.

Pada tahap pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan dalam bentuk LKS. Pengajuan pertanyaan dalam bentuk LKS bertujuan untuk mempermudah mengarahkan siswa memahami materi yang sedang dipelajari, dan mengefektifkan


(38)

24

waktu belajar. LKS yang diberikan berisi langkah-langkah kegiatan yang mengarahkan siswa untuk memahami sendiri tujuan kegiatan pembelajaran.

Pada tahap berpikir bersama, siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS sehingga setiap siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan lain sebagainya. Hal tersebut menyebabkan siswa lebih senang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Siswa harus memperhatikan bahan pelajaran atau sumber bacaan yang lain agar dapat menyelesaikan serta memahami LKS. Siswa juga harus mencari dan melakukan kegiatan yang tercantum dalam LKS. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh siswa diharapkan siswa menjadi lebih senang mengikuti pembelajaran karena pembelajaran dalam kelas lebih bervariasi. Dalam menyelesaikan LKS, siswa yang belum memahami materi dapat berdiskusi dengan siswa yang lebih memahami materi atau siswa yang telah memahami materi namun pemahamannya kurang tepat dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan siswa lainnya. Sehingga semua siswa dalam kelompok memahami materi yang sedang dipelajari.

Siswa akan lebih antusias mengikuti pembelajaran karena siswa saling berinteraksi satu sama lain. Komunikasi yang terjalin bukan hanya komunikasi satu arah melainkan komunikasi multiarah, yaitu antara guru dengan siswa, siswa


(39)

25

dengan guru, dan antarsiswa. Komunikasi inilah yang menyebabkan siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Pada tahap pemberian jawaban, secara acak guru memanggil nomor siswa tanpa diberitahu terlebih nomor yang akan dipanggil. Siswa yang nomornya dipanggil oleh guru harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Di sinilah siswa dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan kelompoknya. Siswa harus lebih mempersiapkan diri dengan memahami jawaban dari kelompok mereka serta materi yang sedang diajarkan. Siswa yang nomornya tidak dipanggil harus memperhatikan siswa yang sedang mempresentasikan jawabannya karena mungkin saja nomor merekalah yang akan dipanggil selanjutnya. Hal tersebut membuat siswa lebih antusias dan memberikan perhatiannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan. Siswa diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena merasa merekalah yang akan ditunjuk oleh guru. Interaksi yang positif ini lebih efektif untuk mengoptimalkan hasil belajar. Selain itu, siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar akan diberikan poin yang nantinya akan ditukar dengan hadiah di akhir penelitian. Hal ini tentu akan memotivasi siswa untuk lebih giat dan serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

C. Anggapan Dasar

1. Semua siswa kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


(40)

26

2. Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan.

D. Hipotesis

1. Hipotesis Penelitian:

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa.

2. Hipotesis Kerja :

a) Minat belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada minat belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b) Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi dalam tujuh kelas (VIII.A-VIII.G) dan tidak ada kelas unggulan. Berdasarkan data nilai ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 pada Tabel 3.1 diketahui bahwa hasil belajar siswa setiap kelas pada pembelajaran sebelumnya berbeda.

Tabel 3.1 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 No. Kelas Jumlah

Siswa

Rata-rata Nilai ujian akhir semester ganjil

1. VIII.A 33 40,65

2. VIII.B 36 39,6

3. VIII.C 34 42,65

4. VIII.D 35 40,55

5. VIII.E 35 38,8

6. VIII.F 34 41,65

7. VIII.G 35 42,7

Jumlah populasi 242 286,38

Rata-rata nilai populasi 40,91

Sumber : SMPN 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu mengambil dua kelas yang diajar oleh guru yang sama dan rata-rata nilai ujian akhir semester ganjilnya relatif sama dengan nilai rata-rata populasi. Dari Tabel


(42)

28

3.1 dapat dilihat bahwa kelas yang memiliki rata-rata yang hampir sama dengan rata-rata populasi ialah kelas VIII.A dan VIII.D. Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini ialah kelas VIII.A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII.D sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control design yang merupakan bentuk desain penelitian eksperimen semu. Pada desain ini kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran kooperatif tipe NHT. Desain pelaksanaan penelitian digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Desain Pelaksanaan Penelitian.

