EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

LarasSewestiNingrum

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

RHEZA AR RAHMAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pre-test post-test control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013dan sebagai sampel penelitian adalah kelas VIII B dan VIII D yang dipilih dari enam kelas secara acak. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep matematis siswa, ketuntasan belajar siswa, dan pencapaian perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Kesim-pulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif diterapkan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

RHEZA AR RAHMAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Rheza Ar Rahman

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

xii DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran... 9

2. Efektivitas Pembelajaran... 12

3. Pembelajaran Kooperatif... 13

4. Pembelajaran Kooperatif tipeNumbered Heads Together ... 16

5. Pemahaman Konsep Matematis ... 18

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Anggapan Dasar ... 23

D. Hipotesis ... 23 Halaman


(5)

xiii III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 24

B. Desain Penelitian ... 24

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 25

D. Data Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Analisis data ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis DataPre-testPemahaman Konsep Matematis Siswa ... 44

2. Analisis DataPost-testPemahaman Konsep Matematis Siswa... 49

3. Pencapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial Siswa. 54 B. Pembahasan ... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(6)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 69

A.2 Lembar Kerja Kelompok ... 114

A.3 Numbering... 141

B. Instrumen Penelitian B.1 Kisi-Kisi Soal-SoalPre-testdanPost-test ... 143

B.2 SoalPre-testdanPost-test ... 147

B.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 151

B.4 Kunci Jawaban SoalPre-testdanPost-test ... 152

B.5 Form ValidasiPre-testdanPost-test. ... 160

B.6 Lembar Pengamatan (Observasi) Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial ... 165

C. Analisis Data C.1 Tabel Analisis Item Hasil Uji CobaPre-test ... 169

C.2 Tabel Analisis Item Hasil Uji CobaPost-test... 171

C.3 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Uji CobaPre-test .. 173

C.4 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Uji CobaPost-test.. 174

C.5 Hasil NilaiPre-testdanPost-testKelas Eksperimen ... 175

C.6 Hasil NilaiPre-testdanPost-testKelas Kontrol ... 176

C.7 Uji NormalitasPre-testKelas Eksperimen ... 177

C.8 Uji NormalitasPre-testKelas Kontrol ... 181

C.9 Uji Homogenitas Varians DataPre-test ... 185

C.10 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata DataPre-test... 186


(7)

xvii

C.12 Uji NormalitasPost-testKelas Kontrol ... 192

C.13 Uji Homogenitas Varians DataPost-test ... 196

C.14 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata DataPost-test ... 197

C.15 Uji Proporsi Kelas Eksperimen ... 199

C.16 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pre-test Kelas Eksperimen ... 201

C.17 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pre-test Kelas Kontrol ... 204

C.18 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Post-test Kelas Eksperimen... 207

C.19 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Post-test Kelas Kontrol ... 210

C.20 Rekapitulasi Pembelajaran Berkarakter Kelas Eksperimen ... 213

C.21 Rekapitulasi Pembelajaran Berkarakter Kelas Kontrol ... 215

D. Lain-lain D.1 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi ... 218

D.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 221

D.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 223

D.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan... 225

D.5 Surat Izin Penelitian ... 226

D.6 Surat Keterangan Penelitian ... 227


(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator dan Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 30

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31

3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 33

3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji CobaPre-test... 35

3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji CobaPost-test ... 35

4.1 Rekapitulasi HasilPre-testPemahaman Konsep Matematis Siswa .... 44

4.2 Rekapitulasi Uji Normalitas DataPre-test... 45

4.3 Rekapitulasi Uji Homogenitas DataPre-test ... 46

4.4 Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata DataPre-test... 46

4.5 Rekapitulasi DataPre-testPencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 47

4.6 Rekapitulasi DataPre-testPencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional... 48

4.7 Rekapitulasi HasilPost-testPemahaman Konsep Matematis Siswa .... 49


(9)

xv

4.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas dataPost-test... 50 4.10 Rekapitulasi Uji Ketaksamaan Dua Rata-Rata DataPost-test... 51 4.11 Rekapitulasi uji Proporsi... 51 4.12 Rekapitulasi DataPost-testPencapaian Indikator Pemahaman

Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT... 52 4.13 Rekapitulasi DataPost-testPencapaian Indikator Pemahaman

Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran

Konvensional ... 53 4.14 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan

Sosial Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT (dalam %) ... 54 4.15 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan


(10)

Motto

Di belakangku ada kekuatan tak terbatas,

di depanku ada kemungkinan tak berakhir,

di sekelilingku ada kesempatan tak terhitung.


(11)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. _________

Sekretaris : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(12)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rheza Ar Rahman

NPM : 0853021041

Program studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Desember 2012 Yang Menyatakan

Rheza Ar Rahman NPM 0853021041


(13)

PERSEMBAHAN

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Ayahanda Fathur Rachman, S.H., M.H. dan ibunda Rismawati

Kakanda Badiatul Muzdfa, Ayunda Ana Walia Utsna, dan

Adinda Finansia Ristarika

Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasaku

Sahabat-sahabat terbaikku dan kekasihku dimanapun berada

Almamater tercinta


(14)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Rheza Ar Rahman

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853021041

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Nurhanurawati, M.Pd.

NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19670808 199103 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rheza Ar Rahman dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 6 November 1990, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara buah hati dari pasangan ayah Fathur Rachman, S.H., M.H. dan ibu Rismawati.

Penulis telah menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2005, dan pendidikan menengah atas di SMA Perintis 2 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan Ujian Masuk (UM) Universitas Lampung 2008, S1 Mandiri.

Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) tahun 2011 di desa Budi Aji Kecamatan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji.


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung, beserta staf dan jajarannya

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila dan pembimbing akademik, serta dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan


(17)

x

perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah mem-berikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Ayahanda Fathur Rachman, S.H., M.H., Ibunda Rismawati, Kakanda

Badiatul Muzdfa, S.T., Ayunda Nr. Ana Walia Utsna, S.Kep., Adinda Finansia Ristarika, dan keluarga besarku, terima kasih atas doa, semangat, dan dukungannya.

8. Bapak Ahmad Syafei, M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudah-an selama penelitikemudah-an.

9. Ibu Hj. Khodijah, S.Pd., selaku guru mitra dan Siswa-Siswi Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah banyak membantu penulis selama me-lakukan penelitian.

10. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2008 Mandiri yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini : Dwi, Rini, Dila, Amel, Elva, Asep, Mete, Dedi, Persi, Adi, Angge, Agita, Ratna, Eka, Lina, Martina, Helda, Tutik, Dewi, Susi, Sri Ari, Decky, Endah, Ferny, Cici, Nay, Taufik,


(18)

xi

Evi, Ayip, Nia, Fepy, Yuni, Yeni, Kahepi, Meta, Made, Qori, Radit, Siska, Antoni, Andika, Eko, Savitri, Kiki, Rico, Agung, Riko, Wahidin, dan Alvi. 11. Teman-teman seperjuangan matematika 2007 NR : K` Solihin, K` Beni, K`

Heru, K` Ifan, Mb Dina, Mb Tri, Mb Tanti, Mb Dea, Mb Uya, Mb Sri, Mb Vina, dan lainnya, serta 2008 Reg : Ahmad Suadi, Nicky, Erika, Hefna, Ika, Nita, Novi dan lainnya atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

12. Kakak tingkat 2004, 2005, 2006, dan 2007, serta adik tingkat 2009, 2010, 2011, dan 2012 atas kebersamaannya.

13. Rekan-rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMA Negeri 1 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji tahun 2011 : Ryan, Lian, Dodo, Zacky, Unul, Yuli, Wirda, Vina, dan Ika atas persaudaraannya selama ini, dan semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

14. Rekan-rekanku, kakak-kakakku, dan mbak-mbakku : YS, RH, OZ, YK, HR, RI, RE, MV, AR, MJ, FB, ES, VI, DY, Yuni, Ati, YT, RG, IN, KA, SS, SC, dan lainnya atas motivasi, dukungan, perhatian, dan semangatnya selama ini. 15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis,


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran untuk mendapatkan ilmu yang dapat diterima secara positif dari suatu hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, ke-pribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut John Dewey dalam Sagala (2008: 3) pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia kepada sesamanya.

Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, sebab pendidikan merupakan penghubung dua sisi, yaitu sisi individu yang sedang tumbuh dan sisi nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik dan individu itu sendiri. Selain itu, pendidikan bermaksud membantu peserta didik


(20)

2 untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya melalui proses pembelajaran.

Saat ini di dalam dunia pendidikan, ada sebuah paradigma mengenai proses pem-belajaran yang banyak diterapkan oleh guru. Menurut Lie (2007: 2) pola peng-ajaran yang mengacu pada paradigma tersebut yang digunakan oleh guru selama ini, yaitu pola pengajaran yang lebih terpusat pada guru di depan kelas sebagai sumber utama pengetahuan ataupun pembelajaran secara konvensional, yaitu proses pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru di kelas. Contohnya, penyampaian materi oleh guru yang menjadi strategi utama dalam proses pem-belajaran, namun tanpa memperhatikan kecerdasan siswa, diskusi kelompok atau tanya jawab yang kurang terarah hanya akan mengandalkan siswa yang lebih pandai, serta latihan-latihan dan pemberian tugas yang kadang tidak mengem-bangkan bakat dan inisiatif siswa untuk berpikir. Inilah yang menyebabkan semakin rendahnya kemampuan belajar dan pemahaman konsep siswa dalam proses pembelajaran. Pola-pola pembelajaran seperti ini juga diterapkan dalam pembelajaran matematika, sehingga pelajaran matematika selama ini dianggap sulit dan sangat membosankan.

Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal dan mempunyai peranan yang penting dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa dan untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematis, sehingga siswa memiliki kemampuan pembelajaran dan pemahaman mengenai konsep matematis.


(21)

3 Secara global, banyak sekolah yang siswa-siswanya memiliki pemahaman konsep matematis yang masih rendah, terutama pada siswa setingkat SMP. Berdasarkan dataTrends in International Mathematics and Science Study(TIMSS), yaitu suatu organisasi internasional yang mengukur kemampuan matematika dan sains di ber-bagai negara dan dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia, beberapa matematikawan ITB menyatakan bahwa 76,6% siswa setingkat SMP di Indonesia memiliki kemampuan matematika yang rendah. Hal yang dikaji pada kemampuan matematika tersebut, salah satunya adalah memahami konsep mate-matis. Pemahaman konsep matematis tersebut sangat dibutuhkan oleh siswa SMP, misal dalam memecahkan suatu masalah matematika dan sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa ini sebenarnya sudah hampir dapat diatasi oleh guru dengan baik melalui pembelajaran secara konvensional. Namun dengan pembelajaran konvensional ini siswa akan sulit mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatnya dari pembelajaran tersebut, dikarenakan pem-belajaran tersebut yang bersifat monoton. Selain itu, ilmu pengetahuan yang telah didapat oleh siswa akan mudah dilupakannya. Akibatnya, selain rendahnya pema-haman konsep matematis siswa, siswa juga tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran matematika.

Salah satu sekolah yang siswa-siswanya memiliki pemahaman konsep matematis yang masih rendah adalah SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 5 Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa tingkat pemahaman konsep mata pelajaran matematika siswa masih rendah, terutama pada siswa kelas VIII. Ini diketahui dari rata-rata nilai


(22)

4 ujian semester genap tahun pelajaran 2011/2012 kelas VIII hanya 55,45 dan hanya 54% siswa yang tuntas belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut untuk mata pelajaran matematika adalah 70.

Berdasarkan observasi di kelas VIII dapat diketahui pada proses pembelajaran matematika dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, mem-berikan contoh soal, tanya jawab, latihan soal, dan pemberian tugas. Sebagian besar siswa cenderung kurang memperhatikan dan tidak aktif saat pelajaran matematika berlangsung. Hanya beberapa siswa saja yang aktif dan memperhati-kan saat pelajaran matematika. Selain itu, rendahnya pemahaman konsep mate-matis siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika terlihat saat guru meng-ulas kembali materi yang disampaikan, tampak siswa cenderung memilih diam. Guru tidak mengetahui apakah siswa sudah memahami konsep matematisnya atau belum. Akibatnya, tidak ada timbal balik antara guru dan siswa dalam belajaran. Oleh sebab itu, diperlukanlah suatu paradigma yang lain dalam pem-belajaran matematika yang sesuai dengan kondisi ini.

Banyaknya teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang membuktikan bahwa para guru harus mengubah paradigma pengajaran. Menurut Lie (2007: 5), pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pemikiran sebagai berikut: (1) Pengetahuan ditemukan, diben-tuk, dan dikembangkan oleh siswa; (2) Siswa membangun pengetahuan secara aktif; (3) Pengajar perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa; dan (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.


(23)

5 Bertolak dari pokok pemikiran tersebut, banyak para ahli yang telah menciptakan dan memperkenalkan berbagai macam model pembelajaran yang dapat memberi-kan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi satu sama lain. Lie (2007: 7) mengatakan bahwa dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas belajar untuk dapat saling bekerja sama antarsiswa dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bekerja sama dengan baik secara bergotong royong antarsiswa atau yang lebih dikenal dengan Pembelajaran Kooperatif.

Banyak model pembelajaran kooperatif yang menjadi alternatif guru dalam mem-bantu siswa belajar untuk memahami suatu konsep matematis, diantaranya adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Lie (2007: 59) model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk lebih siap saat diskusi kelompok, meningkatkan semangat kerja sama antarsiswa, meningkatkan komunikasi antarsiswa, dan bertanggung jawab atas jawaban yang telah disimpulkan dalam kelompok belajarnya.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dimulai dengan siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang sesuai dengan jumlah siswa di kelas dan setiap anggota dalam masing-masing kelompok mendapatkan nomor. Selanjutnya, guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Kemudian, anggota-anggota dalam kelompok saling berpikir bersama, membagikan ide-ide, dan memutuskan jawaban yang dianggap paling benar, serta


(24)

6 memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari tugas tersebut. Lalu, guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneli-tian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah 70% atau lebih siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT tuntas belajar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematis siswa.


(25)

7 D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi guru, memberikan wawasan dan menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

2. Bagi siswa, memperoleh pengalaman baru dalam belajar matematika, menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama antarsiswa, dan membantu siswa dalam memahami konsep matematis.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi pada penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran adalah keefektifan dan ketepatgunaan suatu (model) pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan agar ter-capai. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

a. Aspek pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran efektif apabila pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Aspek ketuntasan belajar siswa. Pembelajaran efektif apabila ketuntasan belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih dari atau sama dengan 70%.

c. Aspek pembentukan karakter dan keterampilan sosial siswa. Pembelajar-an efektif apabila pencapaiPembelajar-an karakter dPembelajar-an keterampilPembelajar-an sosial siswa yPembelajar-ang


(26)

8 mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada pencapaian karakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti pem-belajaran konvensional

2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu suatu model diskusi kelom-pok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Langkah-langkahnya, yaitu: penomoran (Numbering) pada anggota kelompok, pengajuan pertanya-an oleh guru, berpikir bersama (Heads Together) pertanya-antarpertanya-anggota kelompok, dpertanya-an pemberian jawaban oleh anggota kelompok yang nomornya dipanggil.

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu pem-belajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal, tanya jawab, latihan soal, dan pemberian tugas.

4. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah diadakan tes. Pemahaman konsep matematis berarti kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep yang telah ditentu-kan. Indikator pemahaman konsep tersebut, antara lain:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. f. Mengaplikasikan konsep.


(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Beberapa pendapat ahli menurut Sagala (2008: 11) mengemukakan pengertian dari belajar, antara lain:

1. Morgan (1978) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

2. Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. 3. James L. Mursell menyatakan bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan

dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.

4. Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

5. Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang ber-langsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

6. Menurut Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk mem-peroleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.


(28)

10

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku (perilaku) dari latihan dan pengalaman dalam upaya mengembangkan penge-tahuan, potensi, ide, bakat, dan lain sebagainya dalam diri setiap individu.

Menurut Sanjaya (2011: 65) tujuan pendidikan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman setiap usaha pendidikan. Hal ini berarti bahwa setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan dapat membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Sesuai dengan tujuan pendidik-an nasional di dalam Undpendidik-ang-Undpendidik-ang Sistem Pendidikpendidik-an Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan tidak lepas dari siswa dan pen-didik itu sendiri. Menurut Sagala (2008: 37) siswa diharapkan dapat memiliki perubahan perilaku setelah adanya proses belajar karena pengalaman dan latihan. Perubahan itu pada pokoknya didapatkan suatu kecakapan baru dan terjadi karena usaha yang disengaja. Perubahan perilaku bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat fisik, melainkan perubahan yang termasuk dalam hasil belajar. Perilaku berbicara, menulis, bergerak, dan lainnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mem-pelajari perilaku-perilaku seperti berpikir, merasa, mengingat, memecahkan masalah, berbuat kreatif, dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan itu bersifat


(29)

11

bebas, namun perlu diingat bahwa perubahan-perubahan itulah yang akan menen-tukan pribadi, hidup, dan dalam mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri suatu individu. Pendidik dapat mengambil andil besar dalam rangka perubahan-perubahan perilaku tersebut dengan cara menanamkan nilai-nilai tertentu pada siswa dan mengharapkan, mendorong, dan bila perlu mengharuskan siswa berbuat sesuai dengan norma-norma yang ditentukan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Knirk dan Gustafson dalam Sagala (2008: 64) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melakukan tahapan perancangan jaran. Selain itu, Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) berpendapat bahwa pembela-jaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa, sehingga dalam proses belajar tersebut siswa dapat memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berarti bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi guru dalam membelajarkan siswa secara sistematis (teratur) melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memperoleh dan mem-proses pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam suatu lingkungan belajar. Interaksi antara pendidik, peserta didik, masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain sebagainya merupakan faktor utama penentu dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran diperlukan perkembangan kemampuan berpikir peserta didik


(30)

12

dan proses interaksi peserta didik terhadap lingkungannya, agar dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat mereka konstruksi sendiri.

Menurut Sanjaya (2011: 1) dalam pembelajaran, anak didorong untuk mengem-bangkan kemampuan berpikir. Namun kenyataannya, anak kadang diarahkan pada kemampuan untuk menghafal. Otak anak dipaksa untuk menerima, meng-ingat, dan menimbun berbagai informasi (pengetahuan) tanpa dituntut untuk memahami informasi (pengetahuan) yang diterimanya. Padahal informasi (penge-tahuan) yang diberikan sangat berguna sebagai penghubung antara anak dengan kehidupan sehari-harinya. Akibatnya ketika anak lulus dari sekolah, anak tersebut hanya pintar secara teoritis, namun miskin aplikasi.

Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2008: 63) mengatakan bahwa dalam pembela-jaran mempunyai dua kompetensi utama, yaitu kompetensi substansi materi pem-belajaran atau penguasaan materi pelajaran dan kompetensi metodologi pembela-jaran. Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, guru juga diharuskan dapat menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik.

2. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 284), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya, ada pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Sambas (2009: 9) mengatakan bahwa efektivitas berarti kemampuan


(31)

13

dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Hidayat dalam Danfar (2009: 1) menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah keefektifan dan ketepatgunaan suatu (model) pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan agar tercapai.

Sutikno (2005: 25) mengatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Hamalik (2010: 171) mengatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pema-haman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif apabila tujuan dari pembelajaran itu tercapai dan pada saat siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan), sehingga siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru.

3. Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2011: 241) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok


(32)

14

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Nurulhayati dalam Rusman (2011: 203) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Isjoni (2011: 16) bahwa sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat kepada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, ber-diskusi untuk memecahkan masalah, dan sebagainya.

Interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar. Menurut Rusman (2011: 208) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) Siswa belajar dalam kelom-pok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan bersama; (2) Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, jenis kelamin yang berbeda pula; dan (4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antarsiswa dan peran aktif siswa sebagai individu untuk bekerja sama dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran dan diarahkan untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelom-pok melalui diskusi kelomkelom-pok sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah yang telah ditentukan secara teratur agar semakin terarahnya suatu pembelajaran.


(33)

15

Rusman (2011: 209) mengemukakan tiga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Hasil belajar akademik struk-tural yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; (2) Pengakuan adanya keragaman berupa suku, tingkat sosial, agama, kemampuan akademik, dan sebagainya yang bertujuan agar siswa dapat saling menerima satu sama lain yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang; dan (3) Pengembangan keterampilan sosial, diantaranya dalam hal ber-bagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapatnya, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif. Menurut Lie (2007: 30) untuk mencapai hasil maksimal dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah: (1) Saling Ketergantungan Positif; (2) Tanggung Jawab Perseorangan; (3) Tatap Muka; (4) Komunikasi Antaranggota; dan (5) Evaluasi Proses Kelompok.

Untuk menciptakan suatu proses kerja sama yang baik antaranggota kelompok, serta membina anggota kelompok dalam mengembangkan kerja sama dan inter-aksi antaranggota kelompok, maka diperlukan pengelolaan kelas yang baik pula. Menurut Lie (2007: 38) ada tiga hal penting dalam pengelolaan kelas yang harus diperhatikan, terutama dalam model pembelajaran koperatif, yaitu: (1) Pengelom-pokkan; (2) Semangat Gotong Royong; dan (3) Penataan Ruang Kelas.

Menurut Rusman (2011: 211), model pembelajaran kooperatif memiliki enam langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pelajaran dan


(34)

16

memotivasi siswa untuk belajar, menyajikan informasi, mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

4. Pembelajaran Kooperatif tipeNumbered Heads Together

Menurut Lie (2007: 54) dalam pembelajaran kooperatif banyak model pembela-jaran yang bisa digunakan, seperti: Make A Match, Numbered Heads Together, bertukar pasang, dan sebagainya. Pemilihan model pembelajaran ini disesuaikan dengan materi atau pelajaran yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang akan dibahas, yaitu model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Herdian (2009: 1) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dengan melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selain itu, menurut Lie (2007: 59) model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Huda (2011: 138), yaitu:


(35)

17

1. Penomoran (Numbering). Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT. Dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang ber-anggotakan 4 orang secara heterogen sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelas dan kemudian memberikan masing-masing siswa nomor, sehingga setiap siswa di dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda-beda. Nomor terurut dan sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

2. Pengajuan Pertanyaan. Langkah selanjutnya adalah pengajuan pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan di-ambil dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dalam membuat per-tanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. Pertanyaan dalam peneliti-an ini berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK).

3. Berpikir Bersama (Heads Together). Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama, saling membagikan ide-ide, dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta saling menjelaskan jawaban kepada anggota dalam kelompoknya yang belum paham, sehingga semua anggota dalam kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. 4. Pemberian Jawaban. Langkah terakhir, yaitu guru memanggil salah satu

nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.


(36)

18

Model pembelajaran NHT sangat mengutamakan dalam hal menghargai antar-anggota kelompok, mendorong siswa untuk lebih siap dalam diskusi kelompok, meningkatkan semangat kerja sama antarsiswa, meningkatkan komunikasi antar-siswa, dan bertanggung jawab atas jawaban yang telah disimpulkan dalam kelom-pok belajarnya.

5. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 636) berarti pengertian, pendapat; pikiran, aliran; haluan; pandangan, mengerti benar (akan); tahu benar (akan), pandai dan mengerti benar (tentang suatu hal). Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 636) pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.

Sagala (2008: 71) berpendapat bahwa konsep merupakan buah pemikiran se-seorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahir-kan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Pengertian konsep yang lain dikemukakan oleh Rosser dalam Sagala (2008: 73) bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut, sifat-sifat, atau ciri-ciri umum yang sama.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa konsep adalah hasil dari pemikiran seseorang ataupun sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sesuai


(37)

19

dengan fakta, peristiwa, dan pengalaman yang memiliki hubungan-hubungan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri umum yang sama.

Uno (2011: 124) berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat hierarkis, yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Oleh karena itu, pemahaman suatu konsep matematis sangat diperlukan siswa agar dapat memahami konsep pada materi ajar berikutnya. Bennu (2010: 1) berpendapat bahwa pemahaman matematika merupakan kemam-puan mengaitkan notasi dan simbol matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran logis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, hal ini dapat disimpulkan berarti bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep yang telah ditentukan.

Indikator dan pedoman penskoran tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1, yaitu:

Tabel 2.1 Indikator dan Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah

1 c. Menyatakan ulang suatu konsep

dengan benar

2 2. Mengklasifikasi objek

menurut sifat tertentu sesuai dengan konsep-nya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya


(38)

20

Lanjutan Tabel 2.1

No Indikator Ketentuan Skor

3. Memberi contoh dan noncontoh

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan noncontoh tetapi salah

1 c. Memberi contoh dan noncontoh

dengan benar

2 4. Menyajikan konsep

dalam berbagai bentuk representasi

matematika

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah

1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar 2 5. Mengembangkan

syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep tetapi salah

1

c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dengan benar

2

6. Menggunakan, meman-faatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tetapi salah

1 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan

memilih prosedur dengan benar

2 7. Mengaplikasikan

konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat

1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2 Sumber: Sasmita (2010: 30)

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran konvensional yang di-gunakan, antara lain penyampaian materi dan contoh soal oleh guru tanpa mem-perhatikan kecerdasan siswa dan hanya mengandalkan instruksi oleh guru. Tanya jawab, latihan-latihan, dan pemberian tugas yang hanya akan mengandalkan siswa yang lebih pandai, serta tidak mengembangkan bakat dan insiatif siswa untuk


(39)

21

berpikir. Pembelajaran tersebut menyebabkan siswa cenderung kurang aktif dan kurang memperhatikan karena membosankan, sehingga siswa tidak dapat mema-hami konsep-konsep matematis yang disampaikan oleh guru dengan baik.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antarsiswa dan peran aktif siswa sebagai individu untuk bekerja sama dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran dan diarahkan untuk mem-pelajari dan memahami materi pelajaran. Kerja sama dan peran aktif siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran, agar siswa dapat memahami konsep dalam suatu materi pelajaran dengan baik. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaranNumbered Heads Together(NHT).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu tipe model pem-belajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasa-an akademik dengpenguasa-an melibatkpenguasa-an para siswa dalam menelaah bahpenguasa-an ypenguasa-ang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Sehingga siswa diharapkan dapat tertarik dalam setiap pelajaran, khususnya pelajaran matematika. Sebab, apabila siswa tertarik dengan pelajaran matematika, maka siswa diharap-kan dapat memahami konsep matematis dengan baik.

Pembelajaran dengan model NHT diawali dengan siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen, disesuaikan dengan jumlah siswa di kelas tersebut. Kemudian, guru melakukan penomoran (Numbering) untuk


(40)

22

setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah anggota dalam kelompok tersebut. Maksud dari penomoran ini adalah agar siswa lebih tertarik saat pembelajaran apabila dilakukan sebuah teknik ataupun cara yang baru dalam kelompok diskusi. Selain itu, siswa akan lebih siap saat pembelajaran dan diskusi, karena siswa akan dipanggil nomornya secara acak saat memberikan jawaban hasil diskusi.

Setelah siswa diberikan nomor, kegiatan selanjutnya adalah pengajuan pertanyaan oleh guru berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK). Pemberian LKK diharapkan agar siswa dapat menggali pengetahuan baru bersama anggota kelompoknya dari pertanyaan yang ada di LKK tersebut. Selanjutnya, masing-masing kelompok dapat berpikir bersama (Heads Together) untuk membahas LKK. Kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat saling memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta memastikan setiap anggota dalam kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada di LKK, sehingga siswa dapat menambah dan meningkatkan pemahaman konsep matematisnya dari hasil berpikir bersama.

Kegiatan selanjutnya, yaitu pemberian jawaban oleh siswa. Guru memanggil acak nomor siswa. Siswa dari setiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Kemudian, guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus memberikan jawaban hasil ber-pikir bersama. Siswa yang dipilih oleh guru dari kelompok tersebut berdiri untuk memberikan jawaban kepada seluruh kelas. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mematangkan pemahaman konsep matematis siswa, membuat siswa agar berani mengungkapkan ide-ide, dan dapat saling memberikan pengetahuan yang baru dari hasil berpikir


(41)

23

bersama anggota kelompok kepada siswa yang lain, serta agar siswa berani tampil di depan kelas. Pengalaman dalam belajar dan pengetahuan yang mereka peroleh tentu akan bertambah dan melalui kegiatan pembelajaran dengan model NHT, siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematisnya.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain diluar penelitian yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain penggunaan model pembelajaran, diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif diterapkan terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

a. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pema-haman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional.

b. Persentase ketuntasan belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih dari atau sama dengan 70% dari jumlah siswa.


(42)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kalau tidak ada kelas yang diunggul-kan dan kemampuan siswa masing-masing kelasnya homogen, maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil dua dari enam kelas secara acak. Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII B dengan jumlah siswa 36 orang sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang mengikuti model pem-belajaran kooperatif tipe NHT dan kelas VIII D dengan jumlah siswa 40 orang sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain

yang digunakan adalah pre-test post-test control design. Sebagaimana yang


(43)

25

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

E Y1 X Y2

P Y1 C Y2

keterangan:

E = Kelas eksperimen P = Kelas kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen yang mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together

C = Perlakuan pada kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional Y1 = Nilai pre-test

Y2 = Nilai post-test

C. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi sekolah, seperti

berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

2. Menyiapkan lembar observasi perilaku berkarakter dan keterampilan sosial

siswa yang diisi guru sebagai evaluasi pembelajaran berbasis karakter.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen,

yaitu kelas yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

untuk kelas kontrol, yaitu kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal dan jawaban tes pemahaman

konsep, serta aturan penskorannya.

5. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.

6. Melakukan uji coba soal tes, kemudian menghitung reliabilitas, daya pem-


(44)

26

7. Mengadakan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

8. Melaksanakan penelitian pada kelas yang mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe NHTdan pembelajaran konvensional.

a. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT,yaitu:

1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4

orang perkelompok.

2) Guru membagikan nomor kepada masing-masing siswa. Nomor ter-

urut dan sesuai dengan jumlah anggota di dalam kelompok tersebut.

3) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

4) Guru menyuruh masing-masing anggota kelompok untuk berpikir

bersama (heads together) untuk menjawab masalah-masalah atau

soal-soal yang ada di LKK. Siswa diharapkan dapat saling mem- bagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

5) Guru memanggil acak nomor siswa. Siswa dari tiap kelompok yang

bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa di dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut. Selanjutnya siswa yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut meng- angkat tangan dan berdiri untuk memberikan jawaban hasil berpikir bersama dengan anggota kelompoknya. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.

b. Langkah-langkah pembelajaran konvensional, yaitu:

1) Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.

Guru memberikan contoh soal apabila diperlukan.

2) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada materi yang

belum jelas.

3) Siswa diberi latihan soal dan diminta untuk mengerjakan latihan soal

tersebut secara individu ataupun berkelompok.

4) Setelah selesai mengerjakan latihan soal, siswa dan guru saling

mencocokan jawaban dari latihan soal yang telah dikerjakan.

5) Siswa diberi tugas berupa pekerjaan rumah (pr) ataupun tugas

mem-baca dan memahami materi selanjutnya.


(45)

27

10. Menganalisis dan menyusun hasil penelitian.

D. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan di awal dan akhir pokok bahasan terhadap siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran konvensional. Data tersebut merupakan data kuantitatif. Selain itu, data juga berupa data karakter siswa yang diperoleh dari lembar observasi

perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang diisi oleh guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis

yang berbentuk uraian. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pre-test) dan setelah

pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi, mengumpulkan data, dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian suatu penelitian. Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan untuk mengumpul-kan data mengenai karakter dan keterampilan sosial siswa. Lembar observasi berupa lembar pengamatan karakter dan keterampilan siswa yang diisi oleh guru.


(46)

28

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes pemahaman konsep siswa berupa butir soal berbentuk uraian. Materi yang diteskan adalah pokok bahasan Fungsi. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep. Indika-tor pemahaman konsep tersebut antara lain:

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

4. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

5. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

6. Mengaplikasikan konsep.

Untuk mengetahui apakah butir soal telah memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk tes, maka harus memenuhi kriteria tes yang baik diantaranya:

a. Validitas Isi

Validitas isi adalah validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif ter- hadap keseluruhan materi Fungsi yang diteskan. Validitas isi dari suatu tes pema-haman konsep matematis dapat diketahui dengan cara membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajar-an matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Bpelajar-andar Lampung.


(47)

29 Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa

dilakukan dengan menggunakan daftar check list (√) oleh guru. Hasil penilaian

terhadap tes untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5).

Selanjutnya instrumen tes diujicobakan pada kelompok siswa yang berada di luar sampel penelitian. Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX B. Uji coba instrumen tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir tes, dan daya beda butir tes.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan meng-gunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menun-jukkan hasil yang tetap sama (konsisten) atau bersifat ajeg (stabil). Untuk meng-ukur reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2011: 109), yaitu:

= −∑

keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya item tes yang digunakan dalam tes

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item


(48)

30 dimana: 2 2 2                  

N X N X

S i i

t

keterangan:

2

t

S = varians total

N = banyaknya data

Xi = jumlah semua data

Xi2 = jumlah kuadrat semua data

Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Antara 0,20 s.d 0,40 Reliabilitas rendah

Antara 0,40 s.d 0,70 Reliabilitas sedang

Antara 0,70 s.d 0,90 Reliabilitas tinggi

Antara 0,90 s.d 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Ruseffendi (Noer, 2010: 22)

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,88(Lampiran

C.1) untuk soal pre-test dan nilai r11= 0,84 (Lampiran C.2) untuk soal post-test.

Berdasarkan pendapat Ruseffendi, harga kedua r11 tersebut telah memenuhi

kriteria tinggi karena koefisien reliabilitasnya antara 0,70 s.d 0,90. Oleh karena itu, kedua instrumen tes matematika tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:


(49)

31

keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal Noer (2010: 23) Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar

0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah

0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah

Sudijono (2011: 372) Kriteria yang akan digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis adalah 0,31 ≤ TK ≤ 0,85 , yaitu soal memiliki indeks kesukaran yang sedang atau mudah.

Setelah menghitung tingkat kesukaran soal. Untuk soal pre-test diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,69 sehingga termasuk kategori soal yang sedang, soal nomor 2 memiliki interpretasi indeks

kesukaran 0,80 sehingga termasuk kategori soal yang mudah, soal nomor 3

memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,70 sehingga termasuk kategori soal yang

sedang, soal nomor 4 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,57 sehingga termasuk kategori soal yang sedang, dan soal nomor 5 memiliki interpretasi

T T I J TK


(50)

32

indeks kesukaran 0,78 sehingga termasuk kategori soal yang mudah. Dari 5 soal

tersebut, dapat diketahui bahwa 2 soal memiliki tingkat kesukaran dengan kate-gori mudah yaitu butir soal nomor 2 dan 5, serta 3 soal dengan katekate-gori sedang yaitu butir soal nomor 1, 3, dan 4 (Lampiran C.3).

Untuk soal post-test diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi

indeks kesukaran 0,75 sehingga termasuk kategori soal yang mudah, soal nomor 2

memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,73 sehingga termasuk kategori soal yang

mudah, soal nomor 3 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,84 sehingga termasuk kategori soal yang mudah, soal nomor 4 memiliki interpretasi indeks

kesukaran 0,65 sehingga termasuk kategori soal yang sedang, dan soal nomor 5

memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,70 sehingga termasuk kategori soal yang

sedang. Dari 5 soal tersebut, dapat diketahui bahwa 3 soal memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah yaitu butir soal nomor 1, 2, dan 3, serta 2 soal dengan kategori sedang yaitu butir soal nomor 4 dan 5 (Lampiran C.4).

d. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2011: 211), daya pembeda merupakan kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian dibagi dua sama besar, yaitu diambil 27% siswa yang memperoleh


(51)

33 nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Karno To dalam Noer (2010: 23) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:

= − keterangan:

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0,10 Sangat Buruk

0,10 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk

0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Agar Baik, perlu Revisi

0,30 ≤ DP ≤ 0,49 Baik

DP ≥ 0,50 Sangat Baik

Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis adalah 0,30 ≤ DP ≤ 0,49 dan DP ≥ 0,50, yaitu soal memiliki daya pembeda yang baik dan sangat baik.

Setelah menghitung daya pembeda soal. Untuk soal pre-test diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi daya beda 0,51 sehingga termasuk soal dengan kategori sangat baik, soal nomor 2 memiliki interpretasi daya beda 0,36


(52)

34

sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 3 memiliki interpretasi

daya beda 0,54 sehingga termasuk soal dengan kategori sangat baik, soal nomor 4

memiliki interpretasi daya beda 0,41 sehingga termasuk soal dengan kategori

baik, dan soal nomor 5 memiliki interpretasi daya beda 0,43 sehingga termasuk

soal dengan kategori baik. Dari 5 soal tersebut, dapat diketahui bahwa 3 soal yang daya pembeda dengan kategori baik yaitu butir soal nomor 2, 4, dan 5, serta 2 soal dengan kategori sangat baik yaitu butir soal nomor 1 dan 3 (Lampiran C.3). Untuk soal post-test diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi

daya beda 0,34 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 2

memiliki interpretasi daya beda 0,53 sehingga termasuk soal dengan kategori

sangat baik, soal nomor 3 memiliki interpretasi daya beda 0,48 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 4 memiliki interpretasi daya beda 0,30

sehingga termasuk soal dengan kategori baik, dan soal nomor 5 memiliki

inter-pretasi daya beda 0,47 sehingga termasuk soal dengan kategori baik. Dari 5 soal

tersebut, dapat diketahui bahwa 4 soal yang daya pembeda dengan kategori baik yaitu butir soal nomor 1, 3, 4, dan 5, serta 1 soal dengan kategori sangat baik yaitu butir soal nomor 2 (Lampiran C.4).

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran setiap butir soal yang telah diuraikan di atas, maka hasil tes uji coba tersebut direkap pada tabel berikut:


(53)

35

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Pre-Test

No Soal Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

1

0,88 (tinggi)

0,69 (sedang) 0,51 (sangat baik)

2 0,80 (mudah) 0,36 (baik)

3 0,70 (sedang) 0,54 (sangat baik)

4 0,57 (sedang) 0,41 (baik)

5 0,78 (mudah) 0,43 (baik)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba pre-test di atas, terlihat bahwa kelima

komponen tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga kelima butir soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mate-matis siswa.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Post-Test

No Soal Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

1

0,84 (tinggi)

0,75 (mudah) 0,34 (baik)

2 0,73 (mudah) 0,53 (sangat baik)

3 0,84 (mudah) 0,48 (baik)

4 0,65 (sedang) 0,30 (baik)

5 0,70 (sedang) 0,47 (baik)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba post-test di atas, terlihat bahwa kelima

komponen tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga kelima butir soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mate-matis siswa.

2. Instrumen Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial Siswa

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data karakter dan keterampilan sosial siswa dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar


(54)

36 observasi berupa pengamatan perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang diisi oleh guru. Lembar observasi siswa mencakup 6 poin, terdiri dari 4 poin perilaku berkarakter yang dicapai siswa dan 2 poin keterampilan sosial siswa. Perilaku berkarakter yang dicapai siswa, yaitu teliti, kreatif, pantang menyerah, dan rasa ingin tahu. Pada poin keterampilan sosial terdiri dari kerja sama dan tenggang rasa (Lampiran B.6).

Untuk menganalisis ketercapaian karakter dan keterampilan sosial siswa selama pembelajaran, maka dari instrumen lembar observasi dibuat rekapan ketercapaian dimana kriterianya sebagai berikut:

Belum tampak : jika siswa dan guru menilai karakter tersebut tidak (belum) dimiliki siswa.

Mulai tampak : jika menurut siswa karakter tersebut tidak dimiliki, namun menurut guru mulai terlihat walau belum dilaksanakan.

Sudah tampak : jika menurut siswa dan guru karakter tersebut sudah dimiliki, sudah dilaksanakan, namun intensitasnya masih jarang.

Membudaya : jika menurut siswa dan guru karakter tersebut sudah menjadi karakter siswa (menjadi ciri khas siswa).

Penilaian ketercapaian karakter siswa dikelas dengan menggunakan persentase ketercapaian pada tiap poin karakter, yaitu:


(55)

37 Pencapaian perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Lampiran C.20 dan C.21).

G. Analisis Data

Data skor pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis

meng-gunakan uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak sebelum pembelajaran. Sebelum melakukan analisis kesamaan dua rata-rata perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data pemahaman konsep matematis sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273):

= ( − )

keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat

Oi = frekuensi yang diamati (observasi)

Ei = frekuensi yang diharapkan


(56)

38

Kriteria pengujian: terima H0 jika x2hitung  x2tabel dengan χ ( ∝)( ),

dk = k – 3

Setelah dilakukan perhitungan data pre-test, pada kelas eksperimen diperoleh

x2

hitung= 7,47 dan pada kelas kontrol x2hitung = 5,22 dengan taraf nyata α = 0,05 dan

dk = k - 3, dari tabel chi kuadrat diperoleh x² tabel = 9,49. Berdasarkan kriteria

pengujian, maka terima Ho karena x2

hitung < x² tabel, yaitu data pre-test sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Lampiran C.7 dan C.8).

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki varians yang homogen atau sebaliknya. Menurut Sudjana (2005: 251) untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : 22

2

1 

  (kedua populasi memiliki varians yang homogen)

H1 : 22

2

1 

  (kedua populasi memiliki varians yang tidak homogen)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: Fhitung =

Kriteria uji: terima Ho jika Fhitung < ( , ) dengan ( , ) diperoleh

dari daftar distribusi F dengan peluang α. Untuk n1-1 adalah dk pembilang

(varians terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).

terkecil Varians

terbesar Varians


(57)

39

Setelah dilakukan perhitungan data pre-test, diperoleh nilai Fhitung = 1,57 dan nilai

( , ) = 1,71 dengan taraf nyata α = 0,10. Berdasarkan kriteria pengujian,

maka terima Ho karena Fhitung < ( , ), yaitu kedua populasi memiliki

varians yang homogen (Lampiran C.9).

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, data pre-test berdistribusi normal dan homogen.

Oleh sebab itu, uji kesamaan dua rata-rata dapat dilakukan menggunakan uji-t, uji dua pihak.

Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 237) sebagai berikut:

1) Hipotesis uji:

H0 : 1 2 (Rata-rata kemampuan awal pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan rata-rata kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1 : 1 2 (Rata-rata kemampuan awal pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak sama dengan rata-rata kemampuan awal pema-haman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajar-an konvensional)


(58)

40

3) Statistik uji:

dengan:

1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

n = ukuran sampel ke-2

4) Keputusan uji:

Terima H0 jika

2 1 1 2

1

1   

t t t , dimana

 2 1 1

t didapat dari daftar distribusi t

dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – ½ ). Untuk harga-harga t

lainnya H0 ditolak.

Setelah dilakukan perhitungan uji-t pada data pre-tes dengan taraf signifikansi

= 5% diperoleh thitung = -0,26 dan

2 1 1

t = 2,00 yang berarti, thitung berada diantara

-2,00 < thitung < 2,00. Berdasarkan kriteria pengujian, maka terima H0 yaitu

rata-rata kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan rata-rata kemampuan awal pema-haman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Lampiran C.10)

Untuk data skor post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis

menggunakan uji ketaksamaan dua rata-rata untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran


(59)

41 konvensional. Sebelum melakukan analisis ketaksamaan dua rata-rata perlu di-lakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas data.

1. Uji Normalitas

Setelah dilakukan perhitungan data post-test, pada kelas eksperimen diperoleh

x2

hitung= 2,43 dan pada kelas kontrol x2hitung = 4,31 dengan taraf nyata α = 0,05 dan

dk = k - 3, dari tabel chi kuadrat diperoleh x² tabel = 9,49. Berdasarkan kriteria

pengujian, maka terima Ho karena x2hitung < x² tabel, yaitu data post-test sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Lampiran C.11 dan C.12).

2. Uji Homogenitas Varians

Setelah dilakukan perhitungan data post-test, diperoleh nilai Fhitung = 2,20 dan nilai

( , ) = 1,74 dengan taraf nyata α = 0,10. Berdasarkan kriteria pengujian,

maka tolak Ho karena Fhitung berada di luar daerah penerimaan Ho dan terima H1,

yaitu kedua populasi memiliki varians yang tidak homogen (Lampiran C.13).

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, data post-test berdistribusi normal, tetapi tidak

homogen. Oleh sebab itu, uji ketaksamaan dua rata-rata dapat dilakukan meng-gunakan uji-t`.


(60)

42

1) Hipotesis uji:

H0 : 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang

meng-ikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan atau lebih rendah daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1 :1  2 (Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang

meng-ikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

2) Taraf signifikansi:  = 5%

3) Statistik uji:

dengan: w1 = /

w2 = /

t1 = ( ),( ) t2 = ( ),( )

4) Keputusan uji:

tolak H0 jika ` ≥ dan untuk harga t lainnya H0 diterima.

Setelah dilakukan perhitungan uji-t` pada data post-test, dengan taraf signifikansi

= 5% diperoleh t`hitung = 6,22 dan = 1,70. Berdasarkan kriteria

penguji-an, maka tolak H0 karena ` ≥ dan terima H1, yaitu rata-rata

pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe

= −

( / ) + ( / )

w wt wt w 2 1 2 2 1 1  


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa dapat diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa dalam hal berikut ini:

1. Aspek pemahaman konsep matematis siswa.

a. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pem-belajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Untuk datapre-test, indikator paling tinggi yang dicapai oleh kedua kelas, yaitu mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya sebab siswa telah memiliki kemam-puan awal untuk memahami cara mengklasifikasi objek menurut sifat ter-tentu sesuai dengan konsepnya. Indikator paling rendah yang dicapai oleh kedua kelas, yaitu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu kon-sep sebab siswa belum memiliki pemahaman awal tentang bagaimana cara


(2)

62 mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup pada suatu konsep. Untuk data post-test, indikator paling tinggi yang dicapai oleh kedua kelas, yaitu mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya sebab siswa telah memiliki kemampuan awal pada indikator ini dan mampu untuk mengembangkan dan memahami dengan baik cara mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Indikator paling rendah yang dicapai oleh siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matema-tika sebab siswa masih kurang tepat dan kurang memahami cara menyajikan suatu konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, sedangkan indikator paling rendah yang dicapai oleh siswa yang mengikuti pembela-jaran konvensional, yaitu mengaplikasikan suatu konsep sebab siswa masih kurang tepat dan kurang memahami cara mengaplikasikan suatu konsep. 2. Aspek ketuntasan belajar siswa. Persentase ketuntasan belajar siswa yang

mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih dari atau sama dengan 70% dari jumlah siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)70.

3. Aspek pembentukan karakter dan keterampilan sosial siswa. Pencapaian karakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada pencapaian karakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Pencapaian perilaku berkarakter tertinggi untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran koope-ratif tipe NHT pada indikator karakter (membudaya) dengan karakter yang paling banyak dan telah membudaya yang dicapai oleh siswa, yaitu teliti,


(3)

pantang menyerah, dan rasa ingin tahu, serta karakter yang paling sedikit dicapai oleh siswa, yaitu tenggang rasa. Sedangkan, untuk siswa yang meng-ikuti pembelajaran konvensional pada indikator mulai tampak dengan karakter yang paling banyak dan telah membudaya yang dicapai oleh siswa, yaitu rasa ingin tahu, serta karakter yang paling sedikit dan belum tampak yang dicapai oleh siswa adalah kreatif. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat menuntut keaktifan siswa dalam hal membaca, mendengarkan, teliti dan pantang menyerah dalam mengerjakan tugas yang diberikan secara berkelompok, dapat bekerja sama antaranggota kelompok dengan baik, saling menghargai antaranggota kelompok, aktif berinteraksi dalam hal bertanya dan berdiskusi dengan guru ataupun sesama siswa, dan sebagainya. Sedangkan pada pembelajaran konvensional, hanya beberapa siswa saja yang aktif ber-interaksi dalam hal bertanya. Sehingga, pencapaian perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang terdiri dari teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu, kerja sama, dan tenggang rasa lebih baik dan berhasil dicapai oleh siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep mate-matis siswa dan membentuk karakter siswa dengan menerapkan model pem-belajaran kooperatif tipe NHT secara optimal.


(4)

64

2. Diharapkan peneliti lain, dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjut atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Prestasi Belajar Indonesia [on line] tersedia:http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214[15 September 2012] Bennu, Sudarman. 2010. Pemahaman Konsep. [online]. Tersedia:

http://sudar-manbennu.blogspot.com/2010/02/pemahaman-konsep.html. [14 Mei 2012] Danfar. 2009. Efektivitas Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://dansite.word-press.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas. [1 Juli 2012]

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya

_________. 2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati, dan Mudjiono. 2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta: Bumi Aksara

Hanggara, Rendra. 2011.Membuat Matematika Mudah dan Menyenangkan. [online]. Tersedia:

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/410632/44/. [15 September 2012] Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Herdian. 2009.Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. [31 Maret 2012]


(6)

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila Rusman. 2011.Model-Model Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada Sagala, Syaiful. 2008.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta Sambas, Ali Murdin. 2010. Konsep Efektivitas Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html [14 April 2012]

Sasmita, Dewi. 2010.Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sutikno, M. Sobry. 2005.Pembelajaran Efektif.Mataram: NTP Pres


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

ENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

9 44 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 62