Kinerja Organ Ovarium dan Uterus Umur Dewasa Setelah Pemberian Ekstrak Tempe Saat Usia Lepas Sapih.

KINERJA ORGAN OVARIUM DAN UTERUS TIKUS UMUR
DEWASA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE SAAT
USIA LEPAS SAPIH

NUR HASREENA NADIA AHLUN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Organ Ovarium dan
Uterus Tikus Umur Dewasa Setelah Pemberian Ekstrak Tempe Saat Usia Sapih”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Nur Hasreena Nadia Ahlun
NIM B04108009

ABSTRAK
NUR HASREENA NADIA AHLUN. Kinerja Organ Ovarium dan Uterus Umur
Dewasa Setelah Pemberian Ekstrak Tempe Saat Usia Lepas Sapih. Dibimbing
oleh ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Tempe adalah produk kedelai yang memiliki kandungan fitoestrogen.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efektivitas ekstrak etanol tempe
terhadap kinerja reproduksi tikus betina umur dewasa. Sebanyak 12 ekor tikus
betina usia 21 hari dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol,
kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol tempe 0.005 g/g BB dan kelompok
perlakuan yang diberi ekstrak etanol tempe 0.01 g/g BB selama 28 hari. Parameter
yang diamati meliputi bobot basah, bobot kering, total DNA dan total RNA dari
ovarium dan uterus. Pengambilan data dilakukan ketika tikus berumur dewasa.
Data dianalisis menggunakan metode ANOVA dan Uji Duncan dengan selang
kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahan ekstrak tempe dengan
dosis 0.005 g/g BB dan 0.01 g/g BB yang diberikan ekstrak etanol tempe dari usia

21 hari hingga 48 hari meningkatkan bobot basah dan kadar RNA ovarium dan
uterus tikus berumur dewasa.
Kata kunci: ekstrak etanol tempe, fitoestrogen, ovarium, total kadar DNA
dan RNA, uterus

ABSTRACT
NUR HASREENA NADIA. Ovarium and Uterus Performance of Adult Rats
Given Tempe Extract On Weaning Age. Supervised by ARYANI SISMIN
SATYANINGTIJAS.
Tempe is soybean product that contains phytoestrogen. This research was
aimed to know the influence of tempe extract on reproduction performance of
female rats. Twelve 21-days old female rats were divided into three groups, which
were control group and two treatment group, which were given tempe extract
0.005 g/g body weight and 0.01 g/g body everyday for 28 days. Parameters
observed were wet and dry weight, total DNA and total RNA of ovaries and
uterus which were taken on 224 days old. Data were analyzed using ANOVA
method and Duncan test with 95% confidence interval (a=0.05). Result showed
that treatment group given tempe extract 0.005 g/g body weight and 0.01 g/g body
weightincrease wet weight and total RNA of ovarium and uterus.
Keywords: tempe etanol extract, phytoestrogen, ovarium, uterus, total of

DNA and RNA

KINERJA ORGAN OVARIUM DAN UTERUS TIKUS
UMURDEWASA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE
SAAT USIA LEPAS SAPIH

NUR HASREENA NADIA AHLUN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah
fitoestrogen, dengan judul “Kinerja Organ Ovarium dan Uterus Umur Dewasa
Setelah Pemberian Ekstrak Tempe Pada Saat Usia Lepas Sapih”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc,
AIF dan almarhummah Dr. Dra Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis memberikan penghargaan kepada pihak Biasiswa Kecil Negeri Sabah
(BKNS) yang telah banyak memberi bantuan selama penulis di IPB. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri, Ibu Ida,dan Pak Dikdik yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini. Penulis memberikan ungkapan terima
kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada ayahanda Ahlun Kanak, ibunda
Sarina Haridas, seluruh keluarga tercinta, dan teman-teman Acromion, Ganglion
dan keluarga PKPMI atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga memberi
penghargaan kepada teman satu penelitian Nurul Chotimah, Retno Tegarsih,
Ghina Indriani, Roro Ambarwati, Erlanda, Firman, Alfonsa dan Agung yang telah
banyak membantu selama pengumpulan data, serta sahabat Tita, Windy, Cocom,
Pawitra, Hida dan teman Acrolion.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Nur Hasreena Nadia Ahlun

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Fitoestrogen dan Isoflavon


2

Kedelai

3

Biologi Umum Tikus Putih (Rattus sp)

