PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

(1)

iv

PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN

KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh ELI SURYANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1

Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh ELI SURYANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penguasaan Konsep siswa melalui model TSTS dan GW pada materi pokok sistem pernapasan dan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Desain penelitian ini adalah pretes-posttes non equivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh XI SMA Negeri 1 Natar. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I dan XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen II yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling.

Jenis data penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif, data kualitatif diperoleh dari nilai pretes, postes dan N-gain. Analisis data menggunakan uji–t pada taraf kepercayan 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil rata-rata nilai postes kedua kelas menunjukkan perbedaan. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran GW


(3)

pembelajaran TSTS dengan skor N-gain pada kelas GW ( 55,56) sedangkan TSTS (39,47). Dilihat dari peningkatan dari setiap indikator penguasaan konsep siswa yang tertinggi yaitu pada C2 dengan persentase peningkatan sebesar 96,25% begitupula pada kelas TSTS peningkatan indikator penguasaan konsep tertinggi yaitu pada indikator C2 sebesar 68,52%. Artinya kedua kelas memiliki hasil penguasaan konsep yang berbeda. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas GW

sebesar 84,44 lebih tinggi dibandingkan kelas TSTS sebesar 77,77. Aspek aktivitas yang diamati tertinggi pada kelas TSTS dan GW yaitu pada saat bertukar

informasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan model pembelajaran GW dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dan aktivitas belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran TSTS pada kelas XI IPA1 dan XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar materi pokok sistem pernapasan.

Kata kunci : Two Stay Two Stray, Gallery Walk, Penguasaan Konsep, aktivitas siswa, Sistem Pernapasan.


(4)

(5)

(6)

(7)

xv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... .. 1

B. Rumusan Masalah ... .. 6

C. Tujuan Penelitian ... .. 6

D. Manfaat Penelitian ... .. 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... .. 8

F. Kerangka Pikir ... .. 9

G. Hipotesis ... ... .. 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 14

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GW ... 17

C. Penguasaan Konsep ... 20

D. Aktivitas Belajar Siswa ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

C. Desain penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian ... 30

E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Jenis Data ... 37

2. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis data ... 40

1. Uji Normalitas Data.. ... 40

2. Uji Kesamaan Dua Varians ... 40

3. Pengujian Hipotesis ... 41

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43


(8)

xvi V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN 1. Silabus ... 61

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

3. Lembar Kerja Kelompok Kelas TSTS ... 75

4. Lembar Instruksi Kerja Kelas GW ... 115

5. Soal Pretest Postest... 138

6. Data Hasil Penelitian ... 143

7. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 159


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Biologi memerlukan kegiatan penyelidikan/eksperimen sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan penguasaan konsep yang dilandasi sikap ilmiah. Penguasaan konsep perlu dimunculkan sebagai kemampuan yang perlu diukur keberhasilannya menurut indikator pencapaian hasil belajar melalui bekerja ilmiah, bukan sekedar pembelajaran. Keterampilan yang termasuk ke dalam penguasaan konsep mencakup keterampilan

mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi/meramal, menyimpulkan, menyusun hipotesis, merancang prosedur dan melaksanakan

penyelidikan/eksperimen untuk pengumpulan data, menganalisis data, menyajikan hasil penyelidikan/eksperimen dalam bentuk tabel/grafik, dan mengkomunikasikan secara tertulis maupun lisan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006 : vii).

Melalui proses pembelajaran diharapkan dapat terjadi aktivitas siswa yaitu siswa mau dan mampu mengungkapkan pendapat sesuai dengan apa yang ia pahami. Selain itu diharapkan pula siswa mampu beinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa sendiri maupun antara siswa dengan guru, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Siswa dapat mengkaji


(10)

dan menganalisis permasalan-permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses pembelajaran menuntut guru untuk menekankan penguasaan siswa terhadap konsep materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan konsep yang optimal oleh siswa akan berimplikasi pada prestasi belajar yang dicapai. Untuk mencapai penguasaan konsep yang baik diperlukan

perbaikan-perbaikan metode pembelajaran serta media pembelajaran (Safitri, 2007:1). Salah satu tujuan dalam pembelajaran adalah tercapainya penguasaan konsep oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran sering kali siswa sulit menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga perlu adanya usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep. Penguasaan konsep dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah input (masukan), dan proses pembelajaran itu sendiri. Faktor-faktor ini tentu bervariasi pada tiap sekolah (Masrukhan: 2009:1).

Hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Natar, diketahui bahwa penguasaan konsep siswa yang muncul hanya mencapai sekitar 15% yaitu kemampuan mengamati. Rendahnya penguasaan konsep tersebut memberi dampak terhadap penguasaan materi siswa. Diketahui bahwa KKM yang telah ditetapkan di SMA Negeri Natar yaitu ≥ 70. Diduga rendahnya penguasan konsep siswa yang berpengaruh terhadap penguasaan materi siswa disebabkan beberapa faktor diantaranya guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Selain itu juga guru bingung dalam memilih model pembelajaran yang ada, dikarenakan banyak model-model pembelajaran yang bisa dipilih. Sehingga guru lebih banyak


(11)

menggunakan metode ceramah atau tanya jawab tanpa diiringi dengan metode yang melibatkan siswa untuk dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurang antusias sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi rendah dan akan dapat berpengaruh pada penguasaan konsep-konsep materi pelajaran. Materi sistem pernapasan dipilih dalam penelitian ini, karena

penyampaiannya dalam pembelajaran selama ini kurang melibatkan siswa. Sejauh ini siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sedangkan materi sistem pernapasan ini memiliki karakteristik berupa keterkaitan struktur, fungsi, serta proses yang terjadi pada rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus sehubungan dengan karakteristik materi tersebut maka materi sistem pernapasan kurang objektif jika diajar hanya dengan metode ceramah. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran khususnya materi pokok sistem pernapasan perlu digunakan model

pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, sehingga materi pokok sistem pernapasan dapat memcapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran biologi perlu diperbaiki guna meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran biologi khususnya pada materi pokok sistem pernapasan. Usaha tersebut diawali dengan penggunaan model pembelajaran. Pembelajaran kooperatifyang dapat digunakan dalam semua mata pelajaran adalah pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) (Lie, 2002:61).


(12)

Pembelajaran tipe TSTS merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran, pembelajaran ini bertujuan untuk melibatkan dan mendukung siswa dalam aktivitas yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TSTS siswa diharapkan mampu bekerja sama, mengemukakan pendapat, bertanya, bertukar informasi,dan persentasi sehingga siswa dapat mencapai penguasaan materi yang tinggi.

Hasil penelitian oleh Kurniasari (2011: ix), penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan

pemahaman konsep siswa pada materi sistem pernapasan. Selain itu hasil penelitian Nugraha (2008: xi), penerapan model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaran TSTS cocok digunakan untuk mengajarkan konsep sistem pernapasan pada manusia. Pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini diharapkan dapat mengatasi rendahnya penguasaan materi biologi siswa pada beberapa materi pokok yang diteliti. Interaksi positif antara kelas yang satu dengan yang lainnya diharapkan meningkatkan partisipasi aktif siswa. Selain model pembelajaran TSTS, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya penguasaan materi siswa yaitu penggunaan model pembelajaran GW, meskipun model

pembelajan ini masih jarang digunakan, namun model pembelajaran ini diduga dapat membantu dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

GW merupakan salah suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini, Silberman (2006:274). Dengan demikian GWGW


(13)

GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru serta dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

GW adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa itu sendiri, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Namun dalam hal ini guru terlibat dalam menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa, selain itu model pembelajaran GW juga dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan (Anonim, 2009:3).

Hasil penelitian oleh Ghufron (2011: xvi), bahwa penerapan model GWdapat menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi maksimal. Dibandingkan yang hanya dengan menggunakan metode ceramah siswa hanya menunjukkan sikap yang kurang aktif dan cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk, mengobrol dengan teman bahkan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti perbandingan model pembelajaran TSTS dan GW terhadap penguasaan konsep sistem pernapasana di SMA Negeri 1 Natar. Judul dalam penelitian ini adalah “ Perbandingan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan Model Gallery Walk


(14)

(GW) Terhadap Penguasaan Konsep Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem pernapasan”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran TSTS dan penguasaan konsep sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran GW ? 2. Manakah yang lebih tinggi penguasaan konsep sistem pernapasan oleh

siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran TSTS dengan model pembelajaran GW ?

3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dibandingkan dengan model pembelajaran GW ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan penguasaan konsep materi pokok sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran TSTS dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran GW.

2. Tingkat penguasaan konsep materi pokok sistem pernapasan yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran TSTS


(15)

3. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dibandingkan dengan model pembelajaran GW . D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dan GW.

2. Bagi guru

Untuk memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penguasaan konsep biologi siswa.

3. Bagi siswa

a. Memberikan pengalaman belajar yanga berbeda dalam mempelajari materi pokok sistem pernapasan.

b. Membiasakan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok.

c. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas.

4. Bagi sekolah

Model pembelajaran TSTS dan GW yang digunakan diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam penguasaan konsep siswa di SMA Negri 1 Natar.


(16)

E.Ruang Lingkup Penelitia

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka batasan masalah yang berikan yaitu :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negri 1 Natar T.P 2011/2012, dengan kelas sebagai kelas yang menggunakan model

TSTS dan kelas sebagai kelas yang menggunakan model GW.

2. Penguasaan konsep yang diperoleh dari hasil pretest, postest, dan N-gain

pada materi pokok sistem pernapasan.

3. Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini TSTS dan GW, adalah pembelajaran koperatif tipe TSTS, adapun tahap-tahap dari struktur

TSTS adalah sebagai berikut yaitu siswa bekerja sama di dalam kelompok berempat, setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain, kemudian dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka masing-masing,setelah itu tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan dan melaporkan tamuan mereka ke kelompok lain, kemudian kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka (Lie, 2000 :16). Sedangkan model pembelajaran GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat menemukan pengetahuan yang baru serta mampu meningkatkan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Melalui kedua model pembelajaran tersebut, peneliti dapat membandingkan bagaimana


(17)

penguasaan konsep siswa antara siswa yang diberikan model pembelajaran

TSTS dan siswa yang diberikan model pembelajaran GW.

4. Materi pokok pada penelitian ini adalah sistem pernapasan yaitu KD 3. 1

“Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta

kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan manusia dan hewan (misalnya burung)”.

5. Perbandingan adalah menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaannya (Tajab, 1994:7). Pada penelitian ini ingin membandingkan model pembelajaran TSTS dan GW. 6. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yang terdiri dari mengemukakan pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan persentasi.

F. Kerangka Pikir

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan Proses Belajar Mengajar, kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalam kegiatan belajar mengajar tersebut terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas, dalam proses pendidikan, guru mempunyai kewajiban untuk

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain keegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya. Begitu pula tugas guru mata pelajaran biologi khususnya, mereka


(18)

harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik minat peserta didik sehingga tujuan pembelajaran biologi dapat tercapai.

Melihat pentingnya biologi yang merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru dituntut untuk mampu memilih midel pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa sering dihadapkan dengan materi-materi yang penyampaiannya hanya didominasi oleh guru, tanpa member kesempatan kepada siswa untuk menganalisis pemahaman siswa itu sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sehingga materi yang akan disampaikan tersebut sulit dipahami oleh siswa.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok. Dua diantara model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran TSTS dan model pembelajaran GW dengan berlandaskan penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa, kedua model pembelajaran tersebut dipandang cocok oleh peneliti untuk materi system peredaran darah, karena model pembelajaran TSTS dan GW ini siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setelah itu guru memberikan suatu topik atau permasalahan kemudian mereka memecahkan masalah melalui diskusi dengan masing-masing kelompok, kemudian siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok, dan menarik kesimpulan dari topik atau masalah yang telah diberikan.

Model pembelajaran TSTS dan GW memiliki tujuan yang sama. Siswa di ajak untuk bersama-sama dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model


(19)

pembelajaran TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Menggunakan model GW diharapkan dapat mengatasi kendala – kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal. Karena model ini dapat menghemat efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran karena model ini

memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurangpahamannya terhadap materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya.

Model GW adalah model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Dari gambar maupun skema tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

Model pembelajaran TSTS dan GW merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karna adanya interaksi. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.


(20)

Sardirman (2003: 95) berpendapat bahwa “belajar adalah perbuatan, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas”. Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa meliputi kemempuan siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, bertukar informasi, dan bertanggung jawab.

Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Untuk mencapai penguasaan konsep dalam pembelajaran tidak cukup dengan hanya membaca ataupun mendengarkan saja, tetapi perlu dilakukan

pembelajaran kreatif dengan pemecahan suatu masalah. Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur melalui evaluasi yang dilaksanakan setelah pelajaran berlangsung.

Varabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas ditunjukan dengan model TSTS dan model GW

sedangkan variable terikat ditunjukan dengan penguasaan siswa. Hubungan antara variable bebas dengan variable terikat ditunjukan pada tabel dibawah ini:

Keterangan:

: Variable bebas ( penggunaan model TSTS). : Variabel bebas ( penggunaan model GW) Y : Variabel terikat (penguasaan konsep )

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Y


(21)

G.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep materi pokok sistem pernapasan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TSTS dengan yang menggunakan model

pembelajaran GW.

H1= Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep meteri pokok sistem pernapasan yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran TSTS dengan yang menggunakan model pembelajaran GW.

2) H0 = Rata- rata penguasaan konsep materi pokok sistem pernapasan yang pembelajarannya menggunakan model TSTS lebih rendah daripada rata-rata penguasaan konsep yang pembelajarannya menggunakan model GW.

H1 = Rata- rata penguasaan konsep materi pokok sistem pernapasan yang pembelajarannya menggunakan model TSTS lebih tinggi atau sama dengan rata-rata penguasaan konsep yang pembelajarannya


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar TSTS ini dikembangkan oleh Kagan (dalam Lie, 2002: 61). Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik (Lie:2002: 61). Sesuai dengan namanya, model ini merupakan salah satu bentuk kelompok yang anggotanya 4 orang, dimana 2 diantaranya akan tinggal sebagai pemberi informasi bagi kelompok lain yang datang bertamu, sedangkan dua orang lainnya akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi lebih lanjut mengenai tugas yang ada (Lie, 2002:54).

Enggen dan Kauchak (dalam Trianto (2007: 42)) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Slavin (1995:284) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling


(23)

kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi.

Pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000:7) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah,

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda – beda,

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa dalam kelompok dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif serta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Tehnik belajar-mengajar TSTS dikembangkan oleh Kagan (dalam Lie, 2000:16). TSTS merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif,

TSTS memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil


(24)

Tehnik belajar struktur dua tinggal dua tamu dapat digunakan di dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Adapun tahapan-tahapan dari struktur dua tinggal dua tamu adalah sebagai berikut: 1. Siswa bekerja sama di dalam kelompok berempat seperti biasa.

2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka masing-masing.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka ke kelompok lain.

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka Dilihat dari tahap-tahap yang telah dituliskan di atas, maka dapat dilihat bahwa struktur dua tinggal dua tamu itu mirip dengan pembelajaran

Jigsaw, namun pada metode ini tidak ada tim ahli. Baik siswa yang tinggal maupun yang menjadi tamu harus mengetahui materi yang akan disampaikan kepada tamu maupun masalah yang akan dibahas ke kelompok lain. Sehingga siswa dapat menerapkan ciri-ciri belajar

kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa dapat lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini didesain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan secara positif terhadap anggota


(25)

sekelompoknya. Sehingga akan timbul rasa tanggung jawab bersama dalam diri siswa untuk dapat meningkatkan prestasi kelompoknya. (Lie, 2002 :60-61)

B. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW)

Gallery Walk terdiri atas dua kata yaitu Gallery dan Walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. Misalnya pameran buku, lukisan, tulisan dan lain sebagainya. Sedangkan Walk artinya berjalan, melangkah (Ismail, 2008:89)

Menurut Silberman (2006:274), GW atau Galeri Belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini. Berdasarkan uraian tersebut, GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang dilihat itu secara langsung. GW juga dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses belajar, sebab bila sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat saling mengoreksi antara sesama siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri.

Dengan menggunakan GW diharapkan dapat mengatasi kendala – kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal. Sehingga hasil belajar siswapun belum maksimal, karena model ini dapat menghemat efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat


(26)

lebih mudah memahami pelajaran karena strategi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya itu.

Model GW atau galeri belajar adalah model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bias tercapai. Strategi belajar mengajar, menurut David (1976:3) ialah a plan, method, or series of activities designe to achieves a particular educational good (P3G). Menurut pengertian ini strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode, atau seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan mengajar tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.

Ada beberapa komponen dalam pemakaian model GW (Ghufron, 2011:13).


(27)

Komponen – komponen tersebut adalah : 1. Guru, harus paham betul tentang model GW.

2. Peserta didik, dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam pemakaian model GW.

3. Alat atau bahan, bahan yang disiapkan adalah kertas plano atau flip cart dan spidol.

Sebagaimana disebutkan bahwa banyak sekali strategi belajar baru dalam pembelajaran. Dari berbagai strategi baru dalam pembelajaran tersebut, sebenarnya bisa digunakan dalam proses pembelajara. Hal ini sebagai upaya pengembangan dari metode-metode lama yang kadang dianggap kurang banyak melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. a. Langkah – langkah model GW

1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok 2. Kelompok diberi kertas plano atau flip chart 3. Tentukan topik atau tema pelajaran

4. Hasil kerja kelompok ditempel di dinding

5. Masing – masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain

6. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain

7. Koreksi bersama – sama


(28)

b. Kelebihan model GW

1. Siswa terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah dalam belajar

2. Terjadi sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan Pembelajaran

3. Membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar kawannya

4. Mengaktifkan fisik dan mental siswa selama proses belajar 5. Membiasakan siswa memberi dan menerima kritik

c. Kelemahan model GW

1. Bila anggota kelompok terlalu banyak akan terjadi sebagian siswa menggantungkan kerja kawannya

2. Guru perlu ekstra cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu dan kolektif

3. Pengaturan setting kelas yang lebih rumit (Ismail, 2008:90) C. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Konsep adalah suatu ide yang diterima oleh fikiran, mewakili hubungan-hubungan yang mempunyai atribut sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar (1989 : 79) yang menyatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang diterima fikiran atau suatu ide yang diperoleh dari pengalaman atau hasil fikiran.


(29)

Gagne (dalam Dahar, 1989 : 81) berpendapat bahwa konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda atau symbol atau peristiwa tertentu dalam contoh atau bukan contoh dari ide abstrak itu. Sedangkan menurut Hamalik ( 2006 : 162) konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli atau objek yang memiliki ciri-ciri umum.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berfikir abstrak. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain. Semua konsep tersebut

bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pengetahuan manusia. Oleh karena itu pembelajaran seharusnya memperhatikan konsepsi awal siswa, sehingga siswa mendapat pengalaman mengkonstruksi pengalaman dengan benar, berdasarkan mekanisme interaksi yang terencana terhadap benda dilingkungan sekitar. Slameto (1991 : 137) menyatakan bahwa:“ Apabila sebuah konsep telah dikuasai oleh siswa, kemungkinan siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk dalam golongan konsep yang sama ataukah golongan konsep yang lain, mengenal konsep lain dalam memecahkan masalah serta memudahkan siswa untuk mempelajari konsep-konsep kini.” Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan Slameto, apabila siswa telah menguasai suatu konsep, maka besar kemungkinan siswa tersebut dapat dengan mudah memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajarinya.


(30)

Kegunaan konsep menurut Hamalik (2001:164) yaitu: 1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan

2. Konsep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah objek

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda. Penguasaan atau pemahaman konsep merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang ilmiah dan berkesinambungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Dalam belajar siswa harus melalui beberapa tahap dalam proses belajarnya, yaitu pengenalan konsep, hafalan,

pemahaman konsep, dan berakhir pada aplikasi konsep.

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan

menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2001:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat meguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori


(31)

yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya kearah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain diluar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep, menurut Hamalik (2002 : 166) terdapat empat hal yang harus diperbuat oleh siswa, yaitu:

1. Siswa dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.

2. Siswa dapat menyatukan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.

3. Siswa dapat memilih serta membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.

4. Siswa mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.

Pencapaian penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. Tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah guru berikan. Dengan mengetahui nilai hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih


(32)

dirasakan sulit. Tes ini merupakan posttest atau tes akhir proses pembelajaran (Arikunto, 2001 : 36).

D. Aktivitas Belajar Siswa

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sadirman (2004:

95) berpendapat bahwa “belajar adalah perbuatan, berbuat untuk

mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau

tidak ada aktivitas”.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2004: 99) bahwa:

“dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas tidak

mungkin proses belajar akan berjalan dengan baik. Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang

dilakukan untuk dapat menunjang prestasi belajar.” Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari aktivitas dan belajar.

1. Aktivitas

Menurut Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.


(33)

Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

2. Belajar

Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek

tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Sedangkan, Sardiman (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan

suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya (dalam Depdiknas ,2005 : 31), belajar

aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan

siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan


(34)

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah

keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan

menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Berkenaan dengan hal diatas, Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101) mengklasifikasikan aktivitas sebagai berikut:

1. “Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.


(35)

4. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang.”

Dari bagian-bagian di atas, peneliti berfokus pada beberapa aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran yang menunjang

peningkatan aktivitas siswa. Aktivitas tersebut antara lain: 1. Kemampuan bekerja sama dengan teman.

2. Kemampuan melakukan kegiatan diskusi. 3. Kemampuan bertukar informasi dengan teman. Hamalik (2004:175) mengungkapkan sebagai berikut.

“Penggunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa,

sebab:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.


(36)

4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat da orang tua dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta

menghindarkan verbalitas.

8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan aktivitas pada pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, serta dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Biologi, siswa diharapkan benar-benar aktif, sehingga apa yang dipelajari akan lebih lam diingat agar diperoleh hasil yang maksimal. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Dengan demikian, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan.


(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negri 1 Natar kelas XI IPA1 dan XI IPA5 pada bulan Febuari 2013.

B. Populasi dan sample

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Natar. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI1 dan XI5 yang masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. Sampel dipilih dari populasi dengan teknik cluster random

sampling, selanjutnya kelas XI1 terpilih sebagai kelas yang menggunakan model TSTS dan kelas XI5 sebagai kelas yang menggunakan kelas GW. C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-post test pada kelompok tak ekuivalen. Masing-masing kelompok perbandingan menggunakan kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas XI1 diberi perlakuan menggunakan model TSTS, sedangkan kelas XI5 menggunakan model GW. Pada kelas XI1 dan XI5 mendapat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Sehingga struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut:


(38)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi kesekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Mengadakan penyelidikan dilingkungan sekitar sekolah, dan mencatat hal-hal yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKK).

f. Membentuk kelompok diskusi untuk model GW dan TSTS dengan cara membagi siswa menjadi 10 kelompok kecil. Masing – masing

Keterangan :

I : Kelas TSTS

II : elas GW

O1 : Pretes O2 : Postes

X1 : Perlakuan dengan model TSTS

X2 : Perlakuan dengan model GW (dimodifikasi oleh Riyanto. 2001: 43)

Gambar 2. Desain pretest-protest non ekuivalen

kelas pretest perlakuan postest I O1 X1 O2


(39)

kelompok terdiri dari 4 siswa yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, 1 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, 1 siswa dengan nilai rendah.

g. Mengorganisasi siswa secara berkelompok berdasarkan kemampuan akademik. Nilai akademik diperoleh dari dokumentasi guru kelas. h. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran

menggunakan Model TSTS dan GW.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur penguasaan konsep siswa dengan menerapkan model pembelajaran TSTS dan model GW untuk masing-masing kelas menggunakan model diskusi kelompok. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Dengan Model TSTS Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.

2. Guru memberikan pretes pada pertemuan 1 berupa soal uraian mengenai sistem pernapasan pada manusia.

3. Guru menjelaskan model pembelajaran TSTS yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

4. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan: Pertemuan ke-I : “Mengapa Bernapas itu penting?”


(40)

Pertemuan ke-II : “meminta siswa berlari lari ditempat ± 1 menit dan kemudian mengajukan pertanyaan “ apakah

yang kalian rasakan setelah berlari ditempat?”,” bagaimana keadaan dada dan perut kalian?”.

“mengapa merokok itu berbahaya?”“sebutkan

apa saja bahaya yang ditimbulkan akibat

merokok?”, “ apa saja yang terkandung dalam

Pertemuan ke-III: apakah kalian sering mendengar burung

berkicau?”. kira-kira ada organ apa pada burung

sehingga burung dapat berkicau?”

5. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:

Pertemuan ke-I : “Anak-anak tahukah kalian bahwa rambut yang berada di dalam rongga hidung kita sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya dapat

menyaring debu/kotoran yang masuk.”

Pertemuan ke-II : “Anak-anak kalian mempelajari paru-paru kelak dapat dimanfaatkan jika kalian ingin menjadi

dokter.”

Pertemuan ke-III : “Anak-anak kalian tentu pernah melihat burung. Cara bernapas burung berbeda dengan manusia. Disini kita akan mengetahui lebih dalam

keunikan cara burung bernapas 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


(41)

Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa ke dalam 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Kelompok bersifat heterogen dibentuk berdasarkan nilai kademik siswa.

2. Guru membagi kartu warna berwarna berbeda dalam setiap kelompok.

3. Guru memberikan materi pelajaran dalam bentuk LKK yang akan didiskusikan.

4. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa 5. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok asal, dua orang masing–masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain.

6. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

7. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

8. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka penutup

1. Guru memberikan posttes dengan soal yang sama dengan soal pretes pada setiap pertemuan.


(42)

b. Kelas dengan Model Gallery Walk Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengecek kehadiran siswa.

2. Guru memberikan pretest mengenai materi sistem pernapasan pada pertemuan pertama.

3. Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan tujuan pembelajaran.

4. Guru menjelaskan model pembelajaran GW yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran

5. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan: Pertemuan ke-I : ”Mengapa Bernapas itu penting?”

Pertemuan ke-II : “meminta siswa berlari lari ditempat ± 1 menit

dan kemudian mengajukan pertanyaan “

apakah yang kalian rasakan setelah berlari

ditempat?”,” bagaimana keadaan dada dan perut kalian?”. “mengapa merokok itu

berbahaya?”“sebutkan apa saja bahaya yang ditimbulkan akibat merokok?”, “ apa saja

yang terkandung dalam

Pertemuan ke-III apakah kalian sering mendengar burung

berkicau?”. kira-kira ada organ apa pada burung


(43)

6. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:

Pertemuan ke-I : “Anak-anak tahukah kalian bahwa rambut yang berada di dalam rongga hidung kita sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya dapat

menyaring debu/kotoran yang masuk.”

Pertemuan ke-II : “Anak-anak kalian mempelajari paru-paru kelak dapat dimanfaatkan jika kalian ingin menjadi

dokter.”

Pertemuan ke-III : “Anak-anak kalian tentu pernah melihat burung. Cara bernapas burung berbeda dengan manusia. Disini kita akan mengetahui lebih dalam

keunikan cara burung bernapas Kegiatan Inti

1. Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 4 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya). 2. Guru memberikan kertas plano pada siswa. Guru menentukan

topik atau tema kepada tiap kelompok dengan topik permasalahan yang berbeda tiap pertemuan:

 Pertemuan pertama dengan topik : Guru menayangkan slide komponen-komponen penyusun sistem pernapasan.

 Pertemuan kedua dengan topik Guru menayangkan slide alat pernapasan, dan menampilkan video pembelajaran sistem pernapasan pada manusia


(44)

 Pertemuan ketiga dengan topik : Guru menayangkan slide gangguan pada sistem pernapasan, kemudian mengajak melakukan praktikum peredaran darah berudu.

3. Guru memberikan pengarahan kepada siswa dan membimbing untuk melakukan diskusi kemudian hasil diskusi berupa gambar dan uraian singkat untuk ditempel di meja/ dinding.

4. Guru meminta masing - masing kelompok untuk berputar

mengamati, memberi informasi serta bertanya hasil kerja kelompok lain.

5. Guru meminta salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain.

6. Guru dan siswa bersama-sama melakukan koreksi. Kegiatan Akhir

1. Guru menyampaikan kepada siswa agar mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya (pertemuan pertama dan kedua)

2. Guru memberikan postest kepada siswa tentang materi sistem pernapasan (pertemuan ketiga).


(45)

E.Data Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

a. Penguasaan Konsep

Jenis data penguasaan konsep berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai pretest dan postest pada materi pokok Sistem pernapasan

b. Aktivitas Siswa

Jenis data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Penguasaan Konsep

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan postest. Pretest dilakukan di awal pertemuan I, dan postest dilakukan di akhir pertemuan III. Pretest dan postest dilakukan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal essay. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I

mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postest yang diberikan di akhir pertemuan III.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara


(46)

telah ditentukan. Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan: Xi : Jumlah skor/ siswa : Rata-rata skor/ siswa Sumber: Sunyono (2009:11)

Keterangan :

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide 1. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Sistem peredaran darah.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Sistem peredaran darah.

B. Kemampuan Bertanya:

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan. C. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok :

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok Sistem reproduksi. 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan

permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok Sistem reproduksi. No Nama

Aspek yang diamati Xi

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

2

3

4


(47)

D. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan Sistem pernapasan dalam lembar kerja. 3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada lembar kerja sesuai dengan model pembelajaran yang telah dilakukan pada materi pokok Sistem pernapasan.

E. Membuat kesimpulan

1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari 3. Membuat kesimpulan sesuai materi yang dipelajari

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa Interval Kategori 0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)

Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai pengguanaan model TSTS dan GW dalam Pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan neghatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki pilihan jawaban yaitu sangat setuju,setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.


(48)

F. Teknik Analisis Data a) Penguasaan Konsep

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan software SPSS versi 17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

X – Y

Skor Maksimum -Y Keterangan : X = Nilai postest

Y = Nilai pretest (dimodifikasi dari Loranz, 2008:3) a.Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b.Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

2. Uji kesamaan dua varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004:18).

X 100 N-gain


(49)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. a.Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

c. Uji hipotesis dengan uji U Ho : μ1 = μ2

H1 : μ1 ≠ μ2 1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama.


(50)

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166) b) Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan

menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

100

x n

x X

i

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (18)


(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang diajar melalui model

pembelajaran TSTS dengan yang diajar melalui model pembelajaran GW . 2. Penguasaan konsep siswa yang diajar melalui model pembelajaran GW

lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TSTS.

3. Aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat kesimpulan yang menggunakan model pembelajaran TSTS lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran GW.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan model GW dapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu model belajar alternatif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem pernapasan. 2. Bagi peneliti yang akan menggunakan Model Pembelajaran GW,


(52)

cara lebih banyak membaca materi pelajaran dan browsing sebagai referensi dalam membuat gambar serta mengacu kepada standar isi agar isi materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator. 3. Dalam pembelajaran model GW untuk mencapai hasil yang optimal, guru

perlu memperhatikan/menekankan beberapa hal yaitu penataan ruang secara efektif, meningkatkan keterampilan masing-masing kelompok dan mengembangkan keaktifan seluruh anggota dalam kelompok.

4. Model TSTS juga dapat diterapkan dalam proses pembelajarn, namun guru harus lebih cermat membimbing siswa dalam berdiskusi sehingga siswa dapat bekerja sama dengan teman dan tidak saling mengandalkan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Implementasi Model Gallery Walk dan Small Group Discussion Dalam meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fiska di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen Pada siswa kelas VIII di Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung.

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 23 Agustus 2011:10.32

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Bandung.

David, K. 1976. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing ( A Revision

of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman : Newyork.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. Dalam

http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf. (04 Maret 2009; 11.52 WIB).

Depdiknas, 2005. Pendidikan menurut undang-undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 September 2011 (08.00 wib)

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ghufron, M. 2011. Implementasi Metode Gallery Walk dan Small Group

Discussion Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam Maulana Malik


(54)

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.

2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya : Surabaya

Ismail, S.M. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. RaSAIL Media Group. Semarang.

Kurniasari, W. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singosari. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16348.(28 november 2011): 00.38 WIB

Lie, A. 2000. Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Gramedia. Jakarta.

2007. Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Gramedia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. http://www.tmcc.edu/vp/acstu/ assessment/

downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPHYSDiscip

lineRep0708.pdf. (27 November 2010): 13.35 WIB.

Masrukhan. 2009. Inovasi Pembelajaran Dengan Pengunaan Media Power Point Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Student Team Achievement Divisions (STAD) Di SMA Muhammadiyah Purwodadi

Tahun Ajaran 2008/2009 (skripsi). Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Surakarta

Mulyono. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Nugraha, C. I. A. 2008. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses

Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make a Match) Dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Tasikmalaya. http://www.scribd.com/doc/28145491/ABSTRAK-cevi. (28

November 2011): 00.40WIB

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.


(55)

Rodgres. 2000. Apa itu Gallery. http://www.rsu.edu/resources. (16 September 2000)

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Safitri, Y. 2007. Aplikasi Pembelajaran Dengan Penggunaan Macromedia Flash Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Jigsaw Di SMA Al Islam 2 Surakarta (skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Santoso, R. E. K. 2009. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray. http://ras-eko.blogspot.com. (7 Maret 2012): 21.11 WIB

Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Silberman, M. 2006. 101 Active Learning Strategis. Yapendis. Yogyakarta.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, R.1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung. Sunyono. 2009. Model Pembelajaran Tindakan Kelas. http//blog.unila.ac.id/

sunyono/files/2009/06/ptk.pdf. (07 november 2011): 17:45 WIB. Tajab. 1994. Perbandingan Pendidikan. Karya Abdi Tama. Surabaya. Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Tresia Merta R. 2012. Penggunaan Media Ajar Leaflet Dengan Model

Pembelajaran Student Teams Achievemen Division (STAD) Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Unila. Bandar Lampung

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Zaskia. 2011. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta http://izaskia,files.wordpress.com 30 oktober 2011 (16.25 WIB).


(1)

42

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166) b) Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan

menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

100 x n

x

X

i

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum (18) Hake (dalam Belina, 2008:37)


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang diajar melalui model

pembelajaran TSTS dengan yang diajar melalui model pembelajaran GW . 2. Penguasaan konsep siswa yang diajar melalui model pembelajaran GW

lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TSTS.

3. Aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat kesimpulan yang menggunakan model pembelajaran TSTS lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran GW.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan model GW dapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu model belajar alternatif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem pernapasan. 2. Bagi peneliti yang akan menggunakan Model Pembelajaran GW,


(3)

57

cara lebih banyak membaca materi pelajaran dan browsing sebagai referensi dalam membuat gambar serta mengacu kepada standar isi agar isi materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator. 3. Dalam pembelajaran model GW untuk mencapai hasil yang optimal, guru

perlu memperhatikan/menekankan beberapa hal yaitu penataan ruang secara efektif, meningkatkan keterampilan masing-masing kelompok dan mengembangkan keaktifan seluruh anggota dalam kelompok.

4. Model TSTS juga dapat diterapkan dalam proses pembelajarn, namun guru harus lebih cermat membimbing siswa dalam berdiskusi sehingga siswa dapat bekerja sama dengan teman dan tidak saling mengandalkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Implementasi Model Gallery Walk dan Small Group Discussion Dalam meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. UPI. Bandung. Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fiska di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen Pada siswa kelas VIII di Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung.

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 23 Agustus 2011:10.32

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Bandung.

David, K. 1976. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing ( A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman : Newyork.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. Dalam http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf. (04 Maret 2009; 11.52 WIB).

Depdiknas, 2005. Pendidikan menurut undang-undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 September 2011 (08.00 wib)

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ghufron, M. 2011. Implementasi Metode Gallery Walk dan Small Group

Discussion Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam Maulana Malik


(5)

59

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.

2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya : Surabaya

Ismail, S.M. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. RaSAIL Media Group. Semarang.

Kurniasari, W. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singosari. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16348.(28 november 2011): 00.38 WIB

Lie, A. 2000. Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

2007. Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. http://www.tmcc.edu/vp/acstu/ assessment/

downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPHYSDiscip lineRep0708.pdf. (27 November 2010): 13.35 WIB.

Masrukhan. 2009. Inovasi Pembelajaran Dengan Pengunaan Media Power Point Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Student Team Achievement Divisions (STAD) Di SMA Muhammadiyah Purwodadi Tahun Ajaran 2008/2009 (skripsi). Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Surakarta

Mulyono. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Nugraha, C. I. A. 2008. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses

Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make a Match) Dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. http://www.scribd.com/doc/28145491/ABSTRAK-cevi. (28 November 2011): 00.40WIB

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.


(6)

Rodgres. 2000. Apa itu Gallery. http://www.rsu.edu/resources. (16 September 2000)

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Safitri, Y. 2007. Aplikasi Pembelajaran Dengan Penggunaan Macromedia Flash Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Jigsaw Di SMA Al Islam 2 Surakarta (skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Santoso, R. E. K. 2009. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray. http://ras-eko.blogspot.com. (7 Maret 2012): 21.11 WIB

Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Silberman, M. 2006. 101 Active Learning Strategis. Yapendis. Yogyakarta.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, R.1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung. Sunyono. 2009. Model Pembelajaran Tindakan Kelas. http//blog.unila.ac.id/

sunyono/files/2009/06/ptk.pdf. (07 november 2011): 17:45 WIB. Tajab. 1994. Perbandingan Pendidikan. Karya Abdi Tama. Surabaya. Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Tresia Merta R. 2012. Penggunaan Media Ajar Leaflet Dengan Model

Pembelajaran Student Teams Achievemen Division (STAD) Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Unila. Bandar Lampung

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Zaskia. 2011. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta http://izaskia,files.wordpress.com 30 oktober 2011 (16.25 WIB).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012

0 6 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

3 47 45

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 26

EFEKTIVITAS MIND MAPPING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 28

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MODEL GALLERY WALK (GW) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun P

3 14 60

PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI

1 14 65

PENGARUH PENERAPAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 OKU Semester GenapTahun Pelajaran 2012/2013)

0 12 58

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

0 15 55

EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI MODEL TPS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013)

0 6 46

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN TIPE THINK PAIR SHARE

1 16 67