Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014

(1)

ABSTRAK

Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014

OLEH

ADITYA WARMAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode pembelajaran perorangan dan kelompok terhadap keterampilan stut pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 60 siswa, yang terdiri dari 2 kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan penilaian kualitas gerakan. Sedangkan teknik analisis data menggunakan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan: bahwa adanya pengaruh Belajar Perorangan Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Pada Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin. (1) Hasil analisis belajar

perorangan diperoleh nilai thitung = 86,461 dengan nilai ttabel (uji 2 pihak, n=19)= 2,093. Karena thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh. (2) Hasil analisis belajar kelompok diperoleh nilai thitung = 52,228 dengan nilai ttabel (uji 2 pihak, n=19)= 2,093. Karena thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh. (3) Hasil analisis kelompok control Hasil analisis diperoleh nilai thitung = 1,118 dengan nilai ttabel (uji 2 pihak, n=19)= 2,093.Karena thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya tidak ada peningkatan (4)Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih baik pada belajar perorangan dari pada kelompok terhadap peningkatan keterampilan stut.


(2)

(3)

Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014

SKRIPSI

ADITYA WARMAN

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Penjelasan Judul ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pendidikan Jasmani ... 10

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 13

C. Belajar Gerak ... 17

D. Tahapan Belajar Gerak ... 18

E. Keterampilan Gerak Dasar ... 20

F. Taksonomi Gerak ... 23

G. Strategi Pembelajaran ... 29

H. Pembelajaran Kelompok... 32

I. Pembelajaran Perorangan ... 35

J. Senam... 36

K. Senam Lantai... 39

L. Bentuk Latihan Senam Lantai... 42

M. Stut (back extention)... 43

N. Hipotesis... 45

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Metode Penelitian ... 47

B. Desain Penelitian ... 48

C. Variabel Penelitian ... 50

D. Populasi ... 50


(5)

A. Hasil Penelitian ... 58

B. Pembahasan ... 67

V. SIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Skema Taksonomi Gerak. ... 24

Gambar 2. Rangkaian gerakan Stut (back extention) dari tahapan awal, pelaksanaan dan akhir ... 44

Gambar 3. Skema Pembagian Ordinal Pairing ... 48

Gambar 4.1. Perbandingan Peningkatan Hasil Keterampilan Stut. ... 59

Gambar 4.2. Perbedaan Hasil Tes Belajar Kelompok. ... 60

Gambar 4.3. Perbedaan Hasil Tes Belajar perorangan . ... 61

Gambar 4.4. Perbedaan Hasil Tes Kelompok Kontrol. ... 62

Gambar 4.5. Perbedaan Hasil Tes Akhir Antar Kelompok. ... 62 Gambar 5.1 Pemanasan ...

Gambar 5.2 Latihan Stut Perorangan ... Gambar 5.5 Latihan Hanstand Perorangan ... Gambar 5.5 Latihan Stut Berkelompok ... Gambar 5.5 Latihan Hanstand Berkelompok ...


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Desain penelitian ... 49

Tabel 2. Data Populasi Penelitian ... 50

Tabel 3. Format Penilaian Keterampilan Gerak Dasar Stut ... 51

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Keterampilan Stut Tes Awal. ... 58

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Keterampilan Stut Tes Akhir ... 59

Tabel 4.3. Deskripsi Data. ... 60

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas. ... 63

Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas. ... 64


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Program Latihan... 1

2. Uji Coba Instrumen ... 2

2. Data Tes Awal Keterampilan Stut ... 3

3. Data Tes Akhir Keterampilan Stut ... 4

4. Pembagian Kelompok Penelitian ... 5

5. Uji Normalitas Data Belajar Kelompok ... 6

6 . Uji Normalitas Data Belajar Perorangan ... 7

7. Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol ... 8

8. Uji Homogenitas Belajar Kelompok dan Bagian ... 9

9. Uji Homogenitas Belajar Kelompok dan Kontrol ... 10

10. Uji Homogenitas Belajar Perorangan dan Kontrol ... 11

11. Uji Hipotesis Efektifitas Data Belajar Kelompok. ... 12

12. Uji Hipotesis Efektifitas Data Belajar perorangan... 13

13. Uji Hipotesis Efektifitas Data Belajar Kontrol ... 14

14. Uji Perbandingan Tes Akhir Belajar Kelompok dengan Kelompok Perorangan ... 15

15. Uji Perbandingan Tes Akhir Belajar Kelompok dengan Kelompok Kontrol ... 16

16. Uji Perbandingan Tes Akhir Kelompok Perorangan dengan Kelompok Kontrol ... 17

17. Tabel Uji Normalitas ... 18

18. Tabel. Nilai r Product Moment ... 19

19. Tabel Uji-t ... 20

20. Tabel Uji Homogenitas distribusi F tabel α 0,05 ... 21 21. Gambar 5.1 Pemanasan ...

22. Gambar 5.2 Latihan Stut Perorangan ... 23. Gambar 5.5 Latihan Hanstand Perorangan ... 24. Gambar 5.5 Latihan Stut Berkelompok ... 25. Gambar 5.5 Latihan Hanstand Berkelompok ...


(9)

(10)

(11)

(12)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014 adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan (IP) FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Marta Dinata, M. Pd. Pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung dan Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd. Penguji Utama yang telah memberikan perbaikan dan pengarahan kepada penulis.


(13)

7. Bapak Muhammad Yusuf, S.Pd.MM. Kepala SMP Negeri 3 Padang cermin yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas VII tahun ajaran 2013/2014.

8. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

9. Siswa-siswi kelas VII.A dan VII.B SMP Negeri 3 Padang cermin tahun pelajaran 2013/2014, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

10. Sahabat terbaikku Andria Afiana, Roby Armaica, indra (ilalang), yang telah menjadi motivator, inspirator, dan penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa, dukungan dan bantuannya.

11. Terimakasih juga buat kawan-kawan ANEMON yang telah memberi masukan-masukan yang membangun.

12. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 12 Agustus 2014 Penulis


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku kepada :

“Untuk Kedua orang tuaku Ayahanda tercinta Ridwan Dan Ibunda Tercinta Atri Mulyani yang selalu menjadi semangat dalam hidupku, kesabaran dan do’a dalam setiap sujudmu untuk menanti keberhasilanku serta harapan di

setiap tetesan keringatmu demi keberhasilanku”

“Terima kasih Ayah, terima kasih Ibu, semoga cinta kasih dan do’amu tak terhenti dan tak terlupakan sepanjang hidupku serta mengantarkanku ke

pintu bahagia”

“Adik-adikku tersayang Astrida Damayanti dan Ari Fahrurrozi yang dengan kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

“Tante-tanteku tersayang Eka Suryani Dan Yuliana Serta pamanku Erwin atas do’a dan motivasi semangat yang tak henti-henti”

“Teman-temanku Penjas 2008 yang selalu memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku”

“Dan seseorang yang kelak akan mendampingiku mengarungi suka duka jalannya kehidupan”

“Serta

“Almamaterku tercinta Universitas Lampung” ( Aditya Warman )


(15)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku kepada :

“Untuk Kedua orang tuaku Ayahanda tercinta Ridwan Dan Ibunda Tercinta Atri Mulyani yang selalu menjadi semangat dalam hidupku, kesabaran dan do’a dalam setiap sujudmu untuk menanti keberhasilanku serta harapan di

setiap tetesan keringatmu demi keberhasilanku”

“Terima kasih Ayah, terima kasih Ibu, semoga cinta kasih dan do’amu tak terhenti dan tak terlupakan sepanjang hidupku serta mengantarkanku ke

pintu bahagia”

“Adik-adikku tersayang Astrida Damayanti dan Ari Fahrurrozi yang dengan kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

“Tante-tanteku tersayang Eka Suryani Dan Yuliana Serta pamanku Erwin atas do’a dan motivasi semangat yang tak henti-henti”

“Teman-temanku Penjas 2008 yang selalu memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku”

“Dan seseorang yang kelak akan mendampingiku mengarungi suka duka jalannya kehidupan”

“Serta

“Almamaterku tercinta Universitas Lampung” ( Aditya Warman )


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidomulyo Wates Way Ratai Kec. Padang Cermin Kab. Pesawaran Prov. Lampung, pada tanggal 23 Desember 1991, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ridwan dan Ibu Atri Mulyani.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri PAYA Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Padang cermin yang selesai pada tahun 2005, Melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Padang cermin dan diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(17)

Moto

“Hidup Adalah Keberanian, Menghadapi Yang Tanda Tanya, Tapa Bisa Kita Mengerti, Tanpa Bisa Kita Menawar... Terimalah Dan Hadapilah...”