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran NHT C = Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen

O2 = Skor post-test pada kelas kontrol

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan 2. Merencanakan penelitian


(43)

29

3. Menentukan populasi dan sampel.

4. Menetapkan materi pelajaran dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam penelitian.

5. Membuat instrumen penelitian 6. Melakukan uji validitas isi instrumen 7. Melakukan uji coba instrumen penelitian

8. Melakukan validasi dan reliabilitas butir-butir item instrumen 9. Melakukan perbaikan instrumen

10. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

10.Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 11.Menganalisis data hasil penelitian

12.Menyusun laporan hasil penelitian.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini ialah data minat belajar matematika siswa yaitu berupa data kualitatif yang diangkakan (skoring) dan hasil belajar matematika siswa berupa data kuantitatif. Data minat belajar matematika siswa berupa data ordinal sedangkan data hasil belajar matematika siswa berupa data interval.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes.


(44)

30

1. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa. Tes diberikan pada siswa kelas eksperimen maupun kontrol di akhir penelitian (pertemuan kedelapan).

2. Non-tes

Teknik non-tes yang digunakan ialah skala bertingkat (rating scale). Skala digunakan untuk memperoleh data minat belajar matematika siswa. Skala diberikan pada siswa kelas eksperimen maupun kontrol pada setiap akhir pertemuan (sebanyak tujuh kali pertemuan). Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung, jam pelajaran matematika dalam satu minggu sebanyak enam jam pelajaran atau tiga kali pertemuan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan ialah tes dan skala. 1. Tes Uraian Singkat

Tes berupa soal esai sebanyak 5 butir soal. Soal tes tersebut mewakili kompetensi dasar menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah serta kompetensi dasar menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Untuk menyelesaikan soal tes diberikan waktu 80 menit.

2. Skala Pengukuran Minat Belajar Siswa

Skala pengukuran minat berbentuk pernyataan sebanyak 25 pernyataan. Skala ini terdiri dari empat pilihan jawaban dengan masing-masing pilihan jawaban memiliki bobot nilai yang berbeda. Untuk menyelesaikan pengisian


(45)

31

skala diberikan waktu 10-15 menit. Menurut Slameto (dalam Season, 2010) pernyataan dalam skala pengukuran minat siswa harus memenuhi beberapa indikator. Berikut indikator yang harus dipenuhi dalam skala.

Tabel 3.3. Indikator Minat Belajar Siswa

Variabel Indikator Deskriptor

Minat belajar matematika siswa

1. Perhatian

1.1 perhatian terhadap bahan pelajaran 1.2 memahami mata pelajaran

1.3 menyelesaikan soal-soal pelajaran 2. Ketertarikan

2.1 ketertarikan terhadap bahan pelajaran 2.2 ketertarikan menyelesaikan soal-soal 3. Rasa senang

3.1 rasa senang mengetahui bahan belajar 3.2memahami bahan belajar

3.3 kemampuan menyelesaikan soal-soal

1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, dan 4= sangat setuju

2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1= sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.

1. Uji Validitas Instrumen

a) Uji Validitas Isi (Content Validity)

Untuk uji validitas isi, digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Uji validitas isi untuk skala pengukuran minat belajar matematika didasarkan pada penilaian salah satu dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung (Lampiran B.10), sedangkan untuk tes hasil belajar matematika siswa didasarkan pada penilaian guru matematika SMP Negeri 3 Bandar Lampung.


