SINERGISITAS PEMBANGUNAN PARIWISATA (STUDI KASUS TELUK KILUAN TAHUN 2014)

(1)

ABSTRACT

SYNERGY TOURISM DEVELOPMENT

(STUDY IN KILUAN BAY ON 2014)

By

Annisa Fadia Nizatama

Kiluan Bay has a nautical charm that could have become an attraction for local and foreign tourists. To attract attention, The government been doing promotion by conducting routine event fishing weeks and festifal krakatoa. However, visitors to Kiluan Bay still not optimal. This is due to damage to infrastructure such as access roads, accommodation and bathrooms, so it needs development. So that the necessary synergy of government and the privat and communities around Kiluan Bay to support sustainable development planning and sustainable.

This type of research used in this study is a qualitative study with descriptive analysis. This study uses data collection through interviews, observation and documentation.

The result showed the synergy between actors in Kiluan Bay still has not estabilished. It is seen from the role of the government as a regulator and facilitator, private as investor and society as a human resources not at is should be. So, that cooperation occurs in form of training, bulding permits and employment There are some obstacles encountered in the development of tourism in Kiluan Bay namely the lack of human resources, lack of funds, and lack of grand design.


(2)

ABSTRAK

SINERGISITAS PEMBANGUNAN PARIWISATA (STUDI KASUS TELUK KILUAN TAHUN 2014)

Oleh

Annisa Fadia Nizatama

Teluk Kiluan memiliki pesona bahari yang seharusnya dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan asing. Pemerintahpun telah melakukan promosi dengan melakukan festival dan acara memancing rutin untuk melakukan promosi, namun pengunjung Teluk Kiluan masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan rusaknya sarana dan prasarana seperti akses jalan, penginapan, dan kamar mandi, sehingga diperlukan pembangunan dan adanya sinergi dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat di sekitar Teluk Kiluan untuk mendukung perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinergisitas antar aktor yang ada di Teluk Kiluan masih belum terjalin. Hal tersebut dilihat dari peran serta yang dilakukan pemerintah sebagai regulator dan fasilitator, swasta sebagai investor dan masyarakat sebagai sumber daya manusia belum sesuai dengan peran serta yang seharusnya, sehingga kerjasama yang terjadi berupa pelatihan, pemberian izin dan penyediaan lapangan kerja.


(3)

SINERGISITAS PEMBANGUNAN PARIWISATA ( Studi Kasus di Teluk Kiluan tahun 2014 )

Oleh

Annisa Fadia Nizatama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

SINERGISITAS PEMBANGUNAN PARIWISATA ( Studi Kasus di Teluk Kiluan tahun 2014 )

(Skripsi)

Oleh

Annisa Fadia Nizatama

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ... 49 Bagan 5.1 Peran dan Kerjasama Antar Sektor dalam Pembangunan di

Teluk Kiluan ... 73


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Pembangunan Villa Baru Milik Swasta ... 61

Gambar 5.2 Banner Promosi Teluk Kiluan ... 62

Gambar 5.3 Kantor POKDARWIS dan POSDAYA ... 67


(7)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ...

1 5 5 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Sinergisitas... B. Tinjauan Pembangunan Pariwisata ... C. Tinjauan Kerjasama ... D. Jaringn (Networking) ... E. Good Governance ... F. Pengertian Pemerintahan ... G. Stakeholder ...

7 8 14 17 22 28 29

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian... B. Fokus Penelitian... C. Lokasi dan Waktu Penelitian... D. Sumber Data dan Jenis Data.. ... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Analisis Data ... G. Teknik Keabsahan Data ...

33 34 35 35 38 39 40


(8)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Industri Kreatif Provinsi Lampung ... B. Gambaran Umum Teluk Kiluan ...

43 51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sinergisitas Pembangunan Pariwisata di Teluk Kiluan ... B. Kendala yang dihadapi dalam Pembangunan Pariwisata di Teluk

Kiluan ... 55 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

89 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah pegawai Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Provinsi Lampung Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.2 Luas Wilayah Pekon Kiluan Negeri ... 53 Tabel 4.3 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Pekon Kiluan Negeri ... 53 Tabel 5.1

Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4

Daftar Penginapan yang Terdapat di Teluk Kiluan Tahun 2012 Peran Pemerintah dalam Pembangunan Pariwisata di Teluk Kiluan ... Peran Swasta dalam Pembangunan Pariwisata di Teluk Kiluan Data Perkembangan Pagu dan Realisasi Anggaran Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2013 ... 58 59 63 84


(10)

MOTO

Komunikasi dibutuhkan dalam setiap kerjasama

(Annisa)

To get a success, your courage must be greater than your

fear

(Annisa)

Do your best at any moment that you have

(a long visit)


(11)

(12)

(13)

Skripsi ini Kupersembahkan Untuk:

Ayah yang sudah membesarkan dan merawatku sedari kecil hingga saat ini

Almarhumah ibu yang selalu berjuang hingga saat terakhirnya


(14)

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1992 di Bandar Lampung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang merupakan hasil buah cinta Bapak Riza Fitria dan Alm. Nila Sari Ibrahim.

Penulis memulai pendidikan dari taman kanak-kanak di TK Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 1996 hingga 1998, dan melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDS Al-Kautsar pada tahun 1998 hingga 2004. Kemudian penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 Bandar Lampung dari tahun 2004 hingga 2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Bandar Lampung dari tahun 2007-2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Jurusan Ilmu Administrasi Negara melalui jalur SNMPTN. Penulis sempat aktif di Himagara dan organisasi eksternal Palang Merah Indonesia pada tahun 2010-2012. Semua pengalaman yang penulis dapat selama menjadi mahasiswi adalah pengalaman yang tak terlupakan.


(16)

SANWACANA

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT karena atas Ridho, Rahmat dan KaruniaNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sinergisitas Pembangunan Pariwisata (Studi Kasus Pada Teluk Kiluan)” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedy Hermawan. S.Sos.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan sekaligus pembimbing utama, atas kesediannya yang telah meluangkan waktu, pikiran serta tenaga untuk membimbing dan menasehati penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Ibu Dewi Brima Atika, S.IP.,M.Si selaku pembimbing pembantu yang telah banyak memberi arahan, bimbingan, saran serta nasehat sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. 3. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si selaku dosen pembahas dan penguji

yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(17)

4. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang turut serta membantu dan memotivasi selama penulis menjadi mahasiswi.

5. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku dekan FISIP UNILA

6. Seluruh dosen FISIP UNILA khususnya jurusan Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswi.

7. Kedua orang tua ku, ayah dan ibu terimakasih atas semua yang telah diberikan kepadaku saat ini. Tanpa kalian aku tiada arti. Untuk adik-adik ku Andinar Fatia Nizatama dan Ainindita Fania Nizatama yang selalu menyemangati, Ajeng sayang kalian karena Allah.

8. Miranti, Andhesa, Nissa Fatarina, Bella, Fajar dan Cahya. Terimakasih banyak atas motivasi dan bantuannya. 10 tahun kita sama-sama semoga selamanya.

