PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MODEL GALLERY WALK (GW) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun P

(1)

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MODEL GALLERY WALK (GW) TERHADAP

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI

(Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

WARTINI OKTARINA

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok sistem ekskresi yang menggunakan model pembelajaran TSTS dengan GW.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas

eksperimen I dan XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian berupa N- gain yang diperoleh dari nilai pretest pada pertemuan pertama dan nilai postest pada pertemuan ketiga. Analisis data menggunakan uji–t pada taraf kepercayan 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata N-gain pemahaman konsep oleh siswa pada kelas TSTS (44,51) lebih besar daripada kelas GW (36,51). Selain itu,


(3)

rata-rata peningkatan pemahaman konsep semua indikator yang diamati pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TSTS rata-ratapostesnya adalah 72,95 (lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran GW ) dengan rata-rata postesnya 68,50. Rata-rata persentase peningkatan aktivitas belajar siswa pada kelas dalam semua aspek yang diamati pada kelas TSTS sebesar 84,76 % (lebih tinggi dibandingkan dengan kelas GW) sebesar 52,92 %.

Berdasarkan uraian hal tersebut, dapat disimpulkan ada perbedaan penguasaan konsep dengan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem ekskresi pada siswa yang menggunakan model pembelajaran TSTS dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model denganGW.

Kata kunci : Two Stay Two Stray, Gallery Walk, Penguasaan konsep, Aktivitas belajar, Sistem Ekskresi.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Kerangka pikir ... 9

G.Hipotesis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pelajaran Kooperatif ... 13

B. Model Pembelajaran TSTS ... 18

C.Model Pembelajaran Gallery walk ... 20

D.Pemahaman Konsep ... 24

E. Sistem Eksresi ... 27

III. METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C.Desain Penelitian ... 33

D.Prosedur penelitian ... 34

1.Prapenelitian ... 34

2.Pelaksanaan Penelitian ... 35

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 41

1.Jenis Data... 41

2.Tekhnik Pengambilan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

A. Penguasaan Konsep ... 42

1. Uji Normalitas Data ... 42

2. Uji Kesamaan Dua Varians ... 43

3. Pengujian Hipotsis ... 43


(8)

1. Penguasaan Konsep ... 47

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 50

B. Pembahasan ... 52

V.KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN 1. Silabus ... 70

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

3. Lembar Kerja Kelompok ... 104

4. Lembar Instruksi Kelompok ... 138

4. Rubrik Lembar Kerja Kelompok ... 158

5. Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 161

6. Kunci Jawaban Lembar Instruksi Kelompok... 172

6. Soal Pretes dan Postes ... 173

7. Kisi-kisi soal Pretest-Postest ... 177

8. Rubrik Soal Pretest-Postest ... 187

9. Data Hasil Penelitian ... 191

10. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 197


(9)

I . PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan pembelajaran yang merupakan perencanaan secara sistematis yang dibuat oleh guru dalam bentuk satuan pelajaran. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu

mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban seorang guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya.Dalam proses pendidikan, guru hendaknya menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu, guru harus menciptakan situasi belajar yang optimal sehingga tugas mengajar dapat berjalan dengan efektif. Begitu pula tugas guru mata pelajaran biologi

khususnya, mereka harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik minat peserta didik sehingga tujuan pembelajaran biologi dapat tercapai.


(10)

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkunganya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,

keterampilan,atau sikap (Sardiman, 1984:2).

Menurut (BSNP, 2006: iv), pelajaran Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang

berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu pengetahuan Alam.

Dalam kegiatan pembelajaran sering kali siswa sulit menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga perlu adanya usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep.Penguasaan konsep dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah input (masukan), dan proses pembelajaran itu sendiri. Faktor-faktor ini tentu bervariasi pada tiap sekolah (Masrukhan: 2009:1).

Melalui proses pembelajaran diharapkan dapat terjadi aktivitas siswa yaitu siswa mau dan mampu mengungkapkan pendapat sesuai dengan apa yang dipahami. Selain itu diharapkan pula siswa mampu beinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa sendiri maupun antara siswa dengan guru, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Siswa dapat mengkaji dan


(11)

menganalisis permasalan-permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses pembelajaran menuntut guru untuk menekankan penguasaan siswa terhadap konsep materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan konsep yang optimal oleh siswa akan berimplikasi pada prestasi belajar yang dicapai. Untuk mencapai penguasaan konsep yang baik diperlukan perbaikan-perbaikan metode pembelajaran serta media pembelajaran (Safitri, 2007:1).

Hal yang menjadi masalah sekarang ini adalah banyaknya guru yang tidak menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar secara efektif .Hasil observasi serta wawancara dengan guru Biologi yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 13Bandar Lampung, diketahui bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥70. Sedangkan penguasaan materi pokok sistem ekskresi pada kelas XI tahun ajaran 2011/2012 masih rendah.Apabila siswa tidak banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas XI pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 khususnya pada materi pokok sistem eksresi adalah 65, sedangkan persentase rata-rata ketuntasan belajarnya adalah 56,7%. Nilai rata-rata ini belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu ≥ 70.

Berdasarkan hasil diskusi didapatkan informasi bahwa rendahnya nilai rata-rata biologi tersebut diduga karena beberapa masalah dalam pembelajaran

diantaranya adalah guru belum menggunakan model yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran.Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu


(12)

digunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa.

Sejauh ini pembelajaran yang diterapkan oleh guru di SMA Negeri 13 Bandar Lampung ini lebih dominan menggunakan metode ceramah. Hal ini

menyebabkan siswa hanya menerima informasi dari guru sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki. Materi sistem ekskresi dipilih dalam penelitian ini, karena penyampaiannya dalam

pembelajaran selama inisiswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa hanya menunggu instruksi dari guru tentang apa–apa yang harus

dipelajari dan apa yang harus dilakukan, sedangkan materi sistem ekskresi ini memiliki karakteristik berupa keterkaitan struktur, fungsi, serta proses yang terjadi pada hati, kulit, ginjal, dan paru-paru, sehubungan dengan karakteristik materi tersebut maka materi sistem ekskresi kurang objektif.Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran khususnya materi pokok sistem ekskresi perlu digunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan dapat meningkatkan kemampuan Pemahaman konsep, sehingga materi pokok sistem ekskresi dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Gambaran permasalahan di atas menunjukan bahwa pembelajaran biologi perlu diperbaiki guna meningkatkan kemampuan pembelajaran biologi khususnya pada materi pokok sistem ekskresi. Pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam semua mata pelajaran adalah pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS)(Lie,2002:61).Dalam pembelajaran kooperatif tipe TSTS


(13)

siswa diharapkan mampu bekerja sama dalam kelas dan antar kelas lainya, sehingga siswa dapat mencapai penguasaan materi yang tinggi.

Hasil penelitian oleh Kurniasari (2011: ix), penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran biologi. Interaksi positif antara kelas yang satu dengan yang lainnya diharapkan akan meningkatkan partisipasi aktif siswa. penelitian Nugraha (2008: xi), penerapan model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaran TSTS lebih cocok digunakan untuk mengajarkan konsep sistem eksresi.

Pembelajaran aktif (Active Learning) bisa dikatakan sebagai sarana untuk mencapaikeberhasilan siswa yang berkualitas.Model pembelajaran ini

memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama antar siswa kelompok kecil untuk menyampaikan materi yang ada ke kelompok lain dengan

exhibition atau pameran di kelas (Djamarah, 2000:5).

GW merupakan salah satu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini, Silberman (2006 :274). Dengan demikian GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan pamahaman siswa.Hasil penelitian oleh Ghufron (2011: xvi), bahwa penerapan model GW dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi maksimal.Kenyataan di atas mendorong peneliti untuk mengadakansuatu penelitian dengan judul “Perbandingan ModelTwo Stay Two Stray(TSTS) Dengan Model Gallery Walk (GW )Terhadap Penguasaan Konsep Oleh Siswa


(14)

Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Kelas XI Semester Genap SMA Negri 13 Bandar Lampung TP.2012/2013.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok

sistem eksresiyang diajar melalui model pembelajaran TSTSdengan yang diajar melalui model pembelajaran GW ?

2. Manakah yang lebih tinggi penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok sistem ekskresi antara yang diajar melalui model pembelajaran TSTS dengan model pembelajaran GW?

3. Bagaimanakah aktivitas belajar oleh siswa pada materi pokok sistem eksresi selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dibandingkan dengan model pembelajaran GW ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarakan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perbedaan penguasaan konsep olehsiswa pada materi pokok sistem eksresi yang diajar melalui model pembelajaranTSTS dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran GW.

2. Tingkat penguasaan konsep olehsiswa pada materi pokok yang diajar melalui model pembelajaranTSTS dibandingkan dengan model pembelajaran GW.


(15)

3. Aktivitas belajar oleh siswa pada materi pokok sistem eksresi selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dibandingkan dengan model pembelajaran GW ?

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti,memberikan pengalaman kepada peneliti untuk menjadi seorang calon guru, dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dan GW.

2. Bagi guru,untuk memberikan alternatif model pembelajaran dengan model TSTS dan GW yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penguasaan konsep biologi siswa.

3. Bagi siswa,(1) dapat mempermudah siswa memahami materi pokok sistem ekskresi,(2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam

mempelajari materi pokok sistem ekskersi,(3) Membiasakan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, dan mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran serta mengurangi kejenuhan siswa.

4. Bagi sekolah,diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha

meningkatkan mutu proses maupun hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.


(16)

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negri 13Bandar Lampung T.P 2012/2013, dengan kelas sebagai kelas yang menggunakan model TSTS dan kelas sebagai kelas yang menggunakan model GW.

2. Melalui kedua model pembelajaran tersebut, peneliti membandingkan penguasaan konsep yang diperoleh dari hasil pretest dan postestdan aktivitas siswa yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa pada materi pokok sistem ekskresisiswa antara siswa yang diberikan model

pembelajaran TSTS dan siswa yang diberikan model pembelajaran GW. 3. Model pembelajaran TSTSadalah model pembelajaran dengan cara siswa

berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok (Lie, 2002:61)

4. Model pembelajaran GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat suatu daftar berupa gambar maupun skema. Sintaksnya adalahgambar yang diperolah pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas, setiap kelompok menilai hasil kelompok lain kemudian dipertanyakan dan ditanggapi.(Silberman, 2006:274)


(17)

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah sistem ekskresi yang terdapat pada KD “ Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelaianan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem eksresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga).

F. Kerangka Pikir

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalam kegiatan pembelajaran tersebut terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas, dalam proses pendidikan, guru mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Begitu pula tugas guru mata pelajaran biologi khususnya, mereka harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik minat peserta didik sehingga tujuan pembelajaran biologi dapat tercapai.Pembelajaran yang kurang efektif

sehingga menghasilkan penguasaan konsep yang masih rendah perlu diperbaiki dengan cara menerapkan model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswanya.

Dengan menggunakan model yang tepat diharapkan dapat mengatasi kendala – kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa


(18)

secara tidak maksimal. Kemudian model yang digunakan diharapkan dapat mengefisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran.Salah satu upaya untuk mengatasi hal di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok. Dua diantara model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran TSTS dan model pembelajaran GW.

Model GW atau galeri belajar adalah model pembelajaran yang dapat

mengarahkan siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Dari gambar maupun skema tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang ingin dicapaikarena model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya.

Dalam model pembelajaran TSTSakan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh temannya selain itu siswa juga bisa mencari informasi baru dari kelompok lain dengan tanya jawab dan dapat saling mengisi kekurangannya.

Model pembelajaran TSTS ini terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat


(19)

mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ditunjukan dengan model TSTS dan model GW

sedangkan variabel terikatnya yaitu penguasaan konsep.

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada gambar dibawah ini:

Keterangan:

: Variable bebas ( penggunaan model TSTS). : Variabel bebas ( penggunaan model GW) Y : Variabel terikat ( penguasaan konsep )

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) H0= Tidak ada perbedaan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok sistem eksresiyang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran TSTS dengan yang menggunakan model pembelajaranGW.


(20)

H1=Ada perbedaan penguasaan konsep oleh sisswa pada materi pokok sistem eksresi yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran TSTS dengan yang menggunakan model pembelajaran GW.

2) H0=Pengusaan konsep oleh siswa pada materi pokok sistem

eksresiyangpembelajarannya menggunakan model TSTS lebih rendah daripada pengusaan konsep yang pembelajarannya menggunakan model GW.

H1= Pengusaan konsep oleh siswa pada materi pokok sistem eksresiyang pembelajarannya menggunakan model TSTS lebih tinggi atau sama dengan pengusaan konsep yang pembelajarannyamenggunakan model GW.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi dan tenggang rasa antara sesama siswa yang merupakan latihan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga sumber belajar selain guru dan buku adalah sesama siswa.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi dan

tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan untuk hidup dalam

masyarakat nyata, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa, sehingga memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama dalam tugas-tugas yang terstruktur (Abdurrahman, 2009:23).

Cooperative learning bukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya dinyatakan oleh Lie (2007:18). Jadi, sistem pengajaran cooperative learning didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitusaling ketergantungan positif, tanggungjawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.


(22)

Pembelajaran kooperatif akan membuat siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep karena mereka saling berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan masalah.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, menurutnya hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif(Trianto,2007:41).

Kerja kelompok tidak semuanya dianggap sebagai pembelajaran yang kooperatif. Seperti yang dinyatakan oleh Johnson dan Johnson (dalam Lie, 2007:31) bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain mencapai tujuan mereka.

2. Tanggungjawab Perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing kelompok akan


(23)

melaksanakan tanggungjawab kelompoknya. Kunci keberhasilannya adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

3. Tatap Muka

Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang

menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi Antar Anggota

Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk mengutarakan pendapat mereka. Proses ini merupakan proses yang merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan efektif. Tujuan dibentuknya

kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam


(24)

kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi,

mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Enggen dan Kauchak (dalam Trianto 2007:42) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Slavin (1995:284) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dalam

memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi.

Pembelajaran kooperatifseperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000:7) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskanmateri belajarnya,

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah,

3. Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda – beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Model TSTS merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa dalam kelompok dan


(25)

bekerjasama saling ketergantungan yang positif serta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.Model belajar aktif terkait erat dengan motivasi belajar karena adanya hubungan timbal balik antara kedua hal tersebut; untuk belajar aktif diperlukan motivasi belajar yang kuat;

sebaliknya belajar aktif akan menyebabkan kegiatan belajar lebih berhasil dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. Dalam

pembelajaran ini, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator

pembelajar yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Sedangkan peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran (Murjiman, 2007:54).

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar adalah pada waktu guru mengajar, guru harus mengusahakan agar siswanya aktif jasmani maupun rohani yang meliputi; (a) keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain, (b) keaktifan akal; akal anak-anak harus aktif untuk memecahkan masalah, (c) keaktifan ingatan; yaitu aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, (d) keaktifan emosi; murid senantiasa berusaha mencintai mata pelajaran yang disampaikan oleh guru.


(26)

B.Model Pembelajaran TSTS

Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar TSTS ini dikembangkan oleh Kagan (dalam Lie, 2002: 61). Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik (Lie:2002: 61). Sesuai dengan namanya, model ini merupakan salah satu bentuk kelompok yang anggotanya 4 orang, 2 diantaranya akan tinggal sebagai pemberi informasi bagi kelompok lain yang datang bertamu, sedangkan dua orang lainnya akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi lebih lanjut mengenai tugas yang ada (Lie, 2002:54).

Tekhnik belajar-mengajar TSTSdikembangkan oleh Kagan (dalam Lie,

2000:16). TSTSmerupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, struktur TSTS memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok yang lainnya. Tehnik belajar struktur TSTS dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut Lie (2002: 62), tahap-tahap dalam dalamTSTS ini adalah : 1. Siswa bekerja sama di dalam kelompok berempat seperti biasa.

2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akanmeninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain. 3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja


(27)

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan ke kelompok.

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Hubungan yang terjadi antar kelompok tamu dan kelompok tinggal digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

= Kelompok tamu = Kelompok tinggal

(Huruf A – P) = Siswa

Gambar 2. Hubungan antara kelompok tamu dan kelompok tinggalLie (2002 : 62)

Dilihat dari tahap-tahap yang telah dituliskan di atas, maka dapat dilihat bahwa struktur Dua Tinggal Dua Tamu itu mirip dengan pembelajaran Jigsaw, namun pada metode ini tidak ada tim ahli.

K L

I J

O P

M N K dan L

C D

A B E F

G H G dan H

C

dan

D

O

dan


(28)

Baik siswa yang tinggal maupun yang menjadi tamu harus mengetahui materi yang akan disampaikan kepada tamu maupun masalah yang akan dibahas ke kelompok lain. Maka, di dalam ini siswa telah menerapkan ciri-ciri belajar kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa dapat lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe TSTSini didesain tidak hanya untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan secara positif terhadap anggota sekelompoknya. Sehingga akan timbul rasa tanggung jawab bersama dalam diri siswa untuk dapat meningkatkan prestasi kelompoknya(Lie, 2002 :60-61).

C.Model Pembelajaran Gallery Walk (GW)

Gallery Walk terdiri atas dua kata yaitu Gallery dan Walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. Misalnya pameran buku, lukisan, tulisan dan lain sebagainya. Sedangkan walk artinya berjalan, melangkah (Ismail, 2008:89).

Menurut Silberman (2006:274), GW atau Galeri Belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama

ini.Berdasarkan uraian tersebut, GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang dilihat itu secara langsung. GW juga dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses belajar, sebab bila sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara satu dengan


(29)

yang lainnya maka dapat saling mengoreksi antara sesama siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri.Dengan menggunakan GW diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal, sehingga hasil belajar siswapun belum maksimal. Model ini dapat menghemat efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran karena strategi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya itu.

Model GW adalah model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat siswa telah

mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai.Strategi belajar mengajar, menurut David (1976:3) ialah a plan, method, or series of activities designe to achieves a particular educational good (P3G).

Menurut pengertian ini strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode, atau seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan mengajar


(30)

tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.

Ada beberapa komponen dalam pemakaian model GW (Ghufron, 2011:13). Komponen – komponen tersebut adalah :

1. Guru, guru pengajar harus paham betul tentang model GW.

2. Peserta didik, dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam pemakaian model GW.

3. Alat atau bahan, bahan yang disiapkan adalah kertas plano atau flip cart dan spidol.

Sebagaimana disebutkan bahwa banyak sekali strategi belajar baru dalam pembelajaran. Dari berbagai strategi baru dalam pembelajaran tersebut, sebenarnya bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini sebagai upaya pengembangan dari metode-metode lama yang kadang dianggap kurang banyak melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

a. Langkah – langkah model Gallery Walk oleh Rodgres (dalam Ghufron, 2011:14)

Langkah – langkah penerapan :

1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok 2. Kelompok diberi kertas plano atau flip cart 3. Tentukan topik atau tema pelajaran


(31)

5. Masing – masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain

6. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain

7. Koreksi bersama – sama 8. Klarifikasi dan penyimpulan

b. Kelebihan model Gallery Walkoleh Ismail (dalam Ghufron, 2011:14) 1. Siswa terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah

dalam belajar

2. Terjadi sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan pembelajaran

3. Membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar kawannya

4. Mengaktifkan fisik dan mental siswa selama proses belajar 5. Membiasakan siswa memberi dan menerima kritik

c. Kelemahan model Gallery Walkoleh Ismail (dalam Ghufron, 2011:15) 1. Bila anggota kelompok terlalu banyak akan terjadi sebagian siswa

menggantungkan kerja kawannya

2. Guru perlu ekstra cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu dan kolektif

3. Pengaturan setting kelas yang lebih rumit


(32)

D.Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa. Menurut Dahar (1996: 79) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Pendapat tentang konsep juga dikemukakan oleh Hamalik (2001:161) bahwa konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person).

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2001:115).

Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas.Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu


(33)

penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001:131).

Kegunaan konsep menurut Hamalik (2001:164) yaitu:

1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah konsep.

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju.

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda.

Apabila sebuah konsep telah dikuasai siswa, ada empat kemungkinan untuk menggunakannya (Slameto, 2003:141), yakni:

1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapisekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain.

2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.

3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah. 4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain.

Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Anderson, dkk ( 2000:67-68 ), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1) Remember mencakup kemampuan ingatan

tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode,


(34)

(2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3) Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya: mengurai masalah menjadi bagian yang telah kecil, (5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, (6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi.

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2004:23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru.

6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.


(35)

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2001:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postest atau tes akhir.Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretest.Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 2009:195-196).


(36)

E.Sistem Ekskresi

a. Ekskresi pada manusia

Alat ekskresi pada manusia terdiri atas, hati, kulit, ginjal, dan paru-paru. Berikut pembahasan tentang alat ekskresi tersebut satu persatu.

1. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Hati memiliki dua lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Hati merupakan alat ekskresi yang berfungsi menghasilkan cairan empedu secara terus menerus.

Melalui pembuluh empedu, cairan tersebut dialirkan dan disimpan di dalam kantong empedu.Selain menghasilkan empedu, hati memiliki beberapa fungsi lainnya.Misalnya,menyimpan gula dalam bentuk glikogen, menetralkan racun, membentuk dan merombak protein, serta membentuk sel darah merah pada janin (Sudjadi dan Laila, 2007:217-219).

2. Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia. Oleh karna itu, kulit termasuk alat tubuh yang berhubungan dengan sentuhan mekanis dari luar. Kulit termasuk kedalam alat ekskresi karna kemampuannya

menghasilkan keringat. Selain alat ekskresi kulit juga memiliki beberapa fungsi. Misalnya sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik akibat sentuhan mekais, pana, sinar, kuman, dan zat kimia: mengatur suhu badan; mencegah kehilangan air (dehidrasi); dan menerima rangsang dari luar.Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam (dermis). Epidermis disusun oleh beberapa lapisan kulit,


(37)

yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, dan stratum germinativum.

Pada dermis terdapat akar rambut, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan serat saraf. Mekanisme pengeluaran keringat atau proses pengeluaran keringat ditentukan oleh pusat pengeluaran suhu, yaitu hipotalamus (otak) (Sudjadi dan Laila, 2007:219-220).

3. Ginjal

Struktur ginjal terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan korteks dan lapisan medulla (sumsum ginjal). Korteks ginjal atau korteks renasil merupakan lapisan ginjal paling luar. Korteks ginjal mengandung mengandung jutaan alat penyaring yang disebut nefron. Nefron berfungdi membentuk urine dengan cara filtrasi dan reabsorpsi zat-zat yang masih berguna. Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi dan tubulus. Badan Malpighi tersusun dari kapsul Bowman dan glomelurus. Kapsul bowman

merupakan struktur berbentuk piala yang meligkupi glomerulus.

Glomerulus merupakan gumpalan jalinan kapiler darah. Pembuluh darah yang menuju glpmerulus disebut arteriol aferen, sedangkan pembuluh darah yang meninggalkan glomerulus arteriol eferen. Proses

pembentukan urine yang terjadi dalam ginjal antara lain filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi (Imaningtyas, 2006:79).

a. Filtrasi

Filtrasi merupakan proses penyaringan zat-zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh. Didalamglomerulus terjadi proses


(38)

penyaringan terhadap berbagai zat terlarut.Zat-zat berukuran kecil, seperti glukosa, ion ( Ca , ), dan limbah nitrogen mengalami penyaringan dan masuk ke dalam kapsul bowman.

b. Reabsorpsi

Reabsorpsi merupakan proses penyerapan kembali filtrate glomerulus yang masih mengandung zat-zat berguna bagi tubuh. Beberapa zat yang kembali diserap oleh tubuh antara lain glukosa, garam-garam, ion anorganik, dan asam amino.

c. Augmentasi

Augmentasi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh ke tubulus konturtus distal. Dalam proses tersebut, pembuluh darah (kepiler peritubular) melepaskan zat-zaaat yang sudah tidak berguna seperti hindrogen, kalium, dan ammonium menuju urine skunder pada tubulus kontortus distal.

4. Paru-paru

Paru-paru merupakan alat tubuh yang berfungsi mengeluarkan zat sisa berupa karbon dioksida ( ) dan uap air dalam kaitannya sebagai alat ekskresi. Gas merupakan sisa proses metabolisme di dalam jaringan yang di angkut oleh darah ke paru-paru dan berdifusi kealveolus.

Kelainan penyakit pada sistem ekskresi manusia a. Nefritisi

b. Albuminaria c. Diabetes mellitus d. Diabetes insipidus e. Batu ginjal

f. Ologouria g. Poliuria


(39)

h. Ginjal kronik

i. Penyumbatan pembuluh empedu(Sudjadi dan Laila, 2007:217-227) b. Ekskresi pada hewan

Telah dijelaskan, perbedaan tingkat hidup mahluk hidup dapat mempengaruhi struktur alat ekskresi. Kelompok hewan invertebrata memiliki tingkat hidup yang lebih rendah dibandingkan hewan vertebrata (Sudjadi dan Laila, 2007:227-229). Berikut akan dibahas mengenai alat ekskresi serangga, dan ikan.

1. Sistem Ekskresi Serangga

Serangga memiliki alat ekskresi yang telah mengalami perkembangan lebih sempurna dibandingkan dengan invertebrate lainnya. Alat ekskresi pada serangga disebut pembuluh Malpighi.

Pembuluh Malpighi melekat (bermuara) pada bagian anterior usus. Ujung dan pembuluh lainnya terdapat didalam homosol yang digenangi oleh darah. Pada sepanjang pembuluh Malpighi berlangsung proses transport aktif dan osmosis dari lingkungan luar ke dalam pembuluh.Akibatnya berbagai zat, antara lain ion-ion, gula, asam amino, air, dan asam urat masuk ke dalam pembuluh Malpighi yang kemudian mengalir menuju usus.

Selanjutnya, pada bagian rectum berlangsung reabsorpsi air dan zat-zat yang masih berguna bagi tubuh. Asam urat dan zat-zat lainnya yang tidak berguna akan dikeluarkan dalam bentuk feses malalui anus.


(40)

2. Sistem Ekskresi Ikan

Ikan memiliki alat ekskresi berupa sepasang ginjal yang memanjang pada bagian doral solom di kedua sisi tubuh. Sebagai hewan yang hidup di air, ikan memiliki ketersediaan air yang mencukupi dan dapat mengekskresi limbah nitrogen tanpa merusak jarringan tubuh. Ikan air tawar dan ikan air laut memiliki cara ekskresi limbah nitrogen yang berbeda.

Pada umumnya ikan air tawar bersifat hipertonik terhadap

lingkungannya. Oleh karna itu, air masuk ke dalam insang melalui osmosis dan ammonia di ekskresi dalam bentuk cairan encer (urine hipotonik) dalam jumlah besar. Kehilangan air dalam jumlah besar dalam ginjal berguna untuk menjaga keseimbangan air di dalam tubuh ikan tersebut.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telahdilaksanakan pada semester genap, bulan Mei tahun pelajaran 2012/2013, di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran

2012/2013.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.Dengan dua kali sampling yang pertama penetapan kelas penelitian kemudian penetapan kelas eksperimen I dan eksperimen II. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I(pembelajaran dengan model TSTS) dan siswa-siswi kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II (pembelajaran dengan model GW).

C.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Terdiri dari dua kelompok penelitian, yaitu kelompok TSTS dan kelompok GW, yang dipilih secara cluster random sampling.


(42)

Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan model pembelajaran TSTS, sedangkan kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan model pembelajaran GW. Kedua kelas diberi pretes-postes yang sama dan kemudian hasilnya dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

I O1 X1 O2 II O1X2 O2 Keterangan : I = kelompok eksperimen 1

II= kelompok eksperimen 2 O1= pretes

O2= postes

X1= perlakuan model TSTS X2= perlakuan model GW

Gambar 3. Desain Penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto.2001 : 43)

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut, sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke KIP Unila untuk sekolah tempat penilitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian. untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.


(43)

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Instruksi Kerja (LIK) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

e. Membuat kartu berwarna untuk model TSTS, 2 kartu untuk siswa yang tinggal di kelompok, dan 2 kartu lagi untuk siswa yang menjadi

tamu.Siswa yang tinggal dikelompok memakai kartu yang berwarna biru sedangkan siswa yang menjadi tamu memakai kartu yang berwarna merah.

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretestdan postest berupa soal essay.

g. Membentuk kelompok diskusi untuk model GW dengan cara membagi siswa menjadi 8 kelompok kecil masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa yang bersifat hetrogen berdasarkan nilai akademik siswa, 2 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, 1 siswa dengan nilai rendah (Lie, 2004: 42). Pada model TSTS membentuk kelompok diskusi yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitifnya, 1 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, dan 1 siswa dengan nilai yang rendah, setiap siswa terdiri dari 4 orang siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan pembelajaran di kelas dibagi menjadi dua yaitu model pembelajaran TSTS dan GW. Pada setiap kelas dilakukan pembelajaran TSTS dan GW selama tiga kali pertemuan.


(44)

Pertemuan 1:Membahas tentang struktur dan fungsi alat Ekskresi pada manusia maupun hewan.

PertemuanII:Membahas proses ekskresi yang terjadi pada manusia dan hewan.

Pertemuan III:Membahas kelainan / penyakit yang dapat terjadi pada manusia dan hewan.

Kelas eksperimen I(Pembelajaran dengan model TSTS) Pendahuluan

1. Guru membagikan soal pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai sistem ekskresi pada manusia.

2. Guru menyajikan tujuan pembelajaran.

3. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan: Pertemuan ke-I:“Mengapa kita mengeluarkan keringat?”

Pertemuan ke-II: “Mengapa setiap hari kita mengeluarkan keringat?” Pertemuan ke-III: “Apa saja alat ekskresi yang terdapat pada manusia danhewan. Coba kalian sebutkan?”Dalam Bab ini Kita akan menggali pengetahuan mengapa hal tersebut dapat terjadi?”

4. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:

(Pertemuan I):“Anak-anak dengan belajar sistem ekskresi kalian akan mengetahui keterkaitan struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ-organ ekskresi“.

(Pertemuan II):“Anak-anakmengeluarkan keringat sangat penting bagi tubuh kita“.


(45)

(Pertemuan III):“Anak-anak dengan belajar mengenai sistem ekskresi ini kalian akan mengetahui ciri-ciri organ ekskresi yang mengalami gangguan”.

Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Kelompok bersifat heterogen dibentuk berdasarkan nilai kademik siswa.

2. Guru membagi kartu warna berwarna berbeda dalam setiap kelompok. 3. Guru menyajikan pembelajaran tentang :

Pertemuan Ke-I : struktur, fungsi dan mekanisme ekskresi pada manusia.

Pertemuan Ke-II : Produk hasil ekskresi serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia.

Pertemuan Ke-III : Struktur, fungsi dan proses ekskresi pada hewan (ikan dan serangga).

4. Guru membagikan LKK tentang :

Struktur, fungsi dan mekanisme ekskresi pada manusia ( pertemuan I ), produk hasil ekskresi serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia (pertemuan II), Struktur, fungsi dan proses ekskresi pada hewan (ikan dan serangga) (pertemuan III).

5. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa

6. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok asal, dua orang masing– masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain.


(46)

7. Guru meminta siswa yang bertamu tadi untuk kembali ke kelompok asalnya masing-masing setelah semua kelompok dikunjungi.

8. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.

9. Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang disampaikan.

10. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan dari materi pelajran yang telah disampaikan.

Kegiatan Akhir

1. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan.

2. Guru menyampaikan kepada siswa agar mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya (pertemuan pertama dan kedua)

3. Guru mengadakan tes akhir (postest) dalam bentuk uraian dengan materi sistem ekskresi yang telah dipelajari (pertemuan Ke-III). 4. Guru menutup kegiatan pembelajaran.


(47)

Kelas eksperimen II (Gallery Walk)

Pendahuluan

1. Guru memberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai sistem ekskresi pada manusia

2. Guru menyajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan tujuan pembelajran.

3. Guru menjelaskan model pembelajaran GW yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran

4. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan: Pertemuan ke-I: “Mengapa kita mengelurkan keringat?”

Pertemuan ke-II: ”Mengapa setiap hari kita mengeluarkan keringat?”.

Pertemuan ke-III: ”Apasaja alat ekskresi yang terdapat pada manusia

dan hewan. Coba kalian sebutkan?.” Dalam bab ini

kita akan menggali pengetahuan mengapa hal tersebut dapat terjadi.?”

5. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:

(Pertemuan I) : “Anak-anak dengan belajar sistem ekskresi kalian akan mengetahui keterkaitan struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ-organ ekskresi“.

(Pertemuan II): “Anak-anakmengeluarkan keringat sangat penting bagi tubuh kita“.


(48)

(Pertemuan III): “Anak-anak dengan belajar mengenai sistem ekskresi ini kalian akan mengetahui ciri-ciri organ ekskresi yang mengalami gangguan”.

Kegiatan Inti

1. Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 4 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya). 2. Guru memberikan kertas plano atau flip cart pada siswa. Guru

menentukan topik atau tema kepada tiap kelompok dengan topik permasalahan yang berbeda tiap pertemuan:

 Pertemuan pertama dengan topik : Struktur, fungsi dan mekanisme

ekskresi pada manusia.

 Pertemuan kedua dengan topik :Produk hasil ekskresi serta

kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia.  Pertemuan ketiga dengan topik : Struktur, fungsi dan proses

ekskresi pada manusia dan hewan (ikan dan serangga ). 3. Gurumemberikan pengarahan kepada siswa dan membimbing

untukmelakukan diskusi kemudian hasil diskusi berupa gambar dan uraian singkat untuk ditempel di meja/ dinding.

4. Guru meminta masing - masing kelompok untuk berputar mengamati, memberi informasi serta bertanya hasil kerja kelompok lain.

5. Guru meminta salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain.

6. Guru bersama dengan siswa melakukan koreksi bersama-sama serta bersama-sama menarik kesimpulan.


(49)

Kegiatan Akhir

1. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan.

2. Guru mengadakan tes akhir (postest) dalam bentuk uraian dengan materi sistem ekskresi yang telah di pelajari (pertemuan Ke-III). 3. Guru menutup kegiatan.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

a. Penguasaan Konsep

Data penguasaan konsep berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai pretest dan postest pada materipokok sistem ekskresi pada manusia dan hewan.

b. Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Penguasaan Konsep

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan postest. Pretest dilakukan di awal pertemuan I, dan postest dilakukan di akhir pertemuan III. Pretest dan postest dilakukan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal uraian. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I


(50)

mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postest yang diberikan di akhir pertemuan III.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara

memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

F. Teknik Analisis Data a) Penguasaan Konsep

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan software SPSS versi 17.Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagaiberikut :

̅– ̅

Skor Maksimum - ̅ Keterangan : ̅ = Nilai rata-rata postest

̅= Nilai rata-rata pretest (dimodifikasi dari Loranz,2008:3)

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

X 100 N-gain =


(51)

2. Uji kesamaan dua varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.

a. Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung> F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:13).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka H0diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka H0ditolak (Pratisto, 2004:13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.


(52)

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.

2. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

c. Uji hipotesis dengan uji U

Uji Non- parametik digunakan jika kedua sampel, salah satunya tidak berdistribusi normal.

Ho : μ1 = μ2 H1 : μ1≠ μ2 1. Hipotesis

Ho: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen IIsama.

H1: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimenII tidak sama.

2. Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166)

d. Pretes dan Postes

Untuk menghitung skor nilai Pretes dan Postes yaitu :

Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari) ; R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112)


(53)

b) Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) Mengisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan : a. Bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Sistem eksresi.

3. Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan pada materi Sistem eksresi.

b.Menjawab Pertanyaan 1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan permasalahan

3. Menjawab pertanyaan dengan baik No Nama

Aspek yang diamati

Xi

A B C

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 4


(54)

c. Mengemukakan ide/ pendapat

1. Tidak mengemukakan ide/pendapat (diam saja)

2. Mengemukakan ide/pendapat namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Sistem eksresi.

3. Mengemukakan ide/pendapat sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Sistem eksresi.

2) Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus : Xi

X = x 100 n

Ket : X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum

3) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa

Hake : (dimodifikasi dari Hidayati, (2011:17)

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Kurang


(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan penguasaan konsep materi pokok sistem Eksresi pada siswa yang menggunakan model pembelajaran TSTS dengan GW.

2. Rata-rata penguasaan konsep materi pokok sistem ekskresi pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TSTSlebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran GW.

3. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang meliputi bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat yang menggunakan model pembelajaran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran GW.


(56)

B.Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran TSTS dan GW ialah model pembelajaran dengan sintaks

yang memerlukan waktu yang lama, sehingga hendaknya merancang

kesesuaian waktu dengan materi pokok serta bisa menekankan siswa tentang tugasnya pada saat diskusi sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.Agar alokasi waktu tepat maka guru hendaknya memberikan

penghargaan berupa hadiah pada kelompok yang dapat menyelesaikan LKK/LIK dengan tepat waktu, sehingga akan memotivasi siswa untuk serius dan bekerja sama dengan baik.

2. Kepada calon peneliti yang ingin meneruskan atau melaksanakan penelitian yang serupa, sebaiknyapembagian jumlah anggota kelompokterdiri dari 4 siswa saja, agar proses diskusi menjadi lebih efektif.

3. Penggunaan model pembelajaran TSTS dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok Sistem

Ekskresi karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Anderson, L., David, K., Peter, A., Kathleen, C., Ricard, M., Paul, P., James, R., dan W. Merlin. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman : New York.

Anonim. 2011. Pendukung Proses Pembelajaran. http://repository.upi.edu/ operator/upload/s_bio_033016_chapter1.pdf (19 februari 2013) : 16.40 WIB

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Bellina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam

Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/. (08 April 2011): 17.05 WIB.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dahar, R.W.1986. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S. B. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Ghufron, M. 2011. Implementasi Metode Gallery Walk dan Small Group

Discussion Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam Maulana Malik


(58)

Ibrahim Malang. http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th detail&id =07110106. (25 november 2012): 20.28 WIB.

Hadjar. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Grasindo. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada 16 Januari 2013, 11:23 p.m.

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.

2009. Proses Belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Ismail, S. M. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Rasail Media Group. Semarang.

Jati, W. 2007. Aktif Biologi. Ganeca Exact. Jakarta.

Johnson, E. B. 1992. Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center.

Kurniasari, W. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singosari. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16348.(28 november 2012): 00.38 WIB

Lie, A. 2007. Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. TMCC Program And Discipline Report. http://www.gbcnv.edu. Pada 16 januari 2013, 11.00 p.m.

Mulyono. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Masrukhan. 2009. Inovasi Pembelajaran Dengan Pengunaan Media Power Point Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Student Team Achievement Divisions (STAD) Di SMA


(59)

Muhammadiyah Purwodadi Tahun Ajaran 2008/2009 (skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Murjiman, H. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Nugraha, C. I. A. 2008. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make a Match) Dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. http://www.scribd.com/doc/28145491/ABSTRAK-cevi. (28 November 2012): 00.40 WIB

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Jakarta: Bumi Aksara.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Rodgres. 2010. Apa itu Gallery. http://www.rsu.edu/resources. (16 September 2012) Safitri, Y. 2007. Aplikasi Pembelajaran Dengan Penggunaan Macromedia Flash

Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Jigsaw Di SMA Al Islam 2 Surakarta (skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saktiyono. 2008. SeribuPena Biologi untuk SMA /MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.

Sandi, F. 2011. Perbandingan Model Pembelajaran TSTS dan GW Terhadap Penguasaan Konsep (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Santoso, R. E. K. 2011. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray.

http://ras-eko.blogspot.com. (7 Maret 2012): 21.11 WIB

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Silberman, M. 2010. 101 Strategi Pembelajaran Active.Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.

Silberman, M. 2006. 101 Active Learning Strategis. Yapendis. Yogyakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.


(60)

Sri Lestari, E., dan I. Kistinnah. 2009. Biologi 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudjadi, B., dan S. Laila. 2007. Biologi untuk kelas 2. Yudhistira. Jakarta. Sudjana. 2005. Statistik Dasar. Tarsito. Bandung.

Sunyono. 2009. Model Pembelajaran Tindakan Kelas. http//blog.unila.ac.id/ sunyono/files/2009/06/ptk.pdf. (07 november 2011): 17:45 WIB. Syamsuri, I. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Erlangga: Jakarta Tajab. 1994. Perbandingan Pendidikan. Karya Abdi Tama. Surabaya.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan penguasaan konsep materi pokok sistem Eksresi pada siswa yang menggunakan model pembelajaran TSTS dengan GW.

2. Rata-rata penguasaan konsep materi pokok sistem ekskresi pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TSTSlebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran GW.

3. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang meliputi bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat yang menggunakan model pembelajaran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran GW.


(2)

B.Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran TSTS dan GW ialah model pembelajaran dengan sintaks

yang memerlukan waktu yang lama, sehingga hendaknya merancang

kesesuaian waktu dengan materi pokok serta bisa menekankan siswa tentang tugasnya pada saat diskusi sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.Agar alokasi waktu tepat maka guru hendaknya memberikan

penghargaan berupa hadiah pada kelompok yang dapat menyelesaikan LKK/LIK dengan tepat waktu, sehingga akan memotivasi siswa untuk serius dan bekerja sama dengan baik.

2. Kepada calon peneliti yang ingin meneruskan atau melaksanakan penelitian yang serupa, sebaiknyapembagian jumlah anggota kelompokterdiri dari 4 siswa saja, agar proses diskusi menjadi lebih efektif.

3. Penggunaan model pembelajaran TSTS dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok Sistem

Ekskresi karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Anderson, L., David, K., Peter, A., Kathleen, C., Ricard, M., Paul, P., James, R., dan W. Merlin. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman : New York.

Anonim. 2011. Pendukung Proses Pembelajaran. http://repository.upi.edu/ operator/upload/s_bio_033016_chapter1.pdf (19 februari 2013) : 16.40 WIB

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Bellina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam

Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/. (08 April 2011): 17.05 WIB.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dahar, R.W.1986. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S. B. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Ghufron, M. 2011. Implementasi Metode Gallery Walk dan Small Group

Discussion Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam Maulana Malik


(4)

Ibrahim Malang. http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th detail&id =07110106. (25 november 2012): 20.28 WIB.

Hadjar. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Grasindo. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada 16 Januari 2013, 11:23 p.m.

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.

2009. Proses Belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Ismail, S. M. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Rasail Media Group. Semarang.

Jati, W. 2007. Aktif Biologi. Ganeca Exact. Jakarta.

Johnson, E. B. 1992. Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center.

Kurniasari, W. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singosari. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16348.(28 november 2012): 00.38 WIB

Lie, A. 2007. Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. TMCC Program And Discipline Report. http://www.gbcnv.edu. Pada 16 januari 2013, 11.00 p.m.

Mulyono. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Masrukhan. 2009. Inovasi Pembelajaran Dengan Pengunaan Media Power Point Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Student Team Achievement Divisions (STAD) Di SMA


(5)

Muhammadiyah Purwodadi Tahun Ajaran 2008/2009 (skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Murjiman, H. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Nugraha, C. I. A. 2008. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make a Match) Dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. http://www.scribd.com/doc/28145491/ABSTRAK-cevi. (28 November 2012): 00.40 WIB

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Jakarta: Bumi Aksara.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Rodgres. 2010. Apa itu Gallery. http://www.rsu.edu/resources. (16 September 2012) Safitri, Y. 2007. Aplikasi Pembelajaran Dengan Penggunaan Macromedia Flash

Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Biologi Melalui Metode Jigsaw Di SMA Al Islam 2 Surakarta (skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saktiyono. 2008. SeribuPena Biologi untuk SMA /MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.

Sandi, F. 2011. Perbandingan Model Pembelajaran TSTS dan GW Terhadap Penguasaan Konsep (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Santoso, R. E. K. 2011. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray.

http://ras-eko.blogspot.com. (7 Maret 2012): 21.11 WIB

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Silberman, M. 2010. 101 Strategi Pembelajaran Active.Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.

Silberman, M. 2006. 101 Active Learning Strategis. Yapendis. Yogyakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Sri Lestari, E., dan I. Kistinnah. 2009. Biologi 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudjadi, B., dan S. Laila. 2007. Biologi untuk kelas 2. Yudhistira. Jakarta. Sudjana. 2005. Statistik Dasar. Tarsito. Bandung.

Sunyono. 2009. Model Pembelajaran Tindakan Kelas. http//blog.unila.ac.id/ sunyono/files/2009/06/ptk.pdf. (07 november 2011): 17:45 WIB. Syamsuri, I. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Erlangga: Jakarta Tajab. 1994. Perbandingan Pendidikan. Karya Abdi Tama. Surabaya.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

3 47 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

0 24 64

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/201

0 9 48

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 26

EFEKTIVITAS MIND MAPPING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 28

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MODEL GALLERY WALK (GW) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun P

3 14 60

PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI

1 14 65

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

0 15 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 59