3

METODE

4

Waktu dan Tempat

4

Alat dan Bahan


4

Prosedur Penelitian

4

Parameter yang Diamati dan Teknik Pengukuran

5

Bobot Organ

5

Konsentrasi DNA Organ

5

Konsentrasi RNA Organ


6

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

6
7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Tempe terhadap Organ Ovarium
Tikus Umur Dewasa

7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Tempe terhadap Organ Uterus
Tikus Umur Dewasa

8

SIMPULAN DAN SARAN


9

Simpulan

9

Saran

9

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP


18

DAFTAR TABEL

1 Bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan kadar RNA ovarium
dewasa yang diberi dosis 0.005 g/g BB, 0.01 g/g BB dan tikus
tidak diberi ekstrak etanol tempe
2 Bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan kadar RNA uterus
dewasa yang diberi dosis 0.005 g/g BB, 0.01 g/g BB dan tikus
tidak diberi ekstrak etanol tempe

tikus
yang
7
tikus
yang
8

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan pelaksanaan penelitian

5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis data bobot basah ovarium dan uterus tikus betina umur dewasa

12
2 Analisis data bobot kering, kadar DNA dan RNA ovarium tikus betina

umur dewasa

13

3 Analisis data bobot kering, kadar DNA dan RNA uterus tikus betina

umur dewasa

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organ reproduksi betina mulai berfungsi pertama kali pada saat pubertas
yang ditandai oleh terjadinya siklus estrus dan terjadinya proses ovulasi, serta
perubahan-perubahan pada organ kelamin sekunder. Pada hewan betina, kinerja
reproduksi ini dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang
normal (Ganong 2010). Estrogen berperan dalam reproduksi dengan cara
merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, perkembangan
sifat seksual sekunder, perilaku persiapan kawin (siklus estrus), persiapan uterus
untuk implantasi (kehamilan), dan perkembangan kelenjar mammae (Hafez 2000).
Kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan gangguan reproduksi (Pakasi
2000). Ganong (2010) menyatakan bahwa rendahnya kadar estrogen
menyebabkan uterus tidak berkembang, atrofi dan inaktif yang akan mengganggu
kinerja reproduksi. Selain hormon, faktor makanan juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan organ reproduksi dalam mencapai masa pubertas.
Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi akan membantu perkembangan organorgan reproduksi dalam mencapai usia pubertas.
Pentingnya peranan estrogen terhadap organ reproduksi betina, mendorong
para peneliti melakukan berbagai percobaan untuk mencari alternatif sumber
estrogen dari luar tubuh (estrogen eksogen) sebagai pengganti estrogen endogen
yang relatif aman. Beberapa senyawa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
diketahui mempunyai sifat estrogenik seperti flavon, isoflavon, dan derivat
kumestan (Tanu 2005).Isoflavon merupakan senyawa fitoestrogen karena
memiliki struktur kimia menyerupai hormon estrogen, yaitu 17β-estradiol.
Senyawa isoflavon mampu berikatan dengan reseptor estrogen sehingga
memberikan aktivitas fisiologis sebagai hormon estrogen (Thomsen et al. 2006,
Gruber et al. 2002; Delmonte dan Rader, 2006; dan Barlow et al. 2007). Isoflavon
banyak terdapat pada tanaman kacang-kacangan, terutama kedelai dan produk
olahannya termasuk tempe. Selain mengandung isoflavon, kedelai merupakan
salah satu sumber pangan penting, karena kandungan gizinya yang tinggi terutama
protein. Penelitian ini menguji pengaruh ekstrak etanol tempe yang diberikan
semasa usia lepas sapih (21 hari) terhadap kinerja reproduksi tikus umur dewasa.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol tempe
pada tikus betina dewasa terhadap kinerja reproduksi meliputi bobot uterus, bobot
ovarium, kadar DNA uterus dan ovarium serta kadar RNA uterus dan ovarium.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah gambaran tentang
pengaruh fitoestrogen yang berasal dari ekstrak etanol tempe terhadap kinerja
reproduksi tikus betina dewasa.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Fitoestrogen dan Isoflavon
Golongan fitoestrogen merupakan suatu substrat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan kerjanya sangat mirip dengan estrogen.
Beberapa senyawa fitoestrogen yang diketahui banyak terdapat dalam tanaman,
antara lain yaitu isoflavon, flavon, lignan, coumestans, tripterpene glycoides,
acyclics, dan lain-lain (Kim et al.1998). Isoflavon tergolong kelompok flavonoid
yang banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian.
Isoflavon kedelai terdapat dalam empat bentuk yaitu glikosida (daidzein, genistein,
dan glisitein), asetil glikosida (6-0 asetildaidezin, -genistein, dan –glisitein),
malonil glikosida (6-0 malonildaidzein, -genistein, dan glisitein, serta aglikon
(daidzein, genistein, dan glisitein). Isoflavon yang dominan pada kedelai terdapat
dalam bentuk glikosida (genistein dan daidzein), sedangkan yang dominan pada
produk kedelai yang mengalami fermentasi adalah aglikon (genistein dan
daidzein) yang dihasilkan dari pelepasan glukosa dari glikosida. Isoflavon
merupakan zat yang serupa dengan estrogen, namun berbeda dalam ikatan OH
(Setchell 1998).
Isoflavon terdiri atas isoflavon, lignan dan coumestan, namun yang paling
banyak digunakan dalam bidang kesehatan adalah isoflavon. Zat ini tidak hanya
terdapat dalam bahan mentah tetapi juga terdapat dalam produk olahan.Isoflavon
bersifat aktif di dalam tubuh mirip dengan hormon estrogen (Wang dan Murphy
1994).
Fitoestrogen dapat mengurangi gejala menopause, memperbaiki
lipid/lemak dalam plasma, menghambat perkembangan arteriosklerosis, serta
menghambat pertumbuhan sel-sel tumor/kanker pada payudara dan endometrium
(Messina et al.1994). Hasil penelitian Astuti (1999) membuktikan bahwa
fitoestrogen mempunyai efek uterotropik (meningkatkan bobot uterus) karena
aktivitas estrogen lemah dalam ransum tepung kedelai dan tepung tempe.
Fitoestrogen menyebabkan produksi estrogen meningkat dan menstimulir
penebalan endometrium sehingga uterus membesar dan bobotnya meningkat.
Estrogen adalah hormon yang dihasilkan oleh tubuh yang berasal dari asam asetat
dan kolesterol. Estrogen akan berikatan dengan reseptor estrogen α pada sistem
reproduksi dan berikatan dengan reseptor estrogen β pada tulang, jantung, hati,
otak dan kantung kemih (Barnes et al. 2000). Perkembangan uterus, tuba falopii,
vagina, mammae dan tanda-tanda seks sekunder, serta timbulnya naluri dan
tingkah laku seksual dipengaruhi oleh estrogen

