berkompeten dalam menangani perwakafan tanah. Wawancara dilakukan untuk mengungkap data mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah wakaf.
G. Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya suatu karya ilmiah seseuai dengan penulisan skripsi di Universitas Sumatera Utara fakultas Hukum Departemen Hukum
Administrasi Negara Program Kekhususan Agraria, maka sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang dibagi dalam sub-bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat dan
Tujuan Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II : PROSES PELAKSANAAN PERWAKAFAN TANAH DI KOTA MEDAN
BAB III : HAMBATAN YANG DIHADAPI NAZHIR DALAM PENDAFTARAN TANAH WAKAF.
BAB IV : UPAYA PEMERINTAH KOTA MEDAN DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA PENDAFTARAN TANAH WAKAF
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
BAB II PERKEMBANGAN PERWAKAFAN TANAH DI KOTA MEDAN
A. Tinjauan Tentang Pendaftaran Tanah 1 Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah dalam bahasa Latin disebut dengan capitastrum, di Jerman dan Itali disebut dengan nama Catastro, dalam bahasa Perancis disebut
dengan Cadastre, akhirnya oleh Kolonial Belanda di Indonesia disebut dengan kadastrale atau kadaster.
21
Capitastrum atau kadaster dari segi bahasa adalah suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah romawi
yang berarti suatu istilah teknis untuk suatu record rekaman yang menunjuk kepada luas, nilai dan kepemilikan atau pemegang hak atas suatu bidang tanah,
sedang kadaster yang modern bias terjadi atas peta yang ukuran besar dan daftar- daftar yang berkaitan.
22
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan
Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 merumuskan pengertian pendaftaran tanah, sebagai berikut :
21
R. Harmanses, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, hal. 14
22
Mhd. Yamin Lubis, danAbd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Madju, Bandung, 2008, halaman 18
Universitas Sumatera Utara
hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebani haknya.
23
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bahwa “Pendaftaran tanah diilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau,
2. Lembaga Pendaftaran Tanah
Keberadaan lembaga pendaftaran tanah Indonesia saat ini yaitu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
terakhir ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tanggal 11
April 2006 yang antara lain menyebutkan bahwa pada tingkat pusat disebut dengan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berkedudukan di Jakarta
yang dipimpin oleh seorang kepala. Pada jajaran tingkat propinsi disebut dengan Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Wilayah sedangkan di daerah kabupaten atau kota disebut dengan kantor pertanahan
kabupatenkota yang dipimpin oleh seorang kepala kantor pertanahan yang membawahi tata usaha dan 5 lima seksi-seksi sebagaimana diatur di dalam
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
Kantor Pertanahan Tanggal 16 Mei 2006
3. Azas-Azas Pendaftaran Tanah
23
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Universitas Sumatera Utara
mutaakhir dan terbuka”, namun berdasarkan penjelasannya dapat dipahami sebagai berikut :
a. Azas sederhana : mengisyaratkan agar peraturan perundangan bidang dan
prosedur pendaftaran tanah di kantor pertanahan mudah dipahami sehingga masyarakat tidak merasa kesulitan mendaftar kan hak atas tanah.
b. Azas aman : mengisyaratkan agar penelitian data fisik dan yuridis pada
prosedural perolehan hak atas tanah di kantor pertanahan dapat dilaksanakan dengan teliti dan cermat yang dimungkinkan penggunaan peralatan
komputerisasi teknologi modern agar tercapai tujuan pendaftaran tanah yaitu kepastian hukum hak atas tanah.
c. Azas terjangkau : mengisyaratkan agar segala biaya perolehan hak atas tanah
di kantor pertanahan dapat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan diprioritaskan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah.
d. Azas mutakhir : mengisyaratkan agar mewajibkan kepada pemegang hak atas
tanah untuk mendaftarkan atau mencatatkan setiap perobahan data pertanahan baik fisik maupun yuridis di kantor petanahan secara berkesinambungan.
e. Azas terbuka : mengisyaratkan agar data pendaftaran tanah yang tersedia di
kantor pertanahan dapat diiformasikan kepada pemegang haknya atau kepada instansi pemerintah karena tugas, pokok dan fungsinya atau kepada pihak lain
yang membutuhkan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Tujuan Pendaftaran Tanah
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan pendaftaran tanah tersebut diadakan
rangkaian kegiatan pendaftaran tanah baik untuk pertama kali maupun untuk pemeliharaan datanya, sebagaimana ditegaskan Pasal 12 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 dalam ayat : 1
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi : a.
pengumpulan dan pengolahan data fisik. b.
pembuktian hak dan pembukuannya. c.
penerbitan sertipikat. d.
penyajian data fisik dan data yuridis. e.
penyimpanan daftar umum dan dokumen. 2
Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi : a.
pendaftaran peralihan dan pembebanan hak. b.
pendaftaran perobahan data pendaftaran tanah lainnya”.
5. Sertipikasi Pendaftaran Tanah
Sertipikasi tanah yang dimohon pendaftarannya di kantor pertanahan diharuskan melampirkan persyaratan sesuai ketentuan berlaku, selanjutnya
diproses melalui suatu prosedural pengumpulan dan pengolahan data fisik yaitu berupa pengukuran dan pemetaan bidang tanah sehingga terkumpul data mengenai
letak, bentuk dan luas tanah bidang tanah bersangkutan, demikian juga halnya dengan pengumpulan dan pengolahan data yuridis berupa pemeriksaan dan
penelitian oleh panitia A terhadap alas hak atas tanah bersangkutan sampai akhirnya diterbitkan sertipikat hak atas tanahnya.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 angka 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah ditetapkan bahwa dalam melaksanakan pendaftaran secara
sistematik Kepala Kantor Pertanahan di bantu oleh Panitia A dibentuk oleh Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional atau pejabat yang
ditunjuk. Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses
pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya. Panitia B yang di dalamnya termasuk juga BPN sebagai Ketua merangkap
anggota melakukan penelitian dan pemeriksaan atas data yang sudah diisi oleh Pemohon hak disertai juga dengan pendapat serta pertimbangan mengenai tanah
yang diperiksa. Apabila Panitia B dalam pemeriksaan dan penelitiannya menemukan adanya kekurangan data yuridis, Panitia B memerintahkan kepada
Pemohon untuk melengkapi data tersebut. Setelah selesai kemudian dikembalikan lagi kepada Panitia B, untuk dilakukan pemeriksaan kembali. Apabila Pemohon
tidak sanggup untuk memenuhi perintah Panitia B, maka proses tidak dapat dilanjutkan dan permohonan ditolakdianggap batal.
Setelah data tersebut dinilai lengkap oleh Panitia B, Panitia B elakukan tinjau lapangantinjau lokasi guna proses pengecekan terhadap data fisik yang
dilaporkan oleh si Pemohon dalam formulir tertulisnya. Apabila dalam hasil tinjau lapangan ditemukan ketidaksesuaian data maka terdapat dua kemungkinan yaitu
perintah untuk memperbaiki data dan penghentian prosespenolakan. Setelah tinjau lokasi selesai dilakukan, Panitia B membuat Berita Acara tinjau lokasi.
Universitas Sumatera Utara
Panitia B membuat surat ukurgambar situasi tanah, yang berisi tentang luas lahan serta batas-batas lahan. Hal ini dilakukan atas dasar tinjau
lokasi yang dilakukan oleh Panitia B. Persyaratan permohonan sertipikat tanah wakaf di kantor pertanahan
dimaksud harus sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 sebagaimana yang telah diubah dengan Nomor 6 Tahun
2008 dan terakhir dengan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan SPOPP di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
Menurut ketentuan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 bahwa jika tanah yang diwakafkan berasal dari hak pakai atau hak guna bangunan
yang berdiri di atas tanah hak pengelolaan maka diperlukan persetujuan tertulis atau pelepasan hak dari pemegang hak pengelolaan bersangkutan, jika tanah
tersebut merupakan asset Pemerintah, BUMN atau BUMD maka diperlukan persetujuan tertulis dari pejabat bersangkutan, jika tanah tersebut berasal dari
tanah negara maka diperlukan pelepasan hak dari pejabat pertanahan, jika tanah yang diwakafkan merupakan sebagian dari tanah yang sudah ada haknya maka
sertipikatnya terlebih dahulu dipecah kemudian dimohon pendaftarannya di kantor pertanahan atas nama nadzir tanah wakaf untuk kepentingan badan wakaf.
B. Perkembangan Pendaftaran Tanah Wakaf di Kota Medan 3. Objek, Sifat dan Tujuan Wakaf Serta Syarat-Syarat Perwakafan
Tanah
Obyek wakaf menurut hukum Islam adalah semua harta yang menjadi milik si wakif secara keseluruhan. Harta itu tidak dibatasi jenisnya apakah
benda bergerak atau tidak bergerak. Dapat berupa tanah atau harta lainnya yang bukan tanah. Asalkan kepemilikan secara mutlak adalah milik wakif.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 membatasi obyek wakaf hanya pada tanah hak milik saja, tidak mencakup harta lainnya yang dimiliki oleh
wakif. Untuk menjamin kepastian hukum Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 mengharuskan wakaf dilakukan secara lisan dan tertulis dihadapan pejabat
pembuat akta ikrar wakaf untuk selanjutnya dibuat akta ikrar wakaf. Dengan mendasarkan akta ikrar wakaf maka tanah hak milik diajukan perubahannya ke
Badan Pertanahan Nasional setelah memenuhi syarat administrasinya untuk diubah menjadi sertipikat wakaf.
Objek wakaf menurut Pasal 16 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyebutkan bahwa
1 Harta benda wakaf terdiri dari:
a. Benda tidak bergerak
b. Benda bergerak.
2 Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a
meliputi: a.
Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
sebagaimana dimaksud pada huruf a c.
Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah d.
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang.undangan yang berlaku
e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang.undangan yang berlaku. 3
Benda bergerak adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi:
a. Uang
b. Logam mulia
c. Surat berharga
d. Kendaraan
e. Hak atas kekayaan intelektual
f. Hak sewa
g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf mengatur wakaf dalam lingkup yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada wakaf
tanah milik, juga membagi benda wakaf menjadi benda tidak begerak dan benda bergerak. Benda tidak bergerak contohnya hak atas tanah, bangunan atau bagian
bangunan, tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah, serta hak milik atas rumah susun. Sedangkan benda bergerak contohnya adalah uang, logam
mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual dan hak sewa. Dipandang dari sudut waqif, wakaf merupakan kebajikan yang
mengalirkan pahala ganjaran kebaikan dari Allah SWT tanpa henti shadaqaat jariyah.