“Jangan Hina Pribadi Anda Dengan Kepalsuan Karena Dialah Mutiara Diri Anda Yang Tak Ternilai”


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama. Pendidikan Jasmani merupakan mata pelajaran yang sifatnya wajib diajarkan di sekolah karena memiliki nilai-nilai positif didalamnya. Pelajaran Pendidikan Jasmani berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan hidup sehari-hari.

Pendidikan Jasmani adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai dalam Pendidikan Jasmani yaitu (a) pembentukan gerak, (b) pembentukan prestasi, (c) pembentukan sosial dan (d) pembentukan pertumbuhan.

Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani yang lebih diutamakan adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang merata dari aspek belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu program Pendidikan Jasmani haruslah menjadi suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga aspek


(19)

tergantung kepada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, karena belajar merupakan kegiatan yang sangat mendasar dan berproses tersusun secara sistematis.

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Materi pokok Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam; aktivitas ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door).

Materi Pendidikan Jasmani kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk aspek uji diri termasuk di antaranya mempraktikkan gerak dasar senam berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini berarti siswa harus mampu mempraktikkan salah satu gerak dasar senam.

Senam merupakan aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan cabang olahraga lainnya.

Berlainan dengan cabang olahraga lain pada umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada objek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu serta koordinasi dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen – komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan, dan kelentukan. Dengan koordinasi yang


(20)

sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.Keterampilan senam yang akan dipelajari oleh anak pada tahap awal adalah seperti guling depan, guling belakang, baling-baling, handstand, stut atau back extention, sampai pada salto. Manfaat dari kegiatan senam ini akan menyumbang pada perkembangan fisik yang seimbang, dapat pula menyumbang pada pengayaan perbendaharaan gerak anak yang terlibat dalam senam. Selain menfaat secara fisik, ketika mengikuti program senam, anak juga dituntut untuk berfikir sendiri tentang pengembangan

keterampilannya sehingga anak mampu mengontrol tubuhnya dengan keyakinan dan akhirnya membentuk konsep diri yang positif.

Pada jenjang SMP, anak akan mempelajari pengembangan keterampilan senam berbasis senam lantai seperti materi stut atau back extention. Stut

merupakan gerakan variasi dari guling belakang, gerakan diawali dengan guling belakang yang diakhiri dengan sikap handstand sesaat sebelum kemudian turun kembali ke sikap berdiri tegak. Dalam melakukan keterampilan ini maka dibutuhkan unsur kondisi fisik seperti kekuatan, kelentukan, maupun daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 3 Padang Cermin pada materi pelajaran senam, sebagian besar siswa atau dari seluruh total jumlah siswa kelas VII yaitu 60 siswa kurang lebih 60% siswa masih belum dapat melakukan keterampilan gerak dasar stut dengan benar. Peneliti melihat kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa ialah saat guling ke belakang siswa langsung menjatuhkan kedua kakinya lurus ke bawah


(21)

belakang seperti gerakan guling belakang. Padahal terdapat perbedaan yang jelas bahwa gerakan stut diakhiri dengan sikap handstand sebelum kemudian turun kembali ke sikap berdiri tegak.

Berdasarkan uraian di atas maka jika guru ingin meningkatkan hasil belajar yang lebih baik pada senam lantai khususnya pada gerakan stut, maka guru perlu mengadakan perbaikan dalam hal metode atau model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan senam lantai khususnya pada gerakan stut. Dan peneliti ingin mencoba menerapkan dua jenis metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran kelompok dan perorangan untuk diketahui pengaruhnya terhadap perbaikan dan peningkatan keterampilan gerak dasar stut.

Metode pembelajaran kelompok atau dikenal Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Falsafah yang mendasari metode pembelajaran kelompok adalah falsafah homo homini

socius yang menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk

sosial. Kerjasama menjadi kebutuhan teramat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak ada individu, keluarga, masayarakat atau sekolah. Dengan demikian metode pembelajaran kelompok mengandung makna bahwa suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan ada proses kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran.Metode pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola


(22)

pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan yang berbeda-beda. Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya dapat meneruskan kegiatan kelompok lain secara bergantian dan berurutan.

Sedangkan metode pembelajaran perorangan (individual) dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan.

Pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar secara mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain.Pembelajaran perorangan (individu) berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik.

Kedua jenis metode pembelajaran di atas diharapkan dapat meningkatkan dan memudahkan siswa dalam menguasai gerak dasar dalam senam lantai

terutama gerak dasar stut. Dan atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(23)

2. Kurangnya siswa dalam mengetahui gerakan dasar stut yang benar. 3. Rendahnya keterampilan gerak dasar stut yang benar.

4. Kurangnya kelentukan tubuh yang maksimal, pada saat melakukan teknik dasar stut yang di lakukan oleh siswa.

5. Belum adanya penerapan metode pembelajaran perorangan dan kelompok pada siswa kelas VII SMPN 3 Padang Cermin pesawaran untuk

meningkatkan pembelajaran dalam melakukan gerakan stut.

C. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian pada upaya meningkatkan keterampilan stut pada cabang olahraga senam siswa setelah diberikan tindakan dengan metode pembelajaran kelompok dan perorangan. Dengan sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran perorangan terhadap

keterampilan stut pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014?

2. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kelompok terhadap keterampilan stut pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin


(24)

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014?

3. Manakah dari kedua metode pembelajaran yaitu belajar kelompok dan perorangan yang lebih baik pengaruhnya dalam peningkatan keterampilan

stut?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran perorangan terhadap keterampilan stut pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kelompok terhadap keterampilan stut pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui mana metode pembelajaran yang lebih baik

pengaruhnya dalam peningkatan keterampilan stut siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa


(25)

Sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan senam lantai khususnya pada gerakan stut.

2. Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu referensi bagi guru Pendidikan Jasmani dalam melaksanakan proses pembelajaran serta dapat memberikan informasi secara ilmiah.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai penggunaan metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemampuan stut.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti lain yang ingin meneliti mengenai model pembelajaran penjas pada keterampilan senam lantai khususnya pada gerakan stut dengan permasalahannya dan sampel yang berbeda. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan senam lantai khususnya pada gerakan stut

pada siswa. Sebagai solusi untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran penjas.

G. Penjelasan Judul

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan penjelasan judul sebagai berikut :


(26)

Pengaruh berarti daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda). Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya yang ditimbulkan dari belajar kelompok dan belajar perorangan terhadap peningkatan keterampilan stut dalam senam. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 664)

2. Belajar Kelompok

Menurut pembelajaran kelompok adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang menimbulkan permusuhan. (Ibrahim, 2000)

3. Belajar Perorangan

Pembelajaran perorangan (individu) berorientasi pada individu dan pengembangan diri, dimana pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno, 2008 : 16)

4. Keterampilan Stut

Keterampilan stut merupakan kemampuan siswa melakukan gerakan stut yang dimulai dari sikap duduk telunjur di matras dengan kedua kaki rapat dan tangan sejajar dengan telinga, mengangkat sekaligus kedua kaki ke belakang. Pada saat yang sama kedua tangan yang bertumpu di matras disisi telinga menolak badan ke atas, sikap akhir berdiri di atas tangan (handstand). (Agus Mahendra, 2001: 269)


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pendidikan Jasmani

Menurut Tamura dan Amung (2003:10) menjelaskan, “Pendidikan Jasmani merupakan mata pelajaran yang sifatnya wajib diajarkan di sekolah karena memiliki nilai-nilai positif didalamnya”. Pelajaran Pendidikan Jasmani berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan hidup sehari-hari.

Supandi (1990:29) mengemukakan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui aktivitas jasmani”. Tujuan yang ingin dicapai dalam Pendidikan Jasmani menurut Lutan (1997:7), adalah sebagai berikut : “tujuan Pendidikan Jasmani, yaitu (a) pembentukan gerak, (b) pembentukan prestasi, (c)

pembentukan sosial dan (d) pembentukan pertumbuhan”.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam


(28)

rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. (Kurikulum Penjas, 2013).

Muhajir (2007: 8) menjelaskan bahwa Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, pendidikan jasmani menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

Menurut Arma Abdullah dan Agusmanaji (1994) secara ringkas manfaat yang diperoleh bila berpartisipasi secara aktif dalam program kegiatan pendidikan jasmani khusus adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi jasmani

Aktifitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari jasmani. Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik pertumbuhan jarring-jaring otot dan tulang rangsang.


(29)

2. Manfaat bagi ketrampilan gerak

Banyak faktor termasuk belajar dan latihan mempengaruhi perkembangan dan keterampilan gerak. Guru yang professional dan berkemampuan dapat membantu tiap anak mengembangkan secara paling efisien koordinasi otot syaraf (neuromuscular), keterampilan gerak dan gerak-gerak kreatif.

3. Manfaat bagi kesegaran

Melalui satu program Pendidikan Jasmani yang seimbang, kekuatan tubuh, daya tahan, kelentukan dan mobilitas dapat dikembangkan dan

dipertahankan serta dapat membantu anak mengembangkan tingkat kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.

4. Manfaat emosional

Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi. Misalnya dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari sangat kecewa kegembiraan. Anak belajar untuk menguasai emosinya dan perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru Pendidikan Jasmani dan peraturan dalam tiap jenis permainan.

5. Manfaat sosial

Pendidikan Jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang diinginkan untuk berhubungan berinteraksi dengan orang lain untuk mengembangkan nilai-nilai moral yang dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan Jasmani memberikan kesempatan untuk berinteraksi sosial dalam lingkungan yang berfariasi, dan dapat membantu baik anak


(30)

berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar menerima perbedaan individual dari manusia.

Dari penjelasan tersebut di atas menegaskan bahwa penguasaan keterampilan gerak dalam konteks domain psikomotor, perkembangan domain afektif perilaku disiplin, kejujuran, kerjasama, sportifitas mengikuti peraturan ketentuan yang berlaku, dan pengembangan domain kognitif misalnya kecepatan mengambil keputusan merupakan tujuan Pendidikan Jasmani.

Tujuan Pendidikan Jasmani ini akan tercapai bila seseorang mengalami langsung aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Kegiatan itu bukan sembarangan aktivitas, atau bukan pula hanya sekedar berupa " gerakan badan " yang tidak bermakna, tetapi merupakan aktivitas jasmani yang terpilih. Aktivitas yang terpilih itu

merupakan pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Beragam aktivitas jasmani dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian anak secara menyeluruh. Karena itu para ahli sepakat bahwa Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani.

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defened as the modification or streng-thening of behavior through experiencing) (Oemar Hamalik, 2008 : 36). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu,


(31)

yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Proses pembelajaran merupakan proses mendasar dalam aktifitas pendidikan di sekolah, seperti yang diungkapkan oleh Dimiyanti dan Mujiono (1999) bahwa: “Pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam

memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar”.

Selanjutnya Rudi (2006:112) mengemukakan: “Faktor-faktor yang

mempengaruhi strategi pembelajaran yaitu: Tujua, materi, siswa, fasilitas, waktu dan guru”. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan pengertian

pembelajaran digunakan untuk mencapai keberhasilan dalam pengajaran Pendidikan Jasmani. sebagaimana yang dijelaskan oleh Husdarta (2000:119) yaitu: ”Pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai oleh guru yang diberikan kepada siswa untuk aktif dibimbing oleh gurunya dalam proses belajar, guru cenderung berperan sebagai fasilitator dan monitor agar siswa mau untuk diajak belajar”.

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana Sujana, 1991: 5). Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus Manadji (1994: 162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat


(32)

indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons).Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum pengaruh. 1. Hukum kesiapan

Berarti bahwa individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia telah siap atau matang untuk belajar dan seandainya ada kebutuhan yang dirasakan. Ini berarti dalam aktivitas Pendidikan Jasmani guru

seharusnyalah dapat menentukan materi-materi yang tepat dan mampu dilakukan oleh anak. Guru harus memberikan pemahaman mengapa manusia bergerak dan cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif sehingga kegiatan belajar akan memuaskan.

2. Hukum latihan

Jika seseorang ingin memperoleh hasil yang lebih baik, maka ia harus berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang terus-menerus akan diperoleh kekuatan, tetapi sebagai hasil tidak berlatih akan memperoleh kelemahan. Kegiatan belajar dalam pendidikan diperoleh dengan melakukan.

Melakukan berulang-ulang tidak berarti mendapatkan kesegaran atau keterampilan yang lebih baik. Melalui pengulangan yang dilandasi dengan konsep yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan dan dilakukan secara teratur akan menghasilkan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang dikehendaki. Ini berarti guru harus menerapkan latihan atau pengulangan dengan penambahan beban agar meningkatnya kesegaran jasmani anak, dengan memperhatikan pula fase pertumbuhan dan perkembangan anak.


(33)

3. Hukum pengaruh

Bahwa seseorang individu akan lebih mungkin untuk mengulangi pengalaman yang memuaskan daripada pengalaman-pengalaman yang mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada Pendidikan Jasmani mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya diupayakan untuk menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami keberhasilan serta mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan. Guru harus merencanakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan lebih baik jika disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan perkembangan anak, pada usia remaja, anak akan menyukai permainan, bermain dengan kelompok-kelompok dan

menunjukkan prestasinya sehingga mendapat pengakuan diri dari orang lain.

Menurut Lutan (1988) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, meningkatkan kemampuan berkontraksi dan


(34)

materi pelajaran sehingga memudahkan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar agar tujuan yang ditetapkan akan tercapai.

C. Belajar Gerak

Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai pengalaman tentang ilmu pengtahuan. Belajar juga sebuah proses yang sering diartikan penambahan pengetahuan. Gerak diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu benda dari suatu posisi keposisi lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Belajar gerak adalah belajara yang diwujudkan melalui respon-respon moskular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh. Proses belajar gerak berbentuk kegiatan mengamati gerakan dan kemudian mencoba menirukan berulang-ulang, menerapkan pola-pola gerak tertentu pada sitiasi tertentu yang dihadapi dan juga dalam bentuk kegiatan menciptakan pola-pola gerak baru untuk tujuan-tujua tertentu. (Sugiyanto:1993:3)

Seseorang akan melakukan gerakan tertenu apabila mempunyai kemauan untuk bergerak dan merasa perlu untuk melakukan gerakan, akan melakukan suatu gerakan apabila mengerti gerakan apa yang harus dilakukan, dan gerakan tertentu itu bila terwujud apabila fisik memiliki cukup kemampuan untuk bergerak. (Sugiyanto, 1993:3)

Menurut Lutan (1988: 101) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan


(35)

fisik, verbal, intelektual, maupun sikap. Menurut Bloom dalam Lutan (1988: 102) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam 3 ranah, yaitu: a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor.

Tugas utama dari belajar gerak adalah penerimaan segala informasi yang relevan tentang gerakan-gerakan yang dipelajari, kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut memungkinkan suatu realisasi secara optimal. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan.

D. Tahapan Belajar Gerak

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya adalah prasyarat untuk tahaf berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.

Dan untuk mempelajari gerak maka guru Pendidikan Jasmani perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


(36)

1. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima pembelajaran. (Arma Abdullah, 1994: 24)

2. Menurut Lutan (1988: 150) dalam mempelajari gerak faktor kesempatan belajar merupakan hal yang penting. Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

3. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan berlatih,

semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan dapatkan. Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya. (Arma Abdullah, 1994: 25)

4. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.

5. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak

membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan


(37)

baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan dalam hal ini merupakan feed back.

6. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar kecilnya motivasi yang dimilikinya.

E.Keterampilan Gerak Dasar

Keterampilan adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang berupa bakat atau kemampuan untuk melakukan suatu yang dapat menghasilkan, baik berupa gerak maupun kerajinan yang dapat dimanfaatkan. Keterampilan motorik (gerak) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan efektif, keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang disertai dengan kesadaran berfikir akan benar atau tidaknya gerakan yang dilakukan. Dan dalam belajar motorik ( gerak ) diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan melalui gerak tubuh.

Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang perkembangannya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Keterampilan gerak dasar inilah yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Lutan (1988: 200) membagi tiga gerakan dasar yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.Karakteristik dasar dasar senam berlandaskan pada beberapa keterampilan dasar dominan sebagai berikut :


(38)

1. Keterampilan Lokomotor

Agus Mahendra (2001: 31) menyebutkan bahwa lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat, seperti jalan, lari, lompat, brderap, jingkat, leaping, skipping, dan sliding. Dalam senam, gerak-gerak di atas sangat penting digunakan bahkan ditambah beberapa gerak berpindah lain, seperti berguling, merangkak, berjalan dengan tangan, serta beberapa keterampilan tumbling seperti skip, handspring, neckspring, baling-baling, atau flic-flac. Melatih macam-macam keterampilan lokomotor dalam pelajaran senam, akan sangat berguna dalam menanamkan dasar

pembentukan keterampilan senam. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari guru agar macam-macam gerak lokomotor bisa diajarkan, terutama yang berkaitan dengan keterampilan senam. Sebagai upaya untuk memperkaya variasi gerak lokomotor, guru bisa menggabungkan secara cerdik dengan konsep gerak dalam hal waktu, ruang dan kualitasnya.

2. Keterampilan Non-Lokomotor

Agus Mahendra (2001: 32) keterampilan non-lokomotor adalah gerakan yang tidak berpindah tempat, mengandalkan ruas-ruas persendian tubuh yang membentuk posisi-posisi berbeda yang tetap tinggal di satu titik. Contoh–contoh gerakan non-lokomotor adalah melenting, meliuk, membengkok, dsb. Untuk mengambil manfaat yang optimal dari gerak-gerak non-lokomotor, pelajaran senam perlu memanfaatkannya untuk melatih atau mengembangkan kelentukan dan keseimbagan.


(39)

3. Keterampilan Manipulatif

Agus Mahendra (2001: 33) keterampilan manipulatif sering diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek tertentu dengan anggota tubuh: tangan, kaki atau kepala. Dalam senam artistic, keterampilan ini jarang ditemui kecuali bahwa beberapa alat perlu dipegang dengan tangan pesenam seperti menggunakan bola, tali, pita, gada, dan simpai daam senam ritmik.

Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik menurut Fitts (1964) : Fitts dan Dosner (1967) dalam Lutan (1988: 100) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : a) Tahap kognitif, b) Tahap fiksasi, dan c) Tahap otomatis. Menurut Lutan (1988: 101) dalam menyempurnakan suatu

keterampilan motorik dapat berlangsung dalam tiga tahapan yaitu terdiri dari :

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan motorik. Dalam tahap ini peserta didik harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang akan dilakukan. Peserta didik harus memeperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual mengenai tugas gerakan atau model teknik yang kan dipelajari agar dapat membuat rencana pelaksanaan yang tepat.

2. Tahap Fiksasi

Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik melalui tahap praktek secara teratur agar perubahan perilaku gerak menjadi permanen. Selama latihan peserta didik membutuhkan semangat


(40)

dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah. Lebih penting lagi peserta didik dapat mengkoreksi kesalahan. Pola gerakan sudah sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga penguasaan terhadap gerakan akan semakin meningkat.

3. Tahap Otomatis

Setelah peserta didik melakukan latihan dalam jangka waktu yang relatif lama, maka akan memasuki tahap otomatis. Secara fisiologis hal ini dapat diartikan bahwa pada diri anak telah terjadi suatu kondisi reflek bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol terhadap gerakan semakin tepat dan penampilan semakin konsisten dan cermat.

F. Taksonomi Gerak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) taksonomi artinya klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yg meliputi pengklasifikasian objek.Konsep-konsep tertentu yang berhubungan dengan gerakan yang harus dimengerti oleh para guru dan siswa. Menurut Bucher (1983:92) dalam materi kuliah

perkembangan motorik oleh Dwi Priyono (2005: 10) bahwa konsep-konsep gerakan sebenarnya merupakan aspek-aspek dari empat komponen gerak yang terdiri dari :


(41)

Gambar 1. Skema Taksonomi Gerak. Sumber : Dwi Priyono (2005)

1. Kesadaran Ruang. Kesadaran ruang mengandung tipe ruang (space). Maksudnya, tubuh bergerak sesuai dengan arah (di-rection), tingkatan (level), alur (path-way) yang dilalui tubuh saat bergerak.

a. Ruang (Space)Semua gerakan terjadi pada suatu ruang. Ada dua jenis ruang yaitu Perseorangan (personal) dan umum (general). Ruang perseorangan (personal space) ialah ruang terbesar yang dapat digunakan oleh seseorang pada posisi tetap, seperti ruang yang dapat dicapai oleh seseorang dengan meregang, membengkok dan melipat. Ruang umum (general space) ialah daerah tempat seseorang atau beberapa orang dapat bergerak, seperti dalam gedung, kolam renang atau ruang terbuka. Besarnya ruang yang dapat digunakan dan jumlah orang dalam ruang tertentu memengaruhi kemungkinan bergerak.Anak


(42)

yang telah memiliki bekal kesadaran ruang akan mampu

mempertahankan penguasaan bola dengan selalu menjaga posisi bola tidak dalam jarak jangkauan lawan.

b. Arah (Direction)

Arah yang dimaksud ialah gerak maju, mundur, ke samping, ke atas, ke bawah, menyilang atau kombinasinya dan dapat mengenali mata angin. Kemampuan untuk bergerak dalam arah yang beraneka ragam

merupakan hal yang vital agar berhasil diberbagai bidang, baik

olahraga, menari dan senam. Tujuan dalam konsep arah ini ialah untuk membuat anak mengerti semua arah gerak yang ada. Di masa

mendatang anak yang telah memiliki bekal penguasaan tentang arah akan mampu dengan mudah mengenali posisinya baik untuk kepen-tingan gerak umum maupun gerak ke-olahragaan, cepat merespon tentang instruksi arah maupun petunjuk-petunjuk arah yang seharusnya dilaksanakan dalam tugas geraknya.

c. Tingkatan (level)

Tubuh bergerak pada berbagai landasan horizontal seperti tinggi, se-dang, dan rendah. Penguasaan tentang konsep tingkatan ini mencakup perubahan posisi benda tertentu. Di masa mendatang anak yang telah memiliki bekal penguasaan tentang tingkatan ini akan mampu

mengenali posisi dirinya maupun benda lain dalam kaitannya dengan gerak umum maupun keolahragaan, seperti kemampuan seseorang memprediksikan ketinggian aman dirinya dari benturan pintu, dalam


(43)

keolahragaan kemampuan untuk melemparkan objek aman dari jangkauan lawan yang akan merebutnya.

d. Alur (Pathway)

Alur disini merupakan suatu garis gerak dari satu tempat ke tempat lain pada suatu ruang yang tersedia. Hal itu mungkin berupa gerakan seluruh tubuh pada ruang umum. Sebagai contoh, suatu ayunan

pemukul secara horizontal dengan lengan. Dalam mengajarkan konsep alur memiliki tujuan ; 1) menciptakan kesadaran siswa dengan berbagai alternatif bagaimana mereka dapat bergerak, baik alur yang dibuat secara langsung mau-pun tidak langsung; 2) mengembangkan

kemampuan tubuh untuk bergerak melalui ber-bagai alur; 3) membuat siswa mampu mengidentifikasi dan bergerak pada alur khusus.

2. Kesadaran Tubuh

Kesadaran tubuh ini utamanya berhubungan dengan identifikasi bagian-bagian tubuh dan kemampuan anak untuk menggabungkannya dengan gerak dasar. Herman Subardjah (2000: 18) gerak dasar ini dibagi menjadi tiga kategori:gerakan lokomotor dalam bermain bulutangkis misalnya gerakan menggeser, melangkah, berlari, memutar badan, menjangkau, merubah arah gerakan dan melompat. Gerakan non-lokomotor misalnya terlihat dari sikap berdiri saat servis atau menerima servis, gerak

melenting, dan merubah berbagai posisi badan. Sedangkan gerak


(44)

3. Kualitas Gerak

Bagaimana tubuh bergerak dipengaruhi oleh kualitas-kualitas tertentu dari gerakan termasuk waktu, kekuatan, aliran, dan ruang. Faktor tambahan seperti ukuran tubuh dan hubungan tubuh terhadap orang lain atau objek juga mempengaruhi gerakan tubuh.

a. Waktu (Time)

Waktu berhubungan dengan kecepatan pada saat gerakan dilakukan. Hal ini mungkin bervariasi dari kecepatan yang sangat cepat hingga sangat pelan. Pada beberapa cabang olahraga kemampuan untuk mengubah kecepatan merupakan hal yang diperlukan, dan juga gerakan eksplosif secara tiba-tiba juga diperlukan pada beberapa kegiatan cabang olahraga, seperti bulutangkis dimana pertimbangan power/daya ledak sangat diperlukan untuk melakukan smash.

b. Kekuatan (Force)

Kekuatan adalah potensi atau kemampuan yang dimiliki tubuh untuk melawan beban atau tahanan. Sebagai contoh, karena perbedaan alat, akan diperlukan kekuatan yang lebih kecil untuk memukul bola dengan pemukul yang lebih panjang dari pada pemukul yang lebih pendek, tuas yang lebih panjang akan mengakibatkan keuntungan mekanik. Kekuatan itu harus digunakan untuk menggerakkan tubuh atau bagiannya dalam suatu ruang, untuk melawan tarikan gravitasi, atau menjaga suatu postur atau posisi tubuh yang baik. Satu faktor penting dalam mempertimbangkan kekuatan, yaitu bahwa kekuatan tersebut harus dikontrol.


(45)

c. Aliran (Flow)

Aliran (Flow) itu merupakan kelanjutan atau koordinasi gerakan. Suatu gerakan yang halus, dan mengalir membutuhkan kontrol kekuatan internal maupun eksternal, sehingga akan ada transisi yang sesuai dari berbagai gerakan tersebut.

d. Ukuran Tubuh (Body Shape)

Ukuran tubuh mengarah pada posisi tubuh dalam ruang. Perubahan ukuran dalam gerak, kadang tubuh diregangkan (memanjang atau melebar) atau dibengkokkan (melipat atau mengerut dan melingkar). Dalam membentuk tubuh untuk bergerak pada daerah yang terbatas, dapat terjadi beragam kegiatan diperlukan tubuh untu mencapai ukuran tertentu.

e. Hubungan (Relationship)

Hampir di semua cabang olahraga, atau kegiatan yang menggunakan alat, anak tidak bergerak sendiri dalam ruangan. Mereka bergerak bersama seseorang, melawan seseorang, mengatasi rintangan atau menggunakan alat dari berbagai jenis.

1) Hubungan dengan benda (obyek)

Ada dua bentuk dasar hubungan dengan obyek, yaltu mempulasi dan nonmanipulasi. Hubungan manipulasi, anak dipusatkan dengan usaha mengontrol gerakan dari obyek, seperti melempar bola pada sasaran tertentu. Hubungan nonmanipulasi bertujuan untuk menyesuaikan gerakannya terhadap obyek yang tetap, seperti me-lakukan rangkaian gerakan di atas matras.


(46)

2) Hubungan dengan Manusia

Katagori gerakan ini mencakup gerakan-gerakan apa saja yang mungkin dan sering dilakukan dengan orang lain. Contoh saat melawan orang lain seseorang mungkin menirukan pola gerakan orang lain atau berusaha mengantisipasi gerakan orang lain yang sudah terbaca saat bertanding.

G. Strategi Pembelajaran

Menurut Gabbard, LeBlanc dan Lovy (1994) dalam Muhajir (2007:15)

menyatakan bahwa strategi pembelajaran merujuk pada suatu proses mengatur lingkungan belajar. Setiap strategi merupakan gabungan beberapa variabel. Variabel yang penting dalam strategi pembelajaran adalah metode

penyampaian bahan ajar, pola organisasi yang digunakan guru materi, dan bentuk komunikasi yang dipergunakan.Secara rinci strategi pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas dapat diuraikan satu-persatu sebagai berikut. 1. Metode Pembelajaran (Teaching Method)

Menurut Muhajir (2007:15) bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pengajaran aktivitas jasmani sebanyak tujuh katagori. Ketujuh kategori metode tersebut dirinci sebagai berikut.

a) Pendekatan pengetahuan-keterampilan yang memiliki dua metode, yaitu metode ceramah (lecture) dan latihan (drill).

b)Pendekatan sosialisasi (socialization approach) yang berdasarkan pandangan bahwa proses pendidikan harus diarahkan untuk selain meningkatkan keterampilan pribadi dan berkarya, juga keterampilan


(47)

berinteraksi sosial dan hubungan manusiawi. Pendekatan ini memiliki kelompok metode the social family, the information processing family, the personal family, the havioral system family, dan the professional skills.

c) Pendekatan personalisasi yang berlandaskan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk

mengembangkan kualitas pribadi, metodenya adalah movement education (problem solving techniques).

d)Pendekatan belajar (learning approach) yang berupaya untuk mempengaruhi kompetensi dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), computer assisted instruction (CAI), dan metode kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).

e) Pendekatan motor learning yang mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Metode yang dikembangkan berdasarkan pendekatan ini adalah part-whole methods, dan modelling (demonstration).

f) Spektrum gaya mengajar yang dikembangkan oleh Muska Mosston. Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru-siswa dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Metode yang ada dalam spectrum berjumlah sebelas, yaitu: (1) komando/command, (2) latihan/practice, (3)

resiprokal/reciprocal, (4) uji mandiri/self check, (5) inklusi/inclusion, (6) penemuan terbimbing/guded discovery, (7) penemuan tunggal/convergen


(48)

discovery, (8) penemuan beragam/divergent production, (9) program individu/individual program, (10) inisiasi siswa/learner initiated, dan (11) pengajaran mandiri/self teaching.

g)Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw permainan (tactical games approaches). Pendekatan yang dikembangkan oleh Universitas

Lougborough untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenal situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.

2. Pola Organisasi (Organizational Pattern)

Menurut Gabbard, LeBlanc dan Lovy dalam Muhajir (2007:15) bahwa pola organisasi digunakan untuk mengelompokkan siswa aktivitas jasmani agar metode yang diinginkan dapat dipergunakan. Pola dasar organisasi adalah kelas (classical), kelompok (group) dua atau lebih, dan individu

(individual). Pengajaran kelas menempatkan siswa dalam kelompok atau perorangan membagi kelas menjadi beberapa unit (kelompok atau individu) sehingga beberapa kegiatan dapat dikerjakan pada satu satuan waktu

tertentu. Selain itu, ada beberapa bentuk formasi yang dapat digunakan, yaitu: berjajar, melingkar, setengah lingkaran, dan bergerombol.

3. Bentuk Komunikasi (Communication Mede)

Menurut Gabbard, LeBlanc dan Lovy dalam Muhajir (2007:15) bahwa bentuk komunikasi adalah bentuk interaksi yang dipilih guru untuk menyampaikan pesan. Pada umumnya, bentuk komunikasi adalah verbal


(49)

(lisan), written (tertulis seperti kertas tugas, kartu tugas), visual (poster), auditory (hasil rekaman atau pita kaset), dan gabungannya.

H. Pembelajaran Kelompok

Metode pembelajaran kelompok merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Tom V. Savage (1987:217) mengemukakan bahwa cooperative

learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam

kelompok.

Metode pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan yang berbeda-beda. Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya dapat meneruskan kegiatan kelompok lain secara bergantian dan berurutan.

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2006: 63-64) pendekatan kelompok diperlukan untuk membina dan mengembangkan sikap social anak didik, sehingga terbina kesetiakawanan social dalam kelas. Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok sehingga baik yang memiliki kelebihan akan membantu temannya yang memiliki kekurangan. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan yakni anak didik yang aktif, kreatif dan mandiri.

Sedangkan menurut Ibrahim (2000) metode kelompok adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh


(50)

antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang menimbulkan permusuhan.

Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson (1984) dalam Kunandar (2007: 20) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kelompok, yakni :

1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian social 2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati

3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku social dan pandangan

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai social dan komitmen

5. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

6. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri/ egois dan egosentris 7. Menghilangkan siswa penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan 8. Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan

terintegrasi

9. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 10. Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan

11. Mencegah terjadinya kenakalan dimasa remaja 12. Menimbulkan perilaku rasional di masa remaja

13. Berbagai keterampilan social yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan


(51)

15. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

16. Meningkatkan perasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup 17. Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri

18. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

19. Meningkatkan motivasi belajar

20. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas social, agama dan orientasi tugas

21. Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan menjaga perasaan 22. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar 23. Meningkatkan keterampilan bergotong royong

24. Meningkatkan kehetana psikologis 25. Meningkatkan sikap tenggang rasa

26. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

27. Memungkinkan siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotip menjadi pandangan yang dinamis dan realistis

28. Meningkatkan rasa harga diri dan penerimaan diri

29. Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa yang mampu menjalin hubungan positif dengan sesame, baik ditempat kerja maupun masyarakat

30. Meningkatkan hubungan yang positif antara siswa dengan guru dan personel sekolah


(52)

31. Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya sebagai penunjang keberhasilan akademik, tetapi perkembangan kepribadian yang sehat dan berintergritas

32. Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.

Jadi berdasarkan kedua pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode kelompok adalah cara belajar dengan mengembangkan interaksi antar siswa, siswa dibuat menjadi beberapa kelompok-kelompok guna belajar bersama dalam tujuan membantu pencapaian tujuan belajar.

I. Pembelajaran Perorangan

Strategi pembelajaran perorangan (individual) dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar secara mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain.

Pembelajaran perorangan (individu) berorientasi pada individu dan

pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno, 2008 : 16)


(53)

J. Senam

1. Sejarah senam

Senam pertama kali diperkenalkan pada zaman Yunani kuno. Senam berasal dari kata Gymnastics, Gymnas berarti telanjang, sebab pada waktu itu orang-orang berlatih tanpa memakai pakaian. Sedangkan Gymnasium adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk mengadakan latihan senam. Pada zaman itu Gymnastik dilakukan dalam rangka upacara-upacara kepercayaan yaitu guna menyembah dewa Zeus.

Pada awal permulaaan abad ke-20, senam telah menjadi rencana pendidikan di sekolah-sekolah Amerika. Hal ini berkat usaha dari Dr.J.F.Williams, Dr.Dubly sorgen dan Thomas D.Wood.Frederik Jahn adalah bapak Gymnastik, dia memkombinasikan latihan gimnastik dengan pertunjukan patriotik. Dia juga menemukan beberapa perelatan senam, diantaranya adalah palang horizontal, palang sejajar, kuda-kuda melintang, dan bak lompat. Senam di Negara Indonesia sdikenal sejak zaman

penjajahan Belanda. Pada waktu itu namanya “Gymnastiek”, zaman jepang dinamakan “Taiso”. Pemakaian istilah “senam” kemungkinkan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport.

2. Pengertian Senam

Menurut Roji (2006: 110) senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis.


(54)

Agus Mahendra (2001: 10) mengatakan bahwa senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapatkan penekanan di dalam program Pendidikan Jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang

dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga besar sumbangannya pada

perkembangan gerak fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengontrol sikap dan gerak secara efektif dan efisien.

Menurut Peter H. Werner (1994: 5) dalam Agus Mahendra (2001: 13) mengatakan bahwa senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang di rancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Jadi fokusnya adalah tubuh bukan alatnya, bukan pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan tujuan utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.

Dalam Muhajir (2007: 202) dijelaskan bahwa senam merupakan kegiatan yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik seperti daya tahan otot, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangan. Senam juga dapat menyumbangkan pengayaan

perbendaharaan gerak pelakunya. Dengan dasar-dasar senam akan sangat baik untuk mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran


(55)

tubuh secara umum sehingga siswa mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, dan menguasai keterampilan-keterampilan senam.

Dalam Muhajir (2007: 202) dijelaskan secara umum menurut FIG (Federation International de Gymnastique) senam dibedakan menjadi 6 macam yaitu senam artistik (arsistic gymnastics), senam ritmik sportif (sportive rythmic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik sport (sport gymnastics), senam trompolin (trompolinning gymnastics), dan senam umum (general gymnastics).

Senam itu sendiri merupakan kegiatan yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik seperti daya tahan otot, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangan. Senam juga dapat menyumbangkan pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dengan dasar-dasar senam akan sangat baik untuk mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum sehingga siswa mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, dan menguasai keterampilan-keterampilan senam.

Dalam kurikulum Penjas (2013) bahwa pada pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah, aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang

berhubungan dengan ketangkasan seperti: senam ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, senam lantai, dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamanya.Aktivitas senam ini diterapkan pada


(56)

kegiatan pembelajaran senam yang sasaran utamanya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan. Dalam senam kependidikan, senam seharusnya diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai macam kegiatan fisik yang didalamnya anak mampu medemonstrasikan, dengan melawan gaya atau kekuatan alam, kemampuan untuk menguasai tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang berbeda-beda. Dengan begitu, kegiatan senam pendidikan tidak hanya berisi keterampilan akrobatik semata, melainkan menjangkau kegiatan-kegiatan latihan yang mengguankan permainan, lomba, serta pengembangan fisik khusus untuk memperbaiki postur tubuh.

K. Senam Lantai

Senam lantai (flour exercise) adalah satu bagian dari rumpun senam, sesuai dengan denga istilah lantai, maka gerakan-gerakan senam yang dilakukan di atas yang beralasan matras atau permadani atau sering juga disebut dengan istilah latihan bebas,sebab pada waktu melakukan gerakan atau latihannya.

Lantai pertandingan berukuran 12 m2 dalam ruang yang berukurang 14 m2 dilapisi karpet kenyal setebal 0,045 m. Pria tampil dalam waktu 70 detik dan wanita dengan diiringi musik 90 detik. Keduanya bertujuan untuk memberikan kesan kepada para wasit dengan rangkaian urutan dari berbagai lompatan, putaran, keseimbnagan dicampur dengan unsur-unsur lonjakan dan akrobatik. Gerakan-gerakan yang menekankan tenaga harus dilakukan secara lambat dan sikap statis sekurang-kurangnya 2 detik. Gerakan-gerakan salto harus


(57)

Macam-macam bentuk gerakan senam lantai antara lain:

1. Sikap lilinadalah sikap yang dibuat dari sikap tidur telentang, kemudian mengangkat kedua kaki (rapat) lurus ke atas dengan kedua tangan menopang pinggang.

2. Kayang dimulai dari bentuk sikap badan telentang yang kemudian

membuat gerakan membusur, bertumpu pada kedua tangan dan kedua kaki dengan sikusiku dan lutut lurus.

3. Splitzdimulai dari bentuk sikap duduk di lantai dengan satu kaki lurus ke depan dan kaki yang lain lurus ke belakang atau kedua kaki lurus ke samping.

4. Roll ke depan (forward roll)adalah berguling ke depan di atas bagian tengkuk atau bagian belakang badan, punggung, pinggang dan panggul bagian belakang.

5. Roll ke belakang (backroll) ialah sikap jongkok, kedua tangan di sisi telinga, menjatuhkan badan ke belakang (gerakan tidak menolak), mendorong dengan kedua tangan saat kaki melewati kepala. Pada saat menjatuhkan badan ke belakang kepala tidak mendahului, tetapi dagu tetap dekat dada.

6. Berdiri di atas kepala (headstand/kopstand) ialah sikap jongkok, kepala (dahi) dan tangan menumpu di atas matras, kemudian kaki diluruskan ke atas atau dengan kata lain, membuat segitiga sama sisi antara kedua tangan dan kepala, kemudian kaki diangkat lurus ke atas.


(58)

7. Lenting badan (neckkeep)ialah gerakan melentingkan badan ke depan yang lemparan kedua kaki dan tolakan tangan dari sikap setengah guling ke depan dengan kedua kaki rapat dan lutut lurus.

8. Berdiri di atas tangan (handstand)adalah gerakan yang dilakukan dengan sikap berdiri tegak, kemudian bertumpu pada kedua tangan, kaki lurus rapat ke atas, kepala ke bawah dan pandangan ke depan.

9. Handspringadalah suatu gerakan dengan bertumpu pada kedua tangan di lantai disertai tolakan/lemparan satu kaki dari belakang ke arah depan atas dan mendarat atas dua kaki,sehingga berdiri tegak.

10. Back Handspringadalah suatu gerakan yang diawali dari sikap berdiri, kemudian melakukan tolakan kedua kaki dan melempar kedua tangan ke belakang, sehingga mendarat di lantai/matras dan bertumpu pada kedua tangan, diikuti sikap badan membusur dan menolak kedua tangan agar berdiri tegak kembali.

11. Meroda (Carwheel/Redslag)adalah suatu gerakan ke samping dengan bertumpu pada kedua tangan disertai kaki terbuka/kangkang.

12. Round-offadalah suatu gerakan yang terdiri dari (a) melakukan handstand dengan berputar pada sumbu tegak, (b) menolak dengan kedua tangan tumpuan pada saat kedua kaki akan mendarat di lantai/matras.

13. Stut (Back Extention)adalah gerakan dari sikap duduk telunjur di matras dengan kedua kaki rapat atau dari sikap telentang mengangkat sekaligus kedua kaki ke belakang. Pada saat yang sama kedua tangan yang bertumpu di matras disisi telinga menolak badan ke atas, sikap akhir adalah berdiri di atas tangan (handstand).


(59)

14. Loncat harimau (tigersprong)dapat diberikan bila anak sudah menguasai guling depan (roll ke depan). Loncat harimau adalah loncatan membusur dengan sikap lengan lurus pada saat melayang dan diteruskan dengan guling depan.

15. Salto adalah suatu gerakan/bentuk latihan yang bila dilihat kejadiannya adalah “guling di udara”. Salto dapat dilakukan ke depan mapun ke

belakang (contra Salto). Gerakan salto ke depan: dengan awalan, meloncat dengan tolakan kedua kaki, melakukan guling depan di udara dan

mendarat dalam posisi berdiri dengan gerakan mengeper.

16. Rangkaian senam. Senam lantai yang dirangkaikan sudah mengarah ke senam lantai yang diperlombakan. Dengan waktu yang sudah ditentukan lamanya harus dikerjakan sejumlah gerakan dengan irama gerakan yang harmonis dan indah.

L. Bentuk Latihan Senam Lantai

Senam dasar merupakan berbagai bentuk danragam gerakan senam yang dilakukan seseorang terutama untuk latihanpembentukan tubuh dan sering juga dilakukansebagailatihanpendahuluansebelummelakukansenamdasar. Menurut Agus Mahendra (2001: 10) ada tiga macam latihan yang harus diperhatikan dalam latihan senam dasaryaitu.:

1. Latihan kelentukan

Latihan kelentukan adalah bentuk-bentuk latihan badan atau tubuh yang bertujuan agar badan atau tubuh yang kaku mudah untuk digerakan kesegala arah sesuai dengan yang diinginkan. Atau dengan kata lain agar


(60)

badan menjadi lentur,mudah digerakkan. Latihan keletukan biasanya meliputi, latihan peregangan atau penguluran dan pelemasan otot, pelemasan persendian, dan pelepasan (setelah melakukan gerakan otot-ototdan persendian dilepaskan).

2. Latihan kekuatan dan kecepatan

Latihan kekuatan bertujuan untuk melatih kekuatanotot,persendian,dan persyarafan. Sedangkan latihan kecepatan untuk melatih meningkatkan gerakan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhannya. Latihan kekuatan dan kecepatan dapat dilakukan antaralain dengan:push-up,sit- ups,back lift, squat jumps, squat thrust, mendorong, menarik, mengangkat, jalan, lari, dan melompat.

3. Latihan keseimbangan

Latihan keseimbangan bertujuan untuk melatih badan agar keadaannya seimbang. Latihan keseimbangan dapat dilakukan antara lain dengan memperkecil bidang tumpuan. Misalkan berdiri dengan satu kaki untuk memperkecil bidang tumpuan, maka tumit diangkat tinggi, berjalan di atas balok titian dsb.

M.Stut (back extention)

Menurut Agus Mahendra (2001: 269) back extention atau sering juga disebut stut, sebenarnya merupakan variasi dari guling belakang. Gerakan ini adalah gerakan guling belakang yang diakhiri dengan sikap handstand sesaat, sebelum kemudian turun kembali ke sikap berdiri tegak. Dalam pembelajaran stut, dapat diberikan bantuan pada fase pencapaian posisi handstand dengan menangkap


(61)

lutut siswa dengan kedua tangan dan mengangkatnya ke atas. Posisi awal pemberi bantuan berdiri di samping belakang pesenam, sehingga ketika siswa berguling kebelakang, posisi pemberi bantuan persis di samping siswa.

Stut adalah gerakan dari sikap duduk telunjur di matras dengan kedua kaki rapat dan tangan sejajar dengan telinga, mengangkat sekaligus kedua kaki ke belakang. Pada saat yang sama kedua tangan yang bertumpu di matras disisi telinga menolak badan ke atas, sikap akhir berdiri di atas tangan (handstand).

Gambar 2. Rangkaian gerakan Stut (back extention) dari tahapan awal, pelaksanaan dan akhir.

Adapun tahapan gerak dasar stut adalah sebagai berikut :

1) Sikap awal berdiri, kedua lengan di samping badan. Kemudian, bungkukkan badan ke depan, kedua tangan lurus siap untuk menumpu di matras di samping belakang panggul, tangan berada di samping telinga, dan kedua telapak tangan menghadap ke atas.

2) Angkatlah kedua tumit, bersama dengan itu pinggul diturunkan dan langsung berguling belakang. Kedua tangan menyentuh matras. 3) Dilanjutkan dengan menarik lutut ke arah atas kepala.


(62)

4) Setelah pundak mendarat dan kaki di atas kepala, doronglah kaki ke atas sampai lurus dengan bantuan tolakan kedua tangan menuju sikap handstand.

5) Turunkan kaki ke belakang dan mendarat dalam sikap berdiri

N. Hipotesis

Menurut Arikunto (1998 : 67), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Selanjutnya Husaini Usman (2008:38) juga menyebutkan bahwa hipotesis ialah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan.

Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan keterampilan stut melalui metode pembelajaran kelompok.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan keterampilan stut melalui metode pembelajaran kelompok.

H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan keterampilan stut melalui metode pembelajaran perorangan.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan keterampilan stut melalui metode pembelajaran perorangan.

H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan keterampilan stut kelompok kontrol. H3 : Ada pengaruh yang signifikan keterampilan stut kelompok kontrol. H04: Metode pembelajaran kelompok lebih baik pengaruhnya daripada metode


(63)

H4 : Metode pembelajaran perorangan lebih baik pengaruhnya dari pada metode pembelajaran kelompok terhadap peningkatan keterampilan stut. H05: Metode pembelajaran kelompok lebih baik pengaruhnya dari pada

kelompok kontrol terhadap peningkatan keterampilan stut.

H5 : Metode kelompok kontrol lebih baik pengaruhnya dari pada metode pembelajaran kelompok terhadap peningkatan keterampilan stut. H06: Metode pembelajaran perorangan lebih baik pengaruhnya dari pada

metode kelompok kontrol terhadap peningkatan keterampilan stut. H6 : Metode kelompok kontrol lebih baik pengaruhnya daripada metode


(64)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan suatu program latihan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment, dalam hal ini yaitu pengaruh belajar kelompok dan perorangan terhadap hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (1998:9) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.

Mengenai metode eksperimen ini Sugiyono (2009:72), menjelaskan “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.


(65)

B. Desain Penelitian

1. Tentukan subjek yang akan diteliti, kemudian diadakan pre test. Setelah dilakukan pre test maka bagi subjek menjadi tiga kelompok yaitu kelompok eksperimen A yang diberi treatment (perlakuan) dengan metode pembelajaran kelompok, kelompok eksperimen B yang diberikan treatment (perlakuan) dengan metode pembelajaran perorangan, dan kelompok C sebagai kelompok kontrol. Untuk menyamakan tingkatan dalam masing-masing kelompok maka digunakan cara ordinal pairing.

Gambar 3. Skema Pembagian Ordinal Pairing

2. Berikan perlakuan yang berbeda selama masa penelitian pada kedua kelompok eksperimen dan tidak ada perlakuan pada kelompok kontrol. 3. Berikan posttest pada ketiga kelompok itu untuk mengukur variabel

terikat.

4. Hitung perbedaan antara hasil pre test dan post test untuk masing-masing kelompok


(66)

5. Bandingkan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk mengetahui apakah penerapan perlakuan berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok eksperimental.

Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design (desain tes awal-tes akhir) seperti dalam tabel berikut: Tabel 1. Desain penelitian

Subjek Tes Awal Treatment Tes Akhir

Kelompok Eksperimen A TA A1 X1 TA A2

Kelompok Eksperimen B TA B1 X2 TA B2

KelompokKontrol TA C1 - TA C2

Keterangan :

TA A1 : Tes awal belajar kelompok TA A2 : Tes akhir belajar kelompok TA B1 : Tes awal belajar perorangan TA B2 : Tes akhir belajar perorangan TA C1 : Tes awal kelompok kontrol TA C2 : Tes akhir kelompok kontrol

X1 : Tindakan dengan belajar kelompok X2 : Tindakan dengan belajar perorangan - : Tanpa tindakan


(67)

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1991:118).

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu metode pembelajaran kelompok (X1) dan metode pembelajaran perorangan (X2).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu keterampilan stut pada senam lantai (Y).

D. Populasi

Menurut Arikunto (1998: 108) Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 60 siswa, yang terdiri dari 2 kelas dengan rincian pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Data Populasi Penelitian.

No Kelas Jumlah Total

Putra Putri

1 VII-A 18 12 30

2 VII-B 16 14 30

E. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 1998: 136). Instrumen yang digunakan


(68)

dalam penelitian penilaian kualitas gerakan yang terdiri dari : (1) Tahap Persiapan (2) Tahap pelaksanaan (3) Akhir gerak dengan rentang nilai 1 – 5. Tabel 3. Format Penilaian Keterampilan Gerak Dasar Stut.

No Indikator Deskriptor Bobot Nilai

1 2 3 4 5 1 Persiapan 1. Posisi badan berdiri

membelakangi matras 2. Posisi jongkok kaki sedikit

rapat

3. Kedua tangan di samping

telinga

4. Dagu rapat ke dada 2 Gerakan

5. Saat melakukan guling belakang, tubuh didorong kebelakang dengan tengkuk

6. Dorongan kedua kaki lurus

ke atas

7. Tangan mendorong tubuh ke atas lurus (seperti sikap

handstand), kaki, tangan dan kepala membuat satu garis lurus dan dapat dipertahankan (5 detik)

3 Gerak Lanjutan

8. Satu kaki diturunkan di

susul kaki satunya 9. Posisi akhir kembali berdiri

tegak menghadap matras 10. Menjaga keseimbangan

Jumlah Bobot Nilai Akhir

(Diadaptasi dari Agus Mahendra, 2001) Rumus : ∑B x 2 = Y

Ket erangan :

∑B : Jumlah Bobot


(69)

Dengan klasifikasi nilai : 81 – 100 : Baik sekali 61 – 80 : Baik 41 – 60 : Cukup 21 – 40 : Kurang 0 – 20 : Kurang sekali

F. Teknik Analisis Data

Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka instrumen yang digunakan perlu diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (1998 : 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidtan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

konstruk (Construct Validity). Menurut Djaali dan Pudji (2008) dalam Sugiyono (2008) bahwa validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Pengujian validitas

konstrukdapat dilakukan dengan analisis statistika seperti analisis faktor atau dengan pendekatan multi triad multi method. Uji validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.


(1)

a. Pengamatan X1,X2,...,Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,...,Zn dengan menggunakan rumus

SD Zi  xi X

Keterangan :

SD : Simpangan baku Z : Skor baku

x : Row skor X : Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian di hitung peluang F(Zi)P(ZZi) c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi)maka

n

Z yang Z

Z Z banyaknya Z

S n i

i

  .. , ,..., ...

)

( 1 2

d. Hitung selisih F(Zi)S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. bila harga L0 lebih kecil (<) dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal sedangkan bila L0 lebih besar (>) dari L tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.


(2)

3. Uji Hipotesis

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Untuk menguji perbedaan mean terhadap dua kelompok, yang satu

memperoleh perlakuan, yang lain tidak. Dengan menggunakan t-test (uji-t), kita memeriksa efektivitas perlakuan.

Untuk menghitung hasil tes awal dan akhir. Dengan rumus :

  n Sd B hitung t

Untuk menghitung perbandingan tes akhir uji-t. Dengan rumus t-test:

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 n 1 n 1 . 2 n n .S 1 -n .S 1 -n X -X T     


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh belajar kelompok terhadap keterampilan stut siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

2. Ada pengaruh belajar perorangan terhadap keterampilan stut siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

3. Ada perbedaan yang signifikan hasil tes akhir antara belajar kelompok dan belajar perorangan. Belajar perorangan memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan belajar kelompok dalam meningkatkan keterampilan stut siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(4)

B. Saran

Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi : 1. Guru dapat menggunakan belajar perorangan dalam upaya

meningkatkan keterampilan stut siswa.

2. Bagi siswa agar dapat meningkatkan keterampilan stutnya.

3. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unila dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa

penyempurnaan misalnya: a) jumlah sampel penelitian yang lebih besar; b) waktu penelitian yang lebih lama; c) menambah variabel bebas sebagai pembanding.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Arma dan Manadji. Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto. Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Revisi ke-V. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik. Oemar. 2008. Proses belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan: Edisi Kedua. Bandung.

Husdarta dan Saputra. Yudha M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung :

Ibrahim. Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya. Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Lutan. Rusli dan Kholik. T.1997. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud. Jakarta.

Lutan. Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Mahendra. Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas. Jakarta.

Muhajir. 2007. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Olahraga dan Kesehatan. PT Erlangga. Bandung.


(6)

Nasution. 1997. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara.Jakarta:

Priyono. Dwi. 2005. Modul Pengajaran: Belajar Motorik. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. PT Erlangga. Jakarta Sajoto. Mochamad. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud

Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Savage V. Tom & Amstrong DG. 1987. Effective Teaching in Sosial Studies. Third Edition. Prentice Hall. New Jersey.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak. KONI Pusat. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Alfabeta. Bandung.

Sujana. Nana. 1991. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Supandi. 1990. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Tenaga Kependidikan. Bandung.

Susilana. Rudi. 2006. Kurikulum & Pembelajaran. Jurusan Kutekpen FIP UPI. Bandung.

Tamura dan Amung.2003. Pendidikan Jasmani di Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Bandung.

Tarigan. Herman. 2009. Pengetehuan Umum Olahraga. Universitas Lampung. Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI). Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Uno. Hamzah. B. 2008. Model-Model Pembelajaran. BumiAksara. Jakarta. Usman. Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemamapuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa Kelas VII SMP YMJ Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014

0 3 123

Membangun Aplikasi E-Learning Berbasis Web untuk Menunjang Kegiatan Belajar dan Mengajar di SMK Negeri Pandang Cermin Pesawaran

0 2 1

Potensi Penyerapan Karbon pada Sistem Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

8 75 82

Analisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

3 45 57

JUDUL INDONESIA: Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014

0 9 77

Pengaruh Belajar Perorangan dan Kelompok Terhadap Peningkatan Keterampilan Stut Cabang Olahraga Senam pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014

0 5 78

Pengaruh Model Pembelajaran Joyfull Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Terpadu Kelas IX Di SMP Negeri 1 Punduh Pedada Kab. Pesawaran Tahun Ajaran 2013 – 2014.

4 46 97

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

View of Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dalam Setting Cooperative terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII Smstr Genap SMP N 1 Padang Cermin

0 0 12

Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme pada Siswa Kelas IV SD Negeri 09 IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman

0 0 8