(46)

32

Instrumen yang dikategorikan valid ialah yang telah dinyatakan sesuai antara isi instrumen dengan kisi-kisi instrumen.

b) Uji Validitas Butir-Butir Instrumen

Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka langkah selanjutnya ialah dilakukan ujicoba instrumen dan dianalisis dengan analisis item. Untuk menganalisis item instrumen digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

=

�∑ −(∑ )(∑ )

{(

�∑ 2

−(∑ )2

)(

�∑ 2−(∑ )2

)}

Keterangan:

� : koefisien korelasi tiap item N : banyaknya subjek uji coba ∑ : jumlah skor item

∑ : jumlah skor total

∑ 2 : jumlah kuadrat skor item

∑ 2 : jumlah kuadrat skor total

Menurut Arikunto (2010: 75) penafsiran signifikan tidaknya korelasi didasarkan pada r produt moment. Jika �hitung > �tabel maka korelasi tersebut signifikan. Berdasarkan perhitungan (lampiran C.10 hal. 147), diketahui bahwa sebanyak 25 butir soal dinyatakan valid. Soal-soal yang valid telah mewakili setiap indikator minat belajar matematika siswa. Indikator perhatian terwakili oleh 9 butir soal yaitu nomor 1, 2, 3, 31, 30, 33, 7, 26 dan 34. Indikator ketertarikan terwakili oleh


(47)

33

5 butir soal yaitu nomor 4, 29, 32, 10, dan 22. Indikator rasa senang terwakili oleh 11 butir soal yaitu nomor 5, 8, 15, 35, 36, 13, 16, 17, 28, 11, dan 20.

Berdasarkan perhitungan (lampiran C.12 hal. 154), diketahui bahwa sebanyak 5 butir soal dinyatakan valid. Soal-soal yang valid telah mewakili setiap kompetensi dasar. Kompetensi dasar menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah terwakili oleh 3 butir soal yaitu nomor 1, 2, dan 3. Kompetensi dasar menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran terwakili oleh 2 butir soal yaitu nomor 4, dan 5.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Perhitungan koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2010: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung koefisien reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha:

r11 = n

n−1 1− ∑ σi2

σt2

keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes ∑ σi2 = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item

σt2 = Varian total

Harga r11yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas yang dikemukakan oleh Arikunto (2010: 75) yaitu:

a. Antara 0.800 sampai dengan 1.000: sangat tinggi b. Antara 0.600 sampai dengan 0.800: tinggi


(48)

34

c. Antara 0.400 sampai dengan 0.600: cukup d. Antara 0.200 sampai dengan 0.400: rendah

e. Antara 0.000 sampai dengan 0.200: sangat rendah.

Berdasarkan perhitungan r11, diperoleh harga r11 untuk skala minat belajar matematika siswa (lampiran C.13 hal. 156) sebesar 0,839, sedangkan untuk tes hasil belajar matematika siswa (lampiran C.14 hal. 159) sebesar 0,55. Hal ini berarti tingkat reliabilitas skala minat belajar matematika siswa sangat tinggi, sedangkan tingkat reliabilitas instrumen tes hasil belajar matematika siswa cukup/sedang. Oleh karena itu, kedua instrumen penelitian tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Minat Belajar Matematika Siswa

Pengisian skala minat belajar dilakukan setiap akhir pertemuan atau akhir pembelajaran, namun uji hipotesis data minat belajar matematika belajar dilakukan satu kali yaitu dengan cara mengakumulasikan skor minat belajar dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketujuh. Pemberian skor pada skala minat belajar matematika siswa didasarkan pada ketentuan checklist yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena data minat belajar matematika siswa berupa data ordinal, maka uji hipotesis yang dilakukan menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U atau uji-U. Berikut langkah uji Mann-Whitney U atau uji-U:

1) Hipotesis Uji


(49)

35

(minat belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah atau sama dengan minat belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

�1 ∶ �1 > �2

(minat belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari minat belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

2) Statistik Uji

1 1 1 2 1 1 2 ) 1 ( R n n n n

U    

dan 2 2 2 2 1 2 2 ) 1 ( R n n n n

U    

Keterangan:

n1 : jumlah siswa pada kelas eksperimen n2 : jumlah siswa pada kelas kontrol

U1 : jumlah peringkat pada kelas eksperimen U2 : jumlah peringkat pada kelas kontrol R1 : jumlah rangking pada kelas eksperimen R2 : jumlah rangking pada kelas kontrol

Dari kedua nilai U tersebut yang digunakan ialah nilai U yang kecil.

