PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KARANG ANYAR GEDUNGTATAAN PESAWARAN TP 2013/2014
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KARANGANYAR
GEDUNGTATAAN PESAWARAN TP 2013/2014 Oleh
HERTIKA DEWI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran TP 2013/2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar soal tes dan lembar pengamatan aktivitas siswa dan kinerja guru. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif berupa observasi dan teknik analisis data kuantitatif berupa tes.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada siklus I pertemuan 1 aktivitas belajar siswa mencapai 60,25 % dengan kriteria ”Cukup Baik” siklus I pertemuan 2 mencapai 66,5% dengan kriteria ”Baik” meningkat pada siklus II pertemuan I mencapai 77
% dengan kriteria ”Baik” dan siklus I pertemuan 2 mencapai 82% dengan kriteria
”Sangat Baik”. Meningkatnya aktivitas belajar siswa juga berdampak pada
meningkatnya hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus I mencapai 60% dengan penghargaan ”Tim Baik” 3 kelompok, ”Tim Hebat” 2 kelompok dan siklus II ketuntasan belajar secara klasikal naik menjadi 85% dengan penghargaan ”Tim
Hebat” 4 kelompok dan ”Tim Super” 1 kelompok.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ... 8
1.Pengertian Model Pembelajaran ... 8
2.Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 9
3.Pembelajaran Kooperatif ... 9
4.Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 11
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 11
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 11
2.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .... 14
3.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 16
C. Pengertian Aktivitas Belajar ... 16
D. Hasil Belajar ... 17
E. Pembelajaran Matematika`... 18
F. Hipotesis Tindakan ... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 21
B. Setting Penelitian ... 22
1. Subjek ... 22
2. Lokasi Penelitian ... 23
(7)
2. Teknik Tes ... 24
E. Alat Pengumpul Data ... 24
F. Teknik Analisis Data ... 27
1. Analisis Data Kualitatif ... 27
2. Analisis Data Kuantitatif ... 28
G. Urutan Tindakan Penelitian ... 29
H. Indikator Keberhasilan ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 34
B. Deskripsi dan Refleksi Awal ... 35
C. Hasil Penelitian ... 36
1. Siklus I ... 36
a. Tahap Perencanaan ... 36
b. Tahap Pelaksanaan ... 37
c. Tahap Observasi ... 42
d. Tahap Refleksi ... 52
2. Siklus II ... 53
a. Tahap Perencanaan... 53
b. Tahap Pelaksanaan ... 53
c. Tahap Observasi ... 58
d. Tahap Refleksi ... 67
D. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 68
1. Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... 68
2. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 70
3. Rekapitulasi Hasil Belajar ... 72
E. Pembahasan ... 76
1. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika 76 2. Kinerja Guru dalam Pembelajaran Matematika ... 76
3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika.... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil belajar matematika siswa kelas IV pada semester ganjil ... 3
2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 14
2.2 Perhitungan skor perkembangan ... 15
2.3 Tingkat penghargaan kelompok ... 15
3.1 Lembar observasi aktivitas siswa ... 25
3.2 Lembar observasi kinerja guru ... 26
4.1 Tabel keadaan guru dan karyawan SD Negeri 2 Karanganyar ... 35
4.2 Pembagian kelompok ... 39
4.3 Hasil aktivitas siswa siklus I ... 44
4.4 Hasil kinerja guru siklus I ... 46
4.5 Hasil tes siklus I ... 48
4.6 Nilai kelompok siklus I ... 52
4.7 Hasil aktivitas siswa siklus II ... 59
4.8 Hasil kinerja guru siklus II ... 61
4.9 Hasil tes siklus II ... 63
4.10 Nilai kelompok siklus II ... 67
4.11 Rekapitulasi peningkatan aktivitas siswa ... 68
4.12 Rekapitulasi rata-rata nilai kinerja guru ... 71
4.13 Rekapitulasi hasil belajar kelompok ... 72
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Izin penelitian dari Universitas Lampung ... 83
2. Surat keterangan penelitian dari sekolah ... 84
3. Surat pernyataan teman sejawat ... 85
4. Silabus ... 86
5. RPP siklus I ... 88
6. RPP siklus II ... 92
7. Daftar nama kelompok STAD ... 96
8. Lembar kerja siswa siklus I pertemuan 1 ... 97
9. Lembar kerja siswa siklus I pertemuan 2 ... 98
10. Lembar tes siklus I dan kunci jawaban ... 99
11. Daftar skor dasar siklus I ... 100
12. Daftar nilai tes siklus I ... 101
13. Data hasil belajar siklus I ... 102
14. Lembar kerja siswa siklus II pertemuan 1 ... 104
15. Lembar kerja siswa siklus II pertemuan 2 ... 105
16. Lembar tes siklus II dan kunci jawaban ... 106
17. Daftar skor dasar siklus II ... 107
18. Daftar nilai tes siklus II ... 108
19. Data hasil belajar siklus II ... 109
(10)
21. Data aktivitas belajar siswa siklus I ... 113
22. Data aktivitas belajar siswa siklus II ... 114
23. Lembar observasi kinerja guru ... 115
24. Data aktivitas kinerja guru siklus I ... 117
25. Data aktivitas kinerja guru siklus II ... 118
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara formal dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut dengan sekolah. Dalam proses pendidikan di sekolah melibatkan banyak komponen di antaranya guru, siswa, bahan ajar, sarana, dan prasarana, sumber belajar, media pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam proses pembelajaran itu, mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta bertanggung jawab.
(13)
Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, proses pembelajaran di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, berilmu, cakap, mandiri serta aktif seperti kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen dan juga kemampuan untuk bertanya dan berpendapat.
Proses belajar yang hanya berpusat pada guru khususnya dalam pembelajaran matematika dapat menimbulkan pembelajaran yang tidak bermakna sehingga berdampak pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang dapat menimbulkan aktivitas negatif pada siswa seperti siswa menjadi pasif, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak kreatif, kurang inisiatif, dan tidak termotivasi untuk belajar. Demikian pula yang terjadi di SD Negeri 2 Karanganyar. Hal tersebut perlu diperbaiki dengan jalan mengubah pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa sejalan dengan teori belajar konstruktivisme.
Menurut Trianto (2009: 56) dalam teori konstruktivisme satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa diarahkan untuk dapat belajar menemukan dan membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya sehingga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan ide-ide yang siswa miliki. Belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Ada tiga potensi yang harus diubah
(14)
3
melalui belajar, yaitu potensi intelektual, potensi moral kepribadian, dan keterampilan mekanik/otot (Aqib, 2013: 66).
Pembelajaran matematika di SD seharusnya diarahkan pada ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sementara di sisi lain kita tahu bahwa matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik, dan abstrak (fakta, konsep, dan prinsip). Oleh sebab itu, pembelajaran matematika khususnya di SD membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, guru dan instansi pendidikan yang terkait. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan menciptakan suatu kondisi belajar yang menyenangkan, sehingga pembelajaran matematika menjadi kegiatan yang bermakna dan mudah diterima oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada SD Negeri 2 Karanganyar hasil belajar matematika pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah, dengan siswa yang tuntas belajar adalah 8 siswa atau 40% dari jumlah seluruhnya 20 siswa dengan standar KKM 65. Data selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Hasil belajar matematika siswa kelas IV pada semester ganjil No Rentang Nilai Banyaknya
Siswa
Persentase (%)
Kriteria
1 ≥ 65 8 40% Tuntas
2 < 65 12 60 % Belum Tuntas
Jumlah 20 100,00
(15)
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar matematika pada SD Negeri 2 Karanganyar tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center) dan guru belum menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif seperti tipe STAD.
Bertolak dari fenomena di atas, penulis ingin melakukan perbaikan pembelajaran dengan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tersebut, antara lain melalui pemilihan model pembelajaran yang sesuai. Salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebab menurut Trianto (2009: 68) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku yang bekerja dalam kelompok untuk mencapai penghargaan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang diberi judul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Penerapan Model Pembelajaran KooperatifTipe STAD Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran TP 2013/2014”.
(16)
5
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terungkap beberapa permasalahan di dalam pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan Pesawaran, yaitu sebagai berikut.
1. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif cenderung pasif pada saat kegiatan pembelajaran.
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 3. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran
berlangsung.
4. Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 5. Rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa yang
tuntas belajar dengan KKM 65 hanya 40 % dari seluruh siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya dibatasi pada aktivitas dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan Pesawaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
(17)
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan Pesawaran TP 2013/2014?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan Pesawaran TP
2013/2014?
E.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan Pesawaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
F.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan di SDN 2 Karanganyar adalah sebagai berikut.
(18)
7
1.Bagi Siswa
a. Siswa memperoleh kesempatan menunjukkan kemampuan masingmasing.
b. Siswa memperoleh kesempatan berhasil dalam belajar.
c. Siswa memperoleh pengalaman dalam belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2.Bagi Guru
a. Memperoleh pengalaman, tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Sebagai bahan masukan tentang model pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3.Bagi Sekolah
a. Sebagai informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas kelulusan.
b. Memberikan inovasi pembelajaran melalui model pembelajaran yang bervariasi guna meningkatkan mutu sekolah dan para pendidik.
4.Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga kelak menjadi guru yang profesinal di kemudian hari.
(19)
(20)
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan belajar siswa. Model pembelajaran yang sesuai akan sangat membantu dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah terwujud. Soekamto, dkk. (Trianto, 2009: 22) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.
Senada dengan yang diutarakan oleh Komalasari (2010: 57) bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah wadah atau bungkus dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
(21)
Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka sistematis mengenai tata cara guru dalam mengatur jalannya pembelajaran demi terwujudnya tujuan pembelajaran.
2. Jenis-jenis Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 58-88) terdapat beberapa jenis model pembelajaran, yaitu :
a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah b. Model Pembelajaran Kooperatif c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek d. Model Pembelajaran Pelayanan e. Model Pembelajaran Berbasis Kerja f. Model Pembelajaran Konsep
g. Model Pembelajaran Nilai
Dari beberapa jenis model pembelajaran di atas, guru dapat memilih model pembelajaran yang dianggap paling sesuai dalam pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model yang dianggap peneliti paling tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif dikenal juga sebagai pembelajaran secara berkelompok. Menurut Slavin (2005: 10) semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu
(22)
10
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Tugas-tugas yang diberikan bukan untuk melakukan sesuatu, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim.
Menurut Trianto (2009: 56) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme sehingga pembelajaran ini muncul dengan konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami hal yang sulit jika mereka saling membantu memecahkan masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Sama halnya Taniredja (2013: 55) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dalam jumlah kecil terdiri dari 4-6 orang yang bertujuan untuk merangsang siswa dalam belajar sehingga siswa dapat menemukan dan memahami konsep dalam pemecahan masalah.
Menurut Arends (Trianto, 2009: 65) ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
(23)
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerja sama antara siswa, saling kebergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran bergantung dari individu dalam kelompok.
4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Jenis-jenis pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005: 11) adalah sebagai berikut.
a. Student Team Achievement Division (STAD)
b. Team Games Tournament (TGT)
c. Jigsaw
d. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
e. Team Accelerated Instruction (TAI)
Kelima jenis pembelajaran kooperatif tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tetapi dengan cara yang berbeda.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk. di Universitas John Hopkins pada tahun 1995. Menurut Slavin (2005: 143), model
(24)
12
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dan paling tepat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pendekatan dengan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pernyataan Slavin (2005: 11-12) penjelasan mengenai STAD adalah sebagai berikut.
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan dengan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.
Menurut Trianto (2009: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin (2005: 12-13) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu :
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. 3. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan
(25)
kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar, yang pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen yang bekerja sama saling membantu dengan tetap memperhatikan hasil kerja kelompok dan individu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Menurut Trianto (2009: 69) ada 5 persiapan yang harus dilakukan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kerja siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antarsatu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik. Dalam hal ini penulis menamai masing-masing kelompok dengan nama bunga agar memudahkan dalam membagi kelompok.
(26)
14
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai akhir semester sebelumnya.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam setiap model pembelajaran terdapat langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dari awal sampai akhir. Slavin (2005: 147-163) menyatakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disusun sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan. Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(27)
Menurut Slavin (Trianto, 2009: 71-73) pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.
a. Menghitung skor individu
Untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti berikut.
Tabel 2.2 Perhitungan skor perkembangan
Nilai Tes Skor perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
0 poin 10 poin di bawah sampai 1 poin di
bawah skor awal
10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas
skor awal
20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor
awal
30 poin Nilai sempurna (tanpa
memerhatikan skor awal)
30 poin
b. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tabel berikut.
Tabel 2.3 Tingkat penghargaan kelompok
Rata-rata Tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5 -
5 < x ≤ 15 Tim Baik
15 < x ≤ 25 Tim Hebat
25 < x ≤ 30 Tim Super
c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.
(28)
16
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Adesanjaya (2011: 68) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya keterampilan guru dalam manajemen kelasnya, guru mampu menyatukan siswa dengan berbagai keanekaragamannya dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat mengatasi kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran ini.
C. Pengertian Aktivitas Belajar
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik bentuk interaksi siswa dengan guru. Menurut Sriyono (2008: 14) aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses pembelajaran seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan
(29)
guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Aktivitas belajar adalah proses mental, emosional atau proses berpikir dan merasakan. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang belajar). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut (Winataputra, 2007: 2.4).
Aktivitas belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, yang tujuan kegiatannya adalah perubahan tingkah laku, baik menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2000: 11).
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani, yang mengarah pada proses pembelajaran seperti memperhatikan penjelasan guru tentang model pembelajaran tipe STAD, merespon aktif arahan guru tentang pembagian kelompok STAD, kesungguhan dalam mengerjakan tugas dalam kelompok STAD, aktif berdiskusi antaranggota dalam kelompok STAD, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam model pembelajaran tipe STAD.
D. Hasil Belajar
Setiap pembelajaran yang dilakukan siswa pada akhirnya akan menghasilkan hasil belajar. Setiap guru pasti menginginkan hasil belajar yang terbaik bagi siswanya. Adapun pengertian hasil belajar sangat beragam.
(30)
18
Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Noehi (2007: 25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan individu tersebut. Menurut Bloom dalam Agus (2010: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang didukung dengan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi manusia saja.
Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok, untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
E. Pembelajaran Matematika
Matematika sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan pengetahuan, di mana matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, menghitung dan mengukur. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, grafik, diagram atau tabel (Suherman, 2003: 16).
(31)
Menurut Dienes (Karso, 2007: 1.17) matematika sebagai pelajaran struktur, klasifikasi struktur. Relasi-relasi dalam struktur, dan mengklasifikasikan relasi-relasi antara struktur. Ia percaya matematika dapat dipahami dengan baik oleh siswa apabila matematika disajikan dalam bentuk konkret.
Johonson dan Rising (Budi, 2010: 8) mendefinisikan matematika sebagai berikut.
1. Matematika adalah pola berpikir dan pola mengorganisasikan pembuktian yang logis.
2. Matematika semacam bahasa, yaitu bahasa yang menggunakan simbol-simbol dan lambang-lambang yang didefinisikan dengan padat, cermat, jelas dan akurat.
3. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teorinya dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat dan teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
4. Matematika adalah ilmu tentang pola dan keteraturan pola.
5. Matematika adalah suatu seni, keindahan di mana keteruntutannya, keharmonisannya, keteraturan cara berpikir dan cara uraiaan pembahasannya.
Budi (2010: 5) menyatakan bahwa matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
3. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, seni, bahasa dan suatu alat, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
(32)
20
satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala-gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut (Noehi, 2007: 26).
Hipotesis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: “Apabila dalam pembelajaran matematika guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan
(33)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang telah diungkapkan dalam latar belakang adalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran (Arikunto S., 2010: 135).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut
Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Hopkin dalam Emzir, 2008: 234).
Dalam konteks pendidikan, PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran dengan menggunakan prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi (Arikunto S., 2010: 39).
(34)
22
Prosedur penelitian yang digunakan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 Siklus PTK ( Adaptasi dari Arikunto S., 2010: 137).
B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran, yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Refleksi
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan Pelaksanaan Perencanaan
Siklus I
Siklus II
(35)
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran tepatnya di Jalan Branti Raya Desa Karanganyar.
3. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, bulan April sampai dengan Juli 2014 kurang lebih 4 bulan. Kegiatan penelitian meliputi perencanaan (membuat proposal PTK, RPP, dan lembar kerja siswa) sampai tahap pelaksanaan dan pelaporan.
C. Sumber Data
Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan observasi kinerja guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes tertulis yang dievaluasi dengan skor (angka).
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh peneliti berdasarkan instrumen penelitian, yakni berupa teknik nontes dan tes.
1. Teknik Nontes
Teknik nontes merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data kualitatif. Penilaian atau evaluasi dilakukan dengan tidak menguji siswa melainkan melalui pengamatan/observasi. Data teknik nontes diperoleh dari aktivitas siswa dan kinerja guru. Pada lembar aktivitas siswa, observer memberi skor dengan skala 1-4 pada kolom indikator penilaian aktivitas
(36)
24
siswa, sedangkan pada lembar Instrument Penilaian Kinerja Guru (IPKG) digunakan skor 1-4. Lebih jelasnya lihat di lampiran.
2. Teknik Tes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif. Penilaian atau evaluasi menggunakan bentuk pertanyaan baik lisan, tertulis, maupun unjuk kerja. Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes diberikan pada akhir pertemuan setiap siklus dalam bentuk soal tes formatif.
E. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD, pembelajaran di kelas lebih efektif, apa pengaruhnya serta bagaimana perkembangan pembelajarannya. Observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi terhadap aktivitas siswa, dan menggunakan lembar IPKG untuk mengamati kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
2. Instrumen berupa tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui hasil belajar siswa berupa pengetahuan yang diperoleh setelah digunakannya model pembelajaran tipe STAD.
(37)
Tabel 3.1 Lembar observasi aktivitas siswa Nama
Anggota
Kelompok A B C D E
%
1
2
3
4
5
No Kelompok
Aspek
Yang Diamati Skor
Kriteria ∑ skor aktivitas Persentase rata-rata (%)
Aktivitas yang diamati dalam pelaksanaan pembelajaran oleh observer adalah sebagai berikut.
A = Memperhatikan penjelasan guru
B = Merespon aktif arahan guru tentang pembagian kelompok C = Kesungguhan dalam mengerjakan tugas
D = Aktif berdiskusi antaranggota kelompok
(38)
26
Tabel 3.2. Lembar observasi kinerja guru
1 2 3 4
I Pra Pembelajaran
1 Kesiap an ruangan, alat dan media 2 M emeriksa kesiap an siswa
II Membuka Pelajaran
1 M emberi pre-test
2 M eny amp aikan komp etensi y ang akan di cap ai serta memotivasi siswa
III Kegiatan Inti
A Penguasaan M ateri
1 M enunjukkan p enguasaan materi
2 M engaitkan materi dengan p engetahuan lain y ang relevan
3 M eny amp aikan materi sesuai hirarki belajar B M odel Pembelajaran
1 Pembagian kelomp ok secara heterogen 2 Pembagian tugas kep ada kelomp ok 3 M embimbing kelomp ok dalam bekerja 4 M embimbing siswa dalam p resentasi 5 M emberi tanggap an hasil kerja kelomp ok 6 M eny imp ulkan jawaban setiap p ertany aan C M edia Pembelajaran
1 M enumbuhkan p artisip asi aktif siswa 2 Pesan y ang dimuat dalam media jelas 3 M edia rancangan guru
4 Relevan dengan p esan y ang akan disamp aikan 5 M elibatkan siswa dalam p enggunaan media 6 Terbaca dan mudah dip ahami
7 M enarik p erhatian siswa D Kemamp uan M atematika
1 M endemonstrasikan p enggunaan materi matematika dalam bentuk fakta, konkret 2 M eny amp aikan informasi melalui bilangan 3 M embentuk sikap cermat dan kritis E Penilaian
1 M emantau kemajuan belajar 2 M elakukan p enilaian akhir
IV Penutup
1 M eny imp ulkan p elajaran bersama siswa 2 M elakukan refleksi p embelajaran 3 M eny usun rangkuman bersama siswa 4 M elaksanakan tindak lanjut
No Asp ek Yang Diamati Skor
Jumlah Skor Perolehan Kriteria
Nilai
(39)
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif, dengan teknik sebagai berikut.
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, serta untuk menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa % A = S X 100 %
SM
Keterangan :
% A = Aktivitas siswa S = Jumlah skor SM = Skor maksimum
( Adaptasi dari Arikunto S., 2010: 54) Dengan keterangan sebagai berikut.
Nilai Kategori
0 – 50 Kurang
51 – 65 Cukup
66 – 80 Baik
81 – 100 Sangat Baik ( Adopsi dari Kemendikbud, 2013 : 131 )
b. Rumus analisis kinerja guru
Nilai = Jumlah Skor X 100
(40)
28
Dengan keterangan sebagai berikut.
Nilai Kategori
91 – 100 Sangat Baik
76 – 90 Baik
61 – 75 Cukup
≤ 60 Kurang
Adaptasi dari Kemendikbud (dalam
http://hdadanghermawantmpkrwgmail.blogspot.com) 2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan guru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Nilai pengetahuan siswa secara individu
N = S X 100
SM
Keterangan : N = Nilai siswa S = Jumlah skor SM = Skor maksimum
b. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal
Ketuntasan = Jumlah siswa tuntas X 100 % = ....% Jumlah seluruh siswa
(41)
G. Urutan Tindakan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berdaur siklus yang direncanakan berjumlah dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan yang mana tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
a. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar.
b. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
c. Mempersiapkan materi penjumlahan pada bilangan bulat. 2. Pelaksanaan
Pada siklus satu pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah
”Penjumlahan pada bilangan bulat”. Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang meliputi:
a. Mengawali pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan apersepsi.
b. Menjelaskan materi pembelajaran.
c. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
d. Menjelaskan cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
e. Guru membagi siswa yang berjumlah 20 dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memiliki keragaman
(42)
30
kemampuan kognitif, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan nama tiap kelompok dengan nama bunga yaitu anggrek, mawar, melati, matahari dan tulip.
f. Membagikan LKS, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing. Guru membimbing siswa bekerja dan belajar kelompok.
g. Siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran.
h. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.
i. Semua siswa menjalani kuis (tes) perseorangan tentang materi tersebut. Mereka tidak dapat membantu satu sama lain.
j. Nilai-nilai hasil kuis (tes) siswa diperbandingkan dengan nilai akhir matematika semester ganjil yang dijadikan sebagai skor dasar.
k. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui skor dasar.
l. Nilai-nilai dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok.
m. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau penghargaan tertentu.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati observer (teman sejawat) adalah aktivitas belajar siswa dan kinerja
(43)
guru, dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar IPKG.
4. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti menganalisis tentang semua data yang diperoleh dari pengamatan. Merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Apabila terdapat kelebihan akan dipertahankan untuk pembelajaran yang selanjutnya, namun apabila terdapat kekurangan akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar.
b. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Indeks Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
c. Mempersiapkan materi pengurangan pada bilangan bulat. 2. Pelaksanaan
Pada siklus dua pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah
”Pengurangan pada bilangan bulat”. Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang meliputi:
a. Mengawali pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan apersepsi.
b. Menjelaskan materi pembelajaran.
(44)
32
d. Menjelaskan cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
e. Guru membagi siswa yang berjumlah 20 dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memiliki keragaman kemampuan kognitif, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan nama tiap kelompok dengan nama bunga yaitu anggrek, mawar, melati, matahari dan tulip.
n. Membagikan LKS, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing. Guru membimbing siswa bekerja dan belajar kelompok.
f. Siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran.
g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.
h. Semua siswa menjalani kuis (tes) perseorangan tentang materi tersebut. Siswa tidak dapat membantu satu sama lain.
i. Nilai-nilai hasil kuis (tes) siswa diperbandingkan dengan nilai akhir matematika semester ganjil yang dijadikan sebagai skor dasar.
j. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui skor dasar.
k. Nilai-nilai dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok.
m. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau penghargaan tertentu.
(45)
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati observer (teman sejawat) adalah aktivitas belajar siswa dan kinerja guru, dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar IPKG.
3. Refleksi
Pada tahap refleksi siklus II, peneliti menganalisis tentang semua data yang diperoleh dari pengamatan. Jika pada siklus II pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan hasil mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
H. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur atau kriteria keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi proses dan dari sisi hasil. Keberhasilan penelitian dari sisi proses, peneliti menargetkan 80% dari seluruh siswa dapat mengikuti semua aspek kegiatan. Sedangkan keberhasilan dari sisi hasil, peneliti menargetkan siswa yang tuntas berjumlah 75% dari jumlah seluruh siswa dengan KKM 65. Hal ini sesuai dengan rentang ketuntasan seperti yang diungkapkan Arikunto, S. (2006: 250) bahwa tingkat penguasaan dicapai sekurang-kurangnya menguasai ≥ 75%.
(46)
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui beberapa tahapan tindakan dari siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar. Secara khusus, kesimpulan penelitian tindakan kelas ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran TP 2013/2014. Berdasarkan hasil observasi persentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60,25 % dengan kategori ”Cukup Baik”, pertemuan 2
sebesar 66,50 % dengan kriteria ”Baik” meningkat 6,5%. Pada siklus II persentase aktivitas siswa pertemuan 1 sebesar 77,00 % dengan kriteria
”Baik” pertemuan 2 sebesar 82,00% dengan kriteria ”Sangat Baik”
meningkat 5% dengan total peningkatan aktivitas siswa per siklusnya sebesar 11,25 %.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2
(47)
Karanganyar Gedungtataan Pesawaran TP 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian meningkatnya aktivitas belajar siswa juga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus I mencapai 60%
dengan penghargaan ”Tim Baik” 3 kelompok, ”Tim Hebat” 2 kelompok
dan siklus II ketuntasan belajar secara klasikal naik menjadi 85% dengan
penghargaan ”Tim Hebat” 4 kelompok dan ”Tim Super” 1 kelompok.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sebab dengan aktivitas belajar yang baik akan meningkatkan hasil belajar.
2. Guru
Peneliti menyarankan agar guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
3. Sekolah
Sekolah hendaknya memberi dukungan kepada guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas guna peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
(48)
81
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2010. Defenisi Hasil Belajar. http://hasilbelajarpsikologi.com diakses tanggal 10 Desember 2013.
Andayani. 2011. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
Andesanjaya. 2011. Model-model Media Pembelajaran. Bandung: Yramawijaya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. _______. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Reneka Cipta.
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Budi, Karyani. 2010. Rangkuman Dasar- dasar Pendidikan MIPA Program Pendidikan Matematika. Bandar Lampung: STKIP PGRI.
Dadang, Hermawan. 2011. Penilaian Kinerja Guru. http://hdadanghermawantmp Krwgmail.blogspot.com/2011/01/instrumen-penilaian-kemampuan-guru- Ipkg.html. diakses pada hari kamis, 24 April 2014 pukul 10.55 WIB Djamarah , Zain Aswan. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir. 2008. Metode Penelitian.Jakarta: Grafindo
Karso. 2007. Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Pembinaan Sekolah Dasar.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.