Dari segi ini, Nabi Muhammad SAW memberi sugesti yang kuat. Nabi saw menyatakan bahwa hanya tiga kebajikan seseorang yang terus mengalirkan
balasan yang baik bagi pelakunya, yaitu harta wakaf, ilmu yang diajarkan dan anak saleh yang mendoakannya. Sugesti nabi ini merupakan dorongan
bagi umat untuk menanamkan semangat kedermawanan bagi kepentingan umum. Orang yang mempunyai perhatian perhatian terhadap kepentingan
umum dan merelakan sebagian dari hak milik hartanya untuk kepentingan umum akan mendapat penghargaan kelanjutan dari Allah SWT.
24
24
M. Yasir Nasution., Op.Cit, hal. 3.
Dipandang dari sudut penggunaanya, wakaf merupakan aset sosial dan ekonomi yang sangat besar manfaatnya bagi distribusi kekayaan yang lebih adil,
peneguhan ikatan sosial, dan peningkatan kesejahteraan. Oleh sebab itu, dalam sejarah dijumpai bahwa wakaf tidak hanya digunakan untuk kepentingan ibadah
seperti mesjid tetapi wakaf juga berkembang penggunaannya dalam bentuk fasilitas sosial dan ekonomi seperti pendidikan, jembatan, rumah sakit, pusat
perbelanjaan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan wakaf terhadap pengelolaan lembaga pendidikan adalah fenomena umum dalam sejarah pendidikan Islam. Ini menunjukkan bahwa
perhatian dan kepedulian terhadap fasilitas umum sebagai aset sosial umat sangat tinggi di kalangan hartawan dan pengusaha muslim.
25
Wakaf merupakan salah satu usaha mewujudkan dan memelihara hubungan vertical habln min Allah dan horizontal hablun min al-nas. Dalam
fungsinya sebagai ibadah diharapkan akan menjadi bekal bagi kehidupan si wakif orang yang berwakaf di hari kemudian akhirat.
26
a. Untuk kepentingan umum, seperti mendirikan mesjid, sekolah rumah sakit
dan amal sosial lainnya. Menurut HM. Daud Ali dan Habibah Daud disebutkan bahwa tujuan
wakaf harus jelas, misalnya :
b. Untuk menolong fakir miskin dan orang-orang terlantar dengan
membangun panti asuhan c.
Untuk keperluan keluarga sendiri walaupun keluarga itu terdiri dari orang- orang yang mampu
d. Tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah.
27
Sedangkan fungsi wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan bahwa fungsi wakaf
adalah menegakkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf yaitu melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan
umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.
25
Ibid, hal. 3
26
Departemen Agama RI. Bunga Rampai Perwakafan, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Jakarta, 2006, hal.79
27
HM. Daud Ali dan Habibah Daud., Lembaga-Lembaga Islam Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2005, hal. 270
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan 5 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dijelaskan bahwa wakaf bertujuan untuk memanfaatkan
harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya yaitu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan memajukan
kesejahteraan umum. Tujuan wakaf tersebut kelihatan sejalan dengan tujuan nasional
sebagaimana tercermin di dalam semua sila dari Pancasila terutama sila ke lima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang secara
konstitusional diamanahkan Pasal 33 Ayat 3 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Perbedaan kedua tujuan tesebut di atas bahwa terhadap pengelolaan harta benda wakaf ditegaskan secara jelas harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, artinya harus dijalankan dengan cara yang halalan toyyiba halal dan baik menurut ketentuan Al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
Agar wakaf dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka pelembagaannya haruslah untuk selama-lamanya. Agar benda itu tetap dapat bermanfaat bagi
peribadatan dan kepentingan umum lainnya. Ia harus dikelola oleh suatu badan yang bertanggung jawab, baik kepada wakif, masyarakat maupun kepada Allah.
Itulah sebabnya, dalam sistem perwakafan di Indonesia ditentukan pula kedudukan nadzir yaitu kelompok orang atau badan yang diserahi tugas
pemeliharaan dan pengurusan harta benda wakaf.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konsep Islam, dikenal istilah jariah artinya mengalir. Maksudnya sedekah atau wakaf yang dikeluarkan, sepanjang benda wakaf itu dimanfaatkan
untuk kepentingan kebaikan maka selama itu pula si wakif mendapat pahala secara terus menerus meskipun telah meninggal dunia.
Untuk terjadinya wakaf harus dipenuhi unsur-unsur dan syarat-syarat wakaf. Unsur wakaf di sini dimaksud adalah rukun wakaf.
Untuk adanya wakaf harus dipenuhi lima unsur, yaitu : a.
Wakif atau orang yang mewakafkan. 1
Berhak berbuat kebaikan. 2
Atas kehendak sendiri. Berarti orang dapat juga dilakukan oleh badan hukum yang berwakaf
haruslah orang yang berhak untuk melakukan sesuatu perbuatan. Dengan kata lain orang yang cakap bertindak menurut hukum yaitu orang yang dewasa dan
sehat akalnya serta oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum. Sedangkan yang dimaksud dengan kehendak sendiri, bahwa seseorang
tidak dapat dipaksa agar ia mewakafkan harta miliknya. Dengan demikian orang yang dipaksa untuk melakukan wakaf adalah tidak sah, karena tidak
memenuhi syarat. Pada hakekatnya amalan wakaf adalah tindakan tabarru’ mendermakan
harta benda, karena itu syarat seorang wakif adalah cakap melakukan tindakan tabarru’. Artinya sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak
dalam keadaan terpaksadipaksa dan telah mencapai umur baliq dewasa Oleh karena itu wakaf orang gila, anak-anak dan orang yang
terpaksadipaksa adalah tidak sah.
28
28
Ibid, hal.105
Universitas Sumatera Utara
Pasal 215 2 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 1 ayat 2 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf disebutkan bahwa wakif adalah
orang atau orang-orang ataupun badan hukum yang mewakafkan benda miliknya. Syarat-syaratnya dikemukakan dalam pasal 217 KHI, yaitu :
1 Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang telah
dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, atas kehendak sendiri dapat mewakafkan
benda miliknya dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2 Dalam hal badan-badan hukum, maka yang bertindak untuk dan atas
namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Dari ketentuan di atas, maka jelaslah bahwa dalam kaitan ini tidak ada ketentuan yang mengharuskan seorang wakif haruslah seorang
muslim. Oleh sebab itu orang non muslim pun dapat melakukan wakaf. Sepanjang ia melakukannya sesuai dengan ketentuan ajaran Islam dan
perundang-undangan yang berlaku. b.
Maukuf atau benda yang diwakafkan. Objek atau benda yang diwakafkan tersebut mempunyai persyaratan
persyaratan tertentu atau dengan kata lain tidak semua benda dapat diwakafkan. Syarat-syarat harta benda yang diwakafkan yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut : 1
Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, tidak sekali pakai. Hal ini bahwa benda wakaf adalah lebih mementingkan manfaat.
2 Hak milik wakif yang jelas batas-batas kepemilikannya. Selain itu benda
wakaf merupakan benda milik yang bebas dari segala pembebanan, ikatan, sitaan dan sengketa.
Universitas Sumatera Utara
3 Benda wakaf itu tidak dapat dimiliki oleh seseorang dan atau dipindahkan
kepemilikannya. 4
Benda wakaf itu tidak dapat diperjual belikan, dihibahkan atau diwariskan. Dalam pasal 215 ayat 4 KHI disebutkan bahwa benda wakaf adalah
segala benda baik benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.
Syarat-syarat benda wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam harus merupakan benda milik yang bebas dari segala pembebanan, ikatan sitaan dan
sengketa. c.
Maukuf alaih atau tujuan wakaf. Seharusnya wakif menentukan tujuan ia mewakafkan harta benda
miliknya. Apakah diwakafkan hartanya itu untuk menolong keluarganya sendiri, untuk fakir miskin, sabilillah dan lain-lain atau diwakafkannya untuk
kepentingan umum, yang utama adalah wakaf itu diperuntukkan pada kepentingan umum.
Oleh karena itu tujuan wakaf tidak bisa digunakan untuk kepentingan maksiat atau membantu, mendukung dan memungkinkan diperuntukkan untuk
tujuan maksiat. d.
Sigat atau ikrarpernyataan wakaf. Ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah
miliknya. Sigat atau pernyataan wakaf harus dinyatakan dengan tegas baik secara
lisan maupun tulisan menggunakan kata ‘aku mewakafkan’ atau ‘aku menahan’ atau kalimat semakna lainnya. Dengan pernyataan wakif itu, maka
gugurlah hak wakif. Selanjutnya benda itu menjadi milik mutlak Allah yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, benda yang telah diikrarkan wakafnya tidak bisa dihibahkan, diperjualbelikan maupun diwariskan.
Ikrar wakaf adalah tindakan hukum yang bersifat deklaratif sepihak untuk itu tidak diperlukan adanya kabul penerimaan dari orang yang
menikmati manfaat wakaf tersebut. Namun demikian, demi tertib hukum dan administrasi guna menghindarkan penyalahgunaan benda wakaf, pemerintah
mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang secara organik mengatur perwakafan.
e. Nadzir wakaf atau pengelola wakaf.
Nadzir adalah sekelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Nadzir perorangan, adalah : 1
Warga Negara Indonesia. 2
Beragama Islam. 3
Sudah Dewasa. 4
Sehat jasmani dan rohani. 5
Tidak berada di bawah pengampuan. 6
Bertempat tinggal di Kecamatan tanah itu diwakafkan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Nadzir badan hukum
adalah : 1
Badan hukum Indonesia, berkedudukan di Indonesia. 2
Mempunyai perwakilan di Kecamatan tempat tanah itu diwakafkan. 3
Sudah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM dan dimuat dalam Berita Negara.
4 Jelas tujuan dan usahanya untuk kepentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
29
Nadzir sebagai pihak yang mengelola harta wakaf haruslah didaftarkan pada Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat setelah mendengar saran
dari Camat dan Majelis Ulama Kecamatan untuk mendapatkan pengesahan.
29
Abdul Manan, Op.Cit, hal.308.
Universitas Sumatera Utara
Selain syarat-syarat yang melekat pada masing-masing rukun seperti tersebut di atas, ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi, yaitu :
1 Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu, tetapi
untuk selama-lamanya. Waktu yang dibatasi waktunya misalnya untuk lima tahun saja atau sepuluh tahun saja, hukumnya tidak sah.
2 Tujuan wakaf harus jelas, kecuali apabila wakaf tersebut diserahkan
kepada suatu badan hukum yang sudah jelas usaha-usahanya untuk kepentingan kebaikan.