3
Kedelai
Kedelai merupakan sumber isoflavon yang dapat melindungi tubuh dari
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, meningkatkan sistem kekebalan,
serta melawan serangan penyakit seperti diabetes, ginjal, anemia, rematik, diare,
hepatitis dan hipertensi. Kedelai mengandung antioksidan yang melindungi sel-sel
dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul-molekul oksigen bebas (radikal
bebas) (Heinnermen 2003). Kandungan total isoflavon sekitar 5.1-5.5 mg/g
protein kedelai. Jenis isoflavon yang ditemukan dalam kedelai dan hasil
olahannya adalah daidzein 10.5-85 dan genistein 26.8-120.5 mg/ 100 g berat
kering, yang mempunyai efek estrogenik bagi manusia dan hewan. Penelitian
untuk mengetahui efek osteoprotektif protein kedelai dan isoflavon dengan
menggunakan tikus yang diovariektomi telah terbukti bahwa diet dengan kaya
isoflavon kedelai dapat mempertahankan tulang tengkorak maupun vertebra
sehingga mampu bersifat osteoprotektif (Mazur et al. 1998).
Biologi Umum Tikus Putih (Rattus sp)
Tikus memiliki jumlah anak per kelahiran sebanyak 6-12 ekor dan
berukuran kecil sehingga memudahkan dalam pemeliharaan serta efisien dalam
konsumsi pakan (10 g/100 g bb). Bobot badan tikus jantan dewasa sekitar 450520 g dan mulai dikawinkan umur 65-110 hari. Berat badan tikus betina dewasa
sekitar 250-300 g dan mulai dikawinkan umur 65-110 hari karena jika dikawinkan
terlalu muda atau terlalu tua (lebih dari 10 minggu) akan mengurangi fertilitas.
Tikus yang baru lahir memiliki berat lahir antara 5-6 g. Tikus memiliki lama
produksi ekonomis (2.5–3 tahun), lama kebuntingan berkisar 21-23 hari, umur
sapih 21 hari, umur pubertas 50-60 hari, siklus estrus 4-5 hari, lama estrus 9-20
jam ( Malole dan Pramono 1989; Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Tikus
bersifat poliestrus yaitu hewan yang memiliki siklus berahi lebih dari dua kali
dalam satu tahun. Pembukaan vagina terjadi pada umur 28-29 hari. Dewasa
kelamin tikus betina terjadi pada umur 50-60 hari dengan mulai kawin pada umur
65-110 hari pada saat jantan dan betina mencapai bobot 250-300 g (Harkness dan
Wager 1989). Siklus estrus tikus terbagi atas empat periode yaitu : proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus (Malole dan Pramono 1989; Smith dan
Mangkoewidjojo 1988). Aktivitas hewan ketika berahi menjadi sangat aktif, hal
ini disebabkan oleh estrogen (Nalbandov 1990). Berbagai galur tikus (Rattus
norvegicus) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sprague Dawley, Wistar
dan Long Evans. Perbedaan morfologi dari ketiga jenis tikus ini adalah galur
Sprague Dawley mempunyai ekor yang lebih panjang dari badannya dan berwarna
putih. Galur Wistar berwarna putih dan mempunyai ekor yang lebih pendek dari
badannya.Galur Long Evans ada yang berwarna putih, hitam dan ada yang
berwarna campuran.