Bandung : PT Refika Aditama
Noehi, Nasution. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
(49)
Sriyono. 2008. Macam-macam Teori Belajar. http:belajarpsikologi.com/macam- macam-teori-belajar/ di download tanggal 10 Desember 2013.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara
Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Prenada Media Group
Winataputra, Udin. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
(1)
d. Menjelaskan cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
e. Guru membagi siswa yang berjumlah 20 dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memiliki keragaman kemampuan kognitif, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan nama tiap kelompok dengan nama bunga yaitu anggrek, mawar, melati, matahari dan tulip.
n. Membagikan LKS, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing. Guru membimbing siswa bekerja dan belajar kelompok.
f. Siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran.
g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.
h. Semua siswa menjalani kuis (tes) perseorangan tentang materi tersebut. Siswa tidak dapat membantu satu sama lain.
i. Nilai-nilai hasil kuis (tes) siswa diperbandingkan dengan nilai akhir matematika semester ganjil yang dijadikan sebagai skor dasar.
j. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui skor dasar.
k. Nilai-nilai dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok.
m. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau penghargaan tertentu.
(2)
guru, dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar IPKG.
3. Refleksi
Pada tahap refleksi siklus II, peneliti menganalisis tentang semua data yang diperoleh dari pengamatan. Jika pada siklus II pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan hasil mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
H. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur atau kriteria keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi proses dan dari sisi hasil. Keberhasilan penelitian dari sisi proses, peneliti menargetkan 80% dari seluruh siswa dapat mengikuti semua aspek kegiatan. Sedangkan keberhasilan dari sisi hasil, peneliti menargetkan siswa yang tuntas berjumlah 75% dari jumlah seluruh siswa dengan KKM 65. Hal ini sesuai dengan rentang ketuntasan seperti yang diungkapkan Arikunto, S. (2006: 250) bahwa tingkat penguasaan dicapai sekurang-kurangnya menguasai ≥ 75%.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui beberapa tahapan tindakan dari siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar. Secara khusus, kesimpulan penelitian tindakan kelas ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedungtataan Pesawaran TP 2013/2014. Berdasarkan hasil observasi persentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60,25 % dengan kategori ”Cukup Baik”, pertemuan 2 sebesar 66,50 % dengan kriteria ”Baik” meningkat 6,5%. Pada siklus II persentase aktivitas siswa pertemuan 1 sebesar 77,00 % dengan kriteria ”Baik” pertemuan 2 sebesar 82,00% dengan kriteria ”Sangat Baik” meningkat 5% dengan total peningkatan aktivitas siswa per siklusnya sebesar 11,25 %.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2
(4)
pencapaian ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus I mencapai 60% dengan penghargaan ”Tim Baik” 3 kelompok, ”Tim Hebat” 2 kelompok dan siklus II ketuntasan belajar secara klasikal naik menjadi 85% dengan penghargaan ”Tim Hebat” 4 kelompok dan ”Tim Super” 1 kelompok.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sebab dengan aktivitas belajar yang baik akan meningkatkan hasil belajar.
2. Guru
Peneliti menyarankan agar guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
3. Sekolah
Sekolah hendaknya memberi dukungan kepada guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas guna peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2010. Defenisi Hasil Belajar. http://hasilbelajarpsikologi.com diakses tanggal 10 Desember 2013.
Andayani. 2011. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
Andesanjaya. 2011. Model-model Media Pembelajaran. Bandung: Yramawijaya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. _______. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Reneka Cipta.
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Budi, Karyani. 2010. Rangkuman Dasar- dasar Pendidikan MIPA Program Pendidikan Matematika. Bandar Lampung: STKIP PGRI.
Dadang, Hermawan. 2011. Penilaian Kinerja Guru. http://hdadanghermawantmp Krwgmail.blogspot.com/2011/01/instrumen-penilaian-kemampuan-guru- Ipkg.html. diakses pada hari kamis, 24 April 2014 pukul 10.55 WIB Djamarah , Zain Aswan. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir. 2008. Metode Penelitian.Jakarta: Grafindo
Karso. 2007. Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Pembinaan Sekolah Dasar.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama
Noehi, Nasution. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
(6)
Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Prenada Media Group
Winataputra, Udin. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.