3 Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf berlaku
seketika dan untuk selama-lamanya. 4
Pelaksanaan wakaf direalisasikan segera setelah ikrar. Hal ini karena pemilikan telah lepas dari wakif. Karena itu wakaf tidak boleh
digantungkan kepada suatu keadaan atau syarat tertentu, misalnya pada kematian seseorang atau suatu kondisi tertentu.
5 Apabila seorang wakif menentukan syarat dalam pelaksanaan
pengelolaan benda wakaf, sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan wakaf, maka Nadzir perlu memperhatikannya. Tetapi apabila syarat
tersebut bertentangan dengan tujuan wakaf semula, seperti mesjid yang jamaahnya terbatas pada golongan tertentu saja, maka nadzir tidak
perlu memperhatikannya.
30
4. Tatacara Perwakafan Tanah
Tatacara perwakafan dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana yang diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam. Untuk melakukan perwakafan tanah
tersebut, wakif membuat pernyataan bahwa tanah yang diwakafkan tersebut beserta dengan segala tanaman-tanaman yang berada di atasnya adalah tidak ada
silang sengketa dengan pihak siapapun juga baik mengenai hak penguasaanya, luasnya maupun batas-batasnya dan tidak dengan agunan sebagai jaminan untuk
suatu hutang ataupun diberati oleh beban-beban lainnya dan wakif menjamin tidak akan menimbulkan persengketaan dikemudian hari, baik itu datangnya dari pihak
sanak keluarganya, famili taupun dengan pihak orang lain.
30
Ibid, hal.311.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dalam surat pernyataan penyerahan wakaf tersebut tidak dalam paksaan atau tekanan dari pihak manapun juga dan atas persetujuan dari
pihak isteri dan tanah wakaf tersebut diwakafkan dengan tujuan untuk kepentingan umat muslim yaitu untuk digunakan sebagai Musholah serta
menunjang kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti sholat berjamaah, pengajian dan lain-lain yang bersifat keagaamaan. Surat pernyataan penyerahan wakaf atas
sebidang tanah tersebut haruslah diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Desa dimana wakif tersebut tinggal.
Dengan demikian jelaslah bahwa surat pernyataan penyerahan wakaf sebidang tanah tersebut adalah telah sesuai dan memenuhi syarat-syarat dan
unsur-unsur sebagaimana yang diatur dalam kompilasi hukum Islam dan juga sesuatu dengan tatacara pernyataan penyerahan penyerahan benda wakaf. Tanah
yang hendak diwakafkan baik seluruhnya atau sebagian harus merupakan tanah hak milik atau tanah milik dan harus bebas dari beban ikatan, jaminan, sitaan atau
sengketa. Setelah adanya pernyataan penyerahan tanah wakaf, maka Kepala Desa
mengeluarkan surat keterangan tentang perwakafan tanah milik yang di dalamnya menerangkan tentang sertifikat tanah, ukuran tanah, letak tanah dan batas-batas
tanah yang diwakafkan tersebut. Setelah persyaratan tersebut dipenuhi, maka wakif harus mengikrarkan
secara lisan, jelas dan tegas kepada Nadzir yang telah disahkan dihadapan Kepala Kantor Urusan Agama KecamatanPejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf yang
membawahi wilayah tanah wakaf dan dihadiri oleh saksi-saksi.
Universitas Sumatera Utara
Wakif yang akan mewakafkan tanahnya harus datang menghadap kepada Kepala KUA Kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dimana harta
tersebut akan diwakafkan untuk melaksanakan ikrar wakaf. Pelaksanaan ikrar wakaf tersebut dianggap sah, jika dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya dua orang saksi. Ikrar atau lafaz wakaf adalah ucapan dari orang yang berwakaf bahwa dia
mewakafkan untuk kepentingan tertentu. Misalnya saya mewakafkan tanah ini untuk kepentingan Mesjid. Apabila sudah dilafazkan seperti itu, maka tanah
tersebut hanya dapat dipergunakan untuk kpentingan pembangunan mesjid atau dengan kata lain peruntukannya tidak dapat dialihkan lagi.
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam pembuatan akta wakaf harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Wakif harus membuat surat pernyataan penyerahan wakaf atas sebidang
tanah yang dii dalamnya tertulis letak lokasi dan ukuran tanah yang akan diwakafkan tersebut. Di dalam surat pernyataan tersebut dinyatakan
bahwa tanah tersebut bebas dari silang sengketa dan disebutkan juga tujuan wakif atas penyerahan wakaf tersebut.
2. Adanya surat keterangan Kepala Desa tentang perwakafan tanah milik.
Surat keterangan dari kepala Desa tantang perwakafan tanah adalah untuk lebih mempertegas bahwa tanah tersebut benar tanah wakaf.
3. Adanya sertifikat hak milik atau benda bukti pemilik.
4. Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harus
disertai surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak bergerak dimaksud.
5. Surat keterangan pendaftaran tanah.
6. Surat izin dari Kepala Badan Pertanahan Nasional.
31
Untuk lebih menjamin kapastian hukum tanah yang diwakafkan dan untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan masyarakat serta mencegah jangan
sampai terjadi penyalahgunaan wakaf, pemerintah mengeluarkan peraturan
31
Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik Dan Kedudukan Tanah Wakaf Di Negara Kita, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal.17
Universitas Sumatera Utara
Perundang-Undangan yang mengatur perwakafan, seperti Pasal 49 Undang- Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yang menyebutkan bahwa
“Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Sebagaimana pelaksanaan dari pasal tersebut dikeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Hak Milik yang dimuat dalam Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 38 sekarang sudah diganti denganUndang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004. Setelah akta ikrar wakaf dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, maka
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan atas nama Nadzir yang bersangkutan diharuskan mengajukan permohonan kepada Camat untuk mendaftarkan
perwakafan benda yang bersangkutan guna menjaga keutuhan dan kelestariannya. Dengan demikian ketentuan tersebut adalah sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Kompilasi Hukum Islam.
5. Pelaksanaan dan Perkembangan Perwakafan di Kota Medan
Sebelum membahas tentang pelaksanaan dan perkembangan pendaftaran tanah wakaf di kota Medan, maka terlebih dahulu diuraikan tentang Kantor
Pertanahan Kota Medan dengan struktur organisasi sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Sumber Data : Peraturan Ka.BPN-RI No. 4 Tahun 2006 Tgl. 16 Mei 2006
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan Kota Medan, 2011
Personil pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan berjumlah sebanyak 129 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang saat ini dipimpin Muhammad
Thoriq, M.Kn, M.Si selaku Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan membawahi satu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan lima Kepala Seksi.
Tanah wakaf di Kota Medan terdiri dari tanah yang digunakan untuk peribadatan, pendidikan, kuburan dan kepentingan sosial lainnya yang tersebar di
Kepala Kantor Pertanahan Sub Bagian Tata Usaha
Urusan Perencanaan dan Keuangan
Urusan Umum dan Kepegawaian
Seksi Survei, Pengukuran
dan Pemetaan Seksi
Hak Tanah dan Pendftaran Tanah
Seksi Pengturan dan Pena
taan Pertanahan Seksi
Pengendalian dan Pemberdayaan
Seksi Sengketa, Konflik dan
Perkara
Subseksi Pengukuran dan
Pemetaan Subseksi
Tematik dan Potensi Tanah
Subseksi Penetapan Hak
Tanah Subseksi
Pengaturan Tanah Pemrtnh
Subseksi
Pendaftaran Hak
Subseksi
Peralihn, Pemb. Hak dan PPAT
Subseksi Penatagunaan
Tanah dan K.T. Subseksi
Landreform dan Konsolidasi Tanh
Subseksi Sengketa dan Kon
flik Pertanahan Subseksi
Perkara Pertanahan Subseksi
Pemberdayaan Masyarakat
Subseksi Pengendalian
Pertanahan
Universitas Sumatera Utara
beberapa kecamatan di Kota Medan dengan rincian sebagaimana tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1 Jumlah Tanah Wakaf Di Kota Medan
No Kecamatan
Jumlah Tanah Wakaf
Sudah Sertifikat
Proses Sertifikat
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
Medan Tuntungan Medan Johor
Medan Amplas Medan Denai
Medan Area Medan Kota
Medan Maimun Medan Polonia
Medan Baru Medan Selayang
Medan Sunggal Medan Helvetia
Medan Petisah Medan Barat
Medan Timur Medan Perjuangan
Medan Tembung Medan Deli
Medan Labuhan Medan Marelan
Medan Belawan 21
81 97
87
102 66
43 20
17 44
63 52
45 65
75 77
87 65
61 74
10 42
47 41
80 35
30 10
16 17
25 29
21 35
31 41
61 30
23 33
10 14
18 46
22 16
4 1
20 11
12
5 12
8 29
3 34
25 39
Jumlah 1242
657 329
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kota Medan Tahun 2011 Menurut Syafruddin Chandra selaku Kordinator Pemeliharaan Data
Yuridis Kantor Pertanahan Kota Medan bahwa pengaturan prosedural pendaftaran tanah wakaf dengan lainnya tidak ada perbedaan dan memang ada permohonan
sertipikasi tanah wakaf tahun 2010 belum selesai sebanyak 22 dua puluh dua
Universitas Sumatera Utara
yang disebabkan karena alas hak atas tanahnya yang kurang lengkap sedangkan selebihnya karena sedang dalam proses.
32
Kepemilikan tanah wakaf secara hakikat berawal ketika seseorang telah mengikrarkan di dalam hatinya, namun secara materil dibuktikan ketika ikrar
wakaf diucapkan kepada nadzir dan dituangkan di dalam akta ikrar wakaf di hadapan saksi-saksi dan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW kemudian
aktanya ditandatangani, selanjutnya secara formil kepemilikan tanah wakaf lahir didaftar di kantor pertanahan dan diterbitkan sertipikatnya sehingga dapat
mengikat pihak ketiga karena tanah wakaf sudah terdaftar di kantor pertanahan yang secara formil dapat dibuktikan melalui penyerahan sertipikat tanah wakaf
oleh kantor pertanahan kepada pemegangnya.
33
Namun demikian Negara hanya memberi jaminan kepemilikan tanah wakaf selama tidak terbukti sebaliknya ketika terjadi sengketa yang disebabkan
berbagai faktor, seperti tidak terpenuhinya syarat administratif ataupun keperdataan atau juga karena tidak cermatnya pejabat pemerintah dalam
melaksanakan atau menafsirkan peraturan perundangan berlaku.
34
Pembuatan Akta Ikrar Wakaf PPAIW dilakukan secara bersama antara wakif dan nadzir di hadapan dua orang saksi yang datang menghadap PPAIW di
kecamatan tanah itu berada dengan menyerahkan bukti pemilikan tanah berupa
32
Hasil wawancara dengan Syafruddin Chandra Kordinator Pemeliharaan Data Yuridis Kantor Pertanahan Kota Medan tanggal 9 Mei 2011.
33
Hasil wawancara dengan Syafruddin Chandra Kordinator Pemeliharaan Data Yuridis Kantor Pertanahan Kota Medan tanggal 9 Mei 2011
34
Muchtar Wahid, Analisis Deskriptif Terhadap Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, Citra Aditya, Bandung, 2005, hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
sertipikat hak atas tanah atau bukti pemilikan tanah lainnya disertai pernyataan wakif bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa, perkara, sita atau jaminan
hutang berikut dengan izin-izin yang diwajibkan sesuai peraturan perundangan dan setelah akta ditandatangani para pihak, saksi-saksi dan PPAIW maka akta
tersebut diberi nomor dan tanggal, kemudian satu rangkap disampaikan kepada kantor pertanahan setempat untuk di daftar dan diterbitkan sertipikat tanah wakaf.
Demikian ketentuan Pasal 38 dan 39 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006.
Berdasarkan ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, jika wakif sudah meninggal dunia atau tidak diketahui lagi keberadaannya
sedangkan ikrar wakif belum dituang ke dalam bentuk akta ikrar wakaf, maka ahli waris atau nadzir atau pihak lain dapat melangsungkan Akta Pengganti Akta Ikrar
Wakaf di hadapan PPAIW bersangkutan.
35
Karena itu maka diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana diganti dengan Peraturan Pemerintah
nomor 24 Tahun 1997 yang dilaksanakan dengan Peraturan Menteri Negara Salah satu sertipikat tanah yang diterbitkan kantor pertanahan yaitu
sertipikat tanah wakaf sebagaimana kehendak Pasal 49 Ayat 3 Undang-undang Pokok Agraria yang berbunyi “Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur
dengan peraturan pemerintah”.
35
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 143
Universitas Sumatera Utara
Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan Pendaftaran Tanah berikut peraturan pelaksana lainnya.
Selain itu juga telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan Wakaf sebagaimana telah diganti dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Wakaf semuanya turut mengatur persyaratan pendaftaran tanah wakaf di kantor pertanahan, kendati
masih dirasakan belum lengkap, namun setidaknya sudah terbukti ada kemauan pemerintah dalam memberi jaminan kepastian dan perlindungan hukum atas tanah
wakaf di Indonesia. Permohonan pendaftaran tanah wakaf di kantor pertanahan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundangan bidang pendaftaran tanah, antara lain berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Prosedur Pelayanan Pertanahan SPPP di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dengan
persyaratan : a. Permohonan
b. Bukti Diri Nadzir c. Surat Penunjukan Nadzir
d. Pengantar Akta PPAIW e. Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf
f. Alas Hak Atas Tanah g. Perizinan Sesuai Peraturan Berlaku
Universitas Sumatera Utara
Tentang biaya pendaftaran tanah wakaf untuk Paitia A di kantor pertanahan hanya dikenakan biaya 50 dari biaya standar sedangkan biaya
pendaftarannya dikenakan Rp.0,- demikian ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Tanggal 22 Januari 2010 Tentang Biaya Pelayanan
Pertanahan yang baru saja diberlakukan di seluruh Wilayah Indonesia.. Selanjutnya dijelaskan Syafruddin Chandra dari Kantor Pertanahan Kota
Medan bahwa permohonan harus dibuat oleh nadzir menurut format yang telah disediakan kantor pertanahan dengan melampirkan fotokopi bukti diri nadzir
berupa Kartu Tanda Penduduk atau bukti lainnya disertai fotokopi surat penunjukan nadzir dan asli pengantar PPAIW serta asli akta ikrar wakaf, asli bukti
kepemilikan tanah berupa sertipikat hak atau bukti hak lainnya yang telah mendapat persetujuan pihak berwenang, misalnya terhadap tanah hak guna
bangunan atau hak pakai yang berdiri di atas tanah hak pengelolaan terlebih dahulu mendapat persetujuan pemegang hak pengelolaan atau jika tanahnya
berasal dari milik badan hukum baik pemerintah ataupun swasta harus disertai pelepasan haknya.
Selanjutnya dijelaskan beliau bahwa permohonan sertipikat tanah wakaf belum tentu langsung dapat diterima karena berbagai sebab dengan 3 tiga
kemungkinan ; pertama, dikembalikan karena kurang lengkap ; kedua, dikembalikan karena ada kesalahan yang harus diperbaiki ; ketiga, permohonan
Universitas Sumatera Utara
ditolak karena persyaratan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangan berlaku.
36
1 Kegiatan pengukuran
Kebenaran kepemilikan tanah wakaf akan ditentukan oleh kebenaran persyaratan dan prosedural pendaftaran tanah di kantor pertanahan meliputi
prosedural kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik dan yuridis yang hasilnya dituang ke dalam surat ukur dan buku tanah, kemudian salinannya dijilid
menjadi satu sehingga berbentuk sertipikat yang dapat digunakan sebagai alat bukti kepemilikan tanah termasuk ketika diuji di hadapan hakim pengadilan.
Prosedural pendaftaran tanah wakaf secara umum sama atau tidak ada perbedaan dengan prosedural pendaftaran tanah lainnya, pengecualian hanya
terjadi pada pelaksanaan proseduralnya yang ditentukan oleh kesesuaian dengan alat bukti hak yang dijadikan alas hak atas tanah bersangkutan, misalnya perlu
atau tidaknya diumumkan dan lain sebagainya. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
fisik, maka Kantor Pertanahan Kota Medan dalam memberi pelayanannya membagi menjadi 2 kegiatan, yaitu kegiatan pengukuran dan kegiatan pemetaan
bidang tanah sebagai berikut :
Setelah berkas diterima, maka dibuat surat perintah tugas kepada petugas ukur untuk melakukan pengukuran dilapangan sesuai dengan batas bidang
tanah yang ditunjuk pemohon serta disaksikan oleh para tetangga berbatasan
36
Hasil wawancara dengan Syafruddin Chandra Kordinator Pemeliharaan Data Yuridis Kantor Pertanahan Kota Medan tanggal 9 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
dengan membubuhkan tandatangan pemohon dan jiran tetangga di kertas kerja lapangan veld weerk.
2 Kegiatan pembuatan peta bidang
Setelah kembali dari lapangan petugas ukur melakukan pengolahan data melalui perhitungan sesuai prinsip pengukuran dan pemetaan secara kadaster
yang dituangkan ke dalam bentuk gambar berupa peta bidang secara digital. Gambar ini nantinya dijadikan lampiran untuk pembuatan risalah panitia A.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yuridis maka dibentuk panita A pemeriksaan tanah A atau disebut juga panitia A
yang terdiri dari para kepala seksi ditambah lurah sebagai anggota panitia A yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan penelitian berkas
permohonan dan kesesuain dengan di lapangan serta pengumuman dengan memberi masukan kepada kepala kantor jika ditemukan permasalahan, konflik,
sengketa atau perkara. Setelah pengumuman atau seluruh anggota panitia A sudah setuju dan
mengabulkan permohonan hak atas tanah, maka semua panitia A membubuhkan paraf pada ikhhtisar sidang panitia A dan selanjutnya dituangkan dalam satu
risalah dan ditandatangani oleh semua anggota panitia dan disiapkan surat keputusan haknya untuk ditandatangani kepala kantor pertanahan atau kalau
tanahnya lebih dari 2000 M2 maka dibuat surat pengantar untuk dimohon penerbitan surat keputusan haknya oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi.
Universitas Sumatera Utara
Sesudah Surat Keputusan Hak diterbitkan dan BPHTB atau PPh terutang sudah dibayar, maka pemohon melampirkan semua dokumen alas hak yang asli
kepada prtugas yang ada di loket kantor pertanahan dengan mengisi blanko permohonan yang telah tersedia di loket tersebut dan dengan membayar biaya
pendaftaran sesuai PP. Nomor 13 Tahun 2010 tanpa ada lagi biaya pemasukan negara seperti diatur di dalam PP. Nomor 46 Tahun 2002, maka permohonan
pendaftan hak selesai. Setelah pendaftaran hak masuk di loket dan dikirim ke Subsi Pendaftaran
untuk dicetak sertipikatnya dan diberi nomor hak, dijilid dan diparaf oleh Kepala Sub Seksi Pendaftaran dan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah serta
ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan kemudian dicap dan ditulis nomor daftar isiannya masing-masing DI. 307 pelunasan biaya dan DI. 208
penyelesaian pekerjaan. Selanjutnya dapat diketahui bahwa prosedural pendaftaran tanah di kantor
pertanahan ternyata melalui syarat yang cukup banyak, proses yang cukup panjang, waktu yang cukup lama, hal ini dimaklumi karena menyangkut
kebenaran data fisik dan data yuridis hak seseorang atau badan hukum. Selain itu prosedural pendaftaran tanah di kantor pertanahan ternyata tidak
membedakan prosedural pendaftaran tanah wakaf.dengan prosedural pendaftaran hak atas tanah lainnya. Dengan demiikian diharapkan eksistensi tanah wakaf
mengandung nilai secara yuridis, kemanfaatn dan keadilan bagi masyarakat menuju kesejahteraan dan kemakmuran negara.
6. Aspek Hukum Pendaftaran Tanah Wakaf
Universitas Sumatera Utara
Terdaftarnya tanah wakaf di kantor pertanahan di samping sebagai pelaksanaan nilai ideal Pancasila dan amanah konstitusi Undang Undang Dasar
Republik Indonesia juga undang-undang pokok agraria dan pemenuhan tujuan pendaftaran tanah dalam memberi jaminan kepastian hukum dan perlindungan
hukum dan tersedia informasi pertanahan serta terselenggara tertib administrasi pertanahan terutama tarhadap tanah wakaf. Selain itu dengan terdaftarnya tanah
wakaf di kantor pertanahan bagi nadzir atau badan wakaf khususnya dan kaum Muslimin dan masyarakat Indonesia umumnya, diharapkan berdampak lebih luas
lagi, antara lain aspek yuridis, manfaat dan keadilan. Dalam kaitannya dengan sistem publikasi pendaftaran tanah di Indonesia
yaitu negatif mengandung unsur positif dan hal ini secara tegas dinyatakan di dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah. Namun bagi negara-negara penganut sitem publikasi positif terhadap sertipikat yang sudah diterbitkan pemerintah tidak dapat digugat lagi
sehingga kepemilikannya menjadi mutlak, kekurangan sistem publikasi negatif yaitu rentan dengan gugatan, konflik, sengketa atau perkara hak tanah setiap
waktu tanpa batas. Aspek hukum pendaftaran tanah wakaf meliputi :
a. Aspek kepastian hukum pendaftaran tanah wakaf
Penerbitan sertipikat tanah wakaf di kantor pertanahan antara lain dimaksudkan juga untuk memenuhi aspek yuridis, dengan kata lain bagi tanah
wakaf yang sudah terdaftar di kantor pertanahan diberikan sertipikat sebagai surat tanda bukti hak, demikian sesuai ketentuan Pasal 32 Ayat 1 Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi sebagai berikut : “Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada
dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.” Walaupun kalimat “….sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.” tersebut menunjukkan publisitas negatif pendaftaran tanah di
Indonesia dan unsur positif digunakan jika tidak ada permasalahan, gugatan, konflik, sengketa atau perkara.
Oleh karena itu ketika terjadi sengketa, konflik atau perkara hak atas tanah yang sudah terdaftar di kantor pertanahan baik terjadi di pengadilan
ataupun di luar pengadilan, maka kantor pertanahan selalu melakukan pembelaan terhadap sertipikat yang dihasilkannya, sebab karena itu pihak
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mulai dari pusat sampai ke daerah mempunyai satu Deputi, Bidang dan Seksi Sengketa, Konflik dan
Perkara yang tupoksinya khusus menangani permasalahan pertanahan. Keadaan demikian menunjukan bahwa pemerintah serius dalam
melaksanakan tugasnya dengan berusaha sekuat tenaga mengupayakan pemberian jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap
produk yang dihasilkannya berupa sertipikat sebagai surat tanda bukti hak. Namun jika hakim pengadilan memutuskan dan menetapkan
sebaliknya maka keadaan demikian menunjukan bahwa data yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
sudah tidak sesuai lagi dengan data yang ada di kantor pertanahan, keadaan ini disebut publikasi negatif pendaftaran tanah, namun sepanjang tidak ada
sengketa, konflik atau perkara, maka hak atas tanah tersebut wajib diakui dan dihormati oleh setiap orang sehingga setiap orang tidak boleh semena-mena
terhadap hak dan kepentingan pemegangnya, keadaani ini disebut publikasi positif.
Syafruddin Chandra dari Kantor Pertanahan Kota Medan agar setiap orang mengetahui persyaratan dan prosedural pendaftaran tanah wakaf di
kantor pertanahan, karena cukup signifikan pengaruhnya terhadap kepemilikan tanah wakaf, bukan tidak mungkin terjadi kesalahan persyaratan
atau proseduralnya mengakibatkan sertipikat tanah wakaf yang diterbitkan kantor pertanahan melemah sebagai alat bukti atau ketika diuji di hadapan
hakim pengadilan.
37
b. Aspek keadilan pendaftaran tanah wakaf
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan terdaftarnya tanah wakaf di kantor pertanahan mempunyai aspek yuridis berupa jaminan
kepastian dan perlindungan hukum dari negara.
Aspek keadilan pendaftaran tanah wakaf tidak membedakan suku agama bahkan bangsa dalam berwakaf dan menikmati prodiktufitas wakaf,
juga dirasakan manfaatnya oleh yang merasa membutuhkan tanah wakaf
37
Hasil wawancara dengan Syafruddin Chandra Kordinator Pemeliharaan Data Yuridis Kantor Pertanahan Kota Medan tanggal 9 Mei 2011.
Universitas Sumatera Utara
seperti petani atau pedagang miskin yang tidak mempunyai lahan tempat berusaha.
Walaupun pengelolaan wakaf dibatasi hanya berdasarkan syariat Islam namun bukan berarti mengesampingkan makna keadilan hakiki, bahkan
eksistensi tanah wakaf yang sejalan dengan prinsip Undang-undang Pokok Agraria dan Undang Undang Dasar Republik Indonsia serta falsafah Negara
Republik Indonesia yang terkandung di dalam nilai-nilai Pancasila. Aspek keadilan pendaftaran tanah tidak membedakan antara satu sama
lain tentang tanah wakaf baik diwakafkan oleh orang kaya atau miskin, laki- laki atau perempuan bahkan tidak mebedakan asal atau kewarganegaraan
wakifnya sepanjang obyeknya diperoleh sah secara hukum tanpa konflik, sengketa atau perkara. Bahkan dengan terdaftarnya tanah wakaf di kantor
pertanahan akan memberi rasa keadilan tidak saja bagi pengelola tanah wakaf juga bagi masyarakat yang menikmati hasil tanah wakaf, seperti masjid,
sekolah dan sarana serta prasarana umum lainnya. Selanjutnya boleh jadi direnungkan bahwa sebenarnya keadilan
merupakan keseimbangan hak dan kewajiban yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Menurut Solly Lubis bahwa
lahirnya nilai keadilan disebabkan adanya hak dan kewajiban bagi setiap warga negara, selanjutnya berkembang menjadi nilai keadilan dalam
masyarakat bangsa, akhirnya menjadi keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
38
38
M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Mandar Maju, Bandung, 2002, hal. 43.
Universitas Sumatera Utara
c. Aspek kemanfaatan pendaftaran tanah wakaf
Selanjutnya terhadap pendaftaran tanah wakaf di Indonesia telah dibuat Keputusan Bersama antara Menteri Agama Republik Indonesia dengan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 422 Tahun 2004 - Nomor : 3SKBBPN-RI2004 Tentang Sertipikasi Tanah Wakaf.
Keputusan Bersama tersebut dimaksudkan selain untuk memberi prioritas penyelesaian sertipikat tanah wakaf di kantor pertanahan juga dimaksudkan
untuk mendata dan menginventarisir serta memasang tanda batas tanah wakaf. Terdaftarnya tanah wakaf di kantor pertanahan melalui perolehan
sertipikat tanah wakaf yang diperoleh sesuai prosedural yang sah dan benar di samping untuk tujuan tertibnya administrasi pertanahan juga dimaksudkan
supaya tersedia informasi data tanah wakaf yang mutaakhir up to date. Terdaftaranya tanah wakaf di kantor pertanahan diharapkan juga
bermanfaat bagi masyarakat melalui pemasangan plang merk tanah wakaf di atas tanah wakaf supaya diketahui oleh semua orang bahwa di lokasi tersebut
terdapat tanah wakaf sekaligus menunjukan perbatasan tanah wakaf dengan tanah tetangganya dalam rangka memenuhi azas contradictiore delimatatie
pendaftaran tanah.
39
Terbitnya sertipikat tanah wakaf diharapkan memberi jalan dalam berproduksi, misalnya menciptakan lapangan kerja bidang ; pertanian,
perkebunan, perindustrian, angkutan, perdagangan, perumahan, flat, rumah Tanda batas dimaksud dapat dibuat dari beton atau besi
atau lebih baik lagi jika dibuat pagar tembok keliling secara permanen.
39
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, cetakan kesembilan, 2003, hal. 492.
Universitas Sumatera Utara
susun, strata title, pertokoan, plaza, pasar tradisional, pangkas, salon, olahraga sepak bola, futsal, basket, badminton atau jasa eksport dan import dan masih
banyak usaha-usaha lain yang sah menurut Syariat Islam sehingga secara langsung memperkuat ekonomi rakyat dan surplus bagi negara sehingga
diharapkan turut mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Selain itu, pemegang sertipikat tanah wakaf juga akan merasa
memperoleh jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum serta memperoleh rasa aman dan nyaman terutama bagi pengelola tanah wakaf
sehingga akan leluasa memanfaatkan tanah wakaf baik untuk kegiatan ibadah agama, sosial maupun aktivitas produktifitas lainnya tanpa merasa mendapat
ancaman gugatan dari pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI NADZIR DALAM
PENDAFTARAN TANAH WAKAF A. Kendala Yang Dihadapi Nadzir Dalam Pendaftaran TanahWakaf
Masalah tanah wakaf di Indonesia bukanlah merupakan permasalahan baru, tetapi secara embrional telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka atau
dengan kata lain sejak masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena memang sebenarnya masalah wakaf ini merupakan bagian dari ajaran
agama Islam.
40
Adapun hambatan-hambatan atau kendala yang dihadapi nadzir dalam pendaftaran tanah wakaf adalah :
41
b. Berkas Permohonan yang tidak lengkap.
c. Proses penyelesaiannya dirasa memakan waktu yang lama
dan adanya sengketa. d.
Tanah wakaf yang diwakafkan oleh wakif ada dalam proses sengketa antara sesama ahli waris.
e. Tanah wakaf ada yang berada di pinggir sungai jalur
hijau. Dalam hal seperti ini berkas sertifikasi tidak jadi dilanjutkan ke Kantor Pertanahan, karena kalaupun dilanjutkan akan ditolak. Untuk
mengamankannya, maka hanya dibuatkan akta ikrar wakaf AIW, sedangkan
40
Universitas Islam Riau, Kesimpulan Hasil Seminar Wakaf Tanah Dalam Sistem Hukum Nasional Indonesia, UIR Press, Pekan Baru, 1991, hal.99
41
Hasil Wawancara Dengan M. Sangin Nazir Mesjid Al Ikhlas dan Hertin, SPd Nazir Taman Pendidikan Al Hidayah Medan Tanggal 10 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
tanah tersebut hanya boleh dipakai dengan Hak Guna Bangunan. Tidak boleh diperjualbelikan atau dipindahtangankan.
f. Tanah berstatus HGB milik pemerintah, ini juga tidak bisa
disertifikasi, sebab tanah dimaksud meskipun di atasnya dibangun masjid atau langgar namun tidak bisa disertifikasi. Tanah hanya bisa digunakan dengan
status HGB masyarakat setempat, dan bila pemerintah memerlukan maka tanah akan diambil tanpa tukar guling. Selain itu juga ada tanah yang berstatus
hak pakai, dalam arti yang diwakafkan hanya pemanfaatannya, bukan tanahnya.
g. Hilangnya surat-menyurat tanah milik wakif, sehingga sulit
untuk ditindaklanjuti prosesnya. h.
Kurangnya kesadaran dari wakif dan nadzir untuk menyertifikasi tanah wakaf, sehingga proses sertifikasi tidak diperhatikan,
yang mana batas-batas tanah wakaf pun tidak begitu jelas, sementara masyarakat sekitar juga kurang mengetahui secara persis.
i. Adanya kendala dari Kantor Pertanahan sendiri berupa
kurangnya perhatian dan minimnya petugas dibandingkan banyaknya berkas yang harus diselesaikan. Kadang-kadang ada yang sampai kehilangan berkas.
Berkenaan dengan adanya kendala di atas maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya tanah yang akan diwakafkan dirundingkan dahulu antar sesama
ahli waris, sehingga tidak menimbulkan persengketaan. Nadzir yang ditawari harta wakaf haruslah melakukan penjajakan lebih dahulu kepada semua ahli
Universitas Sumatera Utara
waris. Jika semua setuju, baru diterima sebagai harta wakaf, dan bila ada yang belum setuju, maka harus dilakukan pendekatan lebih dahulu. Namun adanya
sengketa ini bisa juga karena tidak segera dibuatkan sertifikatnya ketika tanah wakaf itu diwakafkan dahulu.
2. Tanah yang diwakafkan tidak sepenuhnya milik wakif, karena ada yang
berada di jalur hijau, atau tercampur antara hak milik wakif dengan tanah jalur hijau. Tetapi masalah ini juga timbul karena terjadi erosi sungai dan perluasan
jalan. Mestinya wakif, nadzir, dan pemerintah melakukan koordinasi, berapa ukuran tanah yang masih milik wakif, dan berapa yang milik Negara jalur
hijau. Yang dibuatkan sertifikatnya hanya yang murni milik wakif, sedangkan yang terkena jalur hijau adalah milik pemerintah. Seharusnya pemerintah tidak
boleh mengklaim semuanya berada di jalur hijau. 3.
Tanah berstatus HGB. Hal itu terjadi, sebab pemerintah memiliki tanah yang belum difungsikan, maka oleh masyarakat dibangun tempat ibadah khususnya
langgar untuk masyarakat sekitar. Pemerintah akan mengambilnya jika diperlukan. Dalam keadaan demikian, sertifikasi memang terkendala, karena
pemerintah sebagai suatu lembaga tidak bisa mewakafkan tanah. Mestinya pemerintah mengambil kebijakan untuk mewakafkannya, karena harta milik
pemerintah hakikatnya milik rakyatmasyarakat juga. Adapun tanah yang berstatus hak pakai, di mana yang diwakafkan hanya pemanfaatannya, bukan
tanahnya, hal itu sebenarnya cukup baik. Tetapi alangkah baiknya jika tanahnya yang sekaligus diwakafkan. Supaya statusnya jelas dan masyarakat
dapat memanfaatkannya secara optimal. Untuk itu para ulama dan tokoh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat kiranya perlu melakukan pendekatan kepada pemilik tanah agar bisa mewakafkannya, supaya bisa diberikan sertifikasi. Tetapi dalam hal ini,
sekiranya tanah itu memang tidak ingin diwakafkan, masyarakat tidak perlu memaksakan sebagai harta wakaf. Bagaimana pun wakaf menuntut
keikhlasan. 4.
Kurangnya kesadaran wakif dan nadzir akan pentingnya sertifikasi. Hal ini memerlukan penyuluhan secara kontinyu dari KUA dan instansi terkait.
Sertifikasi tanah wakaf ini tentu penting, sebab banyak kebaikannya bagi semua pihak. Bagi wakif atau keluarganya akan mendatangkan kepastian
hukum bahkan menimbulkan kebanggaan karena nama wakif disebutkan dalam sertifikat. Bagi masyarakat pengguna tanah wakaf itu, dalam hal ini
nadzir dan jamaah masjid dan langgar masyarakat juga diuntungkan, karena status tanah menjadi kuat secara hukum agama dan negara, sehingga tidak
dapat diganggu gugat lagi di kemudian hari. Hal sebaliknya tentu dapat terjadi jika tanah tersebut tidak disertifikasi, karena bisa saja terjadi gugatan di
kemudian hari. 5.
Kantor Pertanahan ternyata juga punya andil menambah kendala dalam sertifikasi tanah wakaf. Sebagai instansi yang memang diberi tugas dalam
urusan sertifikasi, mestinya Kantor Pertanahan penuh perhatian dan proaktif. Dari kenyataan rendahnya persentasi tanah wakaf yang berhasil
disertifikasi dengan berbagai kendalanya di satu sisi memang menunjukkan bahwa KUA belum bisa optimal dalam menjalankan tugasnya dalam hal sertifikasi tanah
wakaf, padahal tugas ini merupakan tugas penting yang menjadi bagian dari
Universitas Sumatera Utara
tugasnya di samping tugas-tugas lainnya seperti pencatatan perkawinan dan penyelesaian kewarisan.
Namun belum optimalnya pencapaian ini ternyata dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang kompleks. Jadi masalah ini tidak dapat dibebankan semata kepada
KUA, melainkan di situ juga terkait peranan pemerintah, Kantor Pertanahan, wakif, dan nadzir. Bisa saja wakif dan nadzir tidak memandang perlu sertifikasi
tersebut, sehingga diabaikan saja. Bisa saja KUA ingin cepat membereskannya, namun justru Kantor Pertanahan memperlambat dan lebih memprioritaskan
sertifikasi tanah bukan wakaf. Untuk mengoptimalkan sertifikasi tanah wakaf, maka kendala-kendala
yang disebut di atas harus lebih dahulu dihilangkan dengan membangun kesadaran dan komitmen semua pihak yang terkait.
Tanpa ada kesadaran dan komitmen, maka usaha-usaha sertifikasi tanah wakaf tidak akan berhasil optimal. Namun karena KUA yang diberi tugas
menangani hal ini, maka KUA harus pula lebih proaktif, baik dalam sosialisasi maupun penanganan, sehingga pencapaian sertifikasi tanah wakaf di masa-masa
yang akan datang bisa lebih maksimal daripada yang ada sekarang.
B. Peran Nadzir Sebagai Penerima Wakaf Dalam Proses Terjadinya
Perwakafan.
Wakaf bila diberdayakan dapat menunjang agenda keadilan sosial serta menyelamatkan nasib puluhan juta rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah
garis kemiskinan atau untuk peningkatan kesejahteraan umat Islam.
Universitas Sumatera Utara
Wakaf jika dikelola dengan baik akan dapat menghilangkan ketergantungan kepada pihak lain. Kontribusi wakaf sebenarnya memiliki peran
yang sangat signifikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif.
Dalam rangka mengoptimalkan peran wakaf di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang membutuhkan peran kelembagaan secara konkrit, maka yang
paling berperan terhadap berhasilnya tidaknya pemanfaatan harta wakaf adalah di tangan nadzir.
Dalam Undang-Undang No 41 Tahun 2004 Bagian Ketiga Pasal 6 , Nadzir merupakan salah satu bagian dari unsur wakaf, baik berupa perseorangan,
organisasi, maupun badan hukum. Nadzir bertugas melakukan pengadministrasian harta benda wakaf, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai
dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya, mengawasi dan melindungi harta benda wakaf, dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia..
Dalam melaksanakan tugasnya, nadzir dapat mengelola harta benda wakaf dengan imbalan dari hasil bersih yang besarnya tidak lebih dari 10 , dengan
beberapa persyaratan antara lain : Jika nadzir itu perseorangan, maka dia adalah Warga Negara Indonesia WNI, Islam, dewasa, amanah, mampu secara jasmani
dan rohani, dan tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum. Apabila nadzir itu berbentuk organisasi maka pengurus organisasi tersebut
harus memenuhi syarat sebagai nadzir perseorangan, dan organisasinya bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, danatau keagamaan Islam.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga nadzir yang berbentuk badan hukum, adalah yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Saat ini sudah saatnya untuk memberdayakan wakaf baik bergerak maupun tidak bergerak agar dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta meningkatkan perkembangan Islam di Indonesia. Pemberdayaan wakaf yang dilakukan oleh nadzir harus sesuai
dengan manajemen organisasi yang baik dan terarah. Oleh karena itu agar tujuan perwakafan tercapai, peran nadzir sebagai
suatu kesatuan organisasi dapat mengurus dan merawat harta wakaf dengan baik, maka penting adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab. Untuk
menumbuhkembangkan harta wakaf agar menjadi produktif dan berdayaguna, maka diperlukan para pengelola yang amanah, jujur, adil, memiliki etos kerja
tinggi dan tentunya profesional, sesuai dengan bidang dan kemampuan masing- masing.
Dalam pemberdayaan tanah wakaf, nadzir perseorangan, organisasi maupun badan hukum dapat menerapkan prinsip manajemen dengan menjunjung
tinggi kaidah al maslahah kepentingan umum sesuai ajaran Islam, sehingga tanah wakaf dapat dikelola secara profesional. Secara sederhana, nadzir
merupakan seorang manajer yang perlu melakukan usaha serius dan langkah terarah dalam mengambil kebijaksanaan berdasarkan program kerja yang telah
disepakati, sehingga kesan asal-asalan yang selama ini menghinggap pada nadzir ini dapat ditepis.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu upaya pemberdayaan wakaf produktif, Nadzir dapat melakukan terobosan dengan menjalin kerja sama atau kemitraan dengan pihak ketiga atau
investor, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pola kemitraan tersebut tentu harus tetap memperhatikan seluruh ketentuan yang ada terkait dengan peraturan
perundang-undangan wakaf. Hal tersebut dimaksudkan agar kekayaan wakaf dapat terjaga dengan baik dan dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan dan
peruntukan wakaf. Obyek pemberdayaan tanah wakaf biasanya adalah pembangunan masjid-
masjid yang letaknya strategis dengan menambah gedung-gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar, dan acara lain. Selain itu dikembangkan pula
pemberdayaan wakaf produktif pada bidang pertanian, pendirian usaha-usaha kecil seperti toko-toko ritel, koperasi, penggilingan padi, usaha bengkel dan lain
sebagainya yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan di bidang pendidikan, pondok pesantren.
C. Tanggung Jawab Nadzir
Pasal 220 Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang tanggung jawab nadzir yaitu :
1. Nadzir berkewajiban untuk mengurus dan bertanggung jawab atas kekayaan
wakaf serta hasilnya, dan pelaksanaan perwakafan sesuai dengan tujuan menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Menteri Agama.
2. Nadzir diwajibkan membuat laporan secara berkala atas semua hal yang
menjadi tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 kepada
Universitas Sumatera Utara
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat dengan tembusan kepada Majelis Ulama Kecamatan dan Camat setempat.
3. Tata cara pembuatan laporan seperti dimaksud dalam ayat 2 dilaksanakan
sesuai dengan peraturan Menteri Agama. Dengan demikian peran dan tanggung jawab nadzir melakukan perawatan,
pengurusan dan pengelolaan aset wakaf adalah merupakan hal yang sangat penting Hal itu karena aset wakaf adalah amanah Allah yang terletak di tangan
nadzir. Oleh sebab itu, nadzir adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap harta wakaf yang dipegangnya, baik terhadap harta wakaf itu sendiri
maupun terhadap hasil dan upaya-upaya pengembangannya. Setiap kegiatan nadzir terhadap harta wakaf harus dalam pertimbangan kesinambungan harta
wakaf untuk mengalirkan manfaatnya untuk kepentingan umat. Manfaat yang akan dinikmati oleh wakif sangat tergantung kepada nadzir, karena di tangan
nadzirlah harta wakaf dapat terjamin kesinambungannya. Oleh karena begitu pentingnya kedudukan nadzir dalam perwakafan, maka pada diri nadzir perlu
terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : telah balighberakal, mempunyai kepribadian yang dapat dipercaya amanah, serta mempunyai
keahlian dan kemampuan untuk memelihara dan mengelola harta wakaf. Taufiq Hamami menyebutkan tugas nadzir wakaf adalah: membangun,
mempersewakan, mengembangkannya agar berhasil dan mendistribusikan hasilnya itu kepada pihak-pihak yang berhak, serta kewajiban memelihara modal
wakaf dan hasilnya.
42
42
Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah Dalam Politik Hukum Agraria Nasional, PT. Tatanusa, Jakarta, 2003, hal.16
Universitas Sumatera Utara
Uswatun Hasanah menyebutkan: “tugas nadzir wakaf adalah memelihara harta wakaf, membangunnya, mempersewakannya, menanami lahannya dan
mengembangkannya agar mengeluarkan hasil yang maksimal seperti hasil sewa, hasil pertanian dan hasil perkebunan.
43
1. Memelihara harta wakaf
Muhammad Abid Abdullah Al Kabisis menyebutkan sepuluh tugas nadzir wakaf sebagai berikut:
2. Mengembangkan wakaf, dan tidak membiarkan terlantar sehingga tidak
mendatangkan manfaat. 3.
Melaksanakan syarat dari wakif yang tidak menyalahi hukum syara’. 4.
Membagi hasilnya kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya tepat waktu.
5. Membayarkan kewajiban yang timbul dari pengelolaan wakaf dari hasil
wakaf itu sendiri. 6.
Memperbaiki aset wakaf yang rusak sehingga kembali bermanfaat. 7.
Mempersewakan harta-harta wakaf tidak bergerak, seperti bangunan dan tanah, dengan sewa pasaran.
8. Menginvestasikan harta wakaf untuk tambahan penghasilannya.
9. Nadzir bertanggungjawab atas kerusakan harta wakaf yang disebabkan
kelalaiannya dan dengan itu ia boleh diberhentikan dari jabatannya itu.
44
43
Uswatun Hasanah, Op.Cit, hal.27
44
Muhammad Abid Abdullah Al Kabisis, Op.Cit, hal.26
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA PEMERINTAH KOTA MEDAN DALAM MENGATASI
PROBLEMATIKA PENDAFTARAN TANAH WAKAF
A. Upaya Pemerintah Kota Medan Dalam Mengatasi Problematika Pendaftaran Tanah Wakaf.
Dalam rangka pembuatan Akta Ikrar Wakaf dan sertifikasi tanah wakaf, Pemerintah telah mengadakan program sertifikasi tanah-tanah wakaf. Program
sertifikasi tanah-tanah wakaf ini diselenggarakan oleh pemerintah karena sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 masih banyak tanah-tanah
wakaf yang belum diikrarkan dalam bentuk Akta Ikrar Wakaf dan belum di sertipikatkan. Program sertifikasi tanah-tanah wakaf ini diselenggarakan oleh
pemerintah dengan didasarkan pada Surat Keputusan bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 422 Tahun 2004 dan Nomor 3 SKB
BPN 2004 tentang Sertifikasi Tanah Wakaf. Keputusan ini dikeluarkan dikarenakan masih banyaknya tanah wakaf di
seluruh Indonesia yang belum bersertipikat, sehingga perlu dilakukan peningkatan sertipikatnya demi untuk tertib administrasi dan kepastian hak.
Walaupun program sertifikasi tanah wakaf telah diselenggarakan oleh pemerintah dimana pembuatan Akta Ikrar Wakaf danatau Akta Pengganti Akta
Ikrar Wakaf adalah merupakan suatu keharusan, namun masih terdapat tanah- tanah wakaf yang belum dibuatkan Akta Ikrar Wakaf maupun Akta Pengganti
Ikrar Wakaf. Terhadap perwakafan tanah yang tidak dibuatkan Akta Ikrar Wakaf
Universitas Sumatera Utara
atau Akta Pengganti Ikrar wakaf, maka wakaf tersebut merupakan wakaf yang berupa wakaf lisan ataupun wakaf di bawah tangan.
Pelaksanaan wakaf yang belum dibuatkan Akta Ikrar Wakaf pada umumnya dilakukan secara lisan ataupun secara dibawah tangan. Wakaf yang diberikan
secara dibawah tangan dilakukan dengan pemberian surat pernyataan yang dibuat oleh wakif yang diserahkan kepada nadzir yang menyatakan bahwa wakif telah
mewakafkan tanahnya kepada nadzir dan disertai dengan penyerahan sertipikat tanah dari wakif kepada nadzir.
Dalam pembuatan surat pernyataan tersebut juga disaksikan oleh saksi-saksi antara lain :
1. Suami keluarga dari wakif.
2. Majelis wakaf.
45
Walaupun pemberian wakaf yang dilakukan secara di bawah tangan namun dilakukan dengan disertai dengan pembuatan surat pernyataan dan penyerahan
sertipikat kepada Nadzir. Pemberian wakaf dibawah tangan tersebut pada kenyataanya telah sah secara Hukum Islam karena telah memenuhi syarat dan
rukun wakaf, namun pemberian wakaf tersebut tidak diakui secara Hukum Negara karena tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004. Pemberian wakaf secara lisan ataupun secara dibawah tangan dianggap tidak
memenuhi syarat wakaf yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun
45
Ibid, hal.51
Universitas Sumatera Utara
2004, maka dengan sendirinya tidak terlindungi dan tanah wakaf tersebut kembali pada ahli warisnya.
Pemberian wakaf yang dilakukan secara dibawah tangan tidak diakui oleh hukum negara sehingga mengakibatkan perlindungan hukum terhadap pemberian
wakaf secara dibawah tangan tersebut tidak ada karena pemberian wakaf yang dilakukan secara dibawah tangan tidak diakui secara hukum dan batal demi
hukum. Apabila dikemudian hari terjadi sengketa mengenai pemilikan dari tanah wakaf yang telah diwakafkan tersebut, dimana ahli waris dari wakif mengelak
telah diberikannya tanah yang dimiliki wakif kepada nadzir yang ditunjuk, maka nadzir yang telah menerima wakaf tersebut tidak akan mendapatkan perlindungan
hukum karena pemberian wakaf yang diberikan kepada nadzir tersebut oleh negara dianggap tidak ada.
Wakaf dibawah tangan adalah wakaf yang dilakukan oleh para pihak sendiri tanpa disertai dengan pembuatan Akta Ikrar Wakaf oleh Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf PPAIW. Berdasarkan Pasal 1847 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, akta dibawah tangan adalah akta yang dibuat oleh para pihak
yang dilakukan tidak dihadapan pejabat umum. Pejabat umum dalam kaitannya dengan wakaf adalah Pejabat Pembuat Akta Ikrar wakaf.
Pelaksanaan wakaf dibawah tangan pada prinsipnya dapat menimbulkan masalah dikemudian hari yang berkaitan dengan status kepemilikan tanah
wakaf tersebut. Pelaksanaan wakaf yang dilakukan secara di bawah tangan dapat mengakibatkan hilangnya tanah yang telah diwakafkan karena diambil
alih oleh ahli warisnya, dimana tanah wakaf yang telah diberikan diminta kembali oleh ahli waris dari wakif yang telah memberikan tanah wakaf
tersebut kepada, ahli waris dari wakif tersebut tidak mengakui bahwa tanah wakaf tersebut telah diwakafkan oleh orang tuanya dengan alasan mereka
Universitas Sumatera Utara
tidak pernah mengetahui adanya pemberian wakaf yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut.
46
Dari segi hukum, berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, penyelesaian sengketa perwakafan dapat ditempuh dengan
melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila penyelesaian sengketa dengan musyawarah mufakat tidak berhasil maka sengketa dapat dilakukan
dengan mediasi. Yang dimaksud dengan mediasi adalah penyelesaian sengketa Dalam hal ini penerima wakaf tidak bisa melakukan apa-apa karena wakaf
tersebut tidak diakui secara hukum negara sehingga tidak memperoleh perlindungan hukum. Oleh karena itu nadzir sebagai pengurus dan pengelola dari
harta wakaf sangat memerlukan perlindungan hukum untuk mempertahankan tanah-tanah wakaf yang telah diwakafkan kepadanya agar tanah-tanah wakaf
tersebut dapat tetap dipertahankan dan dipergunakan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.
Berdasarkan praktek, apabila terjadi sengketa yang berkaitan dengan status kepemilikan tanah yang telah diwakafkan secara dibawah tangan, dalam hal wakif
telah meninggal dunia dan ahli waris dari wakif mengelak telah dilakukannya pemberian tanah wakaf oleh wakif kepada nadzir, biasanya sengketa ini
diselesaikan secara kekeluargaan saja karena pemberian wakaf pada prinsipnya diperuntukkan untuk ibadah kepada Allah SWT dan nadzir tidak mempunyai alat
bukti yang kuat yang dapat melindungi kedudukan nadzir.
46
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 74
Universitas Sumatera Utara
dengan bantuan pihak ketiga mediator yang disepakati oleh para pihak yang bersengketa.
Dalam hal mediasi tidak berhasil menyelesaikan sengketa tersebut dapat dibawa ke badan arbitrase syariah. Dalam hal badan arbitrase syariah tidak
berhasil menyelesaikan sengketa, maka sengketa tersebut dapat dibawa ke pengadilan agama dan atau mahkamah syariah.
Agar pemberian wakaf yang dilakukan secara dibawah tangan tetap diakui oleh negara maka bentuk pengamanan yang dapat dilakukan terhadap pemberian
wakaf yang diberikan secara di bawah tangan adalah : 1.
Apabila wakif masih hidup bentuk pengamanannya dengan dibuatkan Akta Ikrar Wakaf AIW oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf AIW.
2. Apabila wakif telah meninggal dunia bentuk pengamanannya dengan
dibuatkan Akta Pengganti Ikrar Wakaf APAIW oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW.
