EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI MODEL TPS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013)

(1)

DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

PEBI HERPINDO SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI MODEL TPS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

PEBI HERPINDO SAPUTRA

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi SMA N 1 Natar Lampung Selatan diperoleh informasi bahwa hasil belajar kelas XI masih rendah. Hal ini diduga karena penggunaan media yang bervariasi sebagai alat bantu dalam pembelajaran masih jarang dilakukan.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas

eksperimen dan XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang dipilih dengan teknik Purpose Sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes lalu dihitung selisihnya sehingga diperoleh N-gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji u pada taraf signifikansi 5%. Data kualitatif berupa data akitivitas belajar dan angket


(3)

tanggapan siswa terhadap penerapan media audio visual dengan model TPS yang dianalisis secara deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap penguasaan konsep pada kelas yang menggunakan media audio visual dengan ratat-rata pretes yaitu 33,47 meningkat menjadi rata-rata postes yaitu 78,23 dengan N-gain sebesar 62,13. Begitupun dengan aktivitas belajar siswa, mengalami peningkatan dengan rata-rata berkriteria tinggi yaitu 76,84 %, hal ini juga terlihat dari peningkatan untuk semua aspek yang diamati yaitu mengemukakan ide atau pendapat

berkriteria tinggi (75,91%), bekerja sama dalam tim berkriteria tinggi (80,77%), dan mempresentasikan kegiatan kelompok berkriteria sedang (73,85%). Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media audio visual efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan aktivitas belajar siswa pada materi Sistem Percernaan Makanan Pada Manusia.

Kata kunci : aktivitas belajar, media Audio Visual, model TPS, penguasaan konsep, sistem pencernaan


(4)

(5)

(6)

(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Media Pembelajaran ... 10

B. Jenis-Jenis Pedia Pembalajran... 12

C. Manfaat Media Pembelajaran ... 13

D. Media Pembelajaran Audio Visual ... 14

E. Model Pembelajaran TPS ... 15

F. Penguasaan Konsep ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan waktu Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

C. Desain Penelitian ... 20

D. Prosedur Penelitian ... 21

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 30

a. Uji Normalitas Data ... 30

b. Uji Kesamaan Dua Varians ... 31

c. Pengujian Hipotesis ... 31

d. Uji Mann-Whitney U ... 32

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 32


(8)

xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

1. Perangkat Pembelajaran ... 55

2. LKS dan Soal Pretes-Postes ... 89

3. Data Hasil Penelitian ... 154


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan sesuatu hal yang tak dapat dibantah. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan, peserta didik, pendidik, bahan, metode dan lingkungan (Hamalik 2004 : 17). Salah satu hal yang terpenting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2002:27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurutnya, pengalaman ini dapat diperoleh dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, peserta didik sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Semakin banyak alat indera yang digunakan dalam menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Maka perlu diterapkan suatu strategi pembelajaran yang baik untuk membuat peserta didik aktif sehingga pembelajaran akan lebih


(10)

Meskipun demikian proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada penyampaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep (Amri dan Ahmadi, 2010: 88). Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru yang dilakukan di kelas XI di SMA Negeri 1 Natar Lampung selatan, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode diskusi kelompok. Pembelajaran dengan metode ceramah yang dilakukan di sekolah tidak mengembangkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa karena aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa terbatas, Selain itu guru memilih menggunakan papan tulis daripada menggunakan media audio-visual. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas siswa kurang optimal, padahal aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran tidak hanya dari penglihatan dan mendengarkan saja tetapi masih banyak aktivitas-aktivitas lain yang dibutuhkan.

Kurang optimalnya aktivitas siswa inilah yang diduga menyebabkan hasil belajarpun belum sepenuhnya berhasil. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa kelas XI IPA, untuk materi pokok sistem pencernaan belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yakni 68 berbeda yang

ditentukan oleh sekolah yaitu ≥ 70. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar biologi di atas perlu ditingkatkan. Untuk mewujudkan peningkatan tersebutperlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan, khusunya dalam hal media pembelajaran yang digunakan. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran khususnya Sub Materi Pokok Sistem Pencernaan pada Manusia adalah penggunaan media audio-visual.