4

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2014 di
Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium Fisiologi,
Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah kandang tikus plastik berpenutup kawat
kasa berukuran 30cm X 20cm X 20cm, timbangan analitik, alat sentrifugasi darah,
mortar dan stamper, syringe 24 G, spoit 3 mL, spoit cekok 1 mL, sonde lambung,
tabung reaksi, tabung eppendorf, alas bedah tikus, scaple, pinset, gunting bedah,
dan pot organ. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak tempe
yang diekstraksi etanol 70%. Hewan coba yang digunakan yaitu 12 ekor tikus
Rattus norvegicus galur Sprague Dawley betina. Selama penelitian, pakan dan
minum diberikan ad libitum.

Prosedur Penelitian
Tikus betina lepas sapih dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok
kontrol merupakan kelompok yang tidak diberi ekstrak tempe, kelompok
perlakuan A dengan dosis 0.005 g/g BB, dan kelompok perlakuan B dengan dosis
0.01 g/g BB hari yaitu kelompok yang diberi pakan ekstrak tempe. Pemberian
ekstrak tempe dilakukan secara force feeding menggunakan sonde lambung
selama 28 hari yang dimulai pada saat subjek penelitian mencapai umur lepas
sapih yaitu 21 hari.
Tikus kemudian dipelihara sehingga mencapai usia dewasa. Setelah dewasa,
tikus dikawinkan dengan pejantan sehingga bunting. Perkawinan tikus dilakukan
dengan mencampur satu ekor jantan dengan tiga ekor betina di dalam satu
kandang. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan dengan cara membuat preparat ulas
vagina. Apabila pada preparat ulas vagina terdapat spermatozoa makan dapat
ditentukan telah terjadi perkawinan. Pada umumnya, tikus yang telah mengalami
perkawinan akan terjadi bunting karena perkawinan terjadi pada fase estrus. Pada
hari pertama ditemukannya spermatozoa, tikus dinyatakan bunting hari pertama.
Pada hari ke empat belas kebuntingan, tikus dinekropsi.
Nekropsi diawali dengan anaestesi tikus menggunakan larutan eter.
Selanjutnya, dilakukan pembukaan rongga abdominal untuk pengambilan ovarium
dan uterus. Ovarium dan uterus ditimbang bobot basah, kemudian dikeringkan di
dalam oven dengan suhu 60 °C sehingga kering. Setelah itu, bobot kering tiap
organ ditimbang, dan diuji Deoxyribonucleic Acid (DNA) dengan metode
berdasarkan instruksi prosedur perusahaan Geneaid (PT Genetika Science
Indonesia 2008) dan Ribonucleic Acid (RNA) berdasarkan metode yang
dimodifikasi dan digunakan oleh Manalu dan Sumaryadi (2008).