9. Buyah-umi, Aan, Abi-Bunda, Onek, Mami, Kak Imel dan semua sepupuku terimakasih telah membantu materi, semangat, omelan dan hal lainnya selama penelitian ini.

10.Untuk Imam Khoirudin yang telah membantu dan menemani selama penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih.

11.Keluarga besar Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2009, 2011, 2012 terutama 2010, terima kasih banyak.


(18)

12.Serta semua teman-teman, keluarga, saudara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.

Terimakasih.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Lampung yang berada di ujung pulau Sumatera memiliki beberapa pulau di sekitarnya yang membuat Provinsi Lampung menjadi salah satu dari beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki keindahan laut. Hal itu pula yang menyebabkan Provinsi Lampung tinggi akan potensi di bidang kelautan baik perikanan ataupun pariwisata. Teluk Kiluan merupakan objek wisata di Provinsi Lampung yang cukup terkenal karena potensi alamnya yang tidak dimiliki wisata bahari lain di Provinsi Lampung seperti lumba-lumba.

Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah. Pembangunan dalam sektor ini memerlukan kerjasama yang baik antar pemerintah, swasta dan masyarakat. Secara internal pengembangan sektor kepariwisataan ini diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, dan secara eksternal diharapkan mampu menjadi sektor utama yang memberikan dampak menyebar pada wilayah sekitarnya demi menciptakan pemerataan wilayah.


(20)

2

Teluk Kiluan yang memiliki keunikan keindahan alam pantai dan pegunungan, daerah singgah mamalia laut seperti lumba-lumba, paus pilot, dan juga aneka ikan black marlin dan habitat-habitat laut lainnya seharusnya dapat sangat memikat hati wisatawan. Namun kita ketahui secara pasti pengunjung Teluk Kiluan tidak cukup optimal. Hal itu dapat terlihat dari sepinya pengunjung yang datang ke Teluk Kiluan, dalam 22 buah villa dan homestay serta wilayah camping ground selama setahun hanya mampu menarik 3.000 orang wisatawan nusantara dan 1.800 orang wisatawan mancanegara dari total 4.442.716 pengunjung (sumber: Parekraf dalam angka tahun 2014, data diolah).

Dalam keadaan alami Teluk Kiluan sudah memiliki daya tarik dan pesonanya tersendiri. Teluk Kiluan memiliki beberapa pulau dengan pantai yang indah disekitarnya, keindahan karang yang membentuk sebuah kolam (Wisata Laguna), keindahan biota dalam laut yang dapat dijadikan tempat snorkling. Hal tersebut harusnya menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun luar. Agar optimalnya pembangunan di Teluk Kiluan diharapkan semua aktor yang berperan serta dalam pembangunan dapat bersinergi dalam pengelolaan potensi yang dimiliki oleh Teluk Kiluan. Sehingga dapat menunjang perencanaan pembangunan agar dapat berkelanjutan dan berkesinambungan.

Sarana penunjang yang berkesinambungan diperlukan dalam pembangunan pariwisata karena di era reformasi sekarang ini Indonesia mulai menerapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan pada daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan


(21)

3

pemerintahan, pembangunan serta mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut berarti Pemerintah Daerah diharapkan untuk dapat lebih mandiri dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Sehubungan dengan adanya hal tersebut, maka daerah dituntut untuk mencari dan mendapatkan berbagai macam sumber pendapatan dengan jalan mengerahkan dan mengoptimalkan pengelolaan semua potensi yang dimiliki agar dapat menunjang terlaksananya pembangunan yang direncanakan sebagai suatu upaya berkelanjutan dan berkesinambungan.

Guna menarik pengunjung pemerintah telah melakukan beberapa kegiatan yang dilakukan di Teluk Kiluan seperti “fishing week” atau ajang memancing dan festival krakatau. Namun kegiatan tersebut dirasa masih kurang dalam menarik pengunjung Teluk Kiluan. Sehingga dibutuhkan suatu jaringan agar timbulnya kerjasama untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam menarik pengunjung ataupun pembangunan Teluk Kiluan. Dalam pembangunan Teluk Kiluan dibutuhkan adanya kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat sehingga pembangunan Teluk Kiluan dapat terwujud.

Pemerintah mendirikan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan wisata di Teluk Kiluan dan dapat bekerjasama dengan pemerintah membangun Teluk Kiluan sehingga menjadi wilayah wisata bahari yang diunggulkan.


(22)

4

Namun pada kenyataannya, Pokdarwis yang dibentuk oleh pemerintah untuk meningkatkan pembangunan pariwisata kurang lebih setahun yang lalu baru berjalan aktif Februari 2015 ini. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan wisata Teluk Kiluan masih belum memadai, hal tersebut terlihat dari infrastruktur jalan menuju lokasi Teluk Kiluan yang rusak parah mengurangi keinginan pengunjung menuju Teluk Kiluan, villa-villa yang kurang perawatan, penyediaan akses akomodasi dan promosi yang dilakukan baik dari masyarakat dan pemerintahpun masih belum cukup optimal.

Dalam meningkatkan potensi pariwisata ada beberapa yang meneliti tentang peningkatan koordinasi antar pemerintah daerah dan provinsi saja, serta bagaimana strategi pengembangan pariwisata. Namun, belum ditemui yang membahas tentang sinergitas pembangunan pariwisata. Agar terciptanya sinergitas ini pembangunan pariwisata bukan hanya membutuhkan koordinasi antar pemerintah saja, namun memerlukan kerja sama dan peran serta dari segala aktor dan sektor yang akan terkena dampak pembangunan pariwisata ini. Seperti pemerintah, masyarakat sekitar, sektor swasta yang ikut berperan serta dalam pembangunan Teluk Kiluan.

Dari beberapa penjelasan paragraf potensi alam dari Teluk Kiluan semestinya dikembangkan lebih baik lagi. Pengembangan tersebut dapat terlaksana jika pemerintah, swasta dan masyarakat yang berperan penting dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan pariwisata. Pemerintah daerah seharusnya membuka diri terhadap masuknya


(23)

5

sumber daya global dan berupaya keras membangun kemampuan inovasi, kerjasama, dan jaringan secara global terhadap segala sesuatu yang dapat berpartisipasi dan mengambil keuntungan dalam pembangunan pariwisata. Seperti pemerintah membuka diri terhadap investor, selain itu pemerintah dapat berperan serta disektornya memperbaiki sarana prasana dan/atau akses jalan. Dari sektor swasta memberikan investasi agar terciptanya pembangunan ekowisata. Sedangkan stakeholder turut berpartisipasi dalam pemasaran dan perawatan berkelanjutan. Jika tiga aktor diatas berperan serta maka pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan akan lebih optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah dalam penilitian ini :

Bagaimanakah sinergisitas antara sektor pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan parawisata di Teluk Kiluan ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai suatu rumusan sebuah konsep tentang sinergisitas antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang terjadi di Teluk Kiluan serta mendeskripsikan


(24)

6

kendala-kendala apa saja yang menjadi faktor penghambat pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu kajian Ilmu Administrasi Negara dalam bidang pembangunan daerah, khususnya yang berkaitan dengan Good Governance guna meningkatkan pembangunan pariwisata

2. Kegunaan Praktis, secara praktis hasil penelitian ini memberikan pemikiran dan pemecahan masalah bagi Dinas Pariwisata Provinsi Lampung. Terkait kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pembangunan pariwisata Teluk Kiluan.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Sinergisitas

Sinergitas berasal dari kata sinergi, dapat disebut pula dengan sinergisme ataupun sinergisitas. Dalam kata pengantar pada Jurnal Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2005-2010 Sulawesi Utara karya Sarundajang mengatakan, sinergi mengandung arti kombinasi unsur atau bagian yang dapat menghasilkan pengeluaran yang lebih baik atau lebih besar. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sinergi berarti kegiatan atau operasi gabungan.

Menurut Covey yang dikutip melalui jurnal pembangunan pada student jurnal mengartikan sinergisitas sebagai:

“Kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar daripada dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu gabungan beberapa unsur akan menghasilkan suatu produk yang lebih unggul. Oleh sebab itu, sinergitas dalam pembangunan berarti keterpaduan berbagai unsur pembangunan yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Covey meambahkan sinergitas akan mudah terjadi bila komponen-komponen yang ada mampu berpikir sinergi, terjadi kesamaan pandang dan


(26)

8

Melalui dua kesimpulan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa sinergitas dapat diartikan kegiatan gabungan atau kerjasama yang dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa peran yang berbeda namun terkait didalamnya. Oleh karena itu seluruh komponen masyarakat dan pemerintah diharapkan bersinergi agar tercapainya kesejahteraan masyarakat.

B. Tinjauan Pembangunan Pariwisata

1. Pengertian Pembangunan

Menurut Siagian dalam Hadiawan (2006:11) pembangunan merupakan sebagai

“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”.

Sedangkan Kartasasmita (1994:121) memberikan pengertian yang lebih

sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui

upaya yang dilakukan secara terencana.

Portes dalam Kartasasmita (1994:121) juga mendefenisikan bahwa pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan menurut Nugroho dalam Kartasasmita (1994:121),


(27)

9

pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi.

Dari beberapa pengertian pembangunan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun sosial yang bertujuan kearah yang lebih baik melalui upaya yang sudah direncanakan. Dan merupakan sebuah tranformasi atau perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang di gerakkan atas tujuan atau strategi yang diinginkan yang berguna untuk peningkatan kualitas manusia dalam mempebaiki kualitas hidupnya.

2. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sangsekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Pengertian pariwisata menurut Norval dalam Yunida (2010:20) adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota, atau wilayah tertentu.


(28)

10

Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Spillane (1991:20) pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Perjalanan mengunjungi tempat-tempat indah dan terkenal diadakan untuk tujuan kenikmatan dan kesenangan. Hal ini bias sebagai motivasi, ingin tahu serta memperluas pengetahuan para wisatawan.

Spillane menambahkan ada dua kategori dari wisatawan yaitu:

1. Yang benar-benar mengadakan perjalanan untuk kesenangan, kesehatan dan kenikmatan lainnya.

2. Yang datang untuk keperluan usaha atau pekerjaan, studi misi dan lain-lainnya.

Menurut Yoeti (1998:8) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu:

1. perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal; 2. tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang,

tanpa mencari nafkah di negara, kota atau DTW yang dikunjungi. 3. uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara

asalnya, di mana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan; dan


(29)

11

4. perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.

Pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata semata-mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut.

C. Pembangunan Pariwisata

Pembangunan dalam bidang pariwisata merupakan suatu hal yang sangat perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah, mengingat banyak sekali keuntungan atau manfaat yang bisa diambil dari kegiatan pariwisata, antara lain dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara,dan yang tak kalah penting adalah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD).

Melakukan pembangunan pariwisata dibutuhkan berbagai pendukung untuk memperlancar jalannya kegiatan. Antara lain sumber daya manusia yang berkualitas, adanya dana yang cukup memadai, didukung sarana dan prasarana serta kebijakan dari Pemerintah Daerah yang memprioritaskan bidang pariwisata. Suatu kegiatan pembangunan pariwisata yang sudah baik tanpa adanya dukungan


(30)

12

dari hal-hal tersebut diatas tidak mungkin dapat mencapai hasil yang diharapkan, artinya setiap pengembangan bidang pariwisata sangat membutuhkan dana serta SDM yang berkualitas disamping ditunjang adanya sarana dan prasarana serta kebijakan dari Pemerintah Daerah.

Pembangunan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata;

2. Mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup; 3. Meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsa pasar;

dan

4. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable).

Spillane menambahkan pengembangan pariwisata akan menghasilkan akibat yang lebih luas daripada akibat ekonomis saja. Oleh karena itu dibutuhkan pembinaan


(31)

13

terhadap masyarakat dan pemerintah. Tujuan dari pembinaan pembangunan pariwisata adalah:

1. Menggalakan pemeliharaan segi-segi positif yang berupa kegiatan-kegiatan atau sikap dan sifat langsung atau tidak langsung dari masyarakat bagi pengembangan masyarakat itu sendiri dan kepariwisataan.

2. Menggalakan usaha-usaha pencegahan pengaruh buruk yang mungkin timbul sebagai akibat pengembangan pariwisata, atau setidak-tidaknya membatasi pengaruh tersebut sekecil-kecilnya.

Kerjasama merupakan kunci berhasilnya pengembangan pariwisata. Baik kerjasama dalam pembinaan produk wisata, kerjasama dalam pemasaran ataupun kerjasama dalam usaha-usaha pembinaan masyarakat.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pembangunan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur, yaitu:

1. Objek dan daya tarik wisata, 2. Prasarana wisata,

3. Sarana wisata, 4. Infrastruktur,


(32)

14

D. Tinjauan Tentang Kerjasama

Guna meningkatkan mutu kepariwisataan diperlukannya kerjasama. Kerjasama ini dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki andil dalam proses pembangunan serta pihak-pihak yang akan merasakan dampak dari pembangunan pariwisata. Hal ini dilakukan agar terwujudnya tujuan awal yang diharapkan saat terjadinya kerjasama. Melalui konsep kerjasama ini kita dapat mengetahui bagaimana prinsip-prinsip kerjasama agar pelaksana kerjasama melaksanakan peran masing-masing anggota yang sesuai dengan latar belakang peran yang mereka miliki.

Menurut Suit (1996:88) kerjasama dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menghimpun kekuatan guna menyelesaikan pekerjaan berat dan besar yang tidak dapat diselesaikan oleh satu orang. Mereka menambahkan kerjasama yang positif sangat bermanfaat dan dibutuhkan untuk memecahkan berbagai masalah teknis pekerjaan dan berbagai masalah intern organisasi.selain itu kerjasama ini juga dapat meningkatkan pelayanan terhadap relasi atau pelanggan yang dapat digunankan sebagai banteng pertahanan dalam mengahadapi persaingan.

Agar tidak timbul masalah dalam suatu kerjasama pemimpin tertinggi harus benar-benar memperhatikan dan cepat tanggap bila ada guncangan atau keretakan terjadi. Keretakan atau guncangan yang terjadi baik dari tingkat bawah maupun atas akan tetap berpengaruh terhadap kegiatan. Agar tidak terciptanya keretakan pemimpin diharapkan memiliki prinsip-prinsip kerjasama diatas sehingga segala sesuatau yang dianggap tidak baik dapat tercegah sebelum terjadi.


(33)

15

Sedangkan Menurut Pamudji (1985:12). Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama.

Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji, dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.Unsur dua pihak, selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling mempengaruhi sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama penting dilakukan. Apabila hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan yang dimaksud bukanlah suatu kerjasama. Suatu interaksi meskipun bersifat dinamis, tidak selalu berarti kerjasama. Suatu interaksi yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses interaksi, juga bukan suatu kerjasama. Kerjasama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi yang seimbang, serasi dan selaras.

Sedangkan menurut Abdulsyani (2012:156), kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Kerja sama merupakan suatu proses sosial yang paling dasar. Kerjasama timbul apabila orang mulai menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan


(34)

16

mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut melalui kerjasama.

Sehingga dapat disimpulkan kerjasama adalah suatu bentuk proses yang dimana didalamnya terdapat aktifitas yang dilakukan oleh beberapa orang/kelompok yang ditujukan guna mencapai tujuan bersama yang dengan saling membantu dan saling memahami terhadap kegiatan masing-masing.

Kerjasama dalam kelompok menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja. Kerjasama dalam kelompok akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-ndividu yang tergabung dalam kerjasama kelompok. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan memunculkan ide-ide cemerlang. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar dalam Abdulsyani (2012:158) bahwa kerjasama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan.

Selain keunggulan diatas, kerjasama juga dapat menstimulasi seseorang berkontribusi dalam kelompoknya, sebagaimana yang dinyatakan Davis (dalam Dewi, 2006) bahwa, Kerjasama adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang didalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan.


(35)

17

Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Individu dikatakan bekerjasama jika upaya-upaya dari setiap individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama. Semakin besar integrasinya semakin besar tingkat kerjasamanya.

Indikator-indikator Kerjasama

West menetapkan indikator-indikator kerjasama sebagai alat ukurnya sebagai berikut:

1. Tanggung jawab secara bersama sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerjasama yang baik.

2. Saling berkontribusi yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerjasama.

3. Pengerahan kemampuan secara maksimal yaitu dengan mengerahkan kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerjasama akan lebih kuat dan berkualitas.

E. Jaringan (Networking)

Menurut pakar teori jaringan dalam Ritzer (2004:382), pendekatan normatif memusatkan perhatian terhadap kultur dan proses sosialisasi yang menanamkan inter-nalization norma dan nilai ke dalam diri aktor. Menurut pendekatan normatif, yang mempersatukan orang secara bersama adalah sekumpulan gagasan


(36)

18

bersama. Pakar teori jaringan menolak pandangan demikian dan menyatakan bahwa orang harus memusatkan perhatian pada pola ikatan objektifitas yang menghubungkan anggota masyarakat. Berikut ungkapan Wellman dalam Ritzer (2004:383) tentang teori jaringan:

“Analisis jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau

kolektivitas berprilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya berpriaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba menghindarkan penjelasan normatif dari prilaku sosial. Mereka menolak semua penjelasan nonstruktural yang memperlakukan proses sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma yang tertanam.”.

Dari penjelasan di atas juga dapat di ambil suatu pengertian bahwa ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatianya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor mungkin saja individu, tapi mungkin juga kelompok, perusahaan, dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sekala luas maupun di tingkat yang lebih kecil.

Menurut gambaran Granoveter dalam Ritzer (2004:384), hubungan di tingkat

mikro itu sepeti tindakan yang “melekat” dalam hubungan pribadi kongkret dan

dalam struktur (jaringan) hubungan itu”. Landasan hubungan ini bahwa setiap

aktor (individu atau kolektifitas) mempunyai akses yang berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen yang lain.


(37)

19

Ritzer (2004:384) mengungkapkan satu aspek penting analisis jaringan adalah bahwa analisis ini menjauhkan sosiolog dari studi tentang kelompok dan kategori sosial dan mengarahkanya untuk mempelajari ikatan dikalangan dan antar aktor yang tak terikat secara kuat dan tak sepenuhnya memenuhi persyaratan kelompok.

Contohnya telah di ungkapkan dalam karya granoveter tentang “ikatan yang kuat dan lemah” granoveter membedakan antara ikatan yang kuat, misalnya hubungan antara seorang dan teman karibnya, ikatan yang lemah, misalnya hubungan antara seorang dan kenalanya. Berbeda dengan para sosiolog yang menganggap hubungan yang lemah itu tidak penting, granoveter menjelaskan bahwa ikatan yang lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh, ikatan yang lemah antara dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya.

Tanpa adanya ikatan yang lemah seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total dan dapat berakibat sistem sosial semakin terfragmentasi. Tanpa ikatan yang lemah, seorang individu dapat merasa dirinya terisolasi dalam kelompok yang ikatanya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat luas. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa ikatan yang lemah dapat mencegah isolasi dan memungkinkan individu mengintegrasikan dirinya dengan lebih baik ke dalam masyarakat lebih luas. Selain itu teori jaringan juga menganggap ikatan yang kuat sangat penting dan mempunyai nilai. Misalnya, orang yang memiliki ikatan kuat akan mempunyai motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat


(38)

20

untuk saling memberikan bantuan. Berikut prinsip-prinsip dari teori jaringan yang berkaitan logis menurut Ritzer (2004:385):

1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intensitas yang makin besar atau makin kecil.

2. Ikatan antara individu harus di analisis daam konteks struktur jaringan lebih luas

3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan nonacak. Di satu pihak jaringan adalah transitif, di pihak lain ada keterbatasan tentang berapa banyak hubungan yang dapat muncul dan seberapa kuatnya hubungan itu dapat terjadi.

4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antar individu.

5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibatnya bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata.

6. Terakhir, distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan kerja sama maupun kompetensi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas dan kelompok lain akan bersaing dan memperebutkanya.


(39)

21

Jadi, teori jaringan bersifat berkualitas dinamis dengan struktur jaringan akan berubah bersamaan dengan terjadinya pergeseran pola koalisi dan konflik. Satu contoh, memusatkan perhatian pada masalah kepaduan perusahaan dan hubunganya dengan kekuasaan. Menurut Ritzer (2004 :385) secara historis kohesi telah di definisikan dalam dua cara berbeda. Yaitu:

1. Menurut pandangan subjektif, kohesi adalah fungsi perasaan anggota kelompok yang menyamakan dirinya dengan kelompok dan kepentingan individual mereka di kaitkan dengan kepentingan kelompok. Penekananya disini adalah pada sistem normatif, dan kohesi dihasilkan baik melalui internalisasi sistem normative maupun penekanan kelompok.

2. Menurut pandangan objektif, solidaritas dapat di pandang sebagai tujuan dan sebagai proses yang dapat di amati bebas dari perasaan individual.

3. Selain melihat prilaku sebagai hasil kohesi, masyarakat juga melihat prilaku sebagai hasil kesetaraan struktural. Aktor yang setara secara struktural adalah mereka yang mempunyai hubungan yang sama dengan aktor lain dalam struktur sosial. Jadi kesetaraan struktural ada di kalangan perusahaan meskipun di kalangan perusahaan itu tidak ada komunikasi. Karena mereka berprilaku menurut cara yang sama karena mereka berkedudukan dalam hubungan yang sama dengan beberapa kesatuan lain dalam struktur sosial. Mizruchi menyimpulkan bahwa kesetaraan struktural besar peranannya sebagai pemersatu dalam menerangkan kesamaan prilaku. Mizruchi memberikan peran


(40)

22

penting pada kesetaraan struktural yang secara tak langsung menekankan pentingnya peran jaringan hubungan sosial.

Dari penjelasan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa didalam suatu jaringan terdapat interaksi dari banyaknya organisasi (interorganizational) untuk mencapai tujuan bersama. Agar tercapainya tujuan tersebut dibutuhkan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat. Masing-masing pihak yang terlibat memiliki kepentingan yang sama dengan sumberdaya yang berbeda, sehingga menimbulkan ketergantungan antara satu dan yang lainnya.

F. Good Governance

Santosa (2008:130) dalam bukunya mengungkapkan pendapat Landell-Mills dan Seregeldin bahwa good governance sebagai penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumberdaya demi pembangunan sosial ekonomi. Sedangkan Charlik mengartikan good governance sebagai pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif melalui pembuatan peraturan dan/atau kebijakan yang absah demi untuk mempromosikan nilai-nilai kemasyarakatan.

Selain itu Santosa (2008:130) menambahkan bahwa governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan kepemerintahan. Ada tiga pilar governance, yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Oleh sebab itu good governance sektor publik dapat diartikan sebagai suatu proses tata kelola


(41)

23

pemerintah yang baik, dengan melibatkan stakeholder, terhadap berbagai kegiatan perekonomian, sosial politik dan pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas: keadilan, pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.

Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Menurut Hadiwinata sinergi yang diciptakan dalam good governance adalah pemerintah yang menyediakan perangkat, aturan dan kebijakan. Sektor bisnis yang menggerakan roda perekonomian, dan sektor civil society yang menjalankan aktivitas swadaya guna mengembangkan produktifitas ekonomi, efektifitas dan efisiensi.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar dalam mengembangkan dan menerapkan good governance dalam pelaksanaannya menurut Gambir dalam Sedarmayanti, (2009:283) antara lain yaitu :

a. Akuntabilitas (Accountability)

Suatu perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya. Implementasi akuntabilitas dilakukan melalui pendekatan strategis, yang akan mengakomodasi perubahan-perubahan secara cepat.


(42)

24

Transparansi disini dimaksud adanya ruang kebebasan untuk memperoleh informasi publik bagi warga yang membutuhkan (diatur oleh undang-undang). Serta adanya ketegasan antara rahasia negara dengan informasi yang boleh diketahui publik.

c. Efektivitas dan Efisiensi

Pemerintah harus efektif (absah) dan efisien dalam memproduksi output berupa aturan, kebijakan , pengelolaan keuangan negara dan lain-lain.

d. Kepastian hukum (Rule of Law)

Harus ada perangkat hukum yang menindak pelanggar, menjamin perlindungan HAM, tidak memihak dan berlaku pada semua warga. e. Partisipatoris

Setiap pembuatan peraturan dan/atau kebijakan selalu melibatkan unsur masyarakat (melalui wakil-wakilnya).

f. Konsensus

Jika ada perbedaan kepentingan yang mendasar didalam masyarakat, penyelesaian masalah diutamakan dengan dialog atau musyawarah. g. Responsiveness

Lembaga publik harus mampu merespon kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan dasar dan HAM agar terciptanya pembangunan yang maksimal.


(43)

25

1. Tujuan dan Manfaat Good Governance

Menurut pendapat Daniri dalam Saputra (2013:33) Good Governance mempunyai lima macam tujuan utama. Kelima tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut:

a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

b. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non pemegang saham.

c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan.

e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

Mengacu kepada pendapatnya diatas Daniri memandang manfaat dalam penerapan Good Governance adalah:

a. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang ataupun berupa pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

b. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil


(44)

26

seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.

c. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.

d. Menciptakan dukungan para stakeholders (para pemangku kepentingan) dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

Manfaat Good Governance bukanlah hanya untuk saat ini saja, tetapi juga dalam jangka waktu yang panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang persaingan global.

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Good Governance

Menurut pendapat Daniri dalam Saputra (2013:35) ada dua faktor yang memegang peranan terhadap keberhasilan penerapan Good Governance, yaitu:

1) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah berbagai faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Faktor eksternal tersebut diantaranya adalah:


(45)

27

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

b. Adanya dukungan pelaksanaan Good Governance dari sektor publik / lembaga pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Goverment menuju Good Goverment Governance yang sebenarnya.

c. Terdapatnya contoh pelaksanaan Good Governance yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan Good Governance yang efektif

d. Profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan), terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan Good Governance di masyarakat.

2) Faktor Internal

Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktik Good governance yang berasal dari dalam perusahaan. Faktor internal tersebut diantaranya adalah:

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan Good Governance dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.

b. Adanya berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai Good Governance c. Adanya manajemen pengendalian resiko perusahaan juga


(46)

28

didasarkan pada kaidah-kaidah standar Good Governance.

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

Diluar dua faktor diatas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan Good Governance secara efektif adalah kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan perusahaan.

G. Pengertian Pemerintahan (Governance)

Undang-undang Dasar 1945, pemerintahan dibagi kedalam dua arti yaitu arti luas dan arti sempit. Arti luas dari pemerintahan adalah seluruh kegiatan penguasaan negara oleh lembaga pemegang kekuasaan negara (Presiden, MPR, MK, KY, DPR, DPRD, DPD, dan MA) dalam rangka mencapai tujuan negara. Sedangkan dalam arti sempit pemerintahan adalah pelaksana penguasaan negara yang merupakan kegiatan penyelenggaraan eksekutif untuk memberikan pelayanan umum dan mengangkat kesejahteraan masyarakat.


(47)

29

Surya (2002:5) mengatakan pemerintahan (governance) adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan dalam arti luas. Menurut Finer dalam Surya (2002:5), istilah pemerintahan paling tidak memiliki empat hal, yaitu :

a. Menunjukan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan pengawasan atas pihak atau lembaga lain.

b. Menunjukkan permasalahan-permasalahan negara atau proses memilih terhadap masalah-masalah yang dijumpai.

c. Menunjukkan pejabat-pejabat yang dibebani tugas-tugas memerintah d. Menunjukkan cara-cara atau metode atau sistem yang digunakan

Menurut beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa governance dalam arti luas adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh badan-badan eksekutif, badan legislatif dan badan yudikatif dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pemerintah. Sedangkan dalam arti sempit governance dapat berarti kegiatan-kegiatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif guna mencapai tujuan pemerintahan.

H. Stakeholder

Berdasarkan pendapat Freeman dalam Selviyanna (2010:42) stakeholder dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Definisi sempitnya stakeholder dapat diartikan sebagai suatu


(48)

30

kelompok dan individu kepada siapa sebuah organisasi bergantung untuk mempertahankan keberadaannya. Sedangkan dalam definisi luas, stakeholder didefinisikan sebagai kelompok individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian suatu tujuan.

Yau dkk dalam Selviyanna (2010:43) berpendapat bahwa :

”Stakeholder is a group or an individual who can effect, or be affected by, the success or failure of an organization”. ( Stakeholder adalah semua pihak, baik internal ataupun eksternal yang memiliki hubungan mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh suatu perusahaan).

Pendapat lain tentang stakeholder menurut Jalal dalam selviyanna (2010:43) bahwa stakeholder adalah orang-orang atau kelompok yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh suatu hal, serta mereka yang mungkin memiliki kepentingan dalam proyek dan atau kemampuan untuk mempengaruhi hasil, baik positif atau negatif.

Menurut Jones dalam Selviyanna (2010:44) stakeholder dapat diklarifikasi kedalam dua kategori, yaitu :

a. Inside Stakeholder, terdiri dari pihak yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumberdaya perusahaan secara berada didalam organisasi perusahaan, seperti pemegang saham (stakeholder), para manager, dan karyawan.


(49)

31

b. Outside Stakeholder, terdiri dari orang-orang atau pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karayawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti pelanggan, costumers, pemasok, pemerintah (govenment), masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum (general public).

Menggunakan sudut pandang yang berbeda, Post Et. Al dalam Selviyanna (2010:42) membagi stakeholder (pemangku kepentingan) kedalam dua kategori, yaitu :

a. Primary Stakeholder (pemangku kepentingan utama), adalah berbagai pihak yang berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis perusahaan serta mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melaksanakan tujuan utamanya, meliputi : para pemegang saham, Para karyawan, para pemasok (suplier), para kreditur (creditors), para pelanggan (customers), para pedagang besar dan eceran (whole sellers and retailers).

b. Secondary Stakeholder ( Pemangku kepentingan sekunder, adalah orang-orang atau kelompok didalam masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aktivitas atau keputusan utama perusahaan, meliputi : masyarakat secara umum (general public), komunitas lokal (local comunity), pemerintah pusat dan daerah (federal state and local government), para pemerintah


(50)

32

asing (foreign government), kelompok aktivitas sosial (social aktivist groups), dan berbagai kelompok pendukung bisnis (bussiness support group).

Berdasarkan konsep diatas, stakeholder dapat diartikan sebagai pihak eksternal maupun internal yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktifitas kebijakan yang diambil oleh suatu perusahaan. Para stakeholder yang terkait harus membentuk hubungan yang baik dan saling mendukung yang biasa disebut dengan kerjasama multi pihak (multi stakeholder).


(51)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Tipe penelitian

Penelitian ini dimaksud untuk memverifikasi sebuah fenomena sosial dengan cermat. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memahami dan membuat gambaran mengenai peran-peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan Teluk Kiluan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

Menurut Nasir (2003:32), tipe penelitian deskriptif adalah suatu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan penelitian deskriptif menurut Hadari Nawawi adalah cara yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan dilapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dan data penelitian dilapangan.

Berdasarkan pendapat tersebut saya menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki sehingga pada akhirnya dapat


(52)

34

mengungkapkan suatu kebenaran. Penelitian ini dimaksud untuk meneliti suatu fenomena social dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang akan diteliti.

Lebih lanjutnya penelitian ini ingin lebih mengetahui sinergisitas pembangunan parawisata Teluk Kiluan. Selain itu, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat pembangunan parawisata di Teluk Kiluan dan sejauh mana peran serta pemerintah, masyarakat dan swasta dalam pembangunannya.

B. Fokus Penelitian

Kerjasama yang dilakukan sektor pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya pembangunan pariwisata di Provinsi Lampung.

Untuk melihat sinergisitas sektor pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata di Provinsi Lampung, maka fokus penelitian ini adalah:

1. Peran dan upaya pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kluan

2. Kerjasama antar aktor pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan


(53)

35

3. Kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung. Lokasi penelitian dilakukan pada Dinas Pariwisata Provinsi Lampung pada tahun 2014, Badan Promosi Daerah Provinsi Lampung, DPRD komisi 2 Provinsi Lampung, Kelompok Sadar Wisata Pekon Kiluan Negeri dan Wisata Teluk Kiluan sendiri. Peneliti memilih Teluk Kiluan sebagai lokasi penelitian dikarenakan Teluk Kiluan memiliki kekayaan alam yang sangat berpotensi yang tidak dimiliki laut lainnya di Provinsi Lampung khususnya yaitu lumba-lumba dan perlu perhatian khusus agar optimal dalam pembangunan sebagai wilayah ekowisata.

Terkait dengan waktu, peneliti melakukan pra-riset untuk mendapatkan data-data awal guna mempertajam latar belakang pada Oktober 2014. Riset penelitian tersebut dilakukan pada Januari 2015 – Maret 2015.

D. Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland (Basrowi dan Suwandi, 2008:169) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.


(54)

36

Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber tertulis

Data-data yang didapatkan dalam penelitian ini didapatkan dari bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis antara lain arsip pemerintah, dokumen resmi dan dokumen pribadi yang diberikan oleh Bapak Heri dari Dinas Pariwisata Provinsi Lampung.

2. Informan

a. Dinas Pariwisata Provinsi Lampung (Herlina Warganegara selaku Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung)

b. Badan Promosi Daerah Provinsi Lampung (Bapak Budi Santoso, S.Sos.) c. DPRD Komisi 2 Provinsi Lampung (H. Mikdar Ilyas Anggota DPRD dan

Dendi Prabowo)

d. Sekretaris Pekon Kiluan Negeri ( Bapak Sulaiman) e. Pemilik Villa Dio di Teluk Kiluan ( Bapak Saipi)

3. Dokumentasi

a. Foto pembangunan viilla, perahu dan rumah singgah yang dibangun oleh pemerintah

b. Deskripsi tentang objek yang akan diobservasi dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan.


(55)

37

Jenis data dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, baik yang melalui pengamatan langsung oleh peneliti ataupun melalui berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang diperoleh melalui hasil wawancara peneliti kepadaa sumber data. Adapun yang menjadi sumber data primer dari penelitian ini adalah masyarakat, khususnya sekretaris dan pemilik villa di wilayah Teluk Kiluan, Dinas Pariwisata Provinsi Lampung dan anggota DPRD Provinsi Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder ini merupakan bahan-bahan tertulis yang mencakup dari literatur, dokumen-dokumen dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder tersebut adalah Katalog katalog tentang Teluk Kiluan yang dikeluarkan oleh dinas pariwisata Provinsi Lampung dan Perda No. 6 tahun 2011 tentang kepariwisataan Provinsi Lampung.


(56)

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi dan Suwandi, 2008:1127). Adapun yang dapat dijadikan informan dalam penelitian tersebut adalah Ibu Herlina Warganegara selaku Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Bapak H. Mikdar Ilyas dan Dendi Prabowo selaku Anggota DPRD Provinsi Lampung Komisis 2 Pemilik serta masyrakat sekitar Pekon Kiluan Negeri.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga mendapatkan data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008:158).

Peneliti mengumpulkan data berupa Pariwisata dalam angka Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi Lampung tahun 2014-2019, Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 Provinsi Lampung, Rencana Strategi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2014-2019, foto teluk Kiluan, pamflet dan banner tentang Teluk Kiluan.


(57)

39

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (Basrowi dan Suwandi, 2008:193) analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari dan membuat keputusan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Basrowi dan Suwandi, 2008:209) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaa, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Proses reduksi data ini berlangsung selama penelitian dilakukan, berlangsung terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir sudah lengkap tersusun.


(58)

40

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis ataukah, mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian. Dalam proses ini data diklasifikasi berdasarkan tema-tema inti.

3. Menarik kesimpulan (verifikasi)

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dari penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau mungkin menjadi begitu seksama dengan peninjauan kembali dan bertukar pikiran dengan teman sejawat guna mengembangkan kesepakatan atau temuan pada salinan dan data yang lain.

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan menunjukkan bahwa hasil-hasil penemuan dapat dibuktikan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dari berbagai sumber. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang


(59)

41

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton dalam Saputra (2013:42) Ada 3 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

a. Triangulasi data

Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

c. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra dilakukan.

d. Keabsahan Internal (Internal validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.


(60)

42

Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.

e. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)

Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.


(61)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemerintah, swasta dan masyarakat memiliki peran berbeda guna bersinergi dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan. Peran dari pemerintah sendiri sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan yaitu penyediaan sumber daya lain berupa sarana dan prasarana serta melakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat sekitar Teluk Kiluan untuk pembangunan Teluk Kiluan. Pihak swasta memiliki fasilitas dana serta berbagai sarana dan prasarana guna meningkatkan pembangunan di Teluk Kiluan. Selain itu swasta juga sebagai penyedia lapangan kerja dan mempromosikan Teluk Kiluan. Sedangkan masyarakat di sekitar Teluk Kiluan ikut menggerakkan dan menjalankan sesuai aturan pemerintah.

2. Dalam bersinergi pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan upaya kerjasama yaitu kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan di Teluk Kiluan berupa pemberdayaan masyarakat sekitar agar terciptanya wilayah ekowisata dengan cara penyuluhan dan pelatihan, pemerintah mengikut sertakan masyarakat sekitar Teluk Kiluan yang memiliki kreativitas untuk bergabung dalam Festival Krakatau,


(62)

90

Pemerintah membuat peraturan dan kebijakan untuk masyarakat sekitar yang memiliki penginapan.

Kerjasama Pemerintah dengan swasta dalam pembangunan di Teluk Kiluan berupa emberian izin terhadap pihak swasta atas pembangunan villa dan infrastruktur lainnya sebagai investor. Pemerintah juga membuat akses jalan menuju Teluk Kiluan, namun pemerintah mengharapkan adanya kerjasama lebih dalam perawatan sarana jalan oleh pihak swasta yang melalui jalan untuk menuju Teluk Kiluan. Sedangkan kerjasama masyarakat dengan swasta dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan berupa penyediaan lapangan kerja. Selain itu masyarakat bekerjasama dengan tour and travel sebagai pihak swasta dalam melaksanakan promosi melalui media sosial dan internet dalam penjualan paket penginapan dan penjualan tiket dolphin tour.

3. Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan ialah rendahnya kualitas SDM baik dari pemerintah ataupun masyarakat, minimnya dana untuk pembangunan pariwisata sehingga dibutuhkannya investor, dan perlunya grand design promosi agar dapat lebih memperkenalkan potensi Teluk Kiluan baik kepada wisatawan dalam dan luar negeri ataupun untuk menarik investor.


(63)

91

B. Saran

Sinergisitas pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan perlu banyak perbaikan agar lebih optimal. Kendala-kendala dari kerjasama antar aktor yang telah kita ketahui dapat diperbaiki. Peneliti memberikan saran sebagai berikut agar pembangunan Teluk Kiluan menjadi Lebih baik


(64)

92

1. Agar dapat menjalankan perannya pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kualitas dan menyediakan sumber daya manusia dengan cara pemerintah merekrut pegawai yang memiliki basic kepariwisataan serta melakukan penyuluhan dan pelatihan berkala kepada masyarakat sekitar Teluk Kiluan.

2. Dibutuhkan komunikasi dari pemerintah, swasta dan masyarakat yang ikut terlibat sehingga dapat mengetahui maksud dan tujuan antar aktor agar tidak saling menyalahkan sehingga dapat membangun Teluk Kiluan lebih efektif dan efisien.

3. Minimnya dana disebabkan karena tidak efektifnya penggunaan dana APBD sehingga perlu perencanaan ulang agar lebih banyak dana yang digunakan untuk pembangunan daripada dana untuk administrasi dn pelayanan kantor. Selain itu kurangnya minat investor untuk berinvestasi sehingga dibutuhkan cara untuk menarik minat investor seperti Pemerintah berperan sebagai penjamin dan pengawas para investor dan adanya dukungan riil dari aparat kecamatan, desa dan masyarakat sekitar. Bukan hanya tergantung dengan policy daerah saja.

4. Perlunya rancangan besar (Grand design) oleh pemerintah ataupun swasta dalam melakukan promosi pariwisata khususnya Teluk Kiluan yang dilakukan bertahap dalam kurun waktu tertentu sehingga promosi yang dilakukan dapat terarah dan tujuan yang diinginkan tercapai.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2012. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapannya. Jakarta: Bumi Aksara

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Hadiawan, Agus. 2006. Teori Pembangunan. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Kartasasmita, Ginanjar. 1994. Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Moleong, Lexy. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Pamudji, 1985. Kerjasama antar Daerah. Jakarta: Balai Pustaka.

Pramusinto, Agus. 2014. Seri Kebijakan Publik. Demokrasi dan Good Governance. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Ritzer, Goerge dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance. Bandung: Refika Aditama.

Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: Refika ADITAMA

Spillane, James J. 1991. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: KANISIUS

Suit, Yusuf dan Almasdi.1996. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia


(66)

Surya, Winarna Adisubrata. 2002. Etika Pemerintahan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN

Syarifudin, Ateng. 1993. Koordinasi dalam Pelaksanaan Suatu Rencana. Jakarta: PT. GRAMEDIA Pustaka Utama

Yoeti, Oka A. 1998. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa Bandung.

Sumber lain-lain

Undang-Undang Otonomi Daerah No.32 tahun 2004 Undang-undang Dasar Negara 1945

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 Provinsi Lampung

Jurnal Internet

http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php (diunduh pada 11 Juni 2014 pukul 17.30)

Skripsi

Saputra, Agus. 2013. Penerapan Good Governance dikalangan Street Level Bureaucracy (Studi pada KKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Selviyanna, Irma Selly. 2012. Interelasi Multistakeholder dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Bidang Pengembangan Usaha Makro, Mikro Dan Menengah. (studi pada PT. Perkebunan Nusantara VII). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Yunida. 2010. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Youth Camp (Studi di Desa Hurun Kec. Padang Cermin Kabupaten Pesawaran). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemerintah, swasta dan masyarakat memiliki peran berbeda guna bersinergi dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan. Peran dari pemerintah sendiri sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan yaitu penyediaan sumber daya lain berupa sarana dan prasarana serta melakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat sekitar Teluk Kiluan untuk pembangunan Teluk Kiluan. Pihak swasta memiliki fasilitas dana serta berbagai sarana dan prasarana guna meningkatkan pembangunan di Teluk Kiluan. Selain itu swasta juga sebagai penyedia lapangan kerja dan mempromosikan Teluk Kiluan. Sedangkan masyarakat di sekitar Teluk Kiluan ikut menggerakkan dan menjalankan sesuai aturan pemerintah.

2. Dalam bersinergi pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan upaya kerjasama yaitu kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan di Teluk Kiluan berupa pemberdayaan masyarakat sekitar agar terciptanya wilayah ekowisata dengan cara penyuluhan dan pelatihan, pemerintah mengikut sertakan masyarakat sekitar Teluk Kiluan yang memiliki kreativitas untuk bergabung dalam Festival Krakatau,


(2)

90

Pemerintah membuat peraturan dan kebijakan untuk masyarakat sekitar yang memiliki penginapan.

Kerjasama Pemerintah dengan swasta dalam pembangunan di Teluk Kiluan berupa emberian izin terhadap pihak swasta atas pembangunan villa dan infrastruktur lainnya sebagai investor. Pemerintah juga membuat akses jalan menuju Teluk Kiluan, namun pemerintah mengharapkan adanya kerjasama lebih dalam perawatan sarana jalan oleh pihak swasta yang melalui jalan untuk menuju Teluk Kiluan. Sedangkan kerjasama masyarakat dengan swasta dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan berupa penyediaan lapangan kerja. Selain itu masyarakat bekerjasama dengan tour and travel sebagai pihak swasta dalam melaksanakan promosi melalui media sosial dan internet dalam penjualan paket penginapan dan penjualan tiket dolphin tour.

3. Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan ialah rendahnya kualitas SDM baik dari pemerintah ataupun masyarakat, minimnya dana untuk pembangunan pariwisata sehingga dibutuhkannya investor, dan perlunya grand design promosi agar dapat lebih memperkenalkan potensi Teluk Kiluan baik kepada wisatawan dalam dan luar negeri ataupun untuk menarik investor.


(3)

B. Saran

Sinergisitas pembangunan pariwisata di Teluk Kiluan perlu banyak perbaikan agar lebih optimal. Kendala-kendala dari kerjasama antar aktor yang telah kita ketahui dapat diperbaiki. Peneliti memberikan saran sebagai berikut agar pembangunan Teluk Kiluan menjadi Lebih baik


(4)

92

1. Agar dapat menjalankan perannya pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kualitas dan menyediakan sumber daya manusia dengan cara pemerintah merekrut pegawai yang memiliki basic kepariwisataan serta melakukan penyuluhan dan pelatihan berkala kepada masyarakat sekitar Teluk Kiluan.

2. Dibutuhkan komunikasi dari pemerintah, swasta dan masyarakat yang ikut terlibat sehingga dapat mengetahui maksud dan tujuan antar aktor agar tidak saling menyalahkan sehingga dapat membangun Teluk Kiluan lebih efektif dan efisien.

3. Minimnya dana disebabkan karena tidak efektifnya penggunaan dana APBD sehingga perlu perencanaan ulang agar lebih banyak dana yang digunakan untuk pembangunan daripada dana untuk administrasi dn pelayanan kantor. Selain itu kurangnya minat investor untuk berinvestasi sehingga dibutuhkan cara untuk menarik minat investor seperti Pemerintah berperan sebagai penjamin dan pengawas para investor dan adanya dukungan riil dari aparat kecamatan, desa dan masyarakat sekitar. Bukan hanya tergantung dengan policy daerah saja.

4. Perlunya rancangan besar (Grand design) oleh pemerintah ataupun swasta dalam melakukan promosi pariwisata khususnya Teluk Kiluan yang dilakukan bertahap dalam kurun waktu tertentu sehingga promosi yang dilakukan dapat terarah dan tujuan yang diinginkan tercapai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2012. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapannya. Jakarta: Bumi Aksara

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Hadiawan, Agus. 2006. Teori Pembangunan. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Kartasasmita, Ginanjar. 1994. Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Moleong, Lexy. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Pamudji, 1985. Kerjasama antar Daerah. Jakarta: Balai Pustaka.

Pramusinto, Agus. 2014. Seri Kebijakan Publik. Demokrasi dan Good Governance. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Ritzer, Goerge dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance. Bandung: Refika Aditama.

Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: Refika ADITAMA

Spillane, James J. 1991. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: KANISIUS

Suit, Yusuf dan Almasdi.1996. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia


(6)

Surya, Winarna Adisubrata. 2002. Etika Pemerintahan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN

Syarifudin, Ateng. 1993. Koordinasi dalam Pelaksanaan Suatu Rencana. Jakarta: PT. GRAMEDIA Pustaka Utama

Yoeti, Oka A. 1998. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa Bandung.

Sumber lain-lain

Undang-Undang Otonomi Daerah No.32 tahun 2004 Undang-undang Dasar Negara 1945

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 Provinsi Lampung

Jurnal Internet

http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php (diunduh pada 11 Juni 2014 pukul 17.30)

Skripsi

Saputra, Agus. 2013. Penerapan Good Governance dikalangan Street Level Bureaucracy (Studi pada KKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Selviyanna, Irma Selly. 2012. Interelasi Multistakeholder dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Bidang Pengembangan Usaha Makro, Mikro Dan Menengah. (studi pada PT. Perkebunan Nusantara VII). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Yunida. 2010. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Youth Camp (Studi di Desa Hurun Kec. Padang Cermin Kabupaten Pesawaran). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung