30
3. Tahap Analisis Data
Peneliti melakukan proses analisis data kualitatif sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga
menempuh proses triangulasi data.
C. Subjek Penelitian
Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Teknik
purposive adalah
pemilihan subjek
penelitian berdasarkan
pertimbangan, kriteria atau ciri-ciri tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian Lexy J. Moleong, 2005: 165. Subjek penelitian ini dipilih
berdasarkan kriteria antara lain: 1.
Pekerja remaja yang berusia 12-15 tahun 2.
Pekerja remaja yang sudah telah bekerja selama 3 tahun 3.
Bersedia menjadi subjek penelitian. 4.
Mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi. Berdasarkan kriteria diatas, maka subjek dalam penelitian ini sebanyak
tiga pekerja remaja.
D. Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada Desember
sampai dengan Januari 2015.
31
E. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini diperoleh dari kesepakatan antara peneliti dan subjek. Waktu dan tempat yang telah disepakati oleh subjek untuk
melakukan wawancara yaitu di rumah dan lingkungan tempatnya menambang.
F. Teknik Pengambilan Data
Metode pada penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi. Salah satu pertimbangan itu, penelitian kualitataif ini juga akan menggunakan
metode wawancara dan observasi. Alasan lain dipilihnya metode wawancara dan observasi karena dirasa mampu memberikan informasi yang mendalam.
Sejalan dengan pendapat Patton Nasution, 2001: 67 bahwa peneliti dalam lapangan lebih mampu memahami konteks data secara holistik, dan dapat pula
menemukan hal baru selama proses penelitian. Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan peneliti meliputi:
1. Wawancara
Menurut Esterberg Sugiyono, 2010: 317, wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide dengan cara tanya
jawab, sehingga dapat dikonsentrasikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
bersruktur atau biasa disebut wawancara mendalam. Menurut Dedy Mulyana 2004: 181, wawancara tidak terstruktur atau wawancara
mendalam lebih luwes karena susunan pertanyaan dan kata-kata dapat diubah saat wawancara dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan
32
kondisi saat wawancara. Selain itu, wawancara tidak berstruktur adalah wawancara tanpa menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara
sistematis untuk mengumpulkan datanya. Pedoman yang yang digunakan hanya secara garis besar permasalahan yang akan ditanyakan Sugiyono,
2010: 320. Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan secara berulang-ulang dengan ketiga subjek.
2. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Ketika melakukan observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna yang terkandung dari
perilaku tersebut Marshall dalam Sugiyono, 2010: 310. Sementara itu menurut Suharsimi Arikunto 2005:133 observasi atau pengamatan adalah
kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
jenis observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan berarti peneliti tidak terlibat dalam kegiatan sehari-hari dan hanya sebagai pengamat independen
Sugiyono, 2010: 204. Selanjutnya, observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Observasi non sistematis, observasi yang dilakukan oleh pengamat
dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. b.
Observasi sistematis, observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Untuk menghindari kebingungan pemfokusan pencarian data dilapangan, maka dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah
33
observasi sistematis dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Ketika melaksanakan observasi, peneliti dibantu oleh
observan lain untuk meminimalisir kekurangan dalam penelitian serta memperoleh hasil data yang lengkap.
G. Instrumen Penelitian