PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh TRI WAHYUNI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Tri Wahyuni

ii ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh TRI WAHYUNI

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok sistem pernapasan pada siswa kelas XI SMA Persada Bandar Lampung dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing.

Desain penelitian adalah pretes postes tak equivalen. Teknik sampling

menggunakan cluster random sampling yaitu terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Data penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil belajar siswa dan data kualitatif yang diperoleh dari data aktivitas siswa. Pengambilan data penelitian diperoleh dari rata – rata pretest dan postest, kemudian dihitung selisihnya dan diperoleh N-gain, serta lembar observasi aktivitas siswa. Analisis data menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada kelas eksperimen dengan rata – rata N-gain 73,65 lebih tinggi daripada


(3)

Tri Wahyuni

iii

rata-rata N-gain pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah yaitu 68,41. Indikator penguasaan konsep dengan kriteria tinggi sekali adalah indikator C2 (pemahaman) dan C5 (sintesis). Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran snowball throwing juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan III, dengan rata-rata peningkatan 21,03% pada aspek kemampuan bertanya dan membuat kesimpulan merupakan aktivitas dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran snowball throwing. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan penguasaan konsep dan aktivitas oleh siswa pada materi pokok sistem pernapasan.

Kata kunci : Model pembelajaran snowball throwing, penguasaan konsep, aktivitas siswa, sistem pernapasan


(4)

iv

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

Oleh TRI WAHYUNI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

v

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL

THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Persada Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : TRI WAHYUNI Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024050

Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M. Si Pramudyanti, S.Si, M.Si NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19730310 199802 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si


(6)

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si

Sekretaris : Pramudyanti, S.Si, M.Si Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 1985031 003


(7)

vii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Wahyuni

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024050

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang menyatakan

Tri Wahyuni


(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Februari 1989, anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan bahagia Bapak Asanip.S, SE dan Ibu

Yusliana. A.Ma.

Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Alina Bandar Lampung tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima SMA 10 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.

Pada tahun 2011, penulis mengikuti Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Persada Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian pendidikan di SMA Persada Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd).


(9)

ix

MOTTO

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah

penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah dengan yang

serupa, sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”

(QS. An-Nissa : 86)

“Jika anda tak pernah memutuskan untuk berhenti, anda tak akan

pernah terkalahkan”

(Ted Turner)

“Hidup bahagia adalah dimana kita bisa membagi kebahagiaan itu

dengan orang di sekitar kita”

(Savique)

“Setiap masalah ada jalannya, kita tak melihat, namun tuhan tahu,

yakin dan percayalah”


(10)

x

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan

segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Abag (Asanip) dan Bunda (Yusliana)

Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku... I will always love you ..

Kakak’ku, Zarpiana, SE. dan Padori, ST.

Terimakasih untuk segala cinta dan dukungan yang diberikan untukku...

Para Pendidikku (Guru-guruku)

Terima kasih atas bimbingan yang diberikan pada ku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu...

Insan pilihan ALLAH SWT yang kelak akan menjadi imamku

Almamaterku tercinta.. Universitas Lampung


(11)

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan (Studi Eksperimen Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar

Lampung T.P 2011/2012)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu

Dekan yang telah memberi izin penelitian.

2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran berharga.

4. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Pramudyanti, S.Si, M. Si., selaku Pembimbing II yang dengan sabar

membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(12)

xii

6. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku pembahas yang telah memberikan saran-saran berharga.

7. Drs. Sutirah, selaku kepala sekolah SMA Persada Bandar Lampung , yang telah memberi izin atas kepentingan penelitian.

8. Ariansyah, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberi masukan dan arahan selama penelitian.

9. Teristimewa Abagku Asanip dan Bundaku Yusliana yang selalu mendoakan, menyayangi dan menjadi penyemangat dalam hidupku.

10. Kakakku tersayang Zarpiana, Padori, Deki Wijaya, Ami, serta ponakan kecilku Reyhan Alfarobbi terimakasih atas motivasi, doa dan dukungannya. 11. Sahabat-sahabat kecilku di kampus Fitria Sandi, S. Pd., Emilda Novalia,

Weni Arisma, Anggi Lianasari, S. Pd., Eka Marma Azizah, dan Theodora Agatha. Terimakasih atas kebersamaan dan kasih sayang yang telah kita jalani selama ini, semoga Allah kekalkan persaudaraan kita. Amin.

12. Teman-teman senasib dan seperjuanganHerlina, Riza Tresya, Yeni Erikania, Febi, Eli, dan semua anak bimbingan Bapak tercinta, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.

13. Teman-teman seperjuanganku Biologi 2007, terimakasih kebersamaan kita 14. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di

tuliskan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(13)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Langkah-langkah pembelajaran snowball throwing ... 4

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 30

3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa ... 31

4. Hasil penguasaan konsep oleh siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol... 34

5. Hasil uji t N-gain tiap penguasaan konsep oleh siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol... ... 36

6. Hasil rata – rata N-gain dan uji normalitas setiap indikator kognitif siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol... ... 37

7. Aktivitas siswa kelas eksperimen dan kontrol ... . 38

8. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen... ... 124

9. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... ... 125

10. Daftar nilai pretes penguasaan konsep siswa per indikator kelas eksperimen ... 126

11. Daftar nilai postes penguasaan konsep siswa per indikator kelas eksperimen ... 128

12. Daftar nilai pretes penguasaan konsep siswa per indikator kelas kontrol ... 130

13. Daftar nilai postes penguasaan konsep siswa per indikator kelas kontrol ... 132


(14)

xvii

14. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain per indikator penguasaan

konsep kelas eksperimen ... 134 15. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain per indikator penguasaan

konsep kelas kontrol ... 136 16. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 1 ... 138 17. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 2 ... 140 18. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 3 ... 143 19. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol pada

pertemuan 1 ... 144 20. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol pada

pertemuan 2 ... 149 21. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol pada

pertemuan 3 ... 152 22. Analisis statistik data hasil penelitian ... 160


(15)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10 2. Desain pretes postes tak ekuivalen ... 22 3. Grafik rata-rata pretes, postes dan N-gain pada kelas eksperimen dan

kontrol... ... 40

4. Grafik peningkatan aspek indikator penguasaan konsep oleh

siswa………. 41 5. Perbedaan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada kelas

eksperimen dan kontrol dari pertemuan Pertama, kedua, dan

ketiga……….. ... ………... 42 6. Foto-foto penelitian ... 184


(16)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan referensi-referensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya . Komaruddin (dalam Sagala, 2010 : 175).

Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan model-model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Menurut Trianto (2007 : 1) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Sedangkan Joyce dan Weil (dalam rusman,


(17)

12 2010 : 31) mengemukakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.

Hal yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan

rekomendasi dari UNESCO, yakni, belajar mengetahui

( learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama

(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to

be). (Depdiknas, 2001: 5).

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Trimo (2008 : 2) Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif baik dari segi fisik, mental, dan emosional yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti “melempar bola salju”. Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Sedangkan menurut Widodo,R (2009 : 1) model pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang aktif melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran talking stik akan tetapi menggunakan kertas berisi


(18)

13 pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu

dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Pada model pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk kelompok

yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya

masing-masing. Menurut Widodo,R (2009 : 2) model pembelajaran Snowball

Throwing memiliki kelebihan yaitu dapat melatih kesiapan siswa dan

siswa dapat saling memberikan pengetahuan, sedangkan kelemahanya yaitu pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.

Terdapat delapan langkah kegiatan yang dilakukan dalam model pembelajaran Snowball Throwing, yaitu sebagai berikut:

No. Langkah – Langkah Snowball Throwing

1. Guru menyampaikan materi

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya

masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk


(19)

14

sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke

peserta didik yang lain selama ± 15 menit.

6. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut seacar bergantian.

7. Evaluasi

8. Penutup

(Hanafiah dan Suhana, 2009 : 49). Proses model pembelajaran Snowball Throwing adalah dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Dalam model ini ada hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kelebihan dan kekurangan

menggunakan model Snowball Throwing.

Adapun beberapa Kelebihan dan kekurangan dalam model Snowball

Throwing yaitu:

Kelebihan dalam model Snowball Throwing adalah, melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan mengenai materi pelajaran, Sedangkan, kekurangan dalam model Snowball Throwing adalah,

pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa dan tidak efektif dalam penguasaan materi pelajaran terhadap waktu yang diberikan. (Adinmuh, 2010:1).


(20)

15

Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, dan menyenangkan adalah menggunakan model “pelemparan bola salju” (Snowball

Throwing) berupa belajar meningkatkan keaktifan menyimpulkan isi

berita. Melalui model Snowball Throwing, siswa diajak untuk mencari Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, membentuk ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu dikelompok, bekerja secara kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, untuk diambil suatu kesimpulan dari hasil jawaban kelompok terhadap pertanyaan yang telah diterimanya.

Dalam model Snowball Throwing, guru berusaha memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan (Herdian, 2009:1).

B. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Guna memecahkan masalah, seorang siswa harus tahu aturan-aturan yang relevan. Aturan itu harus sesuai dengan konsep dasar yang


(21)

16 diperolehnya sehingga dapat dikatakan, konsep adalah belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat obyek kemudian membuat pengelompokkan terahdap obyek tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (2003 : 161) yang menyatakan bahwa, bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok golongan kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.

Konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat

(atribut-atribut) dan ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang, konsep bukan stimulus khusus melainkan kelas stimuli. Konsep memiliki

beberapa manfaat yaitu:

1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep-kosep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah

konsep.

3. Konsep-konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru

lebih luas dan lebih maju.

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda

(Hamalik, 2006 : 162-164)

Pentingnya penguasaan konsep bagi siswa adalah untuk memperoleh penguasan konsep selanjutnya. Dalam belajar, siswa harus melalui

beberapa tahap dalam proses belajarnya, yaitu pengenalan konsep, hafalan meningkat ke penguasaan konsep, dan berakhir pada penggunaan atau aplikasi konsep. Nasution (2003 : 164) mengungkapkan bahwa manfaat belajar konsep adalah membebaskan individu dari pengaruh stimulus yang


(22)

17 spesifik dan dapat menggunakannya dalam situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu. Jadi jelas bahwa dalam belajar konsep sangat penting bagi manusia karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berfikir, dan dalam belajar. Dengan menguasai konsep-konsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya kearah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain diluar pengetahuan sebelumnya.

Apabila suatu konsep telah dikuasi oleh siswa, kemungkinan siswa dapat menggolongkan apakah konsep yang dihadapi sekarang termasuk dalam golongan konsep yang sama ataukah golongan konsep yang lain dalam hubungan supordinat, koordinat, atau subordinat prinsip. Selain itu, siswa juga dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajarinya dan mempelajari konsep-konsep lain (Slameto, 2003 : 141). Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan Slameto, apabila siswa telah menguasai suatu konsep, maka besar kemungkinan siswa tersebut dapat dengan mudah memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajarinya.


(23)

18 Pencapain penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. Tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah guru berikan. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses pembelajaran (Arikunto, 2006 : 36).

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam

belajar, maka semakin baik pembelajaran yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2003:95) berikut.

“Belajar memerlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar.”

Aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang disadari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ditentukan dari kegiatan interaksi dalam pembelajaran, semakin aktif siswa dalam proses pembelajaran maka siswa tersebut akan lebih mudah mengingat

pembelajaran itu dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik,


(24)

19 sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak didik (Djamarah, 1995: 67). Sedangkan pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004:71). Jadi, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah penting karena dengan adanya aktivitas, pembelajaran akan lebih efektif dan mendatangkan hasil belajar yang lebih baik bagi siswa.

Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktivitas adalah segala tingkah laku atau usaha manusia, atau apa saja yang dikerjakan, diamati oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat, tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif lain yang dilakukan siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101) mengklasifikasikan aktivitas sebagai berikut :

1. “Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,


(25)

20

5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat,

bergairah, berani, tenang.”

Aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah penting karena dengan aktivitas, pembelajaran akan lebih efektif dan mendatangkan hasil belajar yang lebih baik bagi siswa. Hamalik (2004:175) mengungkapkan sebagai berikut: “Penggunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa, hal ini dikarenakan :

 Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

 Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

 Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.

 Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

 Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

 Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru.

 Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas.

 Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan aktivitas pada pembelajaran, siswa mampu mencari pengalaman sendiri, memupuk


(26)

21 kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, serta dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi.

Jadi, dalam pembelajaran Biologi, siswa diharapkan benar-benar aktif, sehingga apa yang dipelajari akan lebih lama diingat agar diperoleh hasil yang maksimal. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Dengan demikian, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan.


(1)

diperolehnya sehingga dapat dikatakan, konsep adalah belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat obyek kemudian membuat pengelompokkan terahdap obyek tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (2003 : 161) yang menyatakan bahwa, bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok golongan kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.

Konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat

(atribut-atribut) dan ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang, konsep bukan stimulus khusus melainkan kelas stimuli. Konsep memiliki

beberapa manfaat yaitu:

1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep-kosep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah konsep.

3. Konsep-konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru lebih luas dan lebih maju.

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda (Hamalik, 2006 : 162-164)

Pentingnya penguasaan konsep bagi siswa adalah untuk memperoleh penguasan konsep selanjutnya. Dalam belajar, siswa harus melalui

beberapa tahap dalam proses belajarnya, yaitu pengenalan konsep, hafalan meningkat ke penguasaan konsep, dan berakhir pada penggunaan atau aplikasi konsep. Nasution (2003 : 164) mengungkapkan bahwa manfaat belajar konsep adalah membebaskan individu dari pengaruh stimulus yang


(2)

spesifik dan dapat menggunakannya dalam situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu. Jadi jelas bahwa dalam belajar konsep sangat penting bagi manusia karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berfikir, dan dalam belajar. Dengan menguasai konsep-konsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya kearah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain diluar pengetahuan sebelumnya.

Apabila suatu konsep telah dikuasi oleh siswa, kemungkinan siswa dapat menggolongkan apakah konsep yang dihadapi sekarang termasuk dalam golongan konsep yang sama ataukah golongan konsep yang lain dalam hubungan supordinat, koordinat, atau subordinat prinsip. Selain itu, siswa juga dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajarinya dan mempelajari konsep-konsep lain (Slameto, 2003 : 141). Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan Slameto, apabila siswa telah menguasai suatu konsep, maka besar kemungkinan siswa tersebut dapat dengan mudah memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajarinya.


(3)

Pencapain penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. Tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah guru berikan. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses pembelajaran (Arikunto, 2006 : 36).

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam

belajar, maka semakin baik pembelajaran yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2003:95) berikut.

“Belajar memerlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar.”

Aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang disadari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ditentukan dari kegiatan interaksi dalam pembelajaran, semakin aktif siswa dalam proses pembelajaran maka siswa tersebut akan lebih mudah mengingat

pembelajaran itu dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik,


(4)

sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak didik (Djamarah, 1995: 67). Sedangkan pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004:71). Jadi, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah penting karena dengan adanya aktivitas, pembelajaran akan lebih efektif dan mendatangkan hasil belajar yang lebih baik bagi siswa.

Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktivitas adalah segala tingkah laku atau usaha manusia, atau apa saja yang dikerjakan, diamati oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat, tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif lain yang dilakukan siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101) mengklasifikasikan aktivitas sebagai berikut :

1. “Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(5)

5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang.”

Aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah penting karena dengan aktivitas, pembelajaran akan lebih efektif dan mendatangkan hasil belajar yang lebih baik bagi siswa. Hamalik (2004:175) mengungkapkan sebagai berikut: “Penggunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa, hal ini dikarenakan :

 Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

 Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.

 Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.  Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

 Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

 Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru.  Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas.

 Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan aktivitas pada pembelajaran, siswa mampu mencari pengalaman sendiri, memupuk


(6)

kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, serta dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi.

Jadi, dalam pembelajaran Biologi, siswa diharapkan benar-benar aktif, sehingga apa yang dipelajari akan lebih lama diingat agar diperoleh hasil yang maksimal. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Dengan demikian, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Semester Genap T. P 2011/2012)

0 8 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 55

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 16 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 7 57

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN PEMETAAN KONSEP (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 51 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

3 47 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

0 24 64

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 26

EFEKTIVITAS MIND MAPPING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 28

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MODEL GALLERY WALK (GW) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun P

3 14 60

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI BIOLOGI PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tah

4 62 52