PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI
iv
PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Natar Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh
YENI ERIKANIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
v
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi
Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2011/2012)
Nama :Yeni Erikania
Nomor Pokok Mahasiswa :0743024058
Program Studi :Pendidikan Biologi
Jurusan :Pendidikan MIPA
Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. Arwin Achmad, M. Si Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19770715 200801 2 020
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
(3)
vii Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yeni Erikania
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024058 Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang menyatakan
Yeni Erikania NPM. 0743024058
(4)
viii
Penulis dilahirkan di Karta Jaya (Way Kanan) pada tanggal 26 Januari 1989, yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan bahagia Alm Bapak Asni Sulis dan Ibu Taraiya.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak TK Karta Jaya tahun 1994. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 1 Karta Jaya yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri I Kota Bumi yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima SMA Negeri 1 Kota Bumi yang diselesaikan tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.
(5)
xv
Halaman
DAFTAR TABEL ... .. xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... .. 1
B. Rumusan Masalah ... .. 6
C. Tujuan Penelitian ... .. 7
D. Manfaat Penelitian ... .. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... .. 8
F. Kerangka Pikir ... .. 9
G. Hipotesis ... .. 13
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model PembelajaranKooperatif Tipe TSTS... 14
B. Model PembelajaranKooperatif Tipe GW... 16
C. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ... 20
D. Aktivitas Belajar Siswa………... 22
E. Sistem Ekskresi ……….. 27
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
C. Desain penelitian ... 33
D. Prosedur penelitian... 34
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Data Penelitian ... 41
2. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Teknik Analisis data... 44
1. Uji Normalitas Data.. ... 44
2. Uji Kesamaan Dua Varians ... 45
3. Pengujian Hipotesis ... 45
G. Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 47
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
(6)
xvi
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN 1. Silabus ... 72
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78
3. Lembar Kerja Kelompok KelasTSTS ... 111
4. Lembar Kerja Kelompok KelasGW... 153
5. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 179
6. Rubrik Soal ... 190
7. AngketTSTSdanGW……… 194
8. Data Hasil Penelitian ……….198
9. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 234
(7)
ii
STRAY(TSTS) DENGANGALLERY WALK(GW) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA
PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Natar Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh
YENI ERIKANIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa melalui modelTSTSdanGW pada materi pokok sistem ekskresi dan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Desain penelitian ini adalahpretes-posttes non equivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh XI SMA Negeri 1 Natar. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA1sebagai kelas eksperimen I dan XI IPA2sebagai kelas
eksperimen II yang dipilih secara acak dengan teknikcluster random sampling. Data kemampuan berpikir kritis diperoleh dari nilai pretes, postes dan N-gain. Analisis data menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95% menggunakan program SPSS 17.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modelTSTSdapat lebih meningkatkan KBK siswa dibandingkan dengan modelGW, dengan skor N-gain pada kelas TSTS(44,03) sedangkanGW(32,30). Dilihat dari peningkatan indikator KBK
(8)
iii
siswa tertinggi yaitu memberikan argumen (32,74 % ), sedangkan pada kelasGW KBK tertinggi yaitu pada indikator melakukan deduksi (31,15%). Artinya kedua kelas memiliki hasil KBK yang berbeda. Rata-rata aktivitas siswa kelasTSTS yaitu 84,44 lebih tinggi dibandingkan dengan kelasGW yaitu 77,51. Aktivitas tertinggi pada kelasTSTS danGWyaitu pada saat bertukar informasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan modelTSTS dapat meningkatkan KBK siswa dan aktivitas belajar siswa dibandingkan dengan modelGWpada kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 1 Natar materi pokok sistem ekskresi.
Kata kunci :Two Stay Two Stray,Gallery Walk, Keterampilan Berpikir Kritis, aktivitas siswa, Sistem Ekskresi.
(9)
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan pembelajaran yang merupakan perencanaan secara sistematis yang dibuat oleh guru dalam bentuk satuan
pelajaran. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban seorang guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya. Dalam proses
pendidikan, guru mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Oleh karena itu, guru harus menciptakan situasi belajar yang optimal sehingga tugas mengajar dapat berjalan dengan efektif. Begitu pula tugas guru mata pelajaran biologi khususnya, mereka harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik minat peserta didik sehingga tujuan pembelajaran biologi dapat tercapai. Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi antara seseorang
(10)
dengan lingkunganya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Sardiman, 1984:2).
Menurut (BSNP, 2006: iv), pelajaran Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu pengetahuan Alam .
Kegiatan pembelajaran adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalam kegiatan belajar mengajar tersebut terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Materi pelajaran yang diberikan guru akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang kurang tepat.
Hasil observasi serta wawancara dengan guru Biologi yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 1 Natar, diketahui bahwa kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu≥70. Sedangkan penguasaan materi pokok sistem
(11)
hannya 12 siswa yang mendapatkan nilai di atas kriteria yang telah ditentukan sekolah, 27 siswa yang lainnya mendapatkan nilai di bawah rata-rata yakni 44,38. Sejauh ini guru kurang memberdayakan kemampuan berpikir kritis secara optimal, khususnya pada materi sistem ekskresi, selain itu pembelajaran yang diterapkan oleh guru di SMA Negri 1 Natar ini lebih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Materi sistem ekskresi dipilih dalam penelitian ini, karena penyampaiannya dalam pembelajaran selama ini kurang melibatkan siswa. Sejauh ini siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sedangkan materi sistem ekskresi ini memiliki karakteristik berupa keterkaitan struktur, fungsi, serta proses yang terjadi pada hati, kulit, ginjal, dan paru-paru, sehubungan dengan karakteristik materi tersebut maka materi sistem ekskresi kurang objektif jika diajar hanya dengan metode ceramah. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran khususnya materi pokok sistem ekskresi perlu digunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga materi pokok sistem ekskresi dapat memcapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Gambaran permasalahan di atas menunjukan bahwa pembelajaran biologi perlu diperbaiki guna meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran biologi khususnya pada materi pokok sistem ekskresi. Usaha tersebut diawali dengan penggunaan model pembelajaranTwo Stay Two Stray (TSTS)dan model pembelajaranGallery Walk (GW). Dengan menerapkan
(12)
model pembelajaranTSTSdanGW diharapkan dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran, melibatkan dan mendukung siswa dalam aktivitas yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Pembelajaran kooperatif tipe TSTSmempunyai keunggulan yaitu dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan menuntut siswa untuk saling ketergantungan secara positif terhadap anggota kelompoknya (Lie, 2002: 60-61). Sedangkan model kooperatiptipeGW memiliki salah satu keunggulan yaitu menuntun siswa agar terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah dalam belajar, membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar kawannya, Silberman (2006:274).
Hasil penelitian oleh Kurniasari (2011: ix), penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTSTSdapat meningkatkan kemampuan berfikir dan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran biologi. Selain itu hasil penelitian Nugraha (2008: xi), penerapan model pembelajaranTSTSdapat meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaranTSTSlebih cocok digunakan untuk mengajarkan konsep sistem ekskresi pada manusia.
Hasil penelitian oleh Ghufron (2011: xvi), bahwa penerapan modelgallery walk dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi maksimal. Dibandingkan yang hanya dengan menggunakan metode ceramah siswa hanya menunjukkan sikap yang kurang aktif dan cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran itu
(13)
berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk, mengobrol dengan teman bahkan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain.
Kenyataan di atas mendorong peneliti untuk mengadakansuatu penelitian dengan
judul “PerbandinganAntara Model PembelajaranTwo Stay Two Stray Dengan Gallery Walk Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negri 1
Natar T.P 2011/2012).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTSdengan yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeGW?
2. Manakah yang lebih tinggi kemempuan berpikir kritis siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeTSTSdengan model kooperatif tipeGW?
3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTSTSdibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe GW?
(14)
4. Bagaimana tanggapan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTSTSdengan model kooperatif tipeGW?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar melalui model pembelajaranTSTSdengan yang diajar melalui model pembelajaranGW. 2. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar melalui model
pembelajaranTSTSdibandingkan dengan modelGW.
3. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranTSTSdibandingkan dengan model pembelajaranGW. 4. Tanggapan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTSTSdengan model kooperatif tipeGW
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, (1) memberikan pengalaman kepada peneliti untuk menjadi seorang calon guru, (2) memberikan wawasan kepada peneliti sebagai
landasan teoritis memberdayakan pembelajaran berbasis keterampilan berpikir kritis.
(15)
2. Bagi guru, untuk memberikan alternatif mengenai model yang cocok untuk suatu pembelajaran dalam mengoptimalkan penguasaan materi siswa. 3. Bagi siswa, dapat mempermudah siswa memahami materi pokok sistem
ekskresi dan mendorong kemampuan berpikir kritis siswa. 4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha
meningkatkan mutu proses maupun hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran mengenai hal-hal yang diteliti baik bagi peneliti maupun pembaca, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negri 1 Natar T.P 2011/2012, dengan kelasXI IPA sebagai kelas yang menggunakan model TSTSdan kelasXI IPA sebagai kelas yang menggunakan modelGW.
2. Model pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran koperatif tipeTSTS yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri dan juga dituntut untuk saling ketergantungan secara positif terhadap anggota kelasnya. Sehingga akan timbul rasa tanggung jawab bersama dalam diri siswa untuk dapat meningkatkan prestasi kelasnya (Lie, 2002 :60-61). Sedangkan model pembelajaranGWmerupakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat menemukan
(16)
pengetahuan yang baru serta mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Melalui kedua model pembelajaran tersebut, peneliti akan membandingkan bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa antara siswa yang diberikan model pembelajaranTSTSdan siswa yang diberikan model pembelajaranGW
3. Indikator kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini adalah:
(1) memberikan argumentasi, (2) melakukan deduksi, (3) melakukan induksi dan (4) melakukan evaluasi.
4. Materi pokok pada penelitian ini adalah sistem ekskresi.
F. Kerangka Pikir
Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalam kegiatan pembelajaran tersebut terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas, dalam proses pendidikan, guru mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya. Begitu pula tugas guru mata pelajaran biologi khususnya, mereka harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik minat peserta didik sehingga tujuan pembelajaran biologi dapat tercapai.
(17)
Melihat pentingnya biologi yang merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru dituntut untuk mampu memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa sering dihadapkan dengan materi-materi yang penyampaiannya hanya didominasi oleh guru, tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis
pemahaman siswa itu sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sehingga materi yang akan disampaikan tersebut sulit dipahami oleh siswa.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok. Dua diantara model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaranTSTSdan model pembelajaranGWdengan berlandaskan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa, kedua model pembelajaran tersebut dipandang cocok oleh peneliti untuk materi sistem ekskresi, karena model pembelajaranTSTSdanGWini siswa dibagi kedalam beberapa kelompok. Model pembelajaranTSTS danGWmemiliki tujuan yang sama. Siswa di ajak untuk bersama-sama dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaranTSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaranTSTS karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
(18)
Menggunakan modelGWdiharapkan dapat mengatasi kendala–kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal. Karena model ini dapat menghemat efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran karena model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung
kekurang pahamannya terhadap materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya.
ModelGWadalah model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk
membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Dari gambar maupun skema tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Model pembelajaranTSTSdanGWmerupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karna adanya interaksi. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.“Belajar adalah perbuatan, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa meliputi kemempuan siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, bertukar informasi, dan bertanggung jawab.
(19)
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Berfikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia,
pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan. Berpikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh membiarkan berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ditunjukan dengan modelTSTSdan modelGWsedangkan variabel terikat ditunjukan dengan pemberdayaan pembelajaran berbasis
keterampilan berpikir kritis siswa. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada tabel dibawah ini:
Keterangan:
X : Variabel bebas ( penggunaan modelTSTS). X : Variabel bebas ( penggunaan modelGW) Y : Variabel terikat ( kemampuan berpikir kritis) Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
X1
X2
(20)
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) H0= Tidak ada perbedaan rata-rata berpikir kritis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTSTSdengan yang menggunakan model pembelajaranGW.
H1 = Ada perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTSTSdengan yang menggunakan model pembelajaranGW.
2) H0 = Rata- rata kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya
menggunakan modelTSTSlebih rendah daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan modelGW. H1= Rata- rata kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya
menggunakan modelTSTSlebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan modelGW.
(21)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model PembalajaranKooperatif Tipe TSTS
Enggen dan Kauchak (dalam Trianto 2007: 42) menyatakan bahwa pembelajarankooperatifmerupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Slavin (1995:284) pembelajarankooperatifmerupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Pembelajarankooperatif seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000:7) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secarakooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah,
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda–beda,
(22)
PembelajarankooperatiftipeTSTSmerupakan model pembelajaran kooperatif,dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa dalam kelompok dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif serta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Tehnik belajar-mengajarTSTS dikembangkan oleh Kagan (dalam Lie, 2000:16). Merupakan salah satu bentuk pembelajarankooperatif, struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok yang lainnya.
Tehnik belajar strukturTSTSdapat digunakan di dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Adapun tahapan-tahapan dari strukturTSTSadalah sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama di dalam kelompok berempat seperti biasa. 2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka masing-masing.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka ke kelompok lain.
(23)
Dilihat dari tahap-tahap yang telah dituliskan di atas, maka dapat dilihat bahwa struktur Dua Tinggal Dua Tamu itu mirip dengan pembelajaranJigsaw, namun pada metode ini tidak ada tim ahli. Baik siswa yang tinggal maupun yang menjadi tamu harus mengetahui materi yang akan disampaikan kepada tamu maupun masalah yang akan dibahas ke kelompok lain. Maka, di dalam ini siswa telah menerapkan ciri-ciri belajarkooperatif,yaitu saling
ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa dapat lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Terlihat bahwa pembelajarankooperatiftipe TSTS ini didesain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan secara positif terhadap anggota sekelompoknya. Sehingga akan timbul rasa tanggung jawab bersama dalam diri siswa untuk dapat meningkatkan prestasi kelompoknya. (Lie, 2002 :60-61)
B. Model Pembelajaran kooperatif tipe Gallery Walk (GW)
GWterdiri atas dua kata yaituGallerydanWalk.Galleryadalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. Misalnya pameran buku, lukisan, tulisan dan lain sebagainya. SedangkanWalkartinya berjalan, melangkah (Ismail,
2008:89)
Gallery WalkatauGWmenurut Silberman (2006:274), merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini.
Berdasarkan uraian tersebut,GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru
(24)
dan dapat mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang dilihat itu secara langsung.GWjuga dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses belajar, sebab bila sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat saling mengoreksi antara sesama siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri. Dengan menggunakanGWdiharapkan dapat mengatasi kendala–kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal. Sehingga hasil belajar siswapun belum maksimal, karena model ini dapat menghemat efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran karena strategi ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya itu.
ModelGWadalah model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat siswa telah
mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai. Strategi belajar mengajar, menurut David (1976:3) ialaha plan, method, or series of activities designe to achieves a particular educational good (P3G).
(25)
Menurut pengertian ini strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode, atau seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan mengajar tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.
Ada beberapa komponen dalam pemakaian modelGW. Komponen– komponen tersebut adalah :
1. Guru, harus paham betul tentang modelGW.
2. Peserta didik, dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam pemakaian modelGW.
3. Alat atau bahan, bahan yang disiapkan adalah kertas plano atau flip cart dan spidol. (Rodgres, 2000:14).
Sebagaimana disebutkan bahwa banyak sekali strategi belajar baru dalam pembelajaran. Dari berbagai strategi baru dalam pembelajaran tersebut, sebenarnya bisa digunakan dalam proses pembelajara. Hal ini sebagai upaya pengembangan dari metode-metode lama yang kadang dianggap kurang banyak melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
a. Langkah–langkah modelGW
1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok 2. Kelompok diberi kertas plano atauflip chart 3. Tentukan topik atau tema pelajaran
(26)
5. Masing – masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain
6. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain
7. Koreksi bersama–sama
8. Klarifikasi dan penyimpulan (Rodgres, 2000:14)
b. Kelebihan modelGW
1. Siswa terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah dalam belajar
2. Terjadi sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan 3. Pembelajaran
4. Membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar kawannya
5. Mengaktifkan fisik dan mental siswa selama proses belajar 6. Membiasakan siswa memberi dan menerima kritik
c. Kelemahan modelGW
1. Bila anggota kelompok terlalu banyak akan terjadi sebagian siswa menggantungkan kerja kawannya
2. Guru perlu ekstra cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu dan kolektif
(27)
C. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Johnson (dalam Supriya, 2007:8)merumuskan istilah “berfikir kritis” (critical thinking) secara etimologis, ia menyatakan bahwa kata “critic”dan “critical”
berasaldari “krinein”, yang berarti “menaksir nilai sesuatu”. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa kritis adalam perbuatan seorang yang mempertimbangkan, menghargai, dan menaksir nilai sesuatu hal. Tugas orang yang berfikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap suatu hasil dan mempertimbangkan nilainya dan mengartikulasikan pertimbangan tersebut. Selanjutnya Johnson (dalam Supriya, 2007:8) merangkum beberapa definisi critical thinking dan ia menyimpulkan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan berfikir kritis. Pertama, berfikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif; kedua, berfikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berfikir kritis mencakup dimensi afektif yang
semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda.
Berfikir kritis menurut Ennis (1987:12) merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan perilaku yang rasional. Ia telah mengidentifikasi lima kunci berfikir kritis, yakni “praktis, reflektif, rasional, terpercaya, dan berupa tindakan”. Dengan dasar ini ia merumuskan definisi berfikir kritis adalah aktivitas berfikir secara reflektif dan rasional yang difokuskan pada penentuan apa yang harus diyakini atau dilakukan. Di bawah ini merupakan indikator dan aspek kemampuan berpikir kritis:
(28)
Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan Indikatornya No Keterampilan Berpikir
Kritis Indikator
1 Memberikan argumen
Argumen atau alasan yang sesuai konteks; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.
2 Melakukan deduksi
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.
3 Melakukan induksi
Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik.
4 Melakukan evaluasi
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif.
Sumber: Ennis (dalam Herniza, 2011:19)
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Berfikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan. Berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh
membiarkan berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar Reason (dalam Sanjaya, 2006:228).
Berpikir kritis juga merupakan pola berpikir seseorang mempunyai wawasan dan wacana yang luas. Dia mampu menganalisa suatu masalah dengan tepat, cermat, jeli, tidak gegabah dan efisien. Dia mampu memberikan solusi yang benar, masuk akal, bisa dipertanggung jawabkan dan valid. Pada dasarnya seseorang yang mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, dia
(29)
otomatis akan berpikir secara kritis. karena dia akan menganalisa masalah dengan berbagai kemungkinan dari sudut ilmu dan teori yang dia kuasai. sehingga akan menghasilkan hasil analisa yang lebih detail, karena detail inilah seseorang akan menjadi lebih kritis Reason (dalam Sanjaya, 2006:229).
Tujuan berfikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu berfikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapatyang diketahui. Berfikir kritis mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru.
Tahap awal sebagai syarat untuk memasuki sikap kritis adalah adanya sikap siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran baru. Tahap ini disebut tahap berfikir kreatif. Tahap kedua siswa membuat pertimbangan atau
penilaian atau taksiran yang dapat dipertanggungjawabkan. Tahap kedua ini dikategorikan sebagai tahap berfikir kritis, (Savage dan Armstrong,
1996:135).
D. Aktivitas Belajar Siswa
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sadirman (2004: 95) berpendapat bahwa “belajar adalah perbuatan, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.
(30)
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2004: 99) bahwa:
“dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas tidak mungkin proses belajar akan berjalan dengan baik. Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan untuk dapat menunjang prestasi belajar.”
Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari aktivitas dan belajar.
1. Aktivitas
Menurut Mulyono (2001 : 26), aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. 2. Belajar
MenurutHamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman (2003: 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.
(31)
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya (dalam Depdiknas,2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektifdan psikomotor”.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984 : 73) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
(32)
Berkenaan dengan hal diatas, Diedrich (dalam Sardiman, 1984:101) mengklasifikasikan aktivitas sebagai berikut:
1. “Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing Activities,misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor Activities,misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang.”
Dari bagian-bagian di atas, peneliti berfokus pada beberapa aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran yang menunjang peningkatan aktivitas siswa. Aktivitas tersebut antara lain:
1. Kemampuan bekerja sama dengan teman. 2. Kemampuan melakukan kegiatan diskusi.
(33)
3. Kemampuan bertukar informasi dengan teman.
Penggunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Hamalik (2004:175), sebab:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat da orang tua dengan guru. 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas.
8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan aktivitas pada pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, serta dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Biologi, siswa diharapkan benar-benar aktif, sehingga apa yang dipelajari akan lebih lama diingat agar diperoleh hasil yang maksimal. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh
(34)
siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Dengan demikian, guru hendaknya
menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan (Hamalik, 2004:175).
E. Sistem Ekskresi
a. Ekskresi pada manusia
Zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh antara lain karbondioksida (CO2), air (H2O) dan
amonia (NH 3), sedangkan zat warna empedu dirombak terlebih dahulu
menjadi urobilinogen dan asam urat yang selanjutnya dirombak menjadi NH 3 sebelum dikeluarkan. Zat sisa metabolisme tersebut dikeluarkan
melalui alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia terdiri atas, hati, kulit, ginjal, dan paru-paru. Berikut pembahasan tentang alat ekskresi tersebut satu persatu.
1. Hati
Hati terdiri atas epitel selapis silindris, dalam sistem ekskresi hati berfungsi menghasilkan empedu yang akan memberi warna pada urin dan feses. Empedu berasal dari perombakan sel darah merah
(eritrosit) yang telah tua dan rusak di dalam hati. Sel hati yang bertugas merombak eritrosit disebut histiosit. Melalui sel histiosit hemoglobin akan diuraikan menjadi senyawa hemin, globulin dan zat besi. Zat besi dan globin digunakan untuk membentuk antibodi dan hemoglobin baru. Hemin dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin
(35)
yang dalam usus mengalami oksidasi menjadi urobilin yang memberi warna pada feses dan urin. (Sudjadi dan Laila, 2007:217-219). 2. Kulit
Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar (epidermis) dan
lapisan dalam (dermis). Epidermis terdiri atas jaringan epitel berlapis banyak pipih menanduk yang dipisahkan dengan dermis oleh
membran basal. Pada bagian dermis terdapat kelenjar keringat yang berfungsi dalam sistem ekskresi yaitu mengeluarkan air yang berupa keringat yang mengandung garam dan urea. Proses terjadinya pengeluaran keringat dipengaruhi oleh hipotalamus yang
menghasilkan enzim bradikinin yang dapat mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus dirangsang oleh perubahan suhu pada pembuluh darah, rangsangan akan diteruskan oleh saraf simpatik ke kelenjar keringat. Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air, garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat sehingga suhu tubuh stabil. aktor-faktor yang mempengaruhi produksi keringat antara lain : Lingkungan, emosi/psiko, aktivitas, jenis kelamin, suhu tubuh, berat badan (Sudjadi dan Laila, 2007:219-220).
3. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk biji kacang merah. Mempunyai dua daerah yang berbeda yaitu korteks renal dibagian luar dan medula renal dibagian dalam. Nefron terdiri atas glomerulus, kapsula bowman,
(36)
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul.
- Kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis pipih yang ditunjang lamina basalis dan mempunyai lapis viseral erat berkaitan dengan jumbai kapilar yang kontinyu dengan sel-sel epitel tubulus kontortus proksimal. Di dalam kapsul bowman terjadi filtrasi (penyaringan). Filtrasi terjadi ketika tekanan darah memaksa air, urea dan zat terlarut kecil lainnya dari darah dalam glomerolus masuk ke dalam lumen kapsula bowman. Podosit berfungsi sebagai filter karena bersifat permeabel terhadap air dan zat terlarut kecil. Filtrat dalam kapsula bowman mengandung garam, glukosa, vitamin , urea dan molekul kecil lainnya.
- Tubulus kontortus proximal terdiri atas epitel selapis kubus dengan batas sikat (brush border) diapikal yang mencolok terdiri atas banyak mikrovili yang panjang. Dalam tubulus ini terjadi reabsorpsi NaCl (garam) dan air. Garam dalam filtrat berdifusi ke dalam sel epitelium transpor, dan membran sel-sel secara aktif mentranspor Na+keluar dari sel dan ke dalam cairan interstisial.
- Lengkung henle berbentuk U terdiri atas sel epitel selapis kubus. Saluran menurun lengkung henle terjadi reabsorpsi air selama filtrat bergerak disepanjang lengkung henle. Epitelium transpor sangat permeabel terhadap air. Sedangkan pada saluran menaik pada lengkung henle epitelium transpor tidak permeabel terhadap air.
(37)
Sehingga NaCL dipekatkan pada saluran menaik berdifusi keluar dari tubula ke dalam cairan interstisial.
- Tubulus kontortus distal terdiri atas epitel selapis kubus dengan sedikit mikrovii apikal. Tubulus ini berfungsi dalam sekresi, reabsorpi dan berperan dalam pengaturan konsentrasi K+dan NaCl cairan tubuh dengan cara memvariasikan jumlah K+yang
disekresikan ke dalam filtrat dan jumlah NaCL yang diserap kembali dari filtrat tersebut.
Ureter terdiri atas epitel transisional, berbentuk tidak menentu berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih (vesica urinaria) terdiri atas epitel transisional berfungsi untuk menampung urin sementara. Uretra terdiri atas epitel berlapis gepeng dan berfungsi untuk mengeluarkan urin ke luar tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah urin antara lain : - Jumlah air yang diminum
Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit
(38)
- Hormon antidiuretik (ADH)
Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.
- Suhu lingkungan
Ketika suhu dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak. (Imaningtyas, 2006:79).
4. Paru-paru
Paru-paru sebagai sistem ekskresi berfungsi untuk mengeluarkan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan uap air. Alveolus terdiri atas epitel selapis pipih, sehingga memudahkan terjadinya difusi gas melintasi epitel. Proses ekskresi pada alveolus terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial gas. Perbedaan tekanan parsial gas melintasi membran respirasi merupakan perbedaan antara tekanan parsial gas dalam alveolus dan tekanan parsial gas dalam kapiler alveolus. Jika tekanan parsial gas pada satu sisi membran respirasi lebih besar dari sisi lainnya maka terjadi difusi gas, dari tekanan yang
(39)
tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Secara normal tekanan normal O2
( PO2)pada alveolus lebih tinggi dari pada PO2dalam darah kapiler,
dan PCO2darah lebih tinggi dari pada PCO2dalam udara alveolus.
Kelainan penyakit pada sistem ekskresi manusia a. Nefritisi
b. Albuminaria c. Diabetes mellitus d. Diabetes insipidus e. Batu ginjal
f. Ologouria g. Poliuria h. Ginjal kronik
i. Penyumbatan pembuluh empedu (Sudjadi dan Laila, 2007:217-227)
b. Ekskresi pada hewan
Telah dijelaskan, perbedaan tingkat hidup mahluk hidup dapat mempengaruhi struktur alat ekskresi. Kelompok hewan invertebrata memiliki tingkat hidup yang lebih rendah dibandingkan hewan vertebrata (Sudjadi dan Laila, 2007:227-229).
Sistem ekskresi pada hewan meliputi sistem ekskresi ikan dan serangga. Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal opistonefros yang terikat di sisi dorsal (punggung) rongga tubuh. Bentuknya sempit memanjang, berwarna coklat, dan ujung anteriornya berhubungan dengan system
(40)
reproduksi. Mekanisme ekskresi pada ikan air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar secara konstan mendapatkan air karena berada dalam keadaan hiperosmotik dibandingkan dengan sekelilingnya. Ikan menyeimbangkan perolehan air dengan cara mengekskresikan banyak sekali urin yang hipoosmotik terhadap cairan tubuhnya. Garam yang hilang dalam urin dipulihkan kembali melalui pengambilan melewati insang, sel-sel klorida pada insang secara aktif mentraspor Cl- masuk ke dalam. Sedangkan mekanisme ekskresi pada ikan air laut secara konstan kehilangan air melalui osmosis. Ikan meminum banyak sekali air laut, insangnya dan permukaan tubuh umumnya membuang natrium klorida dan ginjalnya mengeluarkan kelebihan ion-ion kalsium, magnesium, dan sulfat sementara mengekskresikan hanya sejumlah kecil air. Pada ikan air laut tidak mempunya glomerulus.
Alat ekskresi pada serangga berupa pembuluh malpighi. Pembuluh malpighi melekat pada bagian anterior usus. Tubula mengekskresikan limbah bernitrogen dan garam dari hemolimfa, dan air mengikuti zat-zat terlarut tersebut melalui osmosis. Sebagian besar garam dan air diserap kembali (reabsorpsi) melewati epitelium rektum, dan limbah bernitrogen kering itu dikeluarkan bersama feses.(Campbell, 2004:111)
(41)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negri 1 Natar kelas XI IPA1dan XI
IPA2pada bulan Mei 2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negri 1 Natar T.P 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA1
berjumlah 41 siswa dan XI IPA2berjumlah 40 siswa. Sampel selanjutnya
dipilih dari populasi dengan tehnikcluster random sampling. Selanjutnya siswa–siswi kelas XI IPA1terpilih sebagai kelas yang menggunakan model
TSTSdan kelas XI IPA2 sebagai kelas yang menggunakan modelGW.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-protest non ekuivalen. Masing-masing kelompok perbandingan menggunakan kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas XI IPA1
diberi perlakuan menggunakan modelTSTS,sedangkan kelas XI IPA2
(42)
awal (pretest) dan tes akhir (protest) sehingga struktur desain penelitiannya sebagai berikut:
Keterangan :
I : KelompokTSTS II : Kelompok GW O1 : Pretes
O2 : Postes
X1 : Perlakuan dengan modelTSTS
X2 : Perlakuan dengan model GW (dimodifikasi oleh Riyanto. 2001: 43)
Gambar 1.Desain pretest-protest non ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagi berikut :
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan di teliti.
Kelas pretest perlakuan postest
I O1 X1 O2
(43)
c. Mendapatkan sampel penelitian untuk kelas yang menggunakan model TSTSdan kelas yang menggunakan modelGW.
d. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Instruksi Kerja (LIK) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
e. Membuat kartu berwaran untuk modelTSTS, 2 kartu untuk siswa yang tinggal di kelompok, dan 2 kartu lagi untuk siswa yang menjadi tamu. Siswa yang tinggal di kelompok memakai kartu yang berwarna biru sedangkan siswa yang menjadi tamu memakai kartu berwarna merah. f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
g. Memebuat Instrumen penelitian yaitu soal pretest/protest berupa soal-soal uraian yang akan diuji ahli.
h. Membentuk kelompok diskusi untuk modelGWdengan cara membagi siswa menjadi 8 kelompok kecil masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa yang bersifat hetrogen berdasarkan nilai akademik siswa, 2 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, 1 siswa dengan nilai rendah (Lie, 2004: 42). Pada modelTSTS membentuk kelompok diskusi yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitifnya, 1 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, dan 1 siswa dengan nilai yang rendah, setiap siswa terdiri dari 4 orang siswa.
i. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan modelTSTS dan GW.
(44)
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan berfikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaranTSTSdan modelGWuntuk masing-masing kelas menggunakan model diskusi kelompok. Penelitian ini direncanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan ke-I membahas tentang keterkaitan struktur dan fungsi alat Ekskresi pada manusia maupun hewan, pertemuan Ke-II membahas proses ekskresi yang terjadi pada manusia dan hewan, pertemuan Ke-III membahas kelainan / penyakit yang dapat terjadi pada manusia dan hewan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kelas dengan ModelTSTS Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengecek kehadiaran siswa (pertemuan I-III).
a) Guru membagikan soal pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai sistem ekskresi pada manusia.
b) Guru menyajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan tujuan pembelajaran.
c) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan : Pertemuan Ke-I:”mengapa kita mengeluarkan keringat?” Pertemuan Ke-II : “ mengapa setiap hari kita mengeluarkan keringat?”
(45)
Pertemuan Ke-III : “ apa saja alat ekskresi yang terdapat pada manusia dan hewan. Coba kalian sebutkan?”Dalam Bab ini Kita akan menggali pengetahuan mengapa hal tersebut dapat terjadi. d) Guru memberikan motivasi pada siswa dengan cara :
Pertemuan Ke-I : “Anak-anak dengan belajar sistem ekskresi kalian akan mengetahui keterkaitan struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ-organ ekskresi”
Pertemuan Ke-II : “ Anak-anak mengeluarkan keringat sangat penting bagi tubuh kita”
Pertemuan Ke-III: “ Anak-anak dengan belajar mengenai sistem ekskresi ini kalian akan mengetahui ciri-ciri organ ekskresi yang mengalami gangguan”.
Kegiatan Inti
1. Guru membentuk dua kelompok besar yang terdiri dari 10 kelompok, setiap kelompok kecil terdiri dari empat orang yang dibentuk berdasarkan nilai akademik MID semester dan jenis kelamin yang dipilih secara heterogen.
2. Guru menyajikan pembelajaran tentang :
Pertemuan Ke-I : struktur, fungsi dan mekanisme ekskresi pada manusia.
Pertemuan Ke-II : Produk hasil ekskresi serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia.
Pertemuan Ke-III : Struktur, fungsi dan proses ekskresi pada hewan (ikan dan serangga).
(46)
3. Guru membagikan LKK tentang :
Struktur, fungsi dan mekanisme ekskresi pada manusia ( pertemuan I ), produk hasil ekskresi serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia (pertemuan II), Struktur, fungsi dan proses ekskresi pada hewan (ikan dan serangga) (pertemuan III). 4. Guru membimbing siswa berdiskusi dikelompok hingga selesai. 5. Guru meminta dua orang dari kelompok masing-masing bertamu ke
kelompok lain untuk mencari informasi.
6. Guru meminta siswa yang bertamu tadi untuk kembali ke kelompok asalnya masing-masing setelah semua kelompok dikunjungi.
7. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.
8. Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang disampaikan.
9. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan dari materi pelajran yang telah disampaikan.
Penutup
1. Guru memberikan Postes dengan soal yang sama dengan soal pretes (pertemuan III).
2. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
(47)
b. Kelas dengan ModelGW Pendahuluan
a) Guru memberikan pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengecek kehadiran siswa (pertemuan 1-3).
b) Guru memberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai sistem ekskresi pada manusia.
c) Guru menyajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan tujuan pembelajran.
d) Guru menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan: Pertemuan Ke-I : “ Mengapa kita mengelurkan keringat?” Pertemuan Ke-II : “ Mengapa setiap hari kita mengeluarkan keringat?”
Pertemuan Ke-III : “ Apa saja alat ekskresi yang terdapat pada manusia dan hewan. Coba kalian sebutkan?.” Dalam bab ini kita akan menggali pengetahuan mengapa hal tersebut dapat terjadi. e) Guru memebrikan motivasi pada siswa dengan cara :
Pertemuan Ke-I : “Anak-anak dengan belajar sistem ekskresi kalian akan mengetahui keterkaitan struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ-organ ekskresi”
Pertemuan Ke-II : “ Anak-anak mengeluarkan keringat sangat penting bagi tubuh kita”
Pertemuan Ke-III: “Anak-anak dengan belajar mengenai sistem ekskresi ini kalian akan mengetahui ciri-ciri organ ekskresi yang mengalami gangguan”.
(48)
Kegiatan Inti
a) Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 5 sampai 6 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari
sebelumnya).
b) Guru memberikan kertas plano atau flip chart pada siswa. Guru menentukan topik atau tema kepada tiap kelompok denga topik permasalahan yang berbeda tiap pertemuannya,masing-masing kelompok diberi topik yang berbeda.
Pertemuan Ke-I dengan topik : Struktur, fungsi dan mekanisme ekskresi pada manusia.
Pertemuan Ke-II dengan topik : Produk hasil ekskresi serta
kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia. Pertemuan Ke-III dengan topik : Struktur, fungsi dan proses ekskresi pada manusia dan hewan (ikan dan serangga ).
c) Guru memberikan pengarahan kepada siswa dan memebimbing untuk melakukan diskusi kemudian hasil diskusi berupa gambar dan uraian singkat untuk ditempel di depan kelas atau di meja. d) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berputar
mengamati, memberi informasi serta bertanya hasil kerja kelompok lain.
e) Guru meminta setiap wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain.
f) Guru bersama dengan siswa melakukan koreksi bersama-sama serta bersama-sama menarik kesimpulan.
(49)
Penutup
a) Guru menyampaikan kepada siswa agar mempersiapkan materi yang akan di bahas pada pertemuan berikutnya (pertemuan Ke-II dan pertemuan Ke-III).
b) Guru mengadakan tes akhir (postest) dalam bentuk uraian dengan materi system ekskresi yang telah di pelajari (pertemuan Ke-III). c) Guru menutup kegiatan pembelajaran.
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Data Penelitian
a. Data kuantitatif yang diambil yaitu data berupa kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia dan hewan yang diperoleh dari pretest dan posttest. Kemudian data dihitung melalui selisih antara nilai pretes dengan posttest, lalu dianalisis secara statistik.
b. Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan siswa terhadap modelTSTSdanGW.
2. Teknik Pengumpulan Data a. Pretest dan Postest
Data kemampuan berfikir kritis berupa nilai pretest. Nilai pretest diambil dari pada pertemuan pertama setiap kelas, baik yang mengguanakan modelTSTSdan kelas yang menggunakan Model GW, sedangkan nilai posttest diambil di akhir pembelajran pada
(50)
pertemuan kedua setiap kelas. Bentuk soal yang diberikan adalah soal uraian.
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang mencakup semua aspek kegiatan yang di amati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamatai poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberikan tanda (√) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu : aktivitas siswa bekerja sama dengan teman, melakukan kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Keterangan: Xi : Jumlah skor/ siswa
: Rata-rata skor/ siswa.Sumber: (Sunyono, 2009:11) No Nama
Aspek yang diamati
Xi
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
2 3 4
(51)
Keterangan :
A. Kemampuan Mengemukakan Pendapat / ide 1. Tidak mengemukakan pendapat (diam saja 0)
2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem Ekskresi.
3. Mengemukakan pendapat/ ide sesuai pembahasan pada materi pokok Sistem Ekskresi.
B. Kemampuan Bertanya :
1. Tidak mengajukan pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan, tapi tidak mengarah pada permasalahan materi pokok Sitem Ekskresi.
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Sistem Ekskresi .
C. Bekerjasama Dengan Teman dalam menyelesaikan tugas kelompok : 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)
2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok Sistem Ekskresi . 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan
permasalahan pada materi pokok Sistem Ekskresi. D. Bertukar Informasi
1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelomok (diam saja)
2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan Sistem Ekskresi dalam lembar kerja. 3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk
memecahkan permasalahan pada lembar kerja sesuai dengan model pembelajaran yang telah dilakukan pada materi pokok Sistem Ekskresi. E. Membuat kesimpulan
1. Tidak membuat kesimpulan
2. Membuat kesimpilan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari 3. Membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang dipelajari
(52)
Menafsirkan atau menentukan kategori indeks Aktivitas siswa sesuai dengan klasifikasi pada tabel 2.
Tabel 3. Kategori Indeks Aktivitas Siswa
Interval Kategori
0,00-29,99 Sangat Rendah
30,00-54,99 Rendah
55,00-74,99 Sedang
75,00-89,99 Tinggi
90,00-100,00 Sangat Tingggi
Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37) c. Angket Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai pengguanaan modelTSTSdanGWdalam Pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan neghatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki pilihan jawaban yaitu sangat setuju,setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji normalitas data dihitung menggunakan Uji Lilliefors dengan bantuan software SPSS versi 17.
a. Hipotesis
H0: Sampai berdistribusi normal
(53)
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,005, tolak Ho untuk harga
yang lainnya
(Nurgiantoro, Gunawan dan Basuki, 2002:118). 2. Kesamaan dua varians
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas dengan menggunakan uji kesamaan dan varian dengan munggunakan SPSS 17.
a. Hipotesis
H1: Kedua sampel mempunyai Varians berbeda
b. Kriteria Uji
Jika Fhitung< Ftabelatau probolitasnya > 0,05 maka Ho diterima
Jika Fhitung> Ftabelatau probolitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
( Pratisto, 2004 : 13 ) 3. Pengujuan Hipotesis
Untuk mengujin hipotesis digunakan uji keasaman dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakansoftwareSPSS versi 17.
a. Uji Keasaman Dua Rata-rata 1. Hipotesis
Ho = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1= Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2. Kriteria Uji
-jika–ttabel<thitung<ttabelmaka Ho diterima
-jika thitung<-ttabelatau thitung>ttabelmaka Ho ditolak
(54)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis
Ho = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol.
2. Kriteria Uji
-jika–ttabel<thitung<ttabel maka Ho diterima
-jika thitung<-ttabelatau thitung>ttabelmaka Ho ditolak
3. Data Kuantitatif
Untuk mendapatkan N-gain mengguanakan rumus yaitu :
X–Y
Skor Maksimum -Y Keterangan : X = Nilai postest
Y = Nilaipretest(dimodifikasi dari Loranz, 2008:3)
4. Pretes dan Postes
Untuk menghitung skor nilai Pretes dan Postes yaitu :
S = × 100
Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari) ; R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112)
X 100 N gain =
(55)
G. Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Analisis data kemampuan berfikir kritis siswa dapat dihitung dengan rumus :
keterangan : P = poin yang dicari ; F = jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh ; N = jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (Sudjiono, 2004 : 40)
Tabel 4. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa
Catatan : Berilah tandachecklist(√) pada setiap item yang sesuai skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran
Ennis (dalam Herniza, 2011:21) Keterangan :
Memberikan Argumen :
0. Tidak memberikan argumen
1. Memberikan argumen tidak dengan alasan yang jelas
2. Memberikan argumen tetapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan
3. Memberikan argumen dengan baek. Melakukan Deduksi
0. Tidak melakukan Dedukasi
1. Melakukan dedukasi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat umum
2. Melakukan dedukasi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan 3. Melakukan dedukasi dengan baik.
No
Nama
Aspek Kecakapan Berpikir Kritis Siswa
F P Kriteria Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi Melakukan Evaluasi
Skor Skor Skor Skor
0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
1 2 3 4 5 Dst Jumlah (F) P K/riteria P = F N X 100 =
(56)
Melakukan Indukasi
0. Tidak melakukan Indukasi
1. Melakukan indukasi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat khusus
2. Melakukan indukasi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan 3. Melakukan indukasi dengan baik
Melakukan Evaluasi
0. Tidak melakukan evaluasi
1. Melakukan evaluasi tetapi tidak berdasarkan fakta
2. Melakukan evaluasi tetapi kurang tepat dengan fakta yang ada 3. Melakukan evaluasi dengan baik
1. Setelah data diolah dan diperoleh rata-ratanya, maka keterampilan berpikir kritis siswa tersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 5. Kriteria berpikir kritis siswa
Persentase Kriteria 80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu : 1. Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus :
X = × 100%
Keterangan : X̅ = rata-rata skor aktivitas siswa ; Xi= jumlah skor yang diperoleh ; n = jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002 : 69)
(57)
I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model TSTS dan GW
Data tanggapan siswa terhadap ke dua pembelajaran di atas dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang teridri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut :
1. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus :
%Xin = ×100%
Keterangan : %Xin= perssentase jawaban siswa ; S= jumlah skor
jawaban ; Smaks= skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69)
2. Skor Angket
Tabel 6. Skor jawaban angket
No Pertanyaan
Skor Jawaban Angket
Pertanyaan Posotif Pertanyaan Negatif
3 2 1 0 3 2 1 0
SS S TS STS SS S TS STS
1 2 Dst..
Keterangan : SS = Sangat setuju, S= Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.
Tabel 7. Tabulasi tanggapan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan modelTSTS dan GW
No Nama Skor Siswa Per Item Angket Skor
Total
1 2 3 4 Dst
1 Siswa
A
2 Siswa
B Dst.
(58)
3. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa pada pembelajaranTSTS dan GW.
Tabel 8. Tafsiran persentase jawaban
Persentase Kriteria
75,1%-100% 50,1%-75% 25,1%-50% 0,0%-25%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
(59)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar melalui model pembelajaranTSTSdengan yang diajar melalui model
pembelajaranGW.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar melalui model
pembelajaranTSTS lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranGW.
3. Aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat kesimpulan yang menggunakan model pembelajaranTSTSlebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranGW.
4. Tanggapan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaranTSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranGW.
(60)
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaranTSTSdapat digunakan oleh guru
biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok Sistem Ekskresi karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa akan tugasnya.
2. Kepada calon peneliti yang akan menggunakan modelTSTSuntuk lebih menekankan rasa tanggung jawab kepada siswa tentang tugasnya pada saat diskusi sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar waktu yang disediakan akan lebih efektif.
3. Selain model pembelajaranTSTS,modelGWjuga dapat diterapkan dalam proses pembelajarn, namun guru harus lebih cermat
membimbing siswa dalam berdiskusi sehingga siswa dapat bekerja sama dengan teman dan tidak saling mengandalkan.
4. Untuk seorang peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran hendaknya menggunakan angket tanggapan siswa agar dapat
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Implementasi Model Gallery Walk dan Small Group Discussion Dalam meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. UPI. Bandung. Bellina, W. 2008.Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam
Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/.(08 April 2011): 17.05 WIB.
BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
David, K. 1976. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing ( A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman : Newyork.
Depdiknas, 2005.Pendidikan menurut undang-undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 September 2011 (08.00 wib) Ennis. H, Robert. 1987. Critical Thinking. Prentice-Hall inc,: USA Ghufron, M. 2011.Implementasi Metode Gallery Walk dan Small Group
Discussion Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang. http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th detail&id =07110106. (25 november 2011): 20.28 WIB.
Hamalik, O. 2001.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.
2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Herniza, L. 2011.Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Universitas Lampung. Lampung.
(62)
Ibrahim, M. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Universitas Negeri Surabaya : Surabaya
Imaningtyas, A. M. 2006. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri.Erlangga. Jakarta
Ismail, S.M. 2008.Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. RaSAIL Media Group. Semarang.
Jati, W. 2007.Aktif Biologi.Ganeca Exact. Jakarta.
Johnson, E. B. 1992.Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center.
Kurniasari, W. 2011.Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singosari.Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang.
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16348.(28 november 2011): 00.38 WIB
Lestari, E. S dan I. Kistinnah. 2009.Biologi 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Lie, A. 1992.Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.
Loranz, D. 2008.Gain Score.http://www.tmcc.edu/vp/acstu/ assessment/
downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPHYSDiscip lineRep0708.pdf. (27 November 2010): 13.35 WIB.
Mulyono. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Nurgiantoro, B. 2002.Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta
Nugraha, C. I. A. 2008.Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses
Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make a Match) Dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
http://www.scribd.com/doc/28145491/ABSTRAK-cevi.(28 November 2011): 00.40WIB
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
(63)
Purwanto, M. 2008.Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosda Karya . Bandung
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan.SIC. Surabaya. Rodgres. 2000.Apa Gallery Walk?(http://www.rsu.edu/reseources/. 14
November 201 (15:55 WIB)
Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran. Kencana. Jakarta.
Sardiman, A. M. 2003.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Silberman, M. 2006.101 Active Learning Strategis. Yapendis. Yogyakarta. Slavin, R.1995.Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second
Edition. Allyn and Bacon. Boston.
Sudjana. 2002. Statistik Dasar. Tarsito. Bandung.
Sudijono, A. 2004. Evaluasi Pendidikan.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Sudjadi, B. dan S. Laila. 2007.Biologi untuk kelas 2. Yudhistira. Jakarta. Sunyono. 2009.Model Pembelajaran Tindakan Kelas. http//blog.unila.ac.id/
sunyono/files/2009/06/ptk.pdf. (07 november 2011): 17:45 WIB. Supriya. 2007.Critical Thinking. Bandung : Mizan Learning Center.
Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
(64)
(65)
ANALISIS PEMETAAN SILABUS
RPP LKK LIK
(1)
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaranTSTSdapat digunakan oleh guru
biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok Sistem Ekskresi karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa akan tugasnya.
2. Kepada calon peneliti yang akan menggunakan modelTSTSuntuk lebih menekankan rasa tanggung jawab kepada siswa tentang tugasnya pada saat diskusi sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar waktu yang disediakan akan lebih efektif.
3. Selain model pembelajaranTSTS,modelGWjuga dapat diterapkan dalam proses pembelajarn, namun guru harus lebih cermat
membimbing siswa dalam berdiskusi sehingga siswa dapat bekerja sama dengan teman dan tidak saling mengandalkan.
4. Untuk seorang peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran hendaknya menggunakan angket tanggapan siswa agar dapat
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Implementasi Model Gallery Walk dan Small Group Discussion Dalam meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. UPI. Bandung. Bellina, W. 2008.Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam
Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/.(08 April 2011): 17.05 WIB.
BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
David, K. 1976. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing ( A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman : Newyork.
Depdiknas, 2005.Pendidikan menurut undang-undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 September 2011 (08.00 wib) Ennis. H, Robert. 1987. Critical Thinking. Prentice-Hall inc,: USA Ghufron, M. 2011.Implementasi Metode Gallery Walk dan Small Group
Discussion Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang. http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th detail&id =07110106. (25 november 2011): 20.28 WIB.
Hamalik, O. 2001.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.
2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Herniza, L. 2011.Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Universitas Lampung. Lampung.
(3)
Ibrahim, M. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Universitas Negeri Surabaya : Surabaya
Imaningtyas, A. M. 2006. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri.Erlangga. Jakarta
Ismail, S.M. 2008.Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. RaSAIL Media Group. Semarang.
Jati, W. 2007.Aktif Biologi.Ganeca Exact. Jakarta.
Johnson, E. B. 1992.Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center.
Kurniasari, W. 2011.Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singosari.Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang.
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16348.(28 november 2011): 00.38 WIB
Lestari, E. S dan I. Kistinnah. 2009.Biologi 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Lie, A. 1992.Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.
Loranz, D. 2008.Gain Score.http://www.tmcc.edu/vp/acstu/ assessment/
downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPHYSDiscip lineRep0708.pdf. (27 November 2010): 13.35 WIB.
Mulyono. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Nurgiantoro, B. 2002.Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta
Nugraha, C. I. A. 2008.Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses
Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make a Match) Dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
http://www.scribd.com/doc/28145491/ABSTRAK-cevi.(28 November 2011): 00.40WIB
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
(4)
Purwanto, M. 2008.Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosda Karya . Bandung
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan.SIC. Surabaya. Rodgres. 2000.Apa Gallery Walk?(http://www.rsu.edu/reseources/. 14
November 201 (15:55 WIB)
Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran. Kencana. Jakarta.
Sardiman, A. M. 2003.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Silberman, M. 2006.101 Active Learning Strategis. Yapendis. Yogyakarta. Slavin, R.1995.Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second
Edition. Allyn and Bacon. Boston.
Sudjana. 2002. Statistik Dasar. Tarsito. Bandung.
Sudijono, A. 2004. Evaluasi Pendidikan.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Sudjadi, B. dan S. Laila. 2007.Biologi untuk kelas 2. Yudhistira. Jakarta. Sunyono. 2009.Model Pembelajaran Tindakan Kelas. http//blog.unila.ac.id/
sunyono/files/2009/06/ptk.pdf. (07 november 2011): 17:45 WIB. Supriya. 2007.Critical Thinking. Bandung : Mizan Learning Center.
Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
(5)
(6)
ANALISIS PEMETAAN SILABUS
RPP LKK LIK