3) Kriteria uji: H0 diterima apabila Uhitung Utabel, dan taraf nyata α = 0,05. Untuk harga-harga U lainnya H0 ditolak. (Sugiyono, 2010 : 153)

Dalam penelitian ini untuk melakukan uji Mann-Whitney U digunakan program SPPS Statistics 17.0.


(50)

36

2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Data hasil belajar matematika siswa berupa data kuantitatif. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji ketaksamaan dua rata-rata. Sebelum me-lakukan uji ketaksamaan dua rata-rata perlu dime-lakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas data.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat data hasil belajar matematika berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Berikut langkah-langkah uji normalitas yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 79):

a. Hipotesis

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b. Statistik Uji

�2 = ( − h)2 h

=1

Keterangan:

2

 = Harga Chi-kuadrat

o = Frekuensi/jumlah data hasil observasi h = Frekuensi/jumlah yang diharapkan

k = Banyaknya kelas interval

c. Kriteria uji : terima H0 jika �2 < �2 dengan dk = k-3 dan taraf signifikansi yang digunakan � = 5%


(51)

37

Setelah dilakukan perhitungan �2data hasil belajar matematika siswa, diperoleh harga �2 seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Perhitungan selengkap-nya pada lampiran C.15 dan C.16.

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas Eksperimen Kontrol

�2 7,03 15,93

�2 7,81 7,81

Keterangan Normal Tidak normal

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa harga �2 pada kelas eksperimen sebesar 7,03, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 15,93. Pada taraf nyata 5% dan dk = 3 dari tabel chikuadrat diperoleh �2 = 7,81. Sesuai dengan kriteria pengujian, jika �2 < �2 maka terima H0. Hal ini berarti data hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan data hasil belajar matematika siswa kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Karena data hasil belajar matematika siswa kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas.

b) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, diketahui bahwa data hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis menggunakan uji statistik nonparametris yaitu uji Mann-Whitney U atau uji-U.


(52)

Langkah-38

langkah uji Mann-Whitney U atau uji-U sama dengan uji hipotesis minat belajar matematika siswa yang telah dijelaskan sebelumnya.


(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini ditunjukkan minat dan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran NHT lebih tinggi daripada minat dan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran NHT hendaknya diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memahami dan menerima pelajaran matematika, namun dalam penerapannya harus diimbangi dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang optimal.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran NHT, sebaiknya model pembelajaran ini diterapkan pada materi matematika yang memungkinkan siswa dapat memahami materi


(54)

46

dengan membaca materi yang ada. Selain itu, ketika pembagian kelompok harus diperhatikan kondisi kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Astuti, Muji. 2011. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 18 Semarang. [artikel online]. Diakses tanggal 21 April 2013. http://eprints.undip.ac.id/24784/1/JURNAL_MUJI_A__M2A605053_.pdf Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah,dkk, Nanang. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together). [online]. Diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://herdy07.word-press.com/2009 /04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan

Model Terapan. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

Ibrahim. 2011. Pengertian Kooperatif. [online]. Diakses tanggal 13 Desember 2012. http://www.sarjanaku.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw.html.

Indahf. 2011. Pengertian dan Definisi Belajar Menurut Para Ahli. [online]. Diakses tanggal 31 Oktober 2012. http://carapedia.com/pengertian-definisi_belajar_menurut_para_ahli_ info499.html

Karlina, Ina. 2008. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. [artikel online]. Diakses tanggal 13 Desember 2012. www.sdbinatalenta.com/ arsipartikel/artikel_ina.pdf.


(56)

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Layla, Alvita. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V Sd Negeri Klegung 1 Tempel. Jurnal online. Diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://eprints.uny. ac.id/8605/

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Nico. 2012. Model Pembelajaran NHT (Number Heads Together). [On line]. diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://elnicovengeance.wordpress. com/2012/09/23/model-pembelajaran-nht-number-heads-together/.

