EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Trimurjo Semester Genap
Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
Endah Widyastuti

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

Endah Widyastuti


ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo
Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
ENDAH WIDYASTUTI

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2012/2013
sebanyak 210 siswa yang terdistribusi dalam tujuh kelas (VII.A-VII.G) dan
sampel diambil secara purposive sampling sehingga diperoleh kelas VII.E sebagai
kelas eksperimen dan VII.C sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah
post-test only control design. Data penelitian berupa nilai pemahaman konsep
matematis siswa yang diperoleh malalui posttest. Berdasarkan hasil analisis data,

diperoleh bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran
kooperatif tipe NHT efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

Kata Kunci : Efektivitas, NHT, Pemahaman Konsep Matematis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii

I.

II.


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

6


TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................................

8

1. Efektivitas Pembelajaran ...............................................................

8

2. Pembelajaran Kooperatif................................................................

9

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together ........... 10
4. Pemahaman Konsep Matematis ..................................................... 12
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 13
C. Hipotesis ............................................................................................ 15

v


III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 16
B. Desain Penelitian ............................................................................... 17
C. Data Penelitian .................................................................................... 18
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 18
E. Prosedur Penelitian ............................................................................ 18
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 19
G. Analisis data ....................................................................................... 21
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 25
1. Pemahaman Konsep Matematis Siswa ............................... ........... 25
2. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 25
3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep .................................... 26
B. Pembahasan ....................................................................................... 28
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 31
B. Saran .................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


vi

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan
potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu
menghadapi problematika yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakankan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat

wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia
pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar mencapai tujuan pendidikan nasional adalah
melalui pendidikan yang baik. Hal tersebut tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 berikut ini:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif

2
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi dalam pembelajaran akan terjadi jika ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa.
Proses belajar siswa yang baik akan tercipta jika guru dapat menerapkan model
pembelajaran yang menarik sehingga para siswa menjadi lebih semangat untuk

belajar dan dapat tercipta proses pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dalam
proses belajar agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Salah satu pelajaran dalam pendidikan formal adalah pelajaran matematika.
Matematika menjadi salah satu ilmu yang wajib dipelajari terutama oleh peserta
didik pada semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan siswa dengan menggunakan bilangan-bilangan dan
simbol-simbol serta ketajaman penalaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk
dapat menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan semangat belajar
siswa. Sehingga siswa dapat memiliki kemampuan pembelajaran pemahaman
mengenai konsep matematis.

Dalam belajar matematika, pemahaman konsep merupakan bagian penting yang
harus dicapai oleh siswa. Pemaham konsep matematis dapat dikuasai dengan baik
oleh siswa jika guru dapat menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif sehingga menciptakan kondisi belajar yang membangkitkan semangat
siswa. Dalam setiap pembahasan materi baru, harus selalu diawali dengan

3

pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara langsung maupun tidak
langsung. Pengenalan konsep secara langsung yaitu berupa konsep-konsep yang
menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan dalam pengenalan konsep tidak
langsung yaitu berupa rumus matematika atau berupa definisi. Selama ini dalam
pembelajaran matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan
berpengaruh terhadap pemahaman konsep selanjutnya. Pemahaman konsep awal
yang salah, akan menyebabkan kesalahan pada pemahaman konsep berikutnya.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran matematika yang
dapat membantu dalam memahami konsep matematis siswa. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif agar dapat meningkatkan
pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari matematika.

Banyak model pembelajaran kooperatif yang menjadi salah satu alternatif guru
dalam membantu siswa belajar untuk memahami suatu konsep matematis, salah
satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, model ini juga mendorong
siswa untuk lebih siap saat diskusi kelompok, meningkatkan semangat kerja sama
antarsiswa, meningkatkan komunikasi antarsiswa, dan bertanggungjawab atas
jawaban yang telah disimpulkan dalam kelompok belajarnya. Pada pembelajaran

kooperatif, setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh hasil
belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan dalam proses
belajar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil di mana setiap siswa diberikan nomor berbeda yang
akan saling bekerjasama untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu

4
tugas untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pembelajaran ini dapat
mendorong siswa untuk mempersiapkan diri, karena setiap siswa diberikan
kesempatan yang sama untuk mengemukakan jawabannya berdasarkan nomor
yang telah ditunjuk oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika
di SMP Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2012/2013 pada semester genap,
diketahui bahwa dalam pembelajaran guru cenderung aktif menjelaskan materi
pelajaran sedangkan siswa cenderung pasif, diam dan tidak banyak bertanya serta
tidak mengemukakan pendapat. Dalam kaitan ini masih banyak siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan guru, bahkan ada siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran dengan baik, bermain dan bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Saat guru mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, hanya sedikit siswa yang mau menjawab dan bertanya. Hal

ini disebabkan oleh guru yang mengajar di depan kelas hanya menjelaskan dan
memberikan latihan soal sehingga tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi
dengan teman lainnya yang melatih untuk saling bekerja sama serta aktivitas yang
dilakukan sebagian besar siswa hanya mendengarkan penjelasan

guru dan

mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan tulis, sedangkan siswa yang lain
tidak memperhatikan, tetapi bercakap-cakap antar teman. Pembelajaran di kelas
juga terlalu monoton yakni siswa hanya dijelaskan oleh guru dan mengerjakan
soal di buku cetak sehingga membuat siswa jenuh dalam belajar yang kegiatannya dihabiskan untuk hal yang sama. Kebanyakan siswa sudah merasa takut tidak
bisa mengerjakan soal matematika yang diberikan, siswa merasa matematika
hanya berisi rumus yang rumit, dan dalam pembelajaran di kelas juga tidak ada

5
permainan yang membuat mereka merasa tertantang yang membuat siswa hanya
pasif yang bila guru bertanya tentang kepahaman yang mereka dapat mereka
merasa sudah paham hanya untuk membuat guru tidak lebih lama untuk menjelaskan materi yang mereka anggap membosankan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang mampu
membuat siswa lebih aktif sehingga prestasi belajar mereka meningkat. Salah satu
upaya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
membuat siswa akan lebih aktif dengan mendiskusikan secara bersama-sama
pertanyaan yang diberikan guru

dan membuat semua harus siap untuk bisa

menjawab pertanyaan yang mewakili kelompoknya. Model ini mendorong siswa
untuk ikut berdiskusi dan mau ikut bekerjasama dalam menyelesaikan pertanyaan
supaya dapat menjawab pertanyaan di depan kelas jika kemungkinan ditunjuk
untuk maju mewakili kelompok berdasarkan nomor yang disebut guru yang telah
diberikan sebelum diberikan pertanyaan. Dengan model pembelajaran ini siswa
bisa lebih tertarik untuk belajar yang membuat siswa aktif sehingga tidak merasa
jenuh dan menyebabkan terjadinya interaksi antarsiswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
“Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif ditinjau dari pemahaman
konsep matematis siswa?”

6
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif
tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu pendidikan, terutama dalam pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi sekolah, dapat menyumbangkan pemikiran ilmu pengetahuan dalam
bidang matematika.
2. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model pembelajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis siswa.
3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain.
1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
dan sasarannya. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan efektif apabila

7
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa dengan
pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran dalam kelompokkelompok kecil yang memiliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu
penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban.
3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami
konsep pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil tes pemahaman
konsep. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam
penelitian

ini

mengacu

pada

peraturan

Dirjen

Depdiknas

Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004, yaitu::
a.

Menyatakan ulang suatu konsep.

b.

Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c.

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

d.

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

e.

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.

4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo semester
genap tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan Segiempat.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1.

Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas
berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya, ada pengaruh atau akibat, selain
itu efektif juga dapat diartikan dengan dapat membawa hasil, berhasil guna.
Sambas (2009: 9) mengatakan bahwa efektivitas berarti kemampuan dalam
melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa
untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diharapkan.

Menurut Uno (2011: 29), pada dasarnya efektivitas ditunjukkan untuk menjawab
pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Simanjuntak (1993: 80) juga mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan
atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai.

Istilah pembelajaran merupakan sebuah istilah baru yang digunakan untuk
menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Winataputra (2007: 118) mengatakan

9

bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan sistematis dan sistemik untuk
menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar.

Definisi efektivitas pembelajaran dikemukan oleh Hamalik (2008:171) bahwa
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk
belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.
Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan suatu komitmen serius
terhadap pengembangan pemahaman matematika siswa. Guru secara efektif
mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang
mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa menambah
pengalaman dan mendapat pelajaran berdasarkan pada pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.

Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2011: 241) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
rangkaian kegiatan belajar siswa yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Nurulhayati dalam Rusman (2011: 203)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan Isjoni (2011: 16) bahwa sebagian besar aktivitas pembelajaran

10

berpusat kepada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk
memecahkan masalah. Siswa yang berada dalam kelompok akan berusaha untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerjasama dan bertanggungjawab atas
siswa lainnya.

