STRATEGI KOMUNIKASI YAYASAN CIKAL DENGAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN EKOWISATA DI TELUK KILUAN

(1)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh

JODY ARFIANTO 0916031013

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

COMMUNICATION STRATEGY BETWEEN CIKAL FOUNDATION AND SOCIETY IN ECOTURISM CONSERVING AT TELUK KILUAN

By Jody Arfianto

Teluk Kiluan is one of the bays in Lampung Province which retained much nature potency. Not only place for dolphin’s existence where created for the best tourism but also has another uniqueness that is a variety of ethnics in society who lives in there. But, all of the potency needed special attention in keeping and conserve the nature in order to use for society prosperity. There was a foundation in ecotourism sector which help society in Teluk Kiluan that is Cikal Ecotourism Foundation. Therefore, need a communication strategy Cikal foundation in conserving at Teluk Kiluan to achieve the goal.

Based on the background above, formulation of the problem is how the communication strategy which is applied by Cikal foundation towards environs society in ecotourism conserving at Teluk Kiluan. This research was qualitative used descriptive research. Observation, interview and documentation were applied to collect the data.

Based on the research result and discussion, it shows that communication strategy which applied by Cikal foundation in ecotourism conserving in Teluk Kiluan through two approaches, organization communication approach and interpersonal communication approach. Cikal foundation used organization communication approach because it’s the effective way to inform about conserving through spreading opinion information to society. Communication process happened constructed a communication network pattern which related each other and to be related between individual in conserving ecotourism information spreading in Teluk Kiluan construct the parallelogram pattern. The finding of new communication pattern forming is parallelogram pattern. Interpersonal communication approach used to influence society to do program list.

Keywords: communication strategy, conserving, ecotourism, Teluk Kiluan, communication network, the parallelogram pattern of communication network models


(3)

STRATEGI KOMUNIKASI YAYASAN CIKAL DENGAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN EKOWISATA DI TELUK KILUAN

Oleh Jody Arfianto

Teluk Kiluan merupakan sebuah teluk yang terletak di Provinsi Lampung yang memiliki potensi alam. Selain keberadaan lumba-lumba yang dijadikan objek wisata unggulan, keunikan lain yaitu keberagaman etnik di masyarakat yang tinggal di Teluk Kiluan. Namun, semua potensi yang ada membutuhkan perhatian khusus dalam menjaga dan melestarikan alam agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Terdapat suatu yayasan yang bergerak di bidang ekowisata yang membantu masyarakat di Teluk Kiluan dalam pelestarian alamnya yaitu Yayasan Ekowisata Cikal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi komunikasi Yayasan Cikal dalam pelestarian di Teluk Kiluan untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pelestarian di Teluk Kiluan.

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam pelestarian ekowisata Teluk Kiluan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis strategi komunikasi Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam pelestarian ekowisata Teluk Kiluan. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Strategi komunikasi yang digunakan Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan melalui dua pendekatan komunikasi, yaitu pendekatan komunikasi organisasi dan pendekatan komunikasi interpersonal. Yayasan Cikal menggunakan pendekatan komunikasi organisasi sebagai cara efektif untuk menyampaikan informasi. Yayasan Cikal menggunakan pendekatan ini untuk menyebarkan informasi tentang pelestarian. Informasi membentuk sebuah pola komunikasi yang saling berkaitan dan berhubungan antar individu dalam penyebaran informasi pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan. Temuan pola komunikasi baru ini membentuk pola komunikasi ketupat. Pendekatan komunikasi interpersonal digunakan untuk mempengaruhi masyarakat dalam menjalankan program-program yang telah direncanakan.

Kata Kunci : Strategi Komunikasi, Ekowisata, Teluk Kiluan, jaringan komunikasi, model ketupat


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI ABSTRAK RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA

DAFTAR ISI ………... i

DAFTAR BAGAN ……….………... iii

DAFTAR GAMBAR ……….………... iv

DAFTAR TABEL ……….……….... v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu... ... 7

2.2 Tinjauan tentang Strategi Komunikasi ... 9

2.2.1 Pengertian Strategi Komunikasi ... 9

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Strategi Komunikasi ... 12

2.2.3 Pentingnya Strategi Komunikasi …... 13

2.2.4 Strategi Komunikasi Efektif …... 16

2.3Tinjauan Organisasi ... ... 16

2.4 Definisi Ekowisata .………...…... 17

2.4.1 Ekowisata di Indonesia .…... 20

2.5 Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat ………... 23

2.5.1 Pengertian Pemberdayaan …... 23

2.5.2 Pengertian Masyarakat …... 23

2.5.3 Pemberdayaan Masyarakat …... 25

2.6 Tinjauan Lingkungan ……...……… 26

2.6.1 Pengertian Lingkungan Hidup …... 26

2.6.2 Mangrove ...…... 26

2.6.3 Kerusakan Lingkungan …... 27

2.7 Tinjauan Pola komunikasi ... 29


(8)

2.9 Komunikasi Organisasi ... 34

2.10 Jaringan Komunikasi ... 35

2.11 Landasan Teori ... 37

2.12 Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 41

3.2 Definisi Konsep ... 42

3.3 Fokus Penelitian ... 43

3.4 Informan ... 44

3.5 Sumber Data ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Teluk Kiluan Kabupaten Tanggamus ... 47

4.1.1 Sejarah singkat Teluk Kiluan …... 47

4.1.2 Keadaan Geografis ... 49

4.1.3 Potensi Teluk Kiluan, Lampung …... 50

4.2 Gambaran Yayasan Ekowisata Cinta Kepada Alam (CIKAL)... 52

4.2.1 Gambaran Yayasan Ekowisata Cikal …... 52

4.2.2 Visi dan Misi ... 55

4.2.3 Struktur Organisasi …... 57

4.2.4 Rencana Kerja Yayasan Ekowisata Cikal... 58

BAB V. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Profil Informan ... 60

5.2 Hasil Penelitian ... 64

5.2.1. Ekowisata di Teluk Kiluan... 65

5.2.2. Peran Yayasan Cikal dalam pemberdayaan masyarakat... 67

5.2.2. Strategi Komunikasi dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan ... 69

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penelitian terdahulu...………... 8

Tabel 2. Dusun ... 51

Tabel 3. Identitas informan Cikal ... 52

Tabel 4. Identitas informan tokoh masyarakat ...…. ………….... 62

Tabel 5. Identitas informan masyarakat ...……….……….... 62

Tabel 6. Persepsi informan terhadap pentingnya kegiatan Pengkomunikasian dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan... 70

Tabel 7. Persepsi informan terhadap strategi komunikasi Yayasan Cikal terhadap masyarakat dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan... 71

Tabel 8. Persepsi informan terhadap perbedaan strategi komunikasi dalam melestarikan ekowisata Teluk Kiluan yang dilakukan oleh Yayasan Cikal ketika pada masa awal terbentuk, jika Dibandingkan dengan Yayasan Cikal pada saat ini... 73

Tabel 9. Persepsi informan terhadap komunikasi organisasi yang Dilakukan Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam Melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan... 76

Tabel 10. Persepsi Komunikasi interpersonal (antarpribadi) yang terjadi antara Yayasan Cikal dengan masyarakat... 78

Tabel 11. Persepi informan masyarakat terhadap peran tokoh masyarakat dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat... 79

Tabel 12. Persepsi informan masyarakat terhadap rasa kepedulian dan kesadaran diri dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan... 80


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penanaman bibit bakau…...……….... 53

Gambar 2. LSM Cikal mengajak anak-anak untuk terlibat dalam acara IFY 2011……... 53

Gambar 3. Sekolah di Pekon Kiluan Negeri... 54

Gambar 4. Ruang kelas hanya dibatasi papan... 54

Gambar 5. Sekolah di Pekon Kiluan Negeri telah layak digunakan belajar. 54 Gambar 6. Dinding bukan lagi papan melainkan tembok yang kokoh... 54

Gambar 7 . Pemberian materi ekowisata... 69

Gambar 8 . Kegiatan Penyuluhan ... 69

Gambar 9 . Rapat Pekon... 76

Gambar 10 .Tokoh masyarakat dan perwakilan masyarakat menghadiri rapat... 76

Gambar 11. Sosiometri jaringan komunikasi ... 83

Gambar 12. Jaringan Komunikasi ... 84

Gambar 13. Klik 1 (Rapat dengan tokoh masyarakat)... 87


(11)

DAFTAR BAGAN

Halaman


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lampung merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki letak yang strategis. Hal ini karena keberadaan provinsi ini sebagai pintu gerbang memasuki Pulau Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun potensi alam yang luar biasa. Beraneka ragam tempat indah dapat kita kunjungi di provinsi ini. Potensi alam yang dimiliki Lampung ini jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Provinsi Lampung. Potensi alam yang dimiliki Lampung banyak terdapat dikawasan pesisir.

Kawasan pesisir merupakan perbatasan antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Kawasan pesisir memiliki sumber daya yang sangat kaya dan penting antara lain sumber daya perikanannya, hutan bakau (mangrove), terumbu karang dan dapat dijadikan objek wisata yamg menarik serta sebagai kawasan lindung. Hal tersebut menunjukan bahwa sektor kelautan memiliki potensi yang sangat besar untuk ikut mendorong pembangunan seiring modernisasi, karena keberadaan sumber daya kelautan dan periklanan yang sedemikian melimpah merupakan suatu peluang bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir.


(13)

Banyak terdapat kawasan pesisir di Lampung, karena Propinsi Lampung berbatasan langsung dengan perairan laut di Indonesia. Kawasan pesisir yang ada di Propinsi Lampung dan memiliki potensi alam salah satunya yaitu Teluk Kiluan. Teluk Kiluan ini lebih di kenal oleh masyarakat asing dibandingkan oleh masyarakat kita sendiri bahkan penduduk lokalnya pun ada yang belum mengetahuinya. Jika suatu tempat di kunjungi oleh orang asing, biasanya memiliki keunggulan tersendiri. Menurut data tamu, 90% wisatawan yang datang ke Teluk Kiluan berasal dari Jabotabek. (http://tourismindonesiaonline.com/?id/

detnews/533/teluk-kiluan-kawasan-penuh-pesona-di-barat-lampung.html di- akses pada tanggal 23 Januari 2012)

Teluk kiluan memiliki potensi wisata yaitu melihat lumba-lumba, snorkeling, wisata Batu Candi, berenang di Laguna Gayuh, sampai menikmati Pantai Pasir Putih. Dibalik semua keindahannya, sebenarnya Teluk Kiluan perlu diperjuangkan kelestariannya. Namun sangat disayangkan bahwa ternyata dibalik keindahan Teluk Kiluan ada saja seseorang yang ingin merusak aset wisata alam yang dimiliki Lampung ini. (Prariset pada tanggal 10 Desember 2011)

Saat ini telah terjadi aksi pengeboman ikan yang mengancam habitat lumba-lumba di perairan Pulau Legundi dan Teluk Kiluan, daerah yang menjadi pusat habitasi terbesar lumba-lumba di dunia ini dan juga rencana seorang pengusaha yang telah membebaskan lahan hingga puluhan hektare di Teluk Kiluan untuk kepentingan bisnisnya. (http://lampost.co/berita/pegiat-lingkungan-tolak-perusakan-ekosistem


(14)

-di-teluk-kilauan diakses pada tanggal 3 Desember 2012)

Berdasarkan data diatas, untuk melindungi aset wisata yang dimiliki Provinsi Lampung, Lembaga Swadaya Masyarakat penting dilibatkan dalam hal ini karena sampai saat ini pemerintah belum banyak berperan dalam membantu masyarakat. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) selain menjadi pengawas, LSM juga dapat meningkatkan kesadaran bagi masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga lingkungan, salah satu LSM yang ada di Teluk Kiluan yaitu Yayasan Cikal. Alasan peneliti memilih Yayasan Ekowisata Cikal sebagai objek penelitiannya adalah karena Cikal sebagai LSM yang mengembangkan kegiatan ekowisata dan satu-satunya dan LSM pertama yang ada di Teluk Kiluan.

Cikal merupakan organisasi resmi yang bergerak di bidang lingkungan yaitu Yayasan Ekowisata Cikal (Cinta Kepada Alam) berdasarkan surat tanda pemberitahuan keberadaan organisasi nomor 230/09/II.03/III/2008 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah sejak tanggal 4 Maret 2008. Yayasan ini memiliki tugas pokok antara lain:

1. Pelestarian lingkungan di bumi Lampung, karena dirasakan sudah sangat mendesak sekali untuk dilaksanakan demi menjaga kekayaan dan kelestarian alam, keberadaan dan kelangsungan hidup satwa-satwa langka yang masih dapat ditemukan di daerah ini.

2. Memberdayakan masyarakat pedesaan, masyarakat adat, serta masyarakat di sekitar hutan dan pesisir untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang handal serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta kelangsungan hidup kita bersama.


(15)

3. Menanggulangi dan mencegah bahaya banjir, tanah longsor akibat erosi dan gundulnya hutan yang dapat mengancam kelestarian lingkungan dan kelangsungan hidup masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan konservasi yang menjadi salah satu agenda kegiatan ekowisata.

4. Mengembangkan dan melestarikan Biota Laut seperti : Terumbu Karang, mangrove, dan lain-lain.

5. Mengembangkan dan melestarikan budaya masyarakat adat melalui kegiatan ekowisata.

6. Memasyarakatkan gerakan pengembangan kegiatan ekowisata.

7. Menyelenggarakan kegiatan Ekowisata (Ecotourism) yang memenuhi prinsip-prinsip persyaratan untuk yang pertama kalinya di Propinsi Lampung.

Yayasan Cikal merupakan organisasi non-profit karena Cikal memiliki tugas pokok yang jelas dan ini sangat berbeda dengan agen wisata yang mencari pengunjung untuk mendapatkaan keuntungan. Yayasan Cikal membantu masyarakat Teluk Kiluan untuk lebih meningkatkan kesadaran kepada masyarakat di Teluk Kiluan yang memiliki aset wisata, menjadikan masyarakatnya lebih mandiri, dan keuntungan yang didapat dari pengunjung yang datang ke Teluk Kiluan yaitu 50% pendapatan dimasukan ke dalam kas pekon, dan sisanya dimasukan ke dalam kas masyarakat binaan Cikal dan dana dari kas tersebut digunakan untuk membangun sarana dan prasarana seperti perbaikan jalan, pembangunan masjid, perbaikan sekolah dan lain sebagainya. Pada saat ini di Teluk Kiluan, sudah nampak berbagai kemajuan diantaranya seperti akses jalan,


(16)

pembangunan sekolah, pembangunan rumah ibadah, MCK, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan keberhasilan Yayasan Cikal dalam meningkatkan kesadaran dan membina masyarakat untuk membangun desa lebih maju lagi dari sebelumnya.

Pada dasarnya, kegiatan ekowisata dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran wisata dan memberdayakan masyarakat. Seperti yang dikemukakan Linberg (dalam Ernawati :2008) menyatakan bahwa ekowisata mempunyai peran yang sangat besar dalam hal generating economic benefits karena ekowisata ikut membantu penciptaan lapangan kerja di daerah terpencil yang secara ekonomis belum mendatangkan keuntungan baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. (http://www.perpustakaan.uns.ac.id/jurnal/index.php diakses pada tanggal 11 Januari 2013)

Berdasarkan latar belakang di atas, Yayasan Cikal dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan dibutuhkan suatu strategi komunikasi agar kekayaan bumi Lampung terutama Teluk Kiluan tetap terjaga keasliannya.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : “Bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam pelestarian ekowisata Teluk Kiluan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dan menganalisis strategi komunikasi Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam pelestarian ekowisata Teluk Kiluan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang secara khusus pada komunikasi organisasi.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran peneliti dan keberhasilan strategi ini dapat diimplementasikan di tempat-tempat lain yang serupa permasalahannya dengan Teluk Kiluan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan guna mempermudah peneliti dalam mendapatkan informasi seputar strategi komunikasi yang baik dan dalam menentukan buku acuan yang tepat. Suatu strategi atau upaya-upaya diperlukan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Keberhasilan ataupun kegagalan dalam pencapaian suatu tujuan dapat dinilai dari strategi yang digunakan sebelumnya. Maka dari itu, penelitian mengenai strategi banyak kita temui hingga sekarang, terlebih strategi komunikasi karena pada dasarnya manusia senantiasa berkomunikasi.

Aset wisata merupakan identitas yang perlu dilestarikan dan diwariskan agar tidak hilang, terlebih ditengah modernisasi yang membuat kurangnya kepedulian masyarakat tentang lingkungan terutama kekayaan alam yang dimiliki. Penelitian mengenai kebudayaan dan wisata, khususnya upaya pelestarian memang menjadi kajian yang menarik. Menurut Masyhuri dan Zainuddin, (2008:100) seorang peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya.


(19)

Beberapa peneliti ternyata tertarik untuk mengulas hal-hal yang berkenaan dengan strategi komunikasi, kebudayaan dan pariwisata yang berwujud pada analisis skripsi. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu tentang strategi komunikasi, kebudayaan dan pariwisata:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Metode Hasil Kritik

1. Strategi Komunikasi Guru Bimbingan Konseling Dalam Menyampaikan Materi Pendidikan Seks Riskalia Irwan D. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi . Universitas Lampung. 2010 Deskriptif kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan guru bimbingan konseling dalam menyampaikan materi seks pada anak didiknya. dari strategi yang digunakan, dapat dilihat pula efek yang dihasilkan dari strategi guru tersebut dengan cara melihat efek pada murid-muridnya yang juga menjadi informan kros cek, apakah sampai atau tidak.

Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan strategi

komunikasi guru-guru bimbingan konseling di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Jadi, dijelaskan apa sajakah strategi yang efektif digunakan untuk menyampaikan materi seks agar tidak terdengar asing ditelinga mereka. 2. Strategi Komunikasi

Pelatih Marching Band dalam membentuk harmonisasi unjuk gelar Marching Band

(Studi Pada Pelatih Marching Band Kartika Lokananta SMP Kartika II-2 Bandar Lampung) Meylin Azizah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi 2011 Deskriptif Kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi pelatih dengan anak didiknya guna mencapai tujuan harmonisasi unjuk gelar Marching Band melalui symbol symbol yang digunakan dalam pertunjukkannya

Pada penelitian ini peneliti kurang mendeskripsikan tentang simbol simbol yang digunakan pelatih dalam melatih Marching Band


(20)

2.2. Strategi Komunikasi

2.2.1. Pengertian Strategi Komunikasi

Menurut Arifin (1994:10), strategi komunikasi adalah keseluruhan keputusan kondisi tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Strategi komunikasi merupakan suatu seni atau cara dalam menentukan posisi dan membangun citra organisasi dan juga harus didukung oleh teknik komunikasi yang baik, metode penyampaian dan pemilihan media yang tepat. Strategi

No Judul Peneliti Metode Hasil Kritik

3. Starategi Komunikasi Museum Lampung dalam Menarik Minat Pengunjung ( Studi Pada Museum Negeri Provinsi Lampung ”Ruwa Jurai) Putri Pusvita Sari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi 2012 Deskriptif Kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi dalam pemasaran Museum Lampung yang bertujuan untuk menarik minat pengunjung Pada penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan teori apa yang digunakan sesuai dengan penelitian ini.

4. Strategi Komunikasi Pada Kelompok Muli Mekhanai Jagabaya I Dalam Melestarikan Seni Budaya Tari Heni Heldayati Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi 2011 Deskriptif Kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh Muli Mekhanai Jagabaya I dalam melestarikan seni budaya tari Lampung yaitu dengan mengadakan rapat penentuan strategi secara

bersama-sama terlebih dahulu, latihan tari bersama, penayangan video tari dan sharing untuk saling

memotivasi dalam melestarikan seni tari dan terakhir evaluasi.

Pada penelitian ini peneliti kurangnya penyajian dalam hal ruang lingkupannya terlalu sempit, kurang mewakili kegiatan pelestarian seni tari Lampung dan juga kurang penjelasan mengenai prestasi dari kelompok tari dalam melestarikan seni tari Lampung.


(21)

komunikasi juga dapat diterapkan untuk proyek terpisah dalam rencana jangka yang panjang maupun pendek, atau dapat menunjuk ke strategi komunikasi di luar rencana periodik tersebut atau di bawah strategi organisasi yang menyeluruh.

Sebuah kelompok organisasi, merencanakan cara komunikasi sangat penting dan mempunyai banyak manfaat untuk berbagai alasan. Komunikasi menjamin pemanfaatan sumber daya langka secara paling efisien, dapat membantu memprioritaskan tuntutan-tuntutan yang berlawanan, dan memberikan arahan yang jelas yang terkait dengan kegiatan sehari-hari. Lebih lanjut, komunikasi dapat mengidentifikasi mereka yang membawa perubahan dan memberi cara terbaik untuk menghadapi mereka, memungkinkan telaah kegiatan organisasi saat ini dan memberikan tolak ukur untuk mengukur keberhasilan diwaktu yang akan datang. Strategi komunikasi agar berjalan dengan baik, perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut:

1. Sasaran

Perlunya mengidentifikasi sasaran siapa dengan siapa yang perlu berkomunikasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Tujuan

Tujuan adalah kunci sukses strategi komunikasi. Tujuan tersebut harus mampu memastikan bahwa strategi komunikasi yang dikembangkan merupakan tuntutan kebutuhan organisasi, bukan karena adanya kebutuhan atas komunikasi itu sendiri. Kegiatan komunikasi Anda bukan merupakan akhir dari semua kegiatan, tetapi dilakukan demi organisasi dan karena itu harus dikaitkan dengan tujuan organisasi. Menggabungkan tujuan


(22)

komunikasi dan tujuan organisasi akan menegaskan pentingnya dan relevansi komunikasi, dan karena itu akan menjadi kasus yang meyakinkan untuk melakukan kegiatan komunikasi dalam organisasi. 3. Pesan

Mencari target yang strategis dan konsisten adalah kunci pesan organisasi. Ciptakan sesuatu yang komprehensif dan mencakup semua pesan kunci, dan beri tekanan pada unsur-unsur yang berbeda untuk pendengar yang berbeda.

4. Instrumen dan kegiatan

Kenali instrumen dan kegiatan yang sesuai untuk mengkomunikasikan pesan kunci.

5. Evaluasi dan Amandemen

Pertimbangkan melakukan audit komunikasi untuk memperkirakan efektivitas strategi komunikasi dengan pendengar internal maupun external dengan melakukan diskusi internal.

Menurut Liliweri (2011: 240), strategi komunikasi itu:

a. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam rumusan yang baik. b. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang

dilakukan berdasarkan satu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.

c. Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi menjelaskan tahapan dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik


(23)

bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

d. Strategi berperan memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.

Jadi dapat ditarik kesimpulan dengan melihat beberapa definisi diatas bahwa strategi komunikasi adalah suatu perpaduan antara perencanaan dan manajemen komunikassi yang melibatkan komponen- komponen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi berfungsi sebagai cara agar komunikasi yang dilakukan menjadi efektif. Sedangkan tujuannya ialah untuk (Liliweri, 2011: 248):

1. Memberitahu (Announcing)

Strategi bertujuan untuk memberitahukan informasi inti dari pesan yang ingin disampaikan guna menarik perhatian sasaran, yang nantinya akan memunculkan informasi-informasi pendukung lainnya ke permukaan.

2. Memotivasi (Motivating)

Seseorang melakukan tindakan dimulai dari motivasi yang ia ciptakan, maka dari itu strategi bertujuan untuk memotivasi seseorang agar melakukan hal berkaitan dengan tujuan atau isi pesan yang hendak disampaikan.


(24)

Lebih dari sekedar memberitahu, strategi bertujuan untuk mendidik melalui pesan yang disampaikan sehingga masyarakat dapat menilai baik buruk atau perlu tidaknya menerima pesan yang kita sampaikan.

4. Menyebarkan Informasi (Informing)

Untuk mengefektifkan komunikasi, strategi bertujuan untuk menyebarkan informasi secara spesifik sesuai dengan sasaran atau target komunikan yang telah ditentukan.

5. Mendukung Pembuatan Keputusan (Supporting Decision Making)

Strategi disini bertujuan untuk membuat seseorang berani mengambil keputusan dari rangkaian penyampaian informasi yang didapatnya.

Strategi komunikasi dianggap berhasil apabila terlaksana sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diinginkan oleh komunikator telah tercapai.

2.2.3. Pentingnya Strategi Komunikasi

Dalam menyampaikan pesan kepada komunikan yang tergolong kompleks, penting untuk menetapkan strategi yang akan digunakan agar komunikasi menjadi efektif. Terdapat tiga esensi utama dari praktik strategi komunikasi yang dikemukakan Liliweri (2011: 249), yaitu:

1. Strategi Implementasi

Tahapan dalam strategi implementasi, antara lain:

a. Mengidentifikasi visi dan misi. Visi merupakan cita-cita ideal jangka panjang yang dapat dicapai oleh komunikasi dengan mengandung tujuan, harapan dan cita-cita ideal yang selanjutnya dijabarkan oleh misi.


(25)

b. Menentukan program dan kegiatan. Melaksanakan serangkaian aktivitas sesuai dengan penjabaran misi.

c. Menentukan tujuan. Dari setiap program yang akan dijalankan biasanya mempunyai tujuan yang akan diperoleh sebagai salah satu indikator keberhasilan.

d. Mengenali Audiens. Pada tahap ini, komunikator perlu mengenali terlebih dahulu sasaran komunikasi yang disesuaikan dengan tujuan komunikasi, apakah bersifat informatif (memberikan informasi saja), persuasif (mengajak) dan instruktif (memberikan perintah). Dalam pengenalan sasaran, komunikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Pesan yang akan disampaikan disesuaikan dengan pengalaman, pendidikan, status sosial, pola hidup, ideologi dan keinginan sasaran b) Situasi dan kondisi di sekeliling sasaran pada saat pesan akan

disampaikan dapat mempengaruhi penerimaan pesan, misalnya suasana sedih, sakit dan situasi lingkungan yang tidak mendukung e. Mengembangkan Pesan. Setelah mengenal komunikan, maka perlu untuk

mengemas pesan secara tepat, benar dan menarik minat sasaran. Perlu dilakukan pengkajian tujuan pesan. Namun sebelumnya harus dipahami dulu isi pesan yang cocok untuk disampaikan. Satu pesan dapat menggunakan lebih dari satu teknik komunikasi, atau menggunakan satu atau beberapa lambang (misalnya: bahasa, gambar, warna, gerak tubuh, suara, dsb). Pemilihan bahasa atau lambang harus disesuaikan dengan komunikan untuk menghindari bias makna, seperti penggunaan bahasa asing maupun kalimat konotatif dan ambiguitas.


(26)

f. Identifikasi Komunikator. Kredibilitas komunikator yaitu kemampuan komunikator dalam menumbuhkan kepercayaan komunikan terhadap pesan. Kepercayaan ini timbul antara lain karena profesi, kedudukan, dan keahlian yang dimiliki komunikator. Kriteria komunikator berkredibilitas yaitu yang memiliki daya nalar tinggi dan memiliki karakter serta moral yang baik. Karena komunikator dengan karakter dan kepribaidian yang kuat, dapat menyampaikan pesan dengan makna yang kuat pula.

g. Mekanisme Komunikasi/Media. Pemilihan media sangat bergantung pada tujuan yang akan dicapai, bentuk pesan yang akan disampaikan dan teknik komunikasi yang akan dipakai. Media ada banyak jenisnya, kita dapat menyesuaikan pesan yang akan disampaikan dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan pada tiap-tiap media. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan apabila dalam menyampaikan sebuah pesan, media yang digunakan lebih dari satu.

h. Scan Konteks dan Persaingan. Perlu adanya perhitungan mengenai resiko

dari setiap strategi yang telah ditentukan agar dapat diantisipasi dengan menyediakan solusi dari setiap permasalahan yang diduga akan timbul di depannya.

2. Strategi Dukungan

Tahapan dalam strategi dukungan antara lain: a. Mengembangkan mitra yang bernilai; b. Melatih para pembawa atau penyebar pesan;

c. Mengembangkan semacam tata aturan bagi kegiatan penyebarluasan informasi kepada audiens;


(27)

d. Mengontrol setiap tahapan/jenis kegiatan. 3. Strategi Integrasi

Tahapan dalam strategi integrasi antara lain:

a. Mengintegrasikan komunikasi terutama pada level kepemimpinan; b. Melengkapi sumber daya;

c. Mengintegrasikan komunikasi melalui organisasi;

d. Melibatkan staf pada semua level untuk memberikan dukungan dan integrasi.

2.2.4. Strategi Komunikasi Efektif

Strategi komunikasi yang efektif adalah saat tujuan dari komunikasi tercapai. Untuk mencapai komunikasi yang efektif maka perlu diperhatikan hal-hal berikut (Liliweri, 2011: 256):

1. Inovasi yang adaptif (adaptive inovasion). Inovasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas komunikasi dengan melakukan suatu perubahan.

2. Kesatuan suara (one voice). Seluruh kerabat kerja melaksanakan kegiatan dengan satu suara atau satu komando.

3. Sesuaikan waktu (showtime). Semua komunikasi digambarkan berada tepat di atas pentas.

4. Strategi mempercepat (strategic speed). Berkaitan dengan cara kerja yang cepat dan cerdas.

5. Disiplin berdialog. Pengawasan terhadap ucapan dan presentasi dalam sebuah kegiatan komunikasi.


(28)

Istilah organisasi (dalam Syaiful Rohim, 2009:152) berasal dari bahasa latin organizare, yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan tersebut dengan sistem, adapula yang menamakannya sarana. Everet M. Rogers (dalam Syaiful Rohim, 2009:152), mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robbert Bonnington (dalam Syaiful Rohim, 2009:152), mendefinisikan organisasi sebagai sarana di mana manajemen mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu.

2.4. Definisi Ekowisata Pengertian Ekowisata

1. Ekowisata dari segi konsep

Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan pada tempat-tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (TIES – The International Ecotourism Society). Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga


(29)

memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat daerah pemerintah setempat. Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada lima elemen penting yaitu:

a. Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman akan pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui kegiatankegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima.

b. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.

c. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya. d. Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal,

untuk itu, kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan). e. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.

Dalam ekowisata, prinsip tanggung jawab dan menghormati alam dan budaya setempat menjadi sangat penting. Wisatawan harus menyesuaikan diri dengan budaya dan situasi setempat, bukan sebaliknya. Wisatawan juga harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan menghormati budaya dari kawasan yang dikunjunginya.


(30)

Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang mendukung pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata (misalnya: paket wisata). Akhir-akhir ini, paket wisata dengan konsep ”eko” atau ”hijau” menjadi trend di pasar wisata. Konsep ”kembali ke alam” cenderung dipilih oleh sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan keinginan untuk berpartipasi pada daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Akomodasi, atraksi wisata maupun produk wisata lainya yang menawarkan konsep kembali ke alam semakin diminati oleh pasar.

Namun sebaiknya para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan wisata maupun pemerintah setempat yang ingin berorientasi pada ekowisata harus memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait pelestarian lingkungan, budaya setempat dan manfaat kepada masyarakat lokal. Karena pada banyak tempat, produk-produk wisata yang dijual kebanyakan menyematkan kata ”eko” atau ”kembali ke alam” hanya sebagai label untuk menarik konsumen, namun tidak disertai dengan semangat melestarikan atau melibatkan masyarakat setempat dalam produk wisata tersebut. Produk Ekowisata dalam pasar wisata secara umum bahwa aktivitas ekowisata menjadi bagian dari wisata alam dan memiliki keterkaitan dengan wisata budaya dan rural. Ekowisata bahkan tidak berhubungan langsung dengan pariwisata yang bersifat tantangan/ petualangan atau adventure. Perbedaannya, pada ekowisata, aktivitas wisatawan lebih berfokus pada pengamatan dan pemahaman mengenai


(31)

alam dan budaya pada daerah yang dikunjungi, dengan mendukung kegiatan pelestarian serta lebih mengutamakan fasilitas dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat.

Pada pariwisata alam, wisatawan hanya sebatas menikmati aktivitasnya pada alam yang dikunjunginya dengan tidak memperhatikan dukungan terhadap pelestarian alam dan budaya serta penggunaan fasilitas dan jasa dari masyarakat setempat. Sedangkan pada pariwisata yang lebih bersifat tantangan/ petualangan (adventure), aktivitas yang dilakukan menonjolkan aktivitas fisik yang menantang untuk menunjukkan ego dan kemampuan menaklukkan kondisi tertentu pada alam yang dikunjungi.

2.4.1. Ekowisata di Indonesia

Tahun 2002 adalah tahun dimana dicanangkannnya Tahun Ekowisata dan Pegunungan di Indonesia. Dari berbagai workshop dan diskusi yang diselenggarakan pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, dirumuskan 5 (lima) Prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia yaitu:

1. Pelestarian

Prinsip kelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya setempat. Salah satu cara menerapkan prinsip ini adalah dengan cara menggunakan sumber daya lokal yang hemat energi dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Tak hanya masyarakat, tapi wisatawan juga harus


(32)

menghormati dan turut serta dalam pelestarian alam dan budaya pada daerah yang dikunjunginya. Lebih baik lagi apabila pendapatan dari ekowisata dapat digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal. Misalnya dengan cara sekian persen dari keuntungan dikontribusikan untuk membeli tempat sampah dan membayar orang yang akan mengelola sampah.

2. Pendidikan

Kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar daerah wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau dalam kehidupan sehari-hari, atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya. Kegiatan ini dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi.

3. Pariwisata

Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi. Ekowisata juga harus mengandung unsur ini. Oleh karena itu, produk dan, jasa pariwisata yang ada di daerah kita juga harus memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.


(33)

Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu. Ekowisata yang dijalankan harus memberikan pendapatan dan keuntungan (profit) sehingga dapat terus berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan hal itu, yang penting untuk dilakukan adalah memberikan pelayanan dan produk wisata terbaik dan berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan dan produk wisata yang berkualitas, akan lebih baik apabila pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal tetapi juga membantu pengembangan pengetahuan masyarakat setempat, misalnya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan demi meningkatkan jenis usaha/ atraksi yang disajikan di tingkat desa. 5. Partisipasi masyarakat setempat

Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alam/budaya itu memberikan manfaat langsung/tidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat maka alam/budaya itu harus dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balik antara atraksi wisata pengelolaan manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan partisipasi. Partisipasi masyarakat penting bagi suksesnya ekowisata di suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri. Jangan terlalu berharap pemerintah akan melakukan semua hal karena kita juga memiliki peranan yang sama dalam melakukan pembangunan di daerah kita. Partisipasi dalam kegiatan pariwisata akan memberikan manfaat langsung bagi kita, baik untuk pelestarian alam dan ekonomi. Bila kita yang menjaga alam tetap lestari


(34)

dan bersih, maka kita sendiri yang akan menikmati kelestarian alam tersebut, bila kita berperan dalam kegiatan pariwisata, maka kita juga yang akan mendapatkan manfaatnya secara ekonomi.

2.5. Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat 2.5.1. Pengertian Pemberdayaan

Prijono (dalam Wrihatnolo dan Nugroho 2007:117-118), menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi individu. Selain itu pemberdayaan juga merupakan konsep yang mengandung makna perjuangan bagi mereka yang terlibat dalam perjuangan tersebut. Dengan demikian proses pemberdayaan merupakan tindakan usaha perbaikan atau peningkatan ekonomi, sosial budaya, politik, psikologi baik secara individual maupun kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan kelas sosial.

Pemberdayaan menurut Parsons (dalam Suharto, 2005:58-59) adalah sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai sebuah proses adalah dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang yang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.


(35)

2.5.2. Pengertian Masyarakat

Bermacam-macam definisi mengenai masyarakat, tergantung pada sudut pandang masing-masing (dalam Soekanto, 1990:26):

a. Mac Iver dan Page

Masyarakat adalah sebagai suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku, serta kebebasan manusia. Menurut pengertian ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial dari jalinan hubungan sosial yang berasal dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok yang selalu berubah.

b. Ralph Linton

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri sendiri dan menganggap mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasan-batasan yang telah dirumuskan dengan jelas. Menurut pengertian ini, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, relatif mandiri sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

c. Selo Soemardjan

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Berdasarkan pengertian ini masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan dan kepentingan yang


(36)

sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang dapat mengatur diri sendiri, menjadi satu kesatuan sosial dengan batasan yang telah dirumuskan secara jelas.

2.5.3. Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat berarti menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mencapai kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan dukungan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta peran kelembagaan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Beberapa asas-asas (dalam Kusnadi, 2006:23-24) yang harus dijadikan referensi dalam mengaplikasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu:

a) Asas kemanusiaan, asas ini menempatkan pemberdayaan sebagai sarana untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka memanusiakan manusia.

b) Asas keadilan, asas ini menempatkan kesejahteraan sosial dan kemakmuran ekonomi yang merata, proporsional, dan adil sebagai tujuan pembangunan dan menjadi sarana mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat masyarakat.


(37)

c) Asas demokrasi partisipatif, asas ini menempatkan bahwa kegiatan untuk mencapai tujuan pemberdayaan merupakan proses panjang yang harus menjadi tanggung jawab semua pihak. Demokrasi dalam pemberdayaan merupakan upaya mewujudkan tanggung jawab kolektif dalam mengemban amanat pembangunan.

2.6. Tinjauan Lingkungan

2.6.1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda , daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. (http://www.dephut.go.id/ diakses pada tanggal 13 Februari 2013)

2.6.2. Mangrove

Hutan mangrove (dalam Ahmad dan Mangampa, 2000:114) adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh disepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang memilkiki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dan reaksi tanah aerob. Mangrove biasanya berada

di daerahmuara sungai atau estuarin sehinggamerupakan daerah tujuan akhir dari


(38)

akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang

subur, baik daratannya maupun perairannya, karena selalu terjadi transportasi

nutrien akibat adanya pasangsurut.

Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga

kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai,

mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat

pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang,

dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman

biota akuatik dan nonakuatik sepertiburung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman

anggrek. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu,

arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan

obat-obatan. Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga

produksi primer perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi

kesuburan perairan. Karenakeberadaan mangrove sangat penting maka mangrove

harus dijaga kelestariannya.

2.6.3. Kerusakan Lingkungan

Menurut Philip Kristanto (dalam Rachmad, 2012:69) sebenarnya jika sumber daya alam dimanfaatkan kalau hanya mengikuti kebutuhan masing-masing secara individu, ia akan memiliki kemampuan meregenerasi dengan sendirinya. Hanya yang terjadi penggunaan sumber daya alam tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, akibatnya lingkungan rusak dimana-mana dan besar kemungkinan tidak terselamatkan. Persoalan ini logis terjadi. Jumlah populasi manusia yang


(39)

meningkat, jelas akan diikuti meningkatnya konsumsi atas sumber daya alam (SDA). Agar batas daya dukung tidak terlampaui, maka diupayakan agar laju konsumsi sumber daya dan pencemaran menurun relatif terhadap kenaikan kualitas lingkungan hidup.

Rusaknya lingkungan air, berbentuk pencemaran di sungai-sungai, laut dan menurunya kadar air di muka buni sebagai akibat terlalu seringnya dieksploitasi. Rusaknya lingkungan juga bisa dilihat dari keadaan udara, seperti munculnya beragam polusi atau pencemaran udara, baik itu dihasilkan oleh industri-industri maupun emisi kendaraan bermotor. Sementara itu, rusaknya tanah-tanah tidak terlepas dari adanya lahan-lahan krisis akibat penggundulan hutan yang tidak memerhatikan aturan (illegal logging) dan rusaknya kadar produktif tanah sebab dieksploitasi secara terus-menerus.

Industri muncul demi memenuhi kebutuhan manusia. Selain menghasilkan maksimalisasi cara berpikir, industri juga mendatangkan keuntungan materiil bagi siapapun yang berhasil menggerakkan dan memanfaatkannya. Tetapi, sesuatu yang tidak bisa dihindari kalau industri juga menghasilkan dampak yang merugikan bagi alam, lingkungan, dan tentunya juga habitat manusia.

Seperti contoh, hutan-hutan mangrove dibabat habis demi ambisi membangun perumahan mewah, pusat industri dan pusat-pusat ekonomi. Akibatnya habitat-habitat yang seharusnya diperuntukan bagi spesies (biota) laut semakin sempit. Padahal, spesies-spesies yang hidup di udara dan darat amat bergantung pada


(40)

keberadaan hutan mangrove ini. Akibatnya, spesies-spesies tersebut mencari habitat baru yang menambah persoalan manusia.

Pramudya Sunu (dalam Rachmad, 2012:31) menyatakan bahwa terdapat dua jenis bencana akibat rusaknya daya dukung lingkungan, yaitu:

1. Kerusakan karena faktor internal

Kerusakan yang terjadi dari alam sendiri. Bagi masyarakat kerusakan ini sukar dihindari sebab merupakan bagian dari proses alam. Tidak sedikit kejadiannya dalam waktu singkat, tetapi dampak, atau akibat yang diterima dalam waktu lama. Oleh karena itu yang bisa dilakukan adalah menyiagakan diri atau mempersiapkan manajemen bencana guna meminimalkan banyaknya korban.

2. Kerusakan karena faktor eksternal

Kerusakan yang terjadi berasal dari perilaku manusia. Terutama beralasan demi meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Kerusakan daya dukung sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan, seperti: industrialiasasi, penggunaan bahan bakar fosil dan limbah rumah tangga yang dibuang di sungai-sungai.

2.7. Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

Denis Mc. Quail (dalam Djuarsa, 1993: 39) menyatakan bahwa secara umum pola komunikasi terbagi menjadi enam tingkatan yaitu sebagai berikut:

1. Intrapersonal Communication yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam


(41)

dan sistem syaraf misalnya berfikir, merenung, mengingat-ingat sesuatu, menulis surat dan menggambar.

2. Interpersonal Communication yaitu komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, misalkan percakapan tatap muka diatara dua orang, surat menyurat pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasi juga lebih bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat.

3. Komunikasi dalam kelompok yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara dua kelompok, pada tingkatan ini setiap individu masing-masing berkomunikasi sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok bukan bersifat pribadi.

4. Komunikasi antar kelompok atau asosiasi yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok dengan kelompok lainnya atau suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat dalam komunikasi jenis ini boleh jadi hanya dua atau beberapa orang saja, tetapi masing-masing membawa pesan dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompoknya masing-masing.

5. Komunikasi organisasi adalah mencakup kegiatan organisasi dan komunikasi antar-organisasi. Sifat pola komunikasi ini lebih formal dan mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melaksanakan kegiatan komunikasinya.

6. Komunikasi dengan masyarakat luas dimana pada tingkat komunikasi ini komunikasi ditujukan pada masyarakat luas.


(42)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 885), pola adalah suatu sistem kerja atau cara kerja sesuatu, sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer, pola mengandung arti model, contoh, pedoman, dasar kerja (dalam Farida Hamid 2003: 497). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola adalah dasar kerja atau cara kerja yang terdiri dari unsur-unsur terhadap suatu gejala arah perilaku dan dapat dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan gejala arah dan perilaku itu sendiri.

Menurut Widjaja (2000: 102-103) pola komunikasi dibagi menjadi empat model, yaitu:

1. Pola komunikasi roda

Pola komunikasi roda menjelaskan pola komunikasi satu orang kepada orang banyak, yaitu (A) berkomunikasi kepada (B), (C), (D), dan (E).

B

C A E

D 2. Pola Komunikasi Rantai

Pola komunikasi ini, seseorang (A) berkomunikasi dengan orang lain (B) seterusnya ke (C), (D), dan ke (E).


(43)

3. Pola Komunikasi Lingkaran

Pola komunikasi lingkaran ini hampir sama dengan pola komunikasi rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi kembali pada orang pertama (A).

A

E B

D C

4. Pola Komunikasi Bintang

Pada komunikasi bintang ini, semua anggota saling berkomunikasi satu sama lainnya.

A

E B

D C

Pola Komunikasi yang dimaksud disini adalah gambaran tentang bentuk atau cara yang digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam menyampaikan pesan


(44)

baik secara langsung maupun melalui media dalam konteks hubungan dan interaksi yang berlangsung dalam masyarakat.

2.8. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi (dalam Syaiful Rohim, 2009: 18) didefinisikan oleh A. Devito yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Sedangkan menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph (dalam Effendy, 2004 : 59) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil.

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication). Komunikasi Diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka.


(45)

Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan dilakukan dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.

2.9. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Terdapat beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi (dalam Arni Muhammad, 2005: 65), antara lain:

1. Persepsi Redding dan Sanborn

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan menulis dan komunikasi evaluasi program.

2. Persepsi Katz dan Kahn

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti didalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu system terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi


(46)

ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.

2.10. Tinjauan Tentang Jaringan Komunikasi

Dalam sebuah jaringan komunikasi yang terdapat dalam sekelompok orang-orang, terdapat tujuh peranan (Pace&Faules, 2005:176), yaitu:

1. Klik, sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya. Sebuah klik juga merupakan sebuah subsistem dimana elemen-elemen yang ada di dalamnya berkomunikasi lebih sering dengan anggota lain dari sebuah sistem komunikasi. Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasikan sebuah klik adalah dengan melihat kedekatan (proximity) dari masing-masing anggota satu dengan yang lain dalam sebuah komunikasi.

2. Penyendiri (isolate), adalah orang-orang yang hanya melakukan sedikit atau tidak sama sekali dengan anggota kelompok lainnya. Tentu saja pada akhirnya, seorang isolate oleh karena tidak memiliki komunikasi dengan siapa pun (sangat sedikit komunikasi) mengakibatkan dia bukan merupakan anggota dari klik mana pun yang ada dalam jaringan komunikasi dalam sebuah kelompok.

3. Jembatan (bridge), adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Bridge sangat penting untuk terjadinya aliran dari informasi baru. Jika bridge tidak ada dalam dua buah atau lebih klik, maka yang terjadi adalah jaringan yang akan terpecah menjadi dua atau


(47)

lebih klik yang tidak memiliki kaitan/hubungan satu dengan yang lain. Pada umumnya individu yang berperan sebagai bridge ini memiliki kualitas yang hampir sama dengan kualitas yang dimiliki oleh kosmopolit, yaitu orang yang termasuk mudah untuk bergaul dengan siapa saja, sehingga memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan anggota dari klik lainnya.

4. Penghubung (liaison), adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut.

5. Penjaga gawang (gate keeper), adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut. Dalam hal ini seorang gate keeper bertugas untuk menyeleksi informasi yang masuk ke dalam sebuah klik, untuk kemudian disebarkan ke seluruh anggota klik yang lain.

6. Pemimpin pendapat (opinion leader), adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Pada umumnya opinion leader adalah individu yang menjadi pusat informasi/komentar dari setiap anggota. Karena pemuka pendapat (opinion leader) bebas berkomunikasi dengan siapa saja dari anggota klik tersebut. Opinion Leadership (kemuka pendapatan) adalah tingkatan dimana seseorang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain secara informal.


(48)

7. Kosmopolit, adalah orang yang menjadi milik seluruh dunia atau orang yang bebas dari gagasan, prasangka, atau kecintaan lokal, daerah, atau nasional, dan orang yang melakukan kontak dengan dunia luar, orang-orang di luar organisasi. Atau dengan kata lain individu yang tidak merupakan anggota dari klik manapun dalam sebuah jaringan komunikasi, namun berkomunikasi dengan hampir semua klik yang ada.

2.11. Landasan Teori

Terdapat beberapa teori dan pandangan para ahli yang mendukung dan relevan dengan penelitian mengenai strategi komunikasi Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan. Teori tersebut antara lain:

1. Teori Jaringan dalam komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi menurut Wiryanto (2005) dalam Syiful Rohim (2009: 152) adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Jaringan atau network merupakan susunan sosial yang diciptakan oleh komunikasi antarindividu dan kelompok. Jaringan dapat dikatakan sebagai sebuah sistem. Dimana elemen-elemen di dalamnya saling berhubungan satu sama lain. Organisasi (dalam Muhammad, 1992: 71) adalah komposisi sejumlah orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu, di antara orang-orang tesebut terjadi pertukaran komunikasi. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi.

Teori tentang jaringan komunikasi (dalam Muhammad, 1992: 102) ini menjelaskan bahwa peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan


(49)

oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi. Interaksi yang terjadi antara Yayasan Cikal terhadap masyarakat di sekitar Teluk Kiluan dapat diukur pula dengan menggunakan landasan teori jaringan ini dengan mengindetifikasikan interaksi antarindividu oleh ketua kelompok masyarakat (tokoh masyarakat) dalam penyebaran informasi mengenai pesan yang disampaikan oleh Yayasan Cikal.

2. Teori Kredibilitas dalam Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal disebut juga komunikasi antar pribadi. Komunikasi ini terjadi antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling ampuh dalam upaya mengubah sikap, opini, atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal dalam suatu organisasi dipergunakan untuk memersuasi orang-orang tertentu yang punya pengaruh, punya lembaga atau punya banyak pengikut. Untuk memersuasi diperlukan komunikator dengan kredibilitas yang baik. Menurut James Mc-Croskey (dalam Syaiful Rohim, 2009:74), menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality) dan dinamika (dynamic). Kompetensi adalah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang komunikator punya maksud baik atau tidak.


(50)

Kepribadian menunjukan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan komunikan. Berdasarkan teori ini Yayasan Cikal dengan pelestarian ekowisatanya dalam perberdayaan masyarakat sekitar Teluk Kiluan, komunikator memiliki kredibilitas agar mempermudah persusi masyarakat untuk ikut bergabung dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan.

2.12. Kerangka Pemikiran

Strategi komunikasi adalah suatu cara, taktik ataupun teknik secara menyeluruh yang merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata Teluk Kiluan. Potensi alam harus tetap dijaga dan dilestarian oleh masyarakat sekitar agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan. Hal tersebut menjadi dasar masalah penelitian ini. Strategi komunikasi digunakan untuk membangun kesadaraan masyarakan akan pentingnya pelestarian di Teluk Kiluan.

Strategi Komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Cikal yang menggunakan proses komunikasi yang terdiri dari cara, tindakan, penerapan berbagai bentuk komunikasi organisasi dan komunikasi interpersonal. Strategi komunikasi yang digunakan Yayasan Cikal yaitu menggunakan metode yang berisikan pesan komunikasi yang juga terdapat fungsi komunikasi organisasi yang terdiri dari fungsi informatif, fungsi pengendali dan fungsi persuasif didalamnya. Dari metode-metode tersebut, Cikal mendapatkan cara apa yang akan dilakukan dan


(51)

bagaimana cara pembentukan perencanaan strategi komunikasi yang baik dan benar sehingga yaitu melalui pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh Cikal kepada masyarakat mengenai ekowisata menggunakan teori jaringan dan teori kredibilitas.

Bagan 1. Kerangka Pikir

Perusakan Lingkungan di Teluk Kiluan

Usaha Pelestarian

Masyarakat dengan beragam etnis di

Teluk Kiluan Yayasan

Ekowisata Cikal

Strategi Komunikasi Pendekatan Komunikasi Organisasi (Teori jaringan)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal (Teori

Kredibilitas)

Pelestarian Ekowisata Teluk Kiluan


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian

Tipe penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif menurut Moleong (2004:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik. Dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Penelitian kualitatif ini juga dimaknai dengan serangkaian kegiatan penelitian yang mengembangkan pola pikir induktif dalam menarik suatu kesimpulan dari suatu fenomena tertentu. Pola pikir induktif ini adalah cara berpikir dalam rangka menarik kesimpulan dari sesuatu yang lengkap dari permasalahan yang bersifat umum. Dengan pendekatan ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang bersifat khusus kepada yang sifatnya khusus kepada yang sifatnya umum. Dengan pendekatan ini peneliti dapat memperoleh gambar yang lengkap dari permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses pencarian makna dibalik fenomena yang muncul dalam penelitian. Dengan


(53)

harapan agar informasi yang dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya.

Penelitian ini juga bersifat deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada (Rakhmat, 1999:25). Deskripsi yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah bagaimana cara Yayasan Cikal mengomunikasikan kepada masyarakat tentang pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan.

3.2. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Strategi Komunikasi adalah suatu cara, metode, maupun teknik yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau sebuah organisasi/kelompok untuk mencapai beberapa tujuan didalam suatu proses komunikasi

2. Yayasan Cikal adalah sebuah yayasan yang berlandaskan wawasan ekowisata yang bertujuan untuk memajukan Teluk Kiluan.


(54)

3. Pelestarian merupakan suatu upaya untuk membangun apa yang ada dan memperbaiki tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 4. Ekowisata adalah merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang

berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

3.3. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana strategi komunikasi Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan. Melalui fokus penelitian ini, suatu informasi di lapangan dapat dipilah-pilah sesuai dengan konteks permasalahan. Sehingga rumusan masalah dan fokus penelitian saling berkaitan, karena permasalahan penelitian dapat dijadikan acuan penemuan fokus penelitian, meskipun fokus dapat berubah dan kurang sesuai dengan data yang ditentukan di lapangan.

Fokus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Strategi komunikasi yang dilakukan Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan.

2. Upaya-upaya Yayasan Cikal dalam pelestarian wisata Teluk Kiluan. 3. Jaringan komunikasi organisasi sebagai strategi pelestarian ekowisata

Teluk Kiluan.


(55)

3.4. Informan

Langkah awal untuk memperoleh informasi dalam penelitian ini adalah dengan menentukan terlebih dahulu informan penelitian. Sebelum menentukan informan penelitian, teknik pemilihan informan adalah dengan teknik purposive (disengaja). Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (2000:155), teknik purposive bersifat tidak acak, subjek dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan informan penelitian ini adalah:

1. Informan adalah orang-orang yang berwenang menentukan kebijakan dalam penyusunan strategi komunikasi Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan.

2. Turut serta dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga memahami seluk beluk pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Ketua Yayasan Cikal, Riko Stefanus 2. Wakil Ketua Yayasan Cikal, Fadliansyah 3. Anggota Yayasan Cikal, Solihin

4. Lurah Pekon/masyarakat etnis Bali, Kadek Sukresene 5. Sekertaris Pekon /masyarakat etnis Lampung, Sulaiman 6. Tokoh masyarakat/ masyarakat etnis Sunda, Andi Mafa Harun 7. Masyarakat, Agus


(56)

Alasan pemilihan informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan merupakan orang yang berkaitan langsung dengan permasalahan.

2. Informan mempunyai cukup informasi terkait tentang permasalahan.

3.5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara menggali dan mengumpulkan informasi dari informan yang dianggap mengetahui segala permasalahan yang akan diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku, koran, majalah, artikel, dan lain-lain), dan internet.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara :

1. Wawancara

Wawancara mendalam yaitu teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada informan. Peneliti dalam hal ini mempersiapkan daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian yang berkaitan dengan strategi komunikasi. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang telah ditentukan dengan


(57)

menggunakan daftar pertanyaan yang serupa. Dalam proses wawancara, peneliti merekam atau dan mencatat hasil jawaban yang diberikan oleh informan.

2. Kepustakaan

Kepustakaan yaitu mencari atau menggali informasi atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini melalui sumber-sumber ilmiah, literatur, brosur-brosur, dan bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

3.7. Teknik Analisa Data

Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2004:248).


(58)

Proses analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut : 1. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah peneliti memperoleh data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Display (Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)

Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.


(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan keenam informan, maka kesimpulan dari strategi komunikasi Yayasan CIKAL kepada masyarakat dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan adalah sebagai berikut:

1. Strategi komunikasi dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan sangat dibutuhkan, mengingat terdapat berbagai macam etnik tinggal bersama di Teluk Kiluan. Strategi komunikasi yang digunakan Yayasan Cikal dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan melalui dua pendekatan komunikasi, yaitu pendekatan komunikasi organisasi dan pendekatan komunikasi interpersonal.

2. Yayasan Cikal menggunakan pendekatan komunikasi organisasi sebagai cara yang dinilai efektif untuk menyampaikan informasi. Yayasan Cikal menggunakan pendekatan komunikasi organisasi untuk menyebarkan informasi tentang Pelestarian melalui Rapat di Desa. Rapat melibatkan tokoh-tokoh masyarakat (opinion leader) yang dilakukan per-3 bulan. Informasi disebarkan melalui opinion leader ke masyarakat.

3. Proses komunikasi yang terjadi membentuk sebuah pola jaringan komunikasi yang saling berkaitan dan berhubungan antar individu dalam


(60)

penyebaran informasi pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan. Peneliti menemukan pola komunikasi baru membentuk menyerupai ketupat dengan tiap informannya berinteraksi dan terdapat 5 klik di dalamnya. Klik 1berasal dari Yayasan Cikal dan Tokoh masyarakat. Klik 2,3,4,5 berasal dari proses komunikasi yang terjadi antara tokoh masyarakat masing-masing etnik dan masyarakatnya.

4. Pendekatan komunikasi interpersonal dijadikan sebagai strategi dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan karena Cikal merasa tidak mudah untuk mempengaruhi masyarakat untuk menjalankan program-program yang telah direncanakan. Pada awal masuknya Cikal ke Teluk Kiluan banyak dari masyarakat yang cenderung menolak, oleh sebab itu Cikal bersama orang-orang yang memiliki kredibilitas tinggi yang berasal dari luar masyarakat membangun rasa percaya masyarakat akan pentingnya keberadaan Cikal di Teluk Kiluan.

5. Karena telah terjalin kedekatan antara Cikal dan tokoh-tokoh masyarakat pada saat ini, maka untuk mempersuasi masyarakatnya hanya dibutuhkan tokoh masyarakat yang memang memiliki kredibilitas di mata masyarakat itu sendiri.

6.2. Saran

Dari kesimpulan yang telah peneliti peroleh, maka disarankan:

1. Komunikasi Yayasan Ekowisata Cikal dengan masyarakat Teluk Kiluan dalam upaya pelestarian Ekowisata lebih diintensifkan lagi agar masyarakat dapat meningkatkan pentingnya lingkungan alam, sehingga


(61)

lingkungan tetap terjaga kelesatariannya dan satwa seperti lumba-lumba terbebas dari kepunahan.

2. Masyarakat lebih aktif lagi berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Cikal jika memang Cikal masih dirasa kurang dalam kegiatan pelesatarian ekowisata, agar dapat selalu bersama-sama dalam upaya pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan.

3. Hasil penelitian ini tentunya masih belum mencapai kata sempurna dan masih dapat dikembangkan lagi, untuk itu saran penulis terhadap peneliti lainnya agar karya tulis ini kiranya dapat menjadi acuan dalam mencari permasalahan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pelestarian lingkungan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T. And M. Mangampa. 2000. The use of mangrove stands for

bioremediation in clos shrimp culture system: Proceeding of International Symposium on Marine Biotechnology. Bogor. Bogor Agriculture University Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung:

CV. Armico.

Effendy, Onong U. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ernawati, Dyah B, 2008. Artikel: Pemberdayaan Perempuan di Sektor Ekowisata Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Peranan Serta Status Perempuan Secara Sosial,Budaya, dan Ekonomi di Masyarakat, Universitas Negeri Solo (http://www.perpustakaan.uns.ac.id/jurnal/index.php)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Hamid, Farida. 2003. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya: Appolo. Kusnadi. 2006. Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta: LKIS.

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana. Masyhuri. Zainuddin.2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan.

Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Moeleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Arni, 1992. Komunikasi Organisasi.Jakarta: PT. Bumi Aksara Prijono, Onny. S dan Pranaka, AMW. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan,

dan Implementasi. Jakarta: Center of Strategic and International Studies. Rachmad K, Dwi Susilo. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers. Rakhmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.


(63)

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 2000. Metode Penelitian Survay. Jakarta: LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1990. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Tata Pemerintahan Demokrasi (1996-2001). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Widjaja. H. A. W. 2001. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Wrihatnolo, Randy. R, dan Riant Nugroho D. 2007. Manajemen Pemberdayaan:

Sebuah Pengantar Dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Sumber Internet :

E-book panduan dasar pelaksanaan ekowisata

http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEH UTANAN/INFO_III01/X_III01.htm diakses pada tanggal 13 Februari 2013 http://dolphinkiluanbay.com diakses pada tanggal 11 Januari 2013

http://kompas.com diakses pada tanggal 11 Januari 2013 http://lampost.co diakses pada tanggal 3 Desember 2012 http://telukkiluan.org diakses pada tanggal 11 Januari 2013

http://tourismindonesiaonline.com yang diakses pada tanggal 23 Januari 2012 http:/visitlampung.net diakses pada tanggal 21 September 2012


(64)

(65)

Waktu Wawancara : 1 Mei 2013 Informan Cikal

- Nama : Riko Stefanus - Usia : 42 tahun

- Tempat/tgl lahir : Gisting, 20 Maret 1971 - Pendidikan : SD

- Jabatan : Ketua Yayasan Cikal

- Alamat : Perum Adi Puri Lestari, Bandar Lampung

1. Apakah pentingnya kegiatan pengkomunikasian antara Yayasan Cikal dan masyarakat sekitar dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan?

Sangat penting sekali kegiatan komunikasi terutama meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan.

2. Bagaimana strategi komunikasi pada Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan?

Melalui rapat, sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, tindakan, jika perlu Cikal mendatangi langsung (door to door) ke masyarakat supaya lebih menyatu secara emosional dengan mereka, melalui cara ini diharapkan timbulnya rasa kepedulian terhadap lingkungan.

3. Apakah ada perbedaan strategi komunikasi dalam melestarikan ekowisata Teluk Kiluan yang dilakukan oleh Yayasan Cikal ketika pada masa awal terbentuk, jika dibandingkan dengan Yayasan Cikal pada saat ini?

Ketika awal terbentuk dulu kami memang agak kesulitan untuk berinteraksi dengan masyarakat karena mereka cenderung menolak dan hal ini memang tugas kami yang berat. Di Kiluan juga terdapat banyak etnik yang berbeda-beda. Jadi kami bersama orang yang memang memiliki kredibilitas Bapak Sjachroedin, gubernur kita bersama-sama bersosialisasi dengan masyarakat Teluk Kiluan dan kami merangkul semua kalangan.


(66)

secara efektif?

Sudah cukup efektif karena kami juga memiliki jadwal rapat per 3 bulan. Melalui komunikasi seperti ini lah Cikal dapat mengetahui hal apa yang telah dicapai dan apa yang ingin dicapai.

5. Apakah Komunikasi interpersonal (antarpribadi) yang terjadi antara Yayasan Cikal dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik? Hubungan Cikal dan masyarakat secara personal sangat baik.

6. Bagaimana peran Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam pelestarian ekowisata di Teluk Kiluan?


(1)

Panduan Wawancara Tempat Wawancara : Teluk Kiluan

Waktu Wawancara : 28 April 2013 Informan Masyarakat

- Nama : Andi Mafa Harun

- Usia : 33 tahun

- Tempat/tgl lahir : Kiluan, 1 Mei 1981 - Pendidikan : SMA

- Posisi di Masyarakat : Tokoh Masyarakat

- Alamat : Dusun Bandung Jaya, Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Tanggamus

1. Apakah pentingnya kegiatan pengkomunikasian antara Yayasan Cikal dan masyarakat sekitar dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan?

Dalam kegiatan pelestarian tentu sangat penting untuk berkomunikasi karena semua dilakukan secara bersama.

2. Bagaimana strategi komunikasi pada Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan?

Setiap program yang diberikan Cikal masuk kesini kita tanggapi dan kita jalankan bersama karena setiap program yang diberikan Cikal ini semuanya baik. Melalui rapat bersama yang diikuti oleh Cikal dan tokoh-tokoh masyarakat dan kemudian disebarkan kepada masyarakat.

3. Apakah ada perbedaan strategi komunikasi dalam melestarikan ekowisata Teluk Kiluan yang dilakukan oleh Yayasan Cikal ketika pada masa awal terbentuk, jika dibandingkan dengan Yayasan Cikal pada saat ini?

Kalau dulu mungkin kita kurang komunikasi, karena mungkin kita juga belum mengenal Cikal seperti apa. Cikal melakukan pendekatan secara personal.

4. Apakah komunikasi organisasi pada Yayasan Cikal terhadap masyarakat sekitar dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan sudah dilakukan secara efektif?


(2)

Efektif, karena setiap perwakilan mengetahui program apa yang akan dijalankan bersama.

5. Apakah Komunikasi interpersonal (antarpribadi) yang terjadi antara Yayasan Cikal dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik? Sangat baik, memang selain melalui rapat, komunikasi yang terjadi secara langsung juga Cikal selalu lakukan untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat.

6. Bagaimanakah peran tokoh masyarakat dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat?

Agak sulit menyatukan berbagai macam etnis, namun disini memang untuk menyatukan kekompakan kita melalui peran tokoh adat. Para tokoh masyarakat disini memang sangat membantu Cikal dalam program pelestarian sebab ketika tokoh masyarakat berbicara “A” maka masyarakat yang lain akan berkata “A”. Jadi bisa dibilang satu suara seperti itu.

7. Apakah masyarakat sekitar sudah memiliki rasa kepedulian dan kesadaran diri dalam melestarikan ekowisata di Teluk Kiluan?

Sudah peduli dan sadar tentang pentingnya melestarikan ekowisata karena masyarakat disini juga sudah merasakan dampak positif dari kegiatan ekowisata yang telah dijalankan Cikal bersama masyarakat.


(3)

Hasil Dokumentasi


(4)

(5)

(6)