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Season. 2010. [online]. Diakses tanggal 29 November 2012. http://www.-informasiku.com/2010/12/minat-belajar-untuk meningkatkan. html.

Slameto, Drs. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [Online]. Diakses tanggal 29 September 2012. http://sunartombs.wordpress.com/?s =pembelajaran+konvensional.

Supardi., dkk. 2011. Pengaruh Media Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif 2(1) ISSN: 2088-351X. http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/738/1/Supardi,%20dkk% 2071-81.pdf. diakses tanggal 16 April 2012.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taniredja dkk, Tukiran. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: PT Alfabeta.

Tryana. 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numberede heads together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. [Online]. diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://www.tuanguru.com/2011/12/pembelajar-an-kooperatif-tipe-nht.html.


(57)

Zanikhan. 2008. Minat Belajar Siswa. [On line]. Diakses tanggal 30 September 2012. . http://zanikhan.multiply.com.


(1)

38 langkah uji Mann-Whitney U atau uji-U sama dengan uji hipotesis minat belajar matematika siswa yang telah dijelaskan sebelumnya.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini ditunjukkan minat dan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran NHT lebih tinggi daripada minat dan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran NHT hendaknya diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memahami dan menerima pelajaran matematika, namun dalam penerapannya harus diimbangi dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang optimal.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran NHT, sebaiknya model pembelajaran ini diterapkan pada materi matematika yang memungkinkan siswa dapat memahami materi


(3)

46 dengan membaca materi yang ada. Selain itu, ketika pembagian kelompok harus diperhatikan kondisi kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Astuti, Muji. 2011. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 18 Semarang. [artikel online]. Diakses tanggal 21 April 2013. http://eprints.undip.ac.id/24784/1/JURNAL_MUJI_A__M2A605053_.pdf Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah,dkk, Nanang. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together). [online]. Diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://herdy07.word-press.com/2009 /04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan

Model Terapan. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

Ibrahim. 2011. Pengertian Kooperatif. [online]. Diakses tanggal 13 Desember 2012. http://www.sarjanaku.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw.html.

Indahf. 2011. Pengertian dan Definisi Belajar Menurut Para Ahli. [online]. Diakses tanggal 31 Oktober 2012. http://carapedia.com/pengertian-definisi_belajar_menurut_para_ahli_ info499.html

Karlina, Ina. 2008. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. [artikel online]. Diakses tanggal 13 Desember 2012. www.sdbinatalenta.com/ arsipartikel/artikel_ina.pdf.


(5)

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Layla, Alvita. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V Sd Negeri Klegung 1 Tempel. Jurnal online. Diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://eprints.uny. ac.id/8605/

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Nico. 2012. Model Pembelajaran NHT (Number Heads Together). [On line]. diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://elnicovengeance.wordpress. com/2012/09/23/model-pembelajaran-nht-number-heads-together/.

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Season. 2010. [online]. Diakses tanggal 29 November 2012. http://www.-informasiku.com/2010/12/minat-belajar-untuk meningkatkan. html.

Slameto, Drs. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [Online]. Diakses tanggal 29 September 2012. http://sunartombs.wordpress.com/?s =pembelajaran+konvensional.

Supardi., dkk. 2011. Pengaruh Media Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif 2(1) ISSN: 2088-351X. http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/738/1/Supardi,%20dkk% 2071-81.pdf. diakses tanggal 16 April 2012.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taniredja dkk, Tukiran. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: PT Alfabeta.

Tryana. 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numberede heads together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. [Online]. diakses tanggal 23 Oktober 2012. http://www.tuanguru.com/2011/12/pembelajar-an-kooperatif-tipe-nht.html.


(6)

Zanikhan. 2008. Minat Belajar Siswa. [On line]. Diakses tanggal 30 September 2012. . http://zanikhan.multiply.com.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Ganjil SMK Negeri 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 13 60

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 28 57

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 47

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2

0 3 120