Lebih lanjut Suprijono (2010: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan
masalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan melibatkan partisipasi siswa
dalam kelompok untuk saling berinteraksi satu sama lain yakni berdiskusi
bersama memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan tertentu yang dipimpin
oleh guru.

3.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Nurhadi (2004: 67), model pembelajaran NHT dikembangkan oleh Spencer
Kagan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi
pelajaran tersebut. (Dalam Lie: 2007), model ini sangat memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban-jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT

11

merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dengan melibatkan siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga membantu para siswa dalam
meningkatkan kreativitas dan semangat kerja sama mereka satu sama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran untuk semua tingkatan usia peserta didik. Menurut Huda (2011: 136)
NHT memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk saling sharing ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, untuk menimgkatkan
semangat kerjasama siswa.

Sebagai suatu model pembelajaran NHT memiliki langkah-langkah, menurut
Huda (2011: 138) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
memiliki empat langkah, yaitu: Penomoran (Numbering), Pengajuan Pertanyaan,
Berpikir Bersama (Heads Together), Pemberian Jawaban.
Langkah 1: penomoran (Numbering)
Dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan empat orang secara heterogen sesuai dengan jumlah siswa
di dalam kelas dan kemudian memberikan masing-masing siswa nomor,
sehingga setiap siswa di dalam kelompoknya memiliki nomor yang
berbeda-beda.
Langkah 2: pengajuan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan diambil dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pertanyaan dalam
penelitian ini berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK).
Langkah 3: berpikir bersama (Heads Together)
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama, saling membagikan ide-ide, dan mempertimbangkan jawaban
yang tepat, serta saling menjelaskan jawaban kepada anggota dalam

12

kelompoknya yang belum paham, sehingga semua anggota dalam
kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut.
Langkah 4: pemberian jawaban
Guru memanggil salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok
yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa dalam kelompok
yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang
nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut berdiri untuk menjawab
pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi
jawaban tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.

4.

Pemahaman Konsep Matematis

Dalam pembelajaran tidak terlepas dari proses pemahamannya karena pemahaman
dalam belajar merupakan hal penting. Jika dalam belajar tidak paham akan materi
yang dipelajari maka akan susah mencapai keberhasilan belajar. Pada proses
belajar melibatkan memori jangka pendek (memori bekerja) dan memori jangka
panjang. Memori jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas untuk dapat
memahami, sedangkan memori jangka panjang mempunyai kapasitas tidak terbatas dan bersifat permanen dalam menyimpan pengetahuan.

Konsep adalah pengertian yang digunakan atau memungkinkan seseorang untuk
mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek termasuk atau tidak termasuk
dalam pengertian tersebut. Winkel (2004: 44), mendefinisikan konsep sebagai

13

suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri
sama. Konsep matematika dapat pula diartikan sebagai suatu ide abstrak tentang
suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama
dari sekumpulan objek sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan objek atau kejadian dan sekaligus menerangkan apakah objek
tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
matematika adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau memahami
materi atau objek yang meliputi fakta, keterampilan, konsep dasar atau aturanaturan dalam matematika.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes
pemahaman konsep. Untuk menilai pemahaman konsep matematika dapat
dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep
matematika menurut peraturan Dirjen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004
tanggal 11 November 2004.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerja sama antar siswa dan peran aktif siswa sebagai individu untuk bekerja sama
dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran dan diarahkan untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran. kerjasama dan peran aktif siswa sangat
diperlukan dalam pembelajaran, agar siswa dapat memahami konsep dalam suatu
materi pelajaran dengan baik.

14

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.
Sehingga siswa diharapkan tertarik dalam setiap pelajaran, khususnya pelajaran
matematika. Sebab, apabila siswa tertarik dengan pelajaran matematika, maka
siswa diharapkan dapat memahami konsep matematis dengan baik.

Pembelajaran dengan model NHT diawali dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan tujuan agar kemampuan siswa dalam setiap kelompok merata. Setelah itu, guru melakukan
penomoran (Numbering) agar setiap anggota dari masing-masing kelompok mendapatkan nomer yang berbeda. Dalam tahap penomoran, siswa diharapkan lebih
tertarik saat pembelajaran sehingga dapat memacu siswa untuk memahami materi
yang diberikan. Selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan berupa Lembar Kerja
Kelompok (LKK). Pemberian LKK diharapkan agar siswa dapat menggali
pengetahuan baru bersama anggota kelompoknya dari pertanyaan-pertanyaan
yang ada di LKK tersebut. Kemudian, masing-masing kelompok dapat berpikir
bersama (Heads Together) untuk membahas LKK. Kegiatan ini dilakukan agar
siswa dapat saling memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
tepat, serta memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari

15

pertanyaan yang ada di LKK, sehingga siswa dapat menambah dan meningkatkan
pemahaman konsep matematisnya dari hasil berpikir bersama. Kegiatan
selanjutnya, guru memanggil acak nomor siswa. Siswa dari setiap kelompok yang
bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Kemudian, guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus memberikan jawaban hasil berpikir bersama. Siswa yang nomornya dipilih oleh guru
dari kelompok tersebut berdiri untuk memberikan jawaban kepada seluruh kelas.
Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.
Kegiatan ini dilakukan untuk mematangkan pemahaman konsep matematis siswa,
dan membuat siswa agar lebih berani untuk mengungkapkan ide-ide, dan dapat
saling memberikan pengetahuan yang baru hasil berpikir bersama anggota
kelompok dan kepada siswa yang lain, serta agar siswa berani tampil di depan
kelas.

C. Hipotesis
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah “Pembelajaran kooperatif tipe NHT
efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman
konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran
2012/2013”
Hipotesis khusus dalam penelitian ini adalah “ pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari
pemahaman
konvensional”.

konsep

matematis

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran

16

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1
Trimurjo tahun pelajaran 2012/2013 semester genap sebanyak 210 siswa yang
terdistribusi dalam tujuh kelas (VII.A-VII.G). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling. Diambil dua kelas dari tujuh
kelas yang rata-rata nilai ujian semester ganjilnya sama atau hampir sama dengan
rata-rata nilai populasi. Satu kelas pada sampel sebagai kelas eksperimen, yaitu
pembelajaran menggunakan model NHT dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol
yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah mendapatkan nilai ujian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, dari guru mata
pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo diperoleh nilai kelas
sebagai berikut:

17
Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kelas hasil ujian semester ganjil T.P 2012/2013
NO. Kelas
Nilai Rata - Rata
1

VII.A

55,53

2

VII.B

52,47

3

VII.C

49,81

4

VII.D

51,63

5

VII.E

47,43

6

VII.F

51,73

7

VII.G

34,89

Rata – Rata populasi

49,07

Sumber : SMP Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2012/2013

Dari ketujuh kelas tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu
kelas VII.C sebagai kelas kontrol dan kelas VII.E sebagai kelas ekperimen.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain
post-test only control design, sebagaimana dikemukakan Furchan (2007:368)
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok

Perlakuan

E

X

O1

P

C

O2

Post-test

Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau kontrol
X = Pembelajaran kooperatif tipe NHT
C = Pembelajaran konvensional
O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen
O2 = Skor post-test pada kelas kontrol

18
C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data nilai yang diperoleh
melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan di akhir pokok bahasan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes.
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep
matematis.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Penelitian Pendahuluan, penelitian pendahuluan berguna untuk
melihat kondisi sekolah, seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan
cara mengajar guru matematika selama pembelajaran di sekolah.
2. Merencanakan penelitian
a. Menentukan sampel penelitian.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran NHT untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
untuk kelas kontrol.
c. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada
siswa pada saat diskusi kelompok.
d. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi
tes pemahaman konsep matematis, kemudian membuat soal esai beserta
penyelesaian dan aturan penskorannya.

19
3. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan
pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional.
4. Menguji cobakan instrumen pada kelas uji coba, yang mana tes instrumen
tersebut akan digunakan sebagai tes akhir.
5. Menganalisis data hasil uji coba instrumen tes uji coba pada kelas uji coba
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.
6. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat.
7. Melakukan perbaikan instrumen tes.
8. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
9. Menganalisis/mengolah data hasil posttest.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang memuat soal-soal
esai untuk mengukur pemahaman konsep matematis. Setiap soal memiliki satu
atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Untuk mendapatkan data yang
akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria tes yang baik, yaitu memenuhi kriteria valid dan realibel.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum
yang hendak diukur.

20
Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik
dilakukan langkah-langkah berikut:
a.

Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b.

Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

c.

Meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen pembimbing yang dipandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Dengan asumsi bahwa guru pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1
Trimurjo mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka untuk mengukur
validitas tes dilakukan oleh guru matematika. Penilaian guru matematika
menyatakan bahwa kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang digunakan telah
sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga validitas
isi dari tes tersebut dikategorikan valid (Lampiran B.5).

2.

Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes.
Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau bersifat ajeg (stabil). Untuk menentukan
tingkat reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha (dalam Arikunto, 2006:
195), yaitu :

r11

k
k 1

2
b

1

2
t

Keterangan :
r11
: koefisien reliabilitas instrumen (tes)
k
: banyaknya item

21
2
b

2
t

: jumlah varians dari tiap-tiap item tes
: varians total

Menurut Arikunto (2003:75), harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan
indeks reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Antara 0.800 sampai dengan 1.000:
Antara 0.600 sampai dengan 0.800:
Antara 0.400 sampai dengan 0.600:
Antara 0.200 sampai dengan 0.400:
Antara 0.000 sampai dengan 0.200:

sangat tinggi
tinggi
cukup
rendah
sangat rendah

Hasil perhitungan reliabilitas tes diperoleh harga r11 = 0,74. Berdasarkan pendapat
Arikunto di atas instrumen tes pemahaman konsep matematis yang digunakan
dalam penelitian memiliki kriteria tinggi, sehingga instrumen tes dapat digunakan
dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan diperlukan suatu analisis data
sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau
sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini (dalam Sudjana, 2005: 273), adalah:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:
k
2
xhitung
i 1

Oi

Ei
Ei

2

22
Dengan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapan
k = banyaknya kelas interval
Kriteria uji : terima H0 jika

dengan taraf nyata (α) =0,05.

(Sudjana, 2005: 273).

Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pemahaman konsep matematis siswa
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan uji
normalitas kelompok data dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.5.

Berdasarkan hasil analisis data untuk kelas eksperimen diperoleh

= 5,62,

dengan derajat kebebasan dk = 3 dan taraf nyata (α) 0,05 diperoleh

= 7,81.

Untuk kelas kontrol diperoleh
dan taraf nyata (α) 0,05 diperoleh

= 1,91, dengan derajat kebebasan dk = 3
= 7,81.

Karena

berdasarkan kriteria pengujian maka terima H0, jadi nilai pemahaman konsep
matematis siswa dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional
keduanya berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas Varians

Uji kesamaan dua varians (homogenitas) digunakan untuk mengetahui apakah
data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki
varians sama atau sebaliknya. Adapun Hipotesis untuk uji ini adalah:
2

H0 :

1

H1 :

1

2

(kedua populasi memiliki varians yang sama)

2

2

2
2

(kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)

23
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

Varians terbesar
Varians terkecil

Fhitung =

Kriteria uji: tolak H0 jika

, dengan

diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang
derajat kebebasan pembilang, dan

, sedangkan

adalah

adalah derajat kebebasan penyebut.

(Sudjana, 2005 : 250).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data pemahaman konsep matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai Fhitung
dengan (Lampiran C6). Karena
terima

2,48 sedangkan
karena itu

yang kedua populasi data nilai pemahaman konsep matematis siswa

dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional mempunyai varians
yang sama.

c) Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, diketahui bahwa kedua data pemahaman konsep
matematis siswa berdistribusi normal tetapi tidak homogen, sehingga untuk
mengetahui adakah perbedaan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, digunakan uji-t’.

24
Adapun uji-t` dalam Sudjana (2005: 241) sebagai berikut:
1) Hipotesis uji:
H0 :

1

2

(Rata-rata

nilai

pemahaman

konsep

dengan

menggunakan

pembelajaran NHT sama dengan rata-rata nilai pemahaman konsep
dengan pembelajaran konvensional).
H1 :

1

2

(Rata-rata nilai

pemahaman

konsep

dengan menggunakan

pembelajaran NHT lebih dari rata-rata nilai pemahaman konsep
dengan pembelajaran konvensional).
2) Taraf signifikansi:

= 5%

3) Statistik uji:

dengan:
w1 =
w2=
t1 =
t2 =
4) Keputusan uji:
tolak H0 jika

dan untuk harga t lainnya H0 diterima.

62

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa.

Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
lebih dari rata-rata nilai yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran NHT sebagai salah satu alternatif
dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep matematika, namun
dalam penerapannya harus dilakukan dengan perencanaan yang matang,
pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana
belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas
pembelajaran NHT

ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa agar

dapat mengkondusifkan dan mengelola siswa dengan baik, sehingga
pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran NHT di kelas benar-benar
kondusif.

32

3. Peneliti lain dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjutan atau
penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya
Furchan,Arief.2007.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Belajar
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Lie, A. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Nurhadi. 2004. Kurikulum
2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo.
Sambas, Ali Murdin. 2010.Konsep Efektivitas Pembelajaran. [online].Tersedia:
http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html[14 April
2012
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperatif Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.
Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Lampung University Press.
Lampung.
Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta
Winkel, W.S.2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 62