5

Gambar 1 Bagan pelaksanaan penelitian

Parameter yang Diamati dan Teknik Pengukuran
Bobot Organ
Organ ovarium dan uterus yang diperoleh ditimbang menggunakan
timbangan analitik untuk mendapatkan bobot basah. Ovarium dan uterus
kemudian dimasukkan ke dalam pot organ berisi larutan Neutral Buffered
Formalin 10%(NBF) untuk difiksasi. Setelah difiksasi, organ ovarium dan uterus
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50-60 °C selama 2 hari. Organ yang
telah kering ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan
bobot kering dan kemudian digerus untuk analisis konsentrasi DNA dan RNA.

Konsentrasi DNA Organ
Metode penentuan konsentrasi DNA dilakukan berdasarkan instruksi
prosedur perusahaan Geneaid (PT Genetika Science Indonesia 2008). Sampel
ovarium dan uterus dimasukkan ke dalam micropestle. Selanjutnya ditambahkan
TCA 5% ditutup dan dimasukkan ke dalam penangas air selama 20 menit. Sampel
kemudian didinginkan selama 5 menit dan disentrifugasi pada kecepatan 1500
rpm selama 20 menit. Supernatan dipisahkan dan pelet yang diperoleh diekstraksi
ulang seperti tata cara di atas. Supernatan hasil ekstraksi pertama dan kedua
dicampur, kemudian diencerkan sampai volume 15 mL dengan TCA 5% dan
disimpan di dalam refrigerator selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan
dan pengujian konsentrasi DNA menggunakan Genomic DNA Mini Kit (Tissue)
dan dibaca menggunakan spektrofotometer (HitachiU-2001) dengan panjang
gelombang 260 nm. Konsentrasi DNA dinyatakan dalam satuan miligram per
gram sampel. Perhitungan total konsentrasi DNA dapat diperoleh dengan rumus :
Total kadar DNA = Konsentrasi DNA (mg/g sampel) x Bobot kering (mg)

6
Konsentrasi RNA Organ
Metode penentuan konsentrasi RNA dilakukan berdasarkan metode yang
dimodifikasi dan digunakan oleh Manalu dan Sumaryadi (2008). Sampel ovarium
dan uterus dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, sebanyak 1 ml KOH
1N ditambahkan pada setiap sampel dan diletakkan pada penangas air 37 °C
selama 5 jam. Selanjutnya tabung reaksi ditempatkan dalam wadah yang berisi es
dan ditambahkan 100 µl HCl 6 N. Dalam tempat yang sama, 5 ml TCA 5%
ditambahkan sehingga terbentuk larutan putih keruh. Larutan ini kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Supernatan
dipisahkan pada tabung 15 ml dan disimpan. Pelet yang diperoleh diekstraksi
ulang dengan 5ml TCA 5% dan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2500
rpm selama 15 menit. Supernatan hasil ekstraksi pertama dan kedua kemudian
diencerkan sampai volume 15 ml dengan TCA 5%. Selanjutnya dilakukan
pewarnaan dan pengujian kadar RNA dengan mempersiapkan tabung reaksi yang
dilabel untuk blank, standar, dan sampel. Masing-masing tabung reaksi diisi
reagen FeCl 0,1% dan 100 µl orcinol 10,75% hingga berwarna kuning.
Selanjutnya semua tabung ditutup dengan aluminium foil dan diletakkan pada
penangas selama 30 menit. Pemanasan diusahakan merata untuk setiap tabung
sehingga larutan akan berwarna hijau. Konsentrasi RNA dalam tabung dibaca
dengan spektrofotometer (HitachiU-2001) dengan panjang gelombang 280 nm.
Konsentrasi RNA dinyatakan dalam satuan miligram per gram sampel.
Perhitungan total kadar RNA dapat diperoleh dengan rumus :
Total kadar RNA = Konsentrasi RNA (mg/g sampel) x Bobot kering (mg)

Analisis Data
Hasil parameter yang telah diukur dinyatakan dalam rataan ± simpangan
baku. Perbedaan antar kelompok perlakuan diuji secara statistika dengan uji
ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel & Torrie 1991).

