Analisis Superstruktur a. Pemberitaan Kompas 02 Mei 2012

5 bahkan hal lainnya yang berkaitanberlabel “West Papua” selalu diwaspadai oleh aparat. Sebagai media massa lokal, Cenderawasih Pos menampilkan peristiwa pengibaran bendera Bintang Kejora di Serui pada halaman utama, sebagai informasi kepada publik bahwa ada lagi satu peristiwa yang terjadi bagi orang Papua, yaitu pengibaran 50-an bendera Bintang Kejora. Tema besar yang terpampang menghiasi halaman utama surat kabar lokal di wilayah itu tentunya menjadi perhatian utama dari kebanyakan orang untuk mengetahui detail peristiwa yang terjadi. Namun dilain sisi, melihat tema utama yang dimuat dalam harian Kompas, lebih menonjolkan jumlah tersangka yang ditangkap terkait peristiwa pengibaran bendera dan kemudian diberi tema kecil “OMPB Kibarkan Bintang Kejora di Lapangan Theys Eluay”. Pada penempatan berita, Kompas menempatkan peristiwa ini pada halaman Nusantara. Sebagai media nasional, meskipun masalah Papua adalah masalah politik, tetapi hal ini berkaitan pula dengan keutuhan NKRI sehingga berita pada halaman Nusantara menjelaskan bahwa, setiap berita di halaman Nusantara merupakan peristiwa nasional yang berkaitan dengan bangsa Indonesia, sehingga peristiwa yang dimuat dalam halaman ini menjadi perhatian khusus bagi khalayak untuk mencermati masalah utama di Indonesia.

5.3.2 Analisis Superstruktur a. Pemberitaan Kompas 02 Mei 2012

Alur dari wcana ini tentang pengibaran Bendera Bintang Kejora di Lapangan They Eluay. Dimana wartawan menggiring khalyak untuk menikmati wacana yang dijelaskan terkait dengan pengibaran bendera Bintang Kejora yang terjadi. “Pengibaran bendera bintang kejora terkait peringatan 1 Mei 1963, yang diyakini sebagai proses aneksasi Papua dalam NKRI.” Pada wacana ini wartawan menanggapi adanya peristiwa pengibaran bendera terkait integrasi Papua dalam NKRI. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, proses integrasi merupakan peristiwa yang buruk dimata orang Papua pada umumnya. Sehingga pesan yang disampaikan melalui pengibaran adalah pesan perlawanan terhadap peristiwa intergrasi yang telah terjadi di tahun 1963, bahwa bendera Bintang Kejora akan tetap berkibar walaupun Papua adalah bagian dari NKRI, karena peristiwa integrasi adalah sesuatu yang tidak sah di mata orang Papua. 6 “Kepala Polres Jayapura Ajun Komisaris Besar Wantri Yulianto menjelaskan, sekitar 300 personel Polri dilibatkan, termasuk 30 anggota Brimob Polda Papua, mengamankan kota Jayapura dan sekitarnya.” Sebagai ibukota provinsi Papua, Jayapura sebagai salah satu kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sehingga jumlah personil aparat keamanan yang begitu besar jumlahnya bagi wartawan adalah infomasi penting bagi warga Jayapura dan sekitarnya, agar tidak masalah beraktivitas diluar rumah. Karena seringkali, tanggal 1 Mei adalah tanggal yang menegangkan bagi orang Papua untuk tidak beraktivitasd di luar rumah terlalu lama, wilayah yang tidak kondusif. Adanya penonjolan jumlah personel oleh wartawan, membentuk pencitraan terhadap aparat bahwa mereka telah menjalankan fungsi mereka dengan baik. “Mereka tersebar di Lapangan Theys Hiyo Eluay, Bandara Sentani, SPBU, Kompleks Pertokoan, dan warung makan” Ini merupakan area dimana wartawan menyampaikan bahwa: “aparat ada di wilayah ini, jika ada peristiwa brutal terjadi, jauhi areal tersebut karena berbahaya terjadi kontak senjata, peluru nyasar, dsb. Tetapi di lain sisi, wartawan memperoleh citra positif dari khalayak oknum pengibar, bahwa aparat telah siaga, sehingga mereka waspada dalam melakukan tindakkan brutal lainnya. “Pengamanan tak hanya 1 Mei oleh OMPB, tetapi juga apel bersama peringatan hari integrasi dalam NKRI, pengamanan Komite Nasional Papua Barat yang bergerak ke kota Jayapura, 42 km dari Sentani dan menjaga keamanan dan ketertiban warga, kata Yulianto.” Wartawan melalui narasumber menyampaikan alasan digelarnya pengamanan wilayah Jayapura dan sekitarnya terkait 1 Mei. Dalam paragraf ini juga menjelaskan tentang aktivitas yang berlangsung dalam proses pengamanan yang dilakukan. Hal ini pun menggambarkan bahwa organisasi Papua seperti OMPB adalah salah satu yang menjadi objek perhatian aparat dalam melakukan tindakan yang melanggar hukum, sehingga butuh pengamanan ektra jika kegiatan dilakukan oleh organisasi tersebut. “Doa bersama kelompok OPMB itu berlangsung pukul 11.00 WIT, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Bintang Kejora sekitar pukul 13.15 WIT” Pukul 13.15 WIT bendera Bintang Kejora dikibarkan di Lapangan Theys Eluay. Tepat saat matahari terik semakin bersinar memancarkan sinarnya. 7 Sebagaimana kibaran bendera Bintang Kejora sebagai simbol panggilan suci bagi para leluhur untuk dibebaskan dari kehidupan yang fana di dunia yang penuh derita. 1 “Peserta adalah masyarakat biasa dan sebagaian besar dari Pegunungan Tengah Papua” Secara tidak langsung wartawan menyampaikan bahwa orang-orang yang tergabung dalam OMPB adalah masyarakat Pegunungan Tengah. Kelompok ini adalah nama kelompok pro-kemerdekaan Papua di wilayah Pegunungan Tengah. Juga menjelaskan bahwa peristiwa pengibaran dilakukan oleh orang-orang dari Pegunungan Tengah. “Polisi menangkap 13 pelaku pengibaran bendera bintang kejora, termasuk koordinator lapangan Darius Kogoya 23. Bintang Kejora berkibar beberapa detik sebelum polisi membubarkan paksa. Barang bukti ikut ditahan adalah busur, panah, bendera, dan tiang bendera. Mereka ditangkap dengan tuduhan pelaku tindakan makar.” 13 orang ditangkap sebagai tema dari wacana berita yang menjadi dasar awal bagi wartawan untuk mencitrakan aparat sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat berhasil melakukan tugas mereka. Dengan menangkap koordinator pun menjadikan citra aparat bertambah, bahwa pengamanan yang dilakukan tidak sia-sia disertakan barang bukti yang ada menguatkan aparat untuk menjadikan para pengibar sebagai tersangka yang melanggar hukum dan layak dihukum. Apalagi aparat menjadikan tersangka sebagai pelaku tindakan makar. Sehingga secara tidak langsung wartawan sebagai komunikator menyampaikan informasi bahwa pihak aparat telah bertanggung jawab dengan baik. “Belum ada status tersangka atau lainnya. Kami hanya mau minta keterangan secara intensif. Atas dasar apa mereka menaikan bintang kejora. Padahal kami sudah larang jauh hari sebelumnya, bahkan sejak pagi kami sudah larang, kata Yulianto.” Kembali wartawan mengorek informasi dari Kapolres sebagaimana peristiwa ini sebelum dan sesudah berlangsung. Hal ini menjelaskan pula bahwa aparat sudah memberikan perhatian terhadap ini dan melalui pernyataan ini wartawan menjelaskan bahwa sesungguhnya aparat telah bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam departemen kepolisian. Sehingga hal ini pun menjelaskan bahwa sebenarnya yang namanya aparat itu tidak brutal dan sebagainya. 1 Ibid, hal 4 8 “Aleks Kosay mengatakan, aksi demo itu berlangsung di dua tempat, yakni kota Jayapura oleh Komite Nasional Papua Barat dan OMPB di Sentani. Mereka menyampaikan sejumlah kasus pelanggaran HAM. “Kami tidak menyampaikan aspirasi dengan kekerasan lagi, tetapi lebih menekankan aspek demokrasi dan keterbukaan.” Caranya seperti itu. “Kami tidak mau rakyat Papua jadi korban lagi, katanya.” Wartawan tidak hanya memilih narasumber dari pihak pemerintah, tetapi dari rakyat pun dipilih, agar pernyataan dalam menguatkan wacana yang dibentuk oleh wartawan sebagai komunikator tidak melibatkan pendapat wartawan semata dalam memberikan kesimpulan terhadap peristiwa yang terjadi. Sehingga alur berita dibuat oleh komunikator dengan penjelasan bahwa peristiwa yang terjadi tidak harus terus- terusan berlangsung dengan kekerasan aparat maupun warga. Sebagaimana demokrasi di Indonesia, orang Papua juga mau diperlakukan adil dalam menyampaikan pendapat agar tidak ada korban lagi.

b. Pemberitaan Cenderawasih Pos Tanggal 21 April 2012