(11)

Sistem pencernaan pada manusia seringkali melibatkan mekanisme proses yang rumit. Proses-proses tersebut kurang efektif jika diajarkan dengan media gambar saja. Hal ini diduga dapat diminimalisir dengan menggunakan media audio-visual.

Arsyad (2007 : 26) mengemukakan bahwa, penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar karena melibatkan imajinasi, dan

meningkatkan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk, 2000:26). Berdasarkan hasil penelitian Suryani (2012:40) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikombinasikan dengan multimedia terbukti dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem pernapasan pada manusia kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan media audio visual melalui model TPS efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep?

2. Apakah penggunaan media audio visual melalui model TPS efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?


(12)

3. Bagaimanakah tanggapan siswa mengenai efektivitas penggunaan media audio visual dengan model TPS pada materi sistem pencernaan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran audio visual dengan model TPS terhadap penguasaan konsep siswa.

2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media audio visual melalui model TPS dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3. Untuk mengetahui tanggapan siswa setelah penerapan penggunaan media pembelajaran audio visual dengan model TPS.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang berbeda pada siswa dengan menggunakan media pembelajaran audio visual dengan model Think Pair and Share (TPS) , diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dapat menumbuhkan semangat kerjasama dan tanggung jawab dalam kelompok maupun individu dalam proses pembelajaran, dan diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep

2. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan kreatifitas dalam membuat media pembelajaran dengan mengaplikasikan media pembelajaran audio visual khususnya di SMAN 1 Natar Lampung


(13)

bervariasi serta inovatif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, untuk menuju ke arah perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Bagi peneliti, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

sebagai calon guru tentang penggunaan media dan model pembelajaran khususnya media audio visual dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

4. Bagi sekolah,yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan pembelajaran biologi disekolah melalui pemilihan metode pembelajaran biologi yang tepat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar, audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam dan audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak

2. Model Think-Pair- Share (TPS) merupakan suatu strategi diskusi kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk berfikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

3. Pengukuran penguasaan konsep diperoleh dari hasil rata-rata pretes dan postes pada materi pokok sistem pencernaan.


(14)

4. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI. IPA 1 dan XI. IPA 3 semester genap di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan, Tahun Pelajaran 2011/2012.

5. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah sistem pencernaan dengan kompetensi dasar “menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan ( misalnya ruminansia)”, (KD 3.3).

F. Kerangka Pikir

Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh media

pembelajaran dan strategi atau model pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, penerapan media pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi cara berfikir siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif , dimana siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.

Upaya perbaikan mutu pendidikan menuntut pendidik untuk mengembangkan pola belajar yang menekankan agar siswa merasa tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat mengembangkan

kemampuanya dalam proses belajar mengajar. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan kemampuan penguasaan konsep siswa dapat meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat mengungkapkan kemampuan penguasaan konsep siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran audio visual dengan model pembelajaran Think pair Share (TPS).


(15)

Dalam penelitian ini menggunakan media pembelajaran audio visual dengan model TPS untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi sistem pencernaan. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan kemampuan penguasaan konsep siswa dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Media audio visual mampu

menggambarkan dan merinci objek sesuai dengan tema tertentu. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media yaitu media visual dan audio. Media audio visual cenderung menarik dan lebih interaktif. Media audio visual memungkinkan diputar kembali (rewind), bila suatu pesan tidak dapat ditangkap dengan baik, sehingga cara berkomunikasi menjadi lebih efektif.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah efektivitas penggunaan media pembelajaran audio visual dengan model TPS dan efektivitas pembelajaran dengan model TPS, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu medial pembelajaran audio visual dengan model TPS (Think-Pair-Share) dan variabel Y adalah variabel terikat yaitu


(16)

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini :

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan : X = Media pembelajaran audio visual dengan model TPS.

Y1 = Penguasaan konsep siswa. Y2 = Aktivitas siswa

G. Hipotesis Penelitian

1. H0 : Penggunaan media pembelajaran audio-visual dengan model pembelajaran Think Pair Share tidak efektif meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sistem percernaan kelas XI SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan.

H1 : Penggunaan media pembelajaran audio-visual dengan model pembelajaran Think Pair Share efektif meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sistem pencernaan kelas XI SMA Negri 1 Natar Lampung Selatan.

2. Penggunaan media audio visual melalui model Think Pair Share (TPS) efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media audio visual melalui model Think Pair Share (TPS).

X

Y1


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau ,‟pengantar‟. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Arsyad 2000 :3). Gerlach & Ely (dalam Arsyad 2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Association of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Arsyad, 2011:3).

Pengertian pembelajaran menurut Sudjana (2006:28) adalah “pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Menurut Miarso (dalam Usnita 2007:24) mengemukakan


(18)

bahwa pada hakikatnya istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.

Media pembelajaran, menurut Rossi dan Breidle (1966 dalam Sanjaya 2008:204) merupakan alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Media pembelajaran ini memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985 dalam Sanjaya 2008:210) kontribusi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Penyampai pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

3. Pembelajaran dapat lebih interaktif.

4. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

5. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

Seringkali media pembelajaran digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi sebagaimana yang di kemukakan oleh Hamalik (dalam Arsyad 2011:4) suatu proses komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil maksimal apabila digunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Semantara itu Gagne dan Brigs (dalam Aryad 2011:4) secara implisit mengungkapkan bahawa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, vidio kamera, vidio


(19)

komputer. Jadi media pembelajaran sacara garis besar dapat diartikan sebagai alat atau wahana fisik yang mengandung matrei pendidikan di dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut Arsyad (2011:6) ciri-ciri media pembelajaran adalah:

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau dirabadengan panca indera.

2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal dengan software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Media pembelajaran dapat digunakan secara masal (misalnya radio dan televisi), kelompok besar, dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video dan OHP ), atau perorangan (misalnya: modul, kaomputer, radio tape, kaset, video recorder).

7. Sikap perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat atau sarana yang dapat dijadikan sebagai perantara

penyerapan informasi baik berbentuk audio, visual, maupun audio visual, baik dari hardware, maupun software baik berasal dari buku maupun sikap dan kehidupan sehari hari, yang semua itu dapat dijadikan sebuah rangsangan bagi siswa untuk mau belajar. Selain itu media juga berfungsi sebagai alat

panyampai pesan dari pendidik ke siswa/pesetra didik. Sedangkan jika dilihat dari fungsi lainnya media pembelajaran pun sangat berguna bagi guru untuk menarik perhatian siswa. Oleh karena proses pembelajaran mereupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem maka media pembelajaran


(20)

menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. “Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran” (Daryanto, 2011:6).

B. Jenis-jenis media pembelajaran

Perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Menurut Ashby (dalam Usnita, 2007:27) perkembangan media telah

menimbulkan empat kali revolusi dunia pendidikan. Revolusi pertama terjadi puluhan abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru; revolusi kedua terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama pendidikan; revolusi ketiga timbul dengan tersedianya media cetak yang merupakan hasil penemuan mesin dan teknik percetakan; dan revolusi keempat berlangsung dengan meluasnya penggunan media elektronik. Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media.

Menurut Ibrahim (2008 : 33), media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, media audio, media proyeksi, seperti televisi, video, komputer.


(21)

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

C. Manfaat media pembelajaran

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad 2010: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengalami, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lainlain

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar. Manfaat tersebut antara lain media pembelajaran dapat memperjelas enyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain itu media pembelajaran dapat meningkatkan dan


(22)

mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan

memungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

D. Media Pembelajaran audio visual

Media Pembelajaran Audio-Visual merupakan media yang menyampaikan materi dengan menggunakan mesin–mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Contohnya proyektor film, televisi, video, dan sebagainya. Salah satu jenis media pembelajaran audio-visual adalah video (Seels dan Richey dalam Arsyad, 2011:30). Jadi, pengajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi yang

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Ciri-ciri utama media audiovisual adalah sebagai berikut:

1. Biasanya bersifat linear.

2. Menyajikan visual yang dinamis.

3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya.

4. Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak. 5. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif. 6. Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat keterlibatan interaktif

murid yang rendah.

Dale (dalam Azhar Arsyad, 2011:23) mengemukakan bahwa „bahan-bahan

audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran‟ . Hubungan guru dan siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus


(23)

selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat belajar dapat terealisasi.

Selain itu Djamarah dan Zain (2006: 124) menjelaskan berbagai macam media sebagai berikut:

a. Media Audio

Adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, dan piringan hitam.

b. Media Visual

Adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu. c. Media Audio visual

Adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media pertama dan kedua. Media ini dibagi ke dalam:

1. Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film bisu, film rangkai suara, cetak suara.

2. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette. E. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

Model kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri sehingga siswa dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas


(24)

yang sulit dan setiap anggota saling memunculkan pemecahan masalah dengan selektif dalam masing-masing kelompok, selain itu siswa juga saling mengajar sesama siswa lainnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Bahkan, banyak peneliti menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Lie, 2002:31).

Lie (2002:31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar kooperatif yang harus diterapkan yaitu : 1. Saling ketergantungan positif, 2. Tanggung jawab perseorangan, 3. Tatap muka, 4. Komunikasi antar anggota, dan 5. Evaluasi proses kelompok. Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan

mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk., 2000 : 26).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran yang kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok


(25)

kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004 : 67).

F. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa. Menurut Dahar (1996 : 79) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Pendapat tentang konsep juga dikemukakan oleh Hamalik (2001 :161) bahwa konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person).

Penguasaan berasal dari kata kuasa. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia kuasa artinya kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu sedangkan penguasaan artinya perbuatan menguasai atau menguasakan. Benjamin

S.Bloom mengemukakan dalam struktur kognitifnya (dalam Mahjardi, 2000) penguasaan adalah kemampuan mengungkap pengertian-pengertian, seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mengklasifikasikannya.

Sedangkan menurut Hidayati (2006:12) penguasaan konsep merupakan kemampuan untuk menyerap arti dan materi atau suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya yang dipelajari. Kegunaan konsep menurut Hamalik (2001:164) yaitu: 1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.


(26)

2. Konsep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah konsep.

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju.

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda.

Apabila sebuah konsep telah dikuasai siswa, ada empat kemungkinan untuk menggunakannya (Slameto, 2003:141), yakni:

1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain. 2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.

3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah. 4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain.

Anderson, dkk (2000: 67-68), menyatakan ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri dari 6 jenis perilaku yaitu:

1. Remember, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk meghadapi masalah yang nyata dan baru.


(27)

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Create, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2001:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.


(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan, pada bulan Mei 2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Dengan siswa kelas XI.1 yang berjumlah 34 siwa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI.3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32 orang siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes postes kelompok ekuivalen. Kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan media audio visual dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sedangkan kelas kontrol hanya diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS saja, tanpa audio visual. Kedua kelas tersebut diberikan pretes sebelum proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan I. Hasil pretes dan postes pada kedua kelas subyek lalu dibandingkan.


(29)

Struktur desainnya sebagai berikut:

Gambar 2. Desain pretes postes kelompok ekuivalen

Keterangan : I = kelompok eksperimen; II = kelompok kontrol; O1 = pretes O2 = postes; X = perlakuan menggunakan media audio visual dengan model Think Pair Share; C = Perlakuan menggunakan media buku dengan model Think Paire Share. (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43)

D. Prosedur penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan waktu penelitian;

b. Mengurus surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah;

c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;

d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol;

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

I O1 X O2


(30)

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan media pembelajaran dengan model TPS untuk kelas eksperimen dan dengan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pretes diberikan sebelum pertemuan pertama dan postes diberikan setelah pembelajaran pada pertemuan ketiga.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

Pertemuan 1: Membahas sub materi organ-organ saluran pada sistem pencernaan makanan pada manusia (rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus dan usus besar) dan proses pada setiap organ pencernaan manusia

Pertemuan II: Membahas sub materi organ-organ kelenjar (kelenjar ludah, hati, empedu dan pankreas) pada sistem pencernaan

makanan pada manusia dan organ-organ pencernaan pada hewan ruminansia serta proses pencernaannya

Pertemuan III: Kelainan/ penyakit pada sistem pencernaan makanan pada manusia.

a. Eksperimen Pendahuluan

1) Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal (pertemuan I) .

2) Siswa mendengarkan informasi mengenai indikator/tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.


(31)

Pertemuan I : Mengajukan pertanyaan kepada siswa, “ Apakah sebelum berangkat sekolah kalian sarapan pagi? dan apakah makanan yang kita makan strukturnya sama antara yang masuk dan yang keluar?”. Pertemuan II : Mengajukan pertanyaan kepada siswa,

“Bagaimana jalannya makanan setelah sampai ke dalam mulut ? Organ apa saja yang menyusun sistem pencernaan?”.

Pertemuan III : Mengajukan pertanyaan kepada siswa, “Apakah yang kalian rasakan apabila tidak teratur dalam mengkonsumsi makanan?

4) Siswa diberi motivasi

Pertemuan I : “Memberikan penjelasan kepada siswa bahwa makanan yang dimakan tadi pagi sebelum

dikeluarkan oleh tubuh, akan melewati organ-organ yang menyusun sistem pencernaan dan menjelaskan proses yang terjadi pada setiap organ pencernaan”. Pertemuan II : “ Guru menjelaskan jalur perjalanan makanan

melalui organ-organ sistem pencernaan makanan danmengungkapkan pentingnya proses pencernaan tersebut bagi tubuh kita”.

Pertemuan III : “guru memberikan penjelasan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada organ-organ yang


(32)

terdapat pada sistem pencernaan manusia dan memberitahu tentang manfaat siswa mempelajari tentang gangguan pada sistem pencernaan.

Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berfikir (thinking) selama ± 7 menit untuk setiap soal.

3. Siswa mendengarkan materi yang disampaikan melalui media pembelajaran audio visual untuk membantu menjawab LKS yang diberikan

4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama 3 menit untuk tiap soal.

5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. 6. Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi.

7. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa. Penutup

1. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

2. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.


(33)

3. Siswa mengerjakan postes (pertemuan III). b. Kelas kontrol

Pendahuluan

1) Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran.

2) Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal (pertemuan I).

3) Melakukan apersepsi

Pertemuan I : Mengajukan pertanyaan kepada siswa, “ Apakah sebelum berangkat sekolah kalian sarapan pagi dan apakah makanan yang kita makan strukturnya sama antara yang masuk dan yang keluar?”.

Pertemuan II: “Bagaimana jalannya makanan setelah sampai ke dalam mulut ? Organ apa saja yang menyusun sistem pencernaan?”.

Pertemuan III: Mengajukan pertanyaan kepada siswa, “Apakah yang kalian rasakan apabila tidak teratur dalam

mengkonsumsi makanan? 4) Siswa diberi motivasi

Pertemuan I: “Memberikan penjelasan kepada siswa bahwa makanan yang dimakan tadi pagi sebelum dikeluarkan oleh tubuh , akan melewati organ-organ yang menyusun sistem pencernaan dan proses yang terjadi pada setiap organ pencernaan, untuk itu kita akan memepelajari organ-organ yang menyusun sistem pencernaan.


(34)

pertemuan II : “ Guru menjelaskan jalur perjalanan makanan melalui organ-organ sistem pencernaan makanan dan

mengungkapkan pentingnya proses pencernaan tersebut bagi tubuh kita”.

Pertemuan III: “guru memberikan penjelasan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada organ-organ yang terdapat pada sistem pencernaan manusia dan memberitahu tentang manfaat siswa mempelajari tentang gangguan pada sistem pencernaan.

Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru

3. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berfikir (thinking) selama ± 5 menit untuk setiap soal.

4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama 3 menit untuk tiap soal.

5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. 6. Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi.


(35)

7. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

Penutup

1. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan

2. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3. Siswa mengerjakan postes (pertemuan III).

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem pencernaan yang diperoleh dari nilai rata-rata pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa. 2. Teknik Pengambilan Data


(36)

a. Penguasaan Konsep

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretes dan postes. Pretes dilakukan diawal pertemuan I, dan postes dilakukan diakhir pertemuan III. Pretes dan postes dilakukan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal essay dengan jumlah 10 butir soal. Pretes yang diberikan pada awal pertemuan I mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postes yang diberikan di akhir pertemuan III.

Tabel 1. Kriteria nilai pretes dan postes

(Arikunto, 2010:245).

b) Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut.

Interval Kreteria

80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(37)

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan: Xi : Jumlah skor/ siswa

� : Rata-rata skor/ siswa

Sumber: Sunyono (2009)

Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. Keterangan Kriteria penilaian aktivitas siswa:

a. Bekerjasama dengan teman

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama tetapi tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Bekerjasama baik dengan teman.

b. Mengungkapkan ide atau gagasan 1. Tidak mengungkapkan ide atau gagasan.

2. Mengungkapkan ide atau gagasan namun tidak sesuai dengan permasalahan.

3. Mengungkapkan ide atau gagasan sesuai dengan permasalahan. c. Mempresentasikan kegiatan kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tidak menjawab pertanyaan.

No Nama Aspek yang diamati Xi

A B C

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 4 5 \dst


(38)

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok, tetapi menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan menjawab pertanyaan dengan benar.

F. Teknik Analisis Data a) Penguasaan Konsep

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan software SPSS versi 17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagaiberikut :

Skor Maksimum - Keterangan : = Nilai rata-rata postes

= Nilai rata-rata pretes (dimodifikasi dari Loranz, 2008:3)

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

X 100 N-gain =


(39)

2. Uji kesamaan dua varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.


(40)

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

c. Uji hipotesis dengan uji U Ho : μ1 = μ2

H1 : μ1 ≠ μ2 1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama.

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166) b) Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

100

x n

x

X

i

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (15)


(41)

Menafsirkan atau menentukan kategori indeks Aktivitas siswa sesuai dengan klasifikasi pada tabel 2.

Tabel 3. Kategori indeks Aktivitas siswa

Interval Kategori

0,00-29,99 Sangat Rendah

30,00-54,99 Rendah

55,00-74,99 Sedang

75,00-89,99 Tinggi

90,00-100,00 Sangat Tinggi

Dimodifikasi dari hasil Hake (dalam Belina, 2008:37)

c) Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Audio visual dengan model TPS

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 7 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(42)

Tabel 4. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS

No. Pertanyaa n Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 Dst

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).

2. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 3.

Tabel 5. Skor jawaban angket Sifat

Pernyataan

Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

3. Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS

Tabel 6. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS

Persentase

(%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpukan bahwa: 1. Penggunaan media audio visual melalui model TPS efektif dalam

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia dengan rata-rata N-gain 62,13

2. Penggunaan media audio visual melalui model TPS efektif dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 76,84 % pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia.

3. Sebagian besar siswa (92 %) menanggapi hal positif mengenai penggunaan media audio visual melalui model TPS.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut : 1. Pembelajaran menggunakan media audio visual melalui model TPS dapat

digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaaan konsep siswa khususnya pada materi pokok Sistem Pencernaan.


(44)

2. Pada pembuatan media audio visual selanjutnya memperhatikan durasi video yang akan digunakan, mampu menjelaskan materi secara

keseluruhan, dan lebih menarik.

3. Alokasi waktu pembelajaran hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan menjawab soal sehingga siswa dapat belajar lebih maksimal.

4. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, dimana terdapat banyak kelompok dibutuhkan pengawasan dan observer yang lebih banyak untuk dapat menilai aktivitas belajar siswa.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. K., David. P., C. Kathleen, M. Ricard, P. Paul, R. James, dan W. Merlin. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman.Newyork.

Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Arief, A. 2002. Kecakapan Hiudup life Skill melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC : Surabaya

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad A. (2011). Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Daryanto. 2009. Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta

Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Fitriyani.R. 2012. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman. Skripsi. UPI. Bandung Hidayati, A. N. Rustaman, N. Redjeki, S. dan Munandar. 2011. Training of

Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila Bandar Lampung.

Ibrahim, M. R. Fida, M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.


(46)

Larasati. P. A. 2012. Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis SiswaPada Materi Pokok Sistem Pencernaan. (Skripsi). Uiversitas Lampung. Lampung.

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Rosmaini, S et al. (2004). Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas 1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan. Dalam Jurnal Biogenesis [Online], Vol 1 (1), 6 halaman.

Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta

Sudjana, N dan Rivai, A. (2005). Media pengajaran. Bandung: Sinar baru Algensindo

Suryani, Siti. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dikombinasikan Dengan Animasi Multemidia Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.


(1)

Menafsirkan atau menentukan kategori indeks Aktivitas siswa sesuai dengan klasifikasi pada tabel 2.

Tabel 3. Kategori indeks Aktivitas siswa

Interval Kategori

0,00-29,99 Sangat Rendah

30,00-54,99 Rendah

55,00-74,99 Sedang

75,00-89,99 Tinggi

90,00-100,00 Sangat Tinggi

Dimodifikasi dari hasil Hake (dalam Belina, 2008:37)

c) Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Audio visual dengan model TPS

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 7 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(2)

34

Tabel 4. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS

No. Pertanyaa n Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 Dst

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).

2. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 3.

Tabel 5. Skor jawaban angket Sifat

Pernyataan

Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

3. Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS

Tabel 6. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media audio visual dengan model TPS

Persentase

(%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpukan bahwa: 1. Penggunaan media audio visual melalui model TPS efektif dalam

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia dengan rata-rata N-gain 62,13

2. Penggunaan media audio visual melalui model TPS efektif dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 76,84 % pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia.

3. Sebagian besar siswa (92 %) menanggapi hal positif mengenai penggunaan media audio visual melalui model TPS.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut : 1. Pembelajaran menggunakan media audio visual melalui model TPS dapat

digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaaan konsep siswa khususnya pada materi pokok Sistem Pencernaan.


(4)

52

2. Pada pembuatan media audio visual selanjutnya memperhatikan durasi video yang akan digunakan, mampu menjelaskan materi secara

keseluruhan, dan lebih menarik.

3. Alokasi waktu pembelajaran hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan menjawab soal sehingga siswa dapat belajar lebih maksimal.

4. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, dimana terdapat banyak kelompok dibutuhkan pengawasan dan observer yang lebih banyak untuk dapat menilai aktivitas belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. K., David. P., C. Kathleen, M. Ricard, P. Paul, R. James, dan W. Merlin. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman.Newyork.

Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Arief, A. 2002. Kecakapan Hiudup life Skill melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC : Surabaya

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad A. (2011). Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Daryanto. 2009. Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta

Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Fitriyani.R. 2012. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman. Skripsi. UPI. Bandung Hidayati, A. N. Rustaman, N. Redjeki, S. dan Munandar. 2011. Training of

Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila Bandar Lampung.

Ibrahim, M. R. Fida, M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.


(6)

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta

Larasati. P. A. 2012. Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis SiswaPada Materi Pokok Sistem Pencernaan. (Skripsi). Uiversitas Lampung. Lampung.

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Rosmaini, S et al. (2004). Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas 1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan. Dalam Jurnal Biogenesis [Online], Vol 1 (1), 6 halaman.

Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta

Sudjana, N dan Rivai, A. (2005). Media pengajaran. Bandung: Sinar baru Algensindo

Suryani, Siti. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dikombinasikan Dengan Animasi Multemidia Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Semester Genap T. P 2011/2012)

0 8 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

0 24 64

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 26

EFEKTIVITAS MIND MAPPING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 28

EFEKTIVITAS MEDIA REALIA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP N 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013)

0 2 42

PENGARUH PENGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 54

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Talang Padang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 59

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

0 15 55

EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI MODEL TPS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013)

0 6 46

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Experimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMAN 1 Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012

0 20 162