47
Prosedur pembuatan Akta Ikrar wakaf AIW dan Akta Pengganti Ikrar Wakaf APAIW sudah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1977. Prosedur perwakafan tanah milik yang terdapat di Kantor Urusan Agama pada kenyataannya telah sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, karena dilakukan dengan disertai dengan Pembuatan Akta Ikrar Wakaf oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW.
Adapun prosedur perwakafan tanah milik di Kantor Urusan Agama adalah sebagai berikut :
1. Calon wakif datang ke Kantor Urusan Agama Kecamatan dimana tanah
wakaf itu berada, menghadap kepada Kepala Kantor Urusan Agama
47
Ibid, hal.76
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW dengan membawa :
a. Sertipikat Hak Milik atas tanah atau bukti surat kepemilikan tanah
yang bersangkutan. b.
Surat keterangan dari Lurah Kepala Desa yang menyatakan tanah tersebut tidak dalam sengketa.
c. Surat keterangan pendaftaran tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Kota. d.
Dua orang saksi pada waktu Ikrar Wakaf e.
Nadzir yang ditunjuk dan diserahi pengurusan tanah wakaf nadzir perorangan nadzir Badan Hukum
2. Ketua Kantor Urusan Agama selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
PPAIW meneliti syarat-syarat diperlukan, antara lain : a.
Meneliti kehendak wakif b.
Meneliti calon tanah yang hendak diwakafkan c.
Meneliti para saksi Ikrar Wakaf d.
Meneliti calon Nadzir dan mengesahkannya e.
Melaksanakan Ikrar Wakaf, dimana calon wakif mengikrarkan wakaf dengan lesan, jelas, tegas kepada nadzir yang telah ditunjuk di depan
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW dan para saksi dan dituangkan dalam model W2 yang merupakan Akta Ikrar Wakaf
rangkap 3 tiga beserta W2a yang merupakan salinan Akta Ikrar Wakaf yang diperlukan.
48
Akta Ikrar Wakaf W2 dibuat rangkap 3 tiga yang terdiri atas : 1
Lembar 1 : untuk disimpan oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW. 2
Lembar 2 : untuk keperluan pendaftaran di Kantor Pertanahan. 3
Lembar 3 : untuk Pengadilan Agama setempat. Salinan Akta Ikrar Wakaf W2a dibuat rangkap empat 4 yang terdiri
atas : 1
Lembar 1 : disampaikan kepada wakif 2
Lembar 2 : disampaikan kepada nadzir 3
Lembar 3 : dikirim kepada Kantor Departemen Agama 4
Lembar 4 : dikirim kepada Lurah atau Kepala Desa
48
Ibid, h.81
Universitas Sumatera Utara
Nadzir yang berkewajiban mengurus dan memelihara tanah wakaf sesuai amanah yang diterimanya, mengurus sertipikat tanah wakafnya ke Kantor
Pertanahan BPN sampai terbit sertipikat wakaf. Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam pembuatan Akta Pengganti
Ikrar Wakaf antara lain meliputi : 1.
Wakif atau ahli waris dari wakif bersama Nadzir Pengurus wakaf dan saksi datang ke KUA menghadap Kepala KUA selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf PPAIW. Dengan membawa berkas yang diperlukan : a.
Sertifikat Hak Atas Tanah bagi yang sudah sertifikat, atau surat-surat pemilikan tanah termasuk surat pemindahan hak, surat keterangan
warisan, girik dll bagi tanah hak milik yang belum bersertifikat. b.
Surat Pernyataan Wakaf , asli dan Foto Copy rangkap 4. c.
Surat Keterangan dari Lurah setempat yang diketahui Camat bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa.
d. Susunan Pengurus MasjidMushalla atau lainnya yang ditanda tangani
Ketua dan diketahui oleh Lurah setempat. e.
Mengisi Formulir Model WD. f.
Foto Copy KTP Wakif yang berwakaf apabila masih hidup. g.
Foto Copy KTP para Pengurus yang akan ditetapkan sebagai Nadzir Wakaf.
h. Foto Copy KTP para Saksi.
i. Menyerahkan Materai bernilai Rp. 6.000 enam ribu rupiah sebanyak 7
lembar.
Universitas Sumatera Utara
j. Membuat surat kuasa kepada PPAIW untuk proses pendaftaran ke BPN.
2. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW meneliti syarat-syarat yang
diperlukan. 3.
Setelah ikrar wakaf disampaikan oleh wakif atau ahli waris dari wakif dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW, dua orang saksi
kemudian dilakukan penandatanganan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf APAIW setelah semua surat-surat lengkap dan diketik oleh petugas.
Memakai Model W1,W3 adalah Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf, W5 dan W7, serta W3.a. tentang Salinan Akta Pengaganti Akta Ikrar Wakaf .
Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf Model W3.a dibuat rangkap tiga :
1. Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf lembar pertama diserahkan kepada
wakif atau ahli warisnya. 2.
Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf lembar kedua diserahkan kepada bupati walikota dan Kepala Badan Pertanahan Nasional setempat sebagai
lampiran permohonan pendaftaran 3.
Salinan Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf lembar ketiga dikirim kepada pengadilan agama yang wilayahnya mencakup tanah wakaf tersebut.
Dalam pembuatan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf dimungkinkan ahli waris dari wakif mengingkari adanya pemberian wakaf yang telah dilakukan oleh
wakif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain : makin tidak berimbangnya antara kebutuhan dan ketersediaan tanah yang menyebabkan makin
langkanya tanah, makin tingginya harga tanah, menipisnya kesadaran beragama,
Universitas Sumatera Utara
dan mungkin juga disebabkan karena wakif telah mewakafkan seluruh hartanya yang berupa tanah sehingga dengan demikian keturunannya merasa kehilangan
sumber penghidupan dan menjadi terlantar, atau mungkin juga karena ahli waris wakif itu memang memiliki sifat serakah.
Perbuatan yang dapat dilakukan oleh nadzir apabila terjadi hal demikian, dimana tanah wakaf tidak memiliki akta ikrar wakaf atau pengganti akta ikrar
wakaf maka nadzir dapat mengajukan permohonan itsbat wakaf ke Pengadilan Agama dengan berpedoman kepada petunjuk teknis Mahkamah Agung.
Penetapan Pengadilan Agama tersebut menjadi dasar permohonan sertifikat tanah. Adapun persangkaan hakim dan syahadah istifadhah dalam sengketa
wakaf memiliki kekuatan pembuktian yang kuat.
49
“Satu-satunya alat bukti yang tersedia dalam soal ini adalah kesaksian syahadah, yang dalam khazanah peradilan Islam disebut syahadah alistifadhah.
Syahadah al-istifadhah ialah suatu kesaksian berdasarkan pengetahuan yang bersumber pada berita yang sudah demikian luas tersiar”.
Terhadap perwakafan suatu benda yang tidak dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, sementara khalayak ramai sudah mengetahui
bahwa benda tersebut sebagai benda wakaf, atau karena status benda wakafnya seperti dalam pengertian yang dielaborasi Mahkamah Agung, pemberian
sumbangan atau amal jariyah dari kaum muslimin yang tidak diketahui lagi siapa penyumbang dan berapa besarnya dan dari sumbangan itu terwujud bangunan
rumah sakit, mushalla, madarah, masjid, atau sarana sosial keagamaan lainnya, maka pembuktiannya tidak mungkin menggunakan Akta Ikrar Wakaf.
50
49
httpwww.rumusan Hasil diskusi Kelompok Bidang Peradilan Agama pada RAKERNAS Mahkamah Agung RI Tahun 2008 diakses tanggal 5 Mei 2011
50
Abd. Manaf, Syahadah Al Istifadhah Dalam Sengketa Perwakafan, www.badilag.net diakses tanggal 5 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
Pengamanan terhadap kepemilikan tanah wakaf tidak cukup dengan pembuatan akta Ikrar Wakaf saja. Namun setelah dibuatkan Akta Ikrar Wakaf
oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf bentuk pengamanan selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kepemilikan tanah wakaf yang telah
diberikan kepada nadzir adalah Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW atas nama nadzir melakukan balik nama sertipikat dengan melakukan pendaftaran pada
antor Badan Pertanahan Kabupaten Kota. Sertipikat atas nama wakif dicoret dan diganti dengan atas nama nadzir dengan dibuatkan sertipikat wakaf.
Fungsi pendaftaran tanah wakaf pada pokoknya adalah untuk memperoleh jaminan dan kepastian hukum mengenai tanah yang diwakafkan. Apabila
sertipikat tanah telah dibalik nama atas nama nadzir dengan dibuatkan sertipikat wakaf maka nadzir akan memperoleh jaminan dan kepastian hukum mengenai
tanah yang telah diwakafkan kepadanya. Pelaksanaan balik nama dalam rangka pembuatan sertipikat wakaf
mempunyai arti yang sangat penting. Namun pada kenyataannya masih terdapat tanah-tanah wakaf yang belum di balik nama dan dibuatkan sertipikat wakaf. Hal
ini disebabkan karena adanya kendala-kendala antara lain berkaitan dengan biaya dan kesadaran nadzir mengenai arti pentingnya balik nama dan pembuatan
sertipikat wakaf. Kendala-kendala yang mengakibatkan masih adanya tanah wakaf yang
belum dibuatkan Akta Ikrar Wakaf dan di balik nama untuk dibuatkan sertipikat wakaf antara lain adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Kurang adanya kesadaran dari nadzir tentang arti pentingnya pembuatan
akta Ikrar wakaf, dan balik nama dalam rangka pembuatan sertipikat Wakaf.
2. Dalam hal yang diwakafkan adalah sebagian dari satu bidang tanah maka
memerlukan pemecahan sertipikat sehingga prosedur yang diperlukan rumit dan membutuhkan biaya yang mahal.
3. Dalam hal sudah adanya satu bidang tanah yang diwakafkan dan telah
dibuatkan sertipikat wakafnya namun kemudian akan diperluas dengan memperoleh pemberian wakaf lagi dari tanah milik orang lain yang
tanahnya belum bersertipikat maka untuk membuat sertipikat wakafnya membutuhkan biaya yang besar dan prosedur yang rumit.
51
Untuk mengatasi kendala-kendala yang mengakibatkan tidak dilakukannya pembuatan Akta Ikrar Wakaf dan balik nama dalam rangka pembuatan sertipikat
wakaf maka sangat diperlukannya kesadaran dari nadzir mengenai arti pentingnya balik nama dan pembuatan sertifikat wakaf.
B. Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan Dalam Mengatasi Permasalahan Pendaftaran Tanah Wakaf