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Tempe terhadap Organ Ovarium Tikus
Umur Dewasa
Ekstrak etanol tempe mengandung fitoestrogen yaitu estrogen yang berasal
dari tumbuhan yang dapat berikatan dengan reseptor estrogen. Dalam penelitian
ini, ekstrak etanol tempe diberikan pada tikus berumur 21 hari selama 28 hari
untuk melihat pengaruhnya terhadap kadar DNA dan RNA dari organ ovarium
dan uterus. Tabel 1 menyajikan kadar bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan
RNA ovarium tikus yang diberi ekstrak etanol tempe dengan dosis 0.005 g/g BB,
dosis 0.01 g/g BB serta tikus kontrol.
Tabel 1 Bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan kadar RNA ovarium tikus
dewasa yang diberi dosis 0.005 g/g BB, 0.01 g/g BB dan tikus yang tidak
diberi ekstrak etanol tempe
Kelompok
Kontrol
0.005
0.01

Bobot basah
(g)
0.160±0.086
0.355±0.417
0.608±1.019

Parameter
Bobot kering
Kadar DNA
(g)
(µg)
0.026±0.007 16.709±2.712
0.023±0.005 16.824±2.924
0.022±0.003 17.073±2.151

Kadar RNA
(µg)
33.027±7.747
36.655±8.145
38.928±5.566

Pengukuran bobot basah ovarium tikus berumur lebih dari 70 hari pada
kelompok tikus yang diberi 0.01 g/g BB ekstrak etanol tempe menunjukkan bobot
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok 0.005 g/g BB dan
kelompok kontrol. Bobot basah ovarium pada kelompok perlakuan dosis 0.005
g/g BB juga cenderung lebih tinggi dari kelompok kontrol. Estrogen dalam
ekstrak etanol tempe yang berupa isoflavon diduga dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi air.
Bobot kering adalah bobot yang bebas dari kandungan air dan lemak yang
hanya terdiri dari protein dan asam nukleat. Penghilangan air dan lemak dilakukan
untuk melihat aktivitas organ melalui materi protein. Pengukuran bobot kering
ovarium tikus berumur lebih dari 70 hari kelompok kontrol dan perlakuan tidak
menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal ini diduga karena aktivitas
fitoestrogen dengan dosis 0.005 g/g BB dan 0.01 g/g BB dalam ekstrak etanol
tempe tidak mempengaruhi bobot kering, tetapi meningkatkan kadar DNA dan
kadar RNA ovarium tikus. Hal ini sejalan dengan penelitan Pakarti (2014) yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada ovarium tikus berumur 28, 42 dan
56 hari. Hasil ini membuktikan bahwa dosis tidak memberi pengaruh kepada
bobot kering tetapi meningkatkan kadar DNA dan RNA organ ovarium tikus
berumur lebih dari 70 hari. Ekstrak etanol tempe lebih mempunyai pengaruh
terjadinya akumulasi cairan.
Menurut Jefferson (2010), ovarium memiliki reseptor estrogen β dan
fitoestrogen memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor estrogen β, sehingga
fitoestrogen dapat sangat berpengaruh pada ovarium. Allfred et al. (2001)

8
menyatakan bahwa geneistein yang terdapat di dalam isoflavon dapat merangsang
proliferasi sel-sel organ reproduksi karena pengaruh estrogeniknya. Penelitian
Suttner et al.(2005) juga menyatakan fitoestrogen dapat menyebabkan proliferasi
sel pada ovarium, sehingga dapat meningkatkan bobot ovarium.
Hasil analisis total kadar DNA menggambarkan proliferasi sel, sedangkan
total kadar RNA menggambarkan aktivitas sintesa protein pada sel. Pemberian
ekstrak etanol tempe dengan dosis 0.005 g/g BB dan 0.01 g/g BB tidak
berpengaruh terhadap kadar DNA dan RNA. Total kadar DNA dan RNA ovarium
pada kelompok perlakuan dosis 0.005 g/g BB dan 0.01 g/g BB juga cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Ovarium adalah organ primer reproduksi betina yang berperan dalam
menghasilkan sel telur yang matang dan menghasilkan hormon-hormon yang
berperan dalam mengatur kinerja reproduksi dan sifat-sifat sekunder, persiapan
reaksi perkawinan serta pengaruh metabolik lainnya. Isoflavon yang bersifat
estrogenik dalam ekstrak etanol tempe diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi
dari alat-alat reproduksi seperti ovari dan uterus. Ovarium yang berfungsi secara
optimal akan menghasilkan folikel yang akan berkembang lebih baik atau cepat
matang. Proses pertumbuhan dan pematangan folikel dikontrol oleh FSH dan LH.
Jumlah folikel yang berkembang pada tahap folikuler dalam siklus jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan jumlah yang bertahan sampai ovulasi. Folikel
yang tidak mencapai ukuran ovulasi akan mengalami degenerasi selama tahap
folikuler. Jumlah dan ukuran folikel yang berperan penting dalam pertumbuhan
folikel yang terpilih untuk ovulasi (Nalbandov 1990). Folikel menghasilkan
estradiol dalam jumlah yang cukup banyak dan dalam jumlah sedikit estradiol
akan dihasilkan oleh kelenjar adrenal (Garverick et al 1992).

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Tempe terhadap Organ Uterus Tikus
Umur Dewasa
Tabel 2 Bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan kadar RNA uterus tikus
dewasa yang diberi dosis 0.005 g/g BB, 0.01 g/g BB dan tikus yang tidak
diberi ekstrak etanol tempe
Kelompok
Kontrol
0.005
0.01

Bobot basah
(g)
0.484±0.163
0.517±0.114
1.206±1.790

Parameter
Bobot kering
Kadar
(g)
DNA(µg)
0.124±0.009
15.612±0.727
0.106±0.045
13.754±4.918
0.061±0.018
13.024±4.918

Kadar RNA
(µg)
34.388±11.441
45.886±10.980
45.390±12.093

Bobot basah pada ovarium tikus yang diberikan ekstrak etanol tempe dosis
0.01 g/g BB menunjukkan paling tinggi daripada perlakuan lainnya. Hasil ini
mendukung perubahan bobot basah pada uterus tikus yang diberikan dosis 0.01
g/g BB yang juga mencatatkan bobot basah tertinggi. Ekstrak etanol tempe
berupaya mengakumulasikan cairan pada lumen uterus
Hasil analisis statistik menunjukkan pemberian ekstrak tempe berpengaruh
nyata terhadap bobot kering uterus tikus umur dewasa. Bobot kering uterus pada
kelompok pelakuan 0.01 g/g BB jauh lebih rendah dari kelompok pelakuan 0.005

9
g/g BB dan kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian Zin et al. 2013, penurunan
bobot uterus ini diduga sebagai efek antiestrogenik yang disebabkan oleh
genistein. Efek antiestrogenik ini dapat terjadi dari pemberian dosis fitoestrogen
yang cukup tinggi. Hasil penelitian Santell et al.(1997) membuktikan bahwa
isoflavon, genistein, dalam dosis rendah mempunyai efek estrogenik untuk
meningkatkan berat uterus dengan menstimulasi penebalan endometrium uterus.
Namun, pemberian dengan dosis lebih tinggi akan menghasilkan efek
antiestrogenik. Uterus lebih banyak mengandung reseptor estrogen α daripada
reseptor estrogen β. Isoflavon bersifat antagonis terhadap estrogen pada reseptor
estrogen α, sehingga pada jaringan yang banyak mengandung reseptor estrogen α,
isoflavon akan menempatinya tetapi menghalangi stimulasi DNA serta sintesis
protein yang diinduksi oleh estradiol (Nalbandov 1990).
Berdasarkan analisis total kadar DNA dan total kadar RNA, pemberian
ekstrak etanol tempe dengan dosis 0.005 g/g BB dan 0.01 g/g BB tidak
menunjukkan perbedaan nyata. Kadar DNA uterus kelompok perlakuan lebih
rendah dari kelompok kontrol. Kadar RNA uterus kelompok perlakuan cenderung
meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil ini dapat menimbulkan
dugaan bahwa walaupun tidak ada proliferasi sel (kadar DNA menurun) tetapi
kemungkinan masih bisa meningkatkan sintesis protein. Adanya isoflavon dalam
ekstrak etanol tempe yang berperan sebagai estrogen diduga dapat berikatan
dengan reseptor estrogen sehingga dapat membentuk kompleks reseptor-hormon
yang akan mengaktifkan proses transkripsi mRNA dan merupakan awal proses
sintesis protein.
Estrogen menyebabkan meningkatnya vaskularisasi dan aktivitas mitosis
uterus yang lebih besar sehingga mengakibatkan organ bertambah berat. Otot
polos miometrium mengalami hiperplasi dan hipertrofi. Kenaikan bobot uterus ini
seimbang dengan jumlah estrogen yang beredar. Dalam penelitian ini, isoflavon
pada ekstrak etanol tempe tidak mampu membantu peran estrogen untuk
menaikkan bobot kering uterus (Nalbandov 1990). Bobot kering uterus digunakan
untuk pengukuran kadar DNA dan RNA. Bobot kering uterus tidak dipengaruhi
oleh ekstrak etanol tempe yang diberikan, namun ia mampu meningkatkan bobot
basah organ.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian ekstrak tempe dengan dosis 0.005 g/g BB dan 0.01 g/g BB
pada tikus dewasa yang diberi ekstrak etanol tempe dari usia 21 hari hingga 48
hari mampu meningkatkan bobot basah dan kadar RNA ovarium dan uterus.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dilengkapi dengan parameter hormonal, seperti kadar
hormon estrogen.

10

DAFTAR PUSTAKA
Allfred CD, Allfred KF, Ju YH, Virant SM, Helferich WG. 2001. SoyDiets
Containing Varying Amounts of Genistein Stimulate Growthof Estrogendependent (MCF-7) Tumors in a Dose-Dependent Manner. Cancer Res.
61:5045.
Astuti S. 1999. Pengaruh tepung kedelai dan tempe dalam ransum terhadap
fertilitas tikus
percobaan [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Anderson, John JB. 1998. Phytoestrogens and bone. Bailieres Clin Endocrinol
Metab. 12:543-57.
Barnes S, Kim H, Darley-Usmar V, Patel R, Xu J, Boersma B, Luo Ming.
2000. Beyond Erα and Erβ : Estrogen Receptor Binding Is Only Part of the
Isoflavone Story. J. Nutr : 130 : 656S-657S,2000.
Delmonte P, Rader JI. 2006. Analysis of Isoflavones in Foods and Dietary
Supllements. J of AOAC Inter. : Vol. 89, no.4. pp 1138 -1146(9).
Ganong WF. 2010. Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Widjajakusuma H,
penerjemah; Djauhari, editor. Jakarta (ID): Penerbit EGC. Terjemahan
dari: Medical
Physiology
Garverick HA, Zollers WG, Smith MF. 1992. Mechanisms associated with corpus
luteum lifespan in animals having normal or subnormal luteal function. Anim.
Reprod. Sci. 28: 111-124.
Gruber CJ, Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC. 2002. Production and
Actions of Estrogens. N Engl J Med 2002. DOI : 10.1056/NRJMra00471
Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Jakarta (ID): Penerbit
EGC.
Harkness JE, Turner PV, Vandewoude S., Wheler CL. 2010. Harkness and
Wagner’s Biology and Medicine of Rabbits and Rodents.Ed ke-5. Iowa (USA) :
Blackwell Publishing
Heinnermen J. 2003. Khasiat Kedelai Bagi Kesehatan Anda. Jakarta (ID). Prestasi
Pustakaraya.
Jefferson. 2010. Assessing estrogenic activity of phytochemicals using
transcriptional activation and immature mouse uterotrophic responses. J
Chromatogr B Analyt Technol Biomed Life Sci 777:179.
Kim H, Peterson GT, Barnes S. 1998. Mechanisms of action of the soy isoflavone
genistein: emerging role for its effects via transforming growth factor β
signaling pathways. Am J Clin Nutr :1418S-25S
Koswara S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu.
Jakarta. (ID). Pustaka Sinar Harapan.
Malole MBM, CsuU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan. Percobaan di
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan
Tinggi. Pusat AntarUniversitas Bioteknologi. Bogor (ID). IPB Pr.
Manalu W, Sumaryadi MY. 1998. Maternal serum progesterone
concentrationduring gestation and mammary gland growth and development at
parturirion on javanese thin-tail ewes with carrying a single or multiple fetuses.
Small Rum Res. 27:131-136.

11
Mazur WM, Duke JA, Wahala K, Rasku S, Adlercreutz H. 1998. Isoflavonoids
and lignans in legumes: nutritional and health aspects in humans. J Nutr
Biochem 9, 193-200.
Messina MJ, Persky V, Setchell KDR, Barnes S. 1994. Soy intake and cancer
risk : a review of the in vivo and in vitro data. Nutr. Cancer 21:113-131.
Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta
(ID). UI Pr.
Pakarti RAA. 2014. Peran Pemberian Ekstrak Tempe Terhadap Kadar DNA dan
RNA Organ Reproduksi Tikus Betina pada Usia Lepas Sapih.[skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor
Pakasi LS. 2000. Menopause: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta (ID): UI
Pr.
Santell RC, Chang YC, Nair MG, Helferich WG. 1997. Dietary genistein exerts
estrogenic effects upon the uterus, mammary gland and the
hypothalamic/pituitary axis in rats. J Nutr 127:263-269.
Setchell KDR.1998. Phytoestrogens:the biochemistry, physiