PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMPN 2 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Riya Ardila Dau

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh

RIYA ARDILA DAU

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Natar tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 185 siswa yang terdistribusi dalam enam kelas dan Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling dan diperoleh kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan VII A sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Data penelitian pemahaman konsep matematis siswa diperoleh melalui posttes.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pembelajaran konvensional. Dengan demikian, disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Kata Kunci : Pengaruh, NHT, Pemahaman Konsep Matematis


(3)

(4)

(5)

xii DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran ... 9

2. Model pembelajaran Kooperatif ... 11

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together ... 14

4. Pemahaman Konsep Matematis ... 15

B. Kerangka Pikir ... 17

C. Hipotesis ... 19 Halaman


(6)

xiii

A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Analisis data ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa ... 31

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(7)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampil-an yketerampil-ang diperlukketerampil-an dirinya, masyarakat, bketerampil-angsa dketerampil-an negara.

Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia. Pendidikan bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, berakhlak, cerdas, dan memiliki keterampilan. Pendidikan membawa perubahan sikap, perilaku, dan nilai-nilai pada individu sehingga mampu membentuk individu yang berpotensi pada bidangnya. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 berikut ini:


(8)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berima dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Dalam pendidikan, pembelajaran merupakan unsur yang utama. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah cara berfikir dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses belajar siswa. Jika proses pembelajaran berlangsung dengan baik maka akan membawa perubahan yang baik pada peserta didik. Proses interaksi dalam belajar akan terjadi jika ada hubungan timbal balik antara guru, siswa, dan materi pelajaran. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dalam proses belajar sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik, khususnya pada matematika.

Dalam Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 5) disebutkan bahwa ciri utama mate-matika adalah disusun dengan penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan di dalam matematika diperoleh sebagai akibat logis dari kebena-ran pernyataan sebelumnya. Kaitan antar konsep atau pernyataan tersebut bersifat konsisten. Hal ini berarti dalam mempelajari matematika diperlukan pemahaman konsep secara bertahap dan beruntun. Selain itu, dalam Standar Isi Mata Pelajar-an Matematika (Depdiknas, 2006: 8), pemahamPelajar-an konsep merupakPelajar-an poin perta-ma pada kecakapan perta-mateperta-matika yang menjadi tujuan dalam belajar perta-mateperta-matika


(9)

3

mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dengan pemahaman konsep yang baik maka siswa dapat memiliki kemampuan penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis, serta aplikasi dalam permasalahan matematika. Oleh se-bab itu, pemahaman konsep sangatlah penting dalam pembelajaran matematika.

Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan, karena matematika dianggap sebagai induk banyak ilmu. Matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur, terorganisasi, dan sifatnya berjenjang artinya antara materi satu dan materi yang lainnya saling berkaitan. Oleh karena itu, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah dasar). Matematika merupakan penunjang dari ilmu-ilmu lainnya, serta dapat menjadi bekal untuk terjun dan bersosialisasi di kehidupan masyarakat, oleh karena itu guru dituntut untuk menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami konsep matematis, sehingga siswa memiliki kemampuan pembelajaran dan pemahaman mengenai konsep matematis.

Mata pelajaran matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Jika sejak awal sudah tertanam pada diri siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, maka siswa tidak dapat menerima materi pelajaran yang diberikan secara maksimal sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Padahal, matematika adalah mata pelajaran yang penting karena matematika tidak hanya diterapkan pada saat belajar matematika itu sendiri, tetapi matematika juga diterapkan pada bidang ilmu pengetahuan lain.


(10)

Dalam belajar matematika, pemahaman konsep merupakan bagian penting yang harus dicapai oleh siswa. Pemaham konsep matematis dapat dikuasai dengan baik oleh siswa jika guru dapat menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga menciptakan kondisi belajar yang membangkitkan semangat siswa. Dalam setiap pembahasan materi baru, harus selalu diawali dengan pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara langsung maupun tidak langsung. Pengenalan konsep secara langsung yaitu berupa konsep-konsep yang menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan dalam pengenalan konsep tidak langsung yaitu berupa rumus matematika atau berupa definisi. Selama ini dalam pembelajaran matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep selanjutnya. Pemahaman konsep awal yang salah, akan menyebabkan kesalahan pada pemahaman konsep berikutnya. Oleh sebab itu, di perlukan adanya suatu model pembelajaran matematika yang dapat membantu dalam memahami konsep matematis siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif agar dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari matematika.

Banyak model pembelajaran kooperatif yang menjadi salah satu alternatif guru dalam membantu siswa belajar untuk memahami suatu konsep matematis, diantaranya adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Lie (2007: 59) model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mem-bagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk lebih siap saat diskusi kelompok, meningkatkan


(11)

5

semangat kerja sama antarsiswa, meningkatkan komunikasi antarsiswa, dan ber-tanggung jawab atas jawaban yang telah disimpulkan dalam kelompok belajarnya. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang meningkatkan keaktifan dan kesiapan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif sangat membutuhkan ketergantungan yang positif diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan dalam proses belajar. Dalam model pembelajaran ini, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa diberikan nomor berbeda yang akan saling bekerjasama untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu siswa-siswa yang kurang siap dalam pembelajaran, karena setiap siswa diberikan kesempatan yang sama untuk mengemukakan jawabannya berdasarkan nomor yang telah ditunjuk oleh guru sehingga siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep serta menerapkannya dalam menyelesaikan soal-soal.

SMP Negeri 2 Natar adalah salah satu sekolah yang masih menerapkan pendekatan konvensional dalam pembelajaran matematika. Guru aktif menjelaskan konsep matematika, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru bahkan banyak siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran, yaitu melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti berbicara dengan siswa lain tentang sesuatu di luar materi pelajaran dan mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini berdampak pada rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Rendahnya


(12)

pemahaman konsep matematis siswa terlihat pada saat siswa mengerjakan soal latihan maupun soal ulangan. Sebagian siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep awal yang dijadikan dasar dari persoalan yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian oleh peneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap

pemahaman konsep matematis siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terha-dap perkembangan pendidikan dan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


(13)

7

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :

a. Bagi sekolah, dapat menyumbangkan pemikiran ilmu pengetahuan dalam bidang matematika.

b. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model pembelajar-an ypembelajar-ang efektif dilihat dari penguasapembelajar-an konsep matematis siswa.

c. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain:

1. Pembelajaran kooperatif NHT berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis dilihat dari. Nilai siswa dan pemahaman konsep matematis yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggti dari pada nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioanal.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran kooperatif yang me-miliki kegiatan utama yaitu: penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban, memberi kesimpulan. Setiap siswa dalam tiap kelompok memiliki nomor yang berbeda, kemampuan akademik yang heterogen dan tanggung jawab yang sama

3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil tes pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam


(14)

penelitian ini mengacu pada peraturan Dirjen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004, yaitu:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 4. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pembelajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan latihan soal dan tugas rumah.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar semester genap tahun pelajaran 2012/2013 Pada pokok bahasan Segiempat.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Menurut Syah (2002: 89) belajar adalah suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu, tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.

Sardiman (2005: 93) mengungkapkan pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada be-lajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Menurut Bruner (dalam Nasution, 2008:9), dalam proses belajar terdapat tiga fase, yakni:

1. Informasi

Dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi. 2. Transformasi

Bantuan guru sangat diperlukan untuk mentransformasikan informasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.


(16)

3. Evaluasi

Dinilai hingga manakah pengetahuan yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dimaknai bahwa belajar adalah suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik atau aktivitas perubahan tingkah laku seseorang yang relatif permanen dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Knirk dan Gustafson dalam Sagala (2008: 64) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melakukan tahapan perancangan pembelajaran. Selain itu, Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa,sehingga belajar dapat memperoleh dan memproses pengetahuan, keteram-pilan, dan sikap.

Menurut Sanjaya (2011: 1) dalam proses pembelajaran, anak didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas kadang di- arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi (pengetahuan) tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu. Padahal informasi-informasi yang di-


(17)

11

berikan berguna untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika siswa lulus dari sekolah mereka hanya pintar secara teoritis, namun miskin aplikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berarti bahwa pembelajaran adalah kegiatan mengajar dan belajar antara siswa dan guru dan merupaka proses interaksi guru dalam membelajarkan siswa secara sistematis (teratur) melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam suatu lingkungan belajar. Interaksi antara pendidik, peserta didik, masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain sebagainya merupakan faktor utama penentu proses pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran diperlukan perkembangan kemampuan berpikir

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2004:41) Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut”. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (dalam Solihatin, 2008:4), mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.


(18)

Menurut Slavin (dalam Solihatin, 2008:103), pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada kepada para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan kehadiran para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda-untuk meningkatkan hubungan antara kelompok. Dalam model ini, kerjasama diantara para siswa ditekankan melalui penghargaan dan tugas-tugas di dalam kelas dan juga penghargaan oleh guru, yang mencoba mengkomunikasikan sikap semua untuk satu, satu untuk semua.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dalam pembelajaran kooperatif lebih berfokus pada penggunaan kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerjasama dan agar dapat memaksimalkan kondisi dan hasil belajar.

Menurut Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2007:30-34), untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam model pembelajaran kooperatif ada unsur-unsur yang harus diterapkan, yaitu Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses kelompok.

Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar


(19)

13

belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. ( Trianto, 2009: 57).

Menurut Ibrahim (2000: 10), langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan siswa membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam aanggota dan setiap siswa diberikan pemahaman dan tanggungjawab yang sama dengan struktur dan setiap kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.


(20)

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Kagan (dalam lie: 2007). Model ini sangat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban-jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Herdian (2009: 1) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dengan melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Selain itu, model ini juga menembantu para siswa dalam meningkatkan kreativitas dan semangat kerja sama mereka satu sama lainnya. Model ini juga bisa digunakan dalam semua mata pelajaran untuk semua tingkatan usia peserta didik. Menurut Huda (2011: 136) NHT memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, utuk menimgkatkan semangat kerjasama siswa.

Sebagai suatu model pembelajaran NHT memiliki langkah-langkah menurut Huda (2011: 138) Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat langkah, yaitu:

Langkah 1: penomoran (Numbering)

Dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang secara heterogen sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelas dan kemudian memberikan masing-masing siswa nomor,


(21)

15

sehingga setiap siswa di dalam kelompoknya memiliki nomor yang berbeda-beda.

Langkah 2: pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan di-ambil dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pertanyaan dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK).

Langkah 3: berpikir bersama (Heads Together)

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama, saling membagikan ide-ide, dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta saling menjelaskan jawaban kepada anggota dalam kelompoknya yang belum paham, sehingga semua anggota dalam kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut.

Langkah 4: pemberian jawaban

Guru memanggil salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

4. Kemampuan Pemahaman Konsep

Dalam pembelajaran tidak terlepas dari proses pemahamannya. Apabila belajar-nya baik dan efektif maka akan mudah pula untuk memahami apa yang dipelajarinya, dan begitu juga sebaliknya apabila belajarnya kurang efektif maka akan mengalami kesulitan dalam memahaminya. Belajar matematika harus


(22)

me-mahami apa yang dipelajari dibutuhkan suatu proses yang kontinu. Pada proses belajar melibatkan memori jangka pendek (memori bekerja) dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas untuk dapat memahami, sedangkan memori jangka panjang mempunyai kapasitas tidak ter-batas dan bersifat permanen dalam menyimpan pengetahuan.

Konsep adalah pengertian yang digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek termasuk atau tidak termasuk dalam pengertian tersebut. Winkel (2004: 44), mendefinisikan konsep sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Konsep matematika dapat pula diartikan sebagai suatu ide abstrak tentang suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan objek, sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau meng-klasifikasikan objek atau kejadian dan sekaligus menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau memahami materi atau objek yang meliputi fakta, keterampilan, konsep dasar atau aturan-aturan dalam matematika. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Untuk menilai pemahaman konsep matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep matematika Menurut peraturan Dirjen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004


(23)

17

B.Kerangka Pikir

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan materi pelajaran dengan cara ceramah kepada para siswa. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat penjelasan tersebut sehingga siswa hanya memperoleh informasi yang telah dijelaskan oleh guru ataupun yang telah mereka baca di buku. Hal tersebut membuat siswa menjadi kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa tidak menemukan sendiri konsep-konsep dari suatu materi pelajaran. Hal tersebut menyebabkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang bermakna dan tertanam dengan baik karena konsep yang telah diperoleh hanya berupa hapalan. Setelah itu, pemberian tugas kepada siswa. Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugas yang diberikan dikelas, guru dan murid secara bersama-sama membahas jawaban dari tugas tersebut dan biasanya diakhir pelajaran guru akan memberikan pekerjaan rumah, sehingga siswa tidak memahami konsep-konsep matematika yang disampaikan oleh guru dengan baik.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam sebuah kelompok sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan bekerja dalam sebuah kelompok, siswa dapat menemukan konsep matematisnya. Dengan demikian pemahaman konsep matematis siswa akan lebih berkembang daripada siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru.


(24)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Alur model pembelajaran tipe NHT dimulai dari keterlibatan siswa dalam kerjasama dalam kelompok, kemudian berbagi ide-ide dengan teman sekelasnya.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual. Ada empat tahapan yang dilalui siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT: pada tahap pertama Penomoran (Numbering), dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor kepada setiap siswa dan setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor yang berbeda. Tahap kedua pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Tahap ketiga Berpikir bersama (Heads Together), siswa berpikir bersama, saling membagikan ide-ide, dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta saling menjelaskan jawaban kepada anggota dalam kelompoknya yang belum paham. Dan pada tahap terakhir tahap keempat pemberian jawaban yaitu guru memanggil salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.


(25)

19

Pemahaman konsep matematis siswa dapat dikuasai dengan baik dengan model pembelajaran NHT, karena pada tahapan pembelajaran NHT mengarahkan aktivitas dan rasa bertanggung jawab siswa selama proses pembelajaran yaitu dengan memberikan ide-ide, informasi dan jawaban-jawaban melalui diskusi untuk memecahkan masalah, sehingga mempermudah siswa dalam memahami konsep materi yang dipelajari. Dengan demikian terlihat bahwa pemahaman matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

C.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar.


(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar tahun pelajaran 2012/2013 semester genap sebanyak 185 siswa yang terdistribusi dalam enam kelas (VII.A-VII.F). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Diambil dua kelas dari enam kelas yang rata-rata nilai ujian semester ganjilnya sama atau hampir sama dengan rata-rata-rata-rata nilai populasi. Satu kelas pada sampel sebagai kelas eksperimen, yaitu pembelajaran menggunakan model NHT dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah mendapatkan nilai ujian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, dari guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 2 Natar diperoleh nilai kelas sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Rata-rata Nilai Ujian Perkelas

NO. Kelas Banyak

Siswa Rata-rata

1 VII.A 30 6,31

2 VII.B 32 6,02

3 VII.C 31 6,25

4 VII.D 30 6,45

5 VII.E 30 6,50

6 VII.F 32 6,29

Rata-Rata Populasi 185 6,30 Sumber : SMP Negeri 2 Natar tahun pelajaran 2012/2013


(27)

21

Berdasarkan data pada Tabel 3.1 maka sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII.A dan kelas VII.F. Selanjutnya dipilih kelas VII.A sebagai kelas kontrol dan kelas VII.F sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain post-test only, sebagaimana dikemukakan Furchan (2007:368) sebagai berikut:

Tabel 3.2 DesainPenelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol X = Pembelajaran kooperatif tipe NHT C = Pembelajaran konvensional

O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen O2 = Skor post-test pada kelas kontrol

Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran kooperatif NHT sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, kemudian dilakukan tes akhir. Tes akhir adalah tes pemahaman konsep matematis yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama.


(28)

C. Langkah – Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan berguna untuk melihat kondisi sekolah, seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan cara mengajar guru matematika selama pembelajaran disekolah.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa Lembar Latihan Kerja (LKK) dan soal tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.

4. Melakukan validasi instrumen 5. Melakukan uji coba soal tes.

6. Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan. 7. Melaksanakan penelitian / perlakuan

8. Mengadakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 9. Menganalisis hasil penelitian.


(29)

23

Tabel 3.3 Langkah-langkah Pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif NHT Pembelajaran Konvensional a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan doa 2. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran

3. Guru menjelaskan tentang lankah-langkah NHT

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan doa 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1. Guru mengelompokkan siswa yang terdiri dari empat anggota yang sudah ditentukan oleh guru

2. Guru membagikan masing-masing nomor kepada siswa sesuai jumlah anggota kelompok (Numbering)

3. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) (pengajuan Pertanyaan)

4. Siswa mengerjakan Lkk secara berkelompok (Heads Together)

5. Guru memanggil secara acak nomor siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya (Pemberian Jawaban)

6. Guru Memberikan penghargaan terhadap keberhasilan

siswa/kelompok.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 2. Guru memberikan beberapa contoh soal 3. Siswa diberikan kesempatan bertanya

jika masih ada yang kurang jelas dari materi yang telah dibahas

4. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru tersebut

5. Siswa diberi soal-soal latihan 6. Siswa bersama guru mencocokkan

jawaban dari soal yang diberikan guru 7. Guru memberikan penghargaan terhadap


(30)

c. Kegiatan Penutup

1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil dari materi yang disampaikan

2. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menginformasikan materi pertemuan berikutnya untuk dipelajari 3. Guru menutup pelajaran dan

memberikan salam

c. Kegiatan Penutup

1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil dari materi yang dibahas

2. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari 3. Guru menutup pelajaran dan

memberikan salam

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa nilai pemahaman konsep siswa bersifat kuantitatif, yang diperoleh setelah dilakukan tes pemahaman konsep terhadap kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan terhadap kelas menggunakan pembelajaran konven-sional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, Tes yang diberikan berupa tes pada pokok bahasan segiempat. Tes diberikan sesudah pembelajaran (posttes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(31)

25

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes pemahaman konsep siswa sebanyak 5 butir soal berbentuk uraian.

Untuk mengetahui apakah butir soal telah memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk tes, maka harus memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu memiliki validitas tes dan reliabilitas tes.

1. Uji Validitas Isi

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validi-tas isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan. b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen pembimbing yang di-pandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Dengan asumsi bahwa guru pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 2 Natar mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen dilakukan oleh guru matematika. Penilaian guru matematika menyatakan bahwa kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga


(32)

validitas isi dari tes tersebut dikategorikan valid (Lampiran B.6). Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba perangkat tes dan mengukur besarnya reliabilitas soal.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan meng-gunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa me-nunjukkan hasil yang tetap sama atau bersifat ajeg (stabil). Untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. (dalam Arikunto,2006: 195) yaitu :

2 2

11 1

1 t

b

k k r

Keterangan :

11

r

: nilai koefisien reliabilitas instrumen (tes) k : banyaknya item

2

b : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2

t : varians total

Berikut ini adalah tabel interprestasi nilai koefisien reliabilitas. Sebagaimana dikemukakan Ruseffendi ( 2010:22).


(33)

27 k i i i i hitung E E O x 1 2 2

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20 Reliabilitas sangat rendah Antara 0,20 s.d 0,40 Reliabilitas rendah Antara 0,40 s.d 0,70 Reliabilitas sedang Antara 0,70 s.d 0,90 Reliabilitas tinggi Antara 0,90 s.d 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen diperoleh harga

r

11= 0,73 (Lampiran C1), sehingga menurut Ruseffendi instrumen tes pemahaman konsep matematis memiliki kriteria reliabilitas tinggi dan memiliki kriteria yang baik. Oleh karena itu, instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.

G.Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan diperlukan suatu analisis data sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini (dalam Sudjana, 2005: 273), adalah: H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

Dengan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan


(34)

Ei = frekuensi yang diharapan k = banyaknya kelas interval

Kriteria uji : terima H0 jika dengan taraf nyata (α) =0,05, dk = 3 (Sudjana, 2005: 273).

Berdasarkan hasil analisis data untuk kelas eksperimen diperoleh = 7,36 (lampiran C4), dengan derajat kebebasan dk = 3 dan taraf nyata (α) 5% diperoleh = 7,81. Untuk kelas kontrol diperoleh =1,94 (lampiran C5) , dengan derajat kebebasan dk = 3 dan taraf nyata (α) 5% diperoleh = 7,81. Karena berdasarkan kriteria pengujian maka terima H0, jadi nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional keduanya berdistribusi normal.

b)Uji Homogenitas Varians

Uji kesamaan dua varians (homogenitas) digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau tidak. Adapun Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 :

2 2 2

1 (kedua populasi memiliki varians yang sama)

H1 :

2 2 2

1 (kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: Fhitung =

terkecil Varians

terbesar Varians


(35)

29

Kriteria uji: tolak H0 jika , dengan

diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan adalah derajat kebebasan pembilang, dan adalah derajat kebebasan penyebut. (Sudjana, 2005 : 250).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai Fhitung 1,31 sedangkan dengan (Lampiran C6).

Karena karena itu terima yang kedua populasi data nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional mempunyai varians yang sama.

c). Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya uji hipotesis menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji t satu pihak yaitu pihak kanan, dengan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan

pembelajaran NHT sama dengan rata-rata nilai pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional )

H1 : 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan

pembelajaran NHT lebih dari rata-rata nilaipemahamn konsep dengan pembelajaran konvensional )


(36)

Statistik uji: dengan

Keterangan :

= skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika < , dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2), dan taraf nyata α = 5%. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).


(37)

62

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini dlihat dari data pemahaman konsep matematis siswa, siswa dengan pembelajaran NHT lebih baik dari pembelajaran siswa konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih dari rata-rata nilai yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

A. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran NHT sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep matematika, namun dalam penerapannya harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa hendaknya


(38)

dapat mengkondusifkan dan mengelola siswa dengan baik, sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaan NHT di kelas benar-benar kondusif.

3. Peneliti lain dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjutan atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta.

Dimyati, dan Mudjiono.2009.BelajardanPembelajaran.Jakarta: RinekaCipta Furchan,Arief.2007.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka

Belajar

Hariyanto. 2012.Pengertian Pembelajaran.Bandung: PT. Remaja Risdakarya Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Herdian. 2009.Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. [26 nopember 2012]

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP

Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). [On Line].Tersedia:digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9 /doc.pdf (diakses pada tanggal 3 Desemser 2011).

Lie, A. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta.

Bumi Akasara.


(40)

Sardiman , A.M.2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Jakarta. Rajawali. Pers.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Jakarta: Nusa Media.

Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Solihatin. 2007. Analisis Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suherman. 1990. Evalusi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Suherman, Erman dan Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Syah. 2002. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Risdakarya.

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.

Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Lampung University Press. Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya : Kencana.

Winkel, W.S.2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


(1)

Kriteria uji: tolak H0 jika , dengan

diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan adalah derajat kebebasan pembilang, dan adalah derajat kebebasan penyebut. (Sudjana, 2005 : 250).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai Fhitung 1,31 sedangkan dengan (Lampiran C6). Karena karena itu terima yang kedua populasi data nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional mempunyai varians yang sama.

c). Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya uji hipotesis menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji t satu pihak yaitu pihak kanan, dengan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan pembelajaran NHT sama dengan rata-rata nilai pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional )

H1 : 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan pembelajaran NHT lebih dari rata-rata nilaipemahamn konsep dengan pembelajaran konvensional )


(2)

30

Statistik uji: dengan

Keterangan :

= skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika < , dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2), dan taraf nyata α = 5%. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini dlihat dari data pemahaman konsep matematis siswa, siswa dengan pembelajaran NHT lebih baik dari pembelajaran siswa konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih dari rata-rata nilai yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

A. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran NHT sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep matematika, namun dalam penerapannya harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa hendaknya


(4)

39 dapat mengkondusifkan dan mengelola siswa dengan baik, sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaan NHT di kelas benar-benar kondusif.

3. Peneliti lain dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjutan atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta.

Dimyati, dan Mudjiono.2009.BelajardanPembelajaran.Jakarta: RinekaCipta Furchan,Arief.2007.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka

Belajar

Hariyanto. 2012.Pengertian Pembelajaran.Bandung: PT. Remaja Risdakarya Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Herdian. 2009.Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. [26 nopember 2012]

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP

Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). [On Line].Tersedia:digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9 /doc.pdf (diakses pada tanggal 3 Desemser 2011).

Lie, A. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta.

Bumi Akasara.


(6)

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Sardiman , A.M.2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Jakarta. Rajawali. Pers.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Jakarta: Nusa Media.

Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Solihatin. 2007. Analisis Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suherman. 1990. Evalusi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Suherman, Erman dan Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Syah. 2002. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Risdakarya.

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.

Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Lampung University Press. Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya : Kencana.

Winkel, W.S.2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 13 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 62

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Plus Tri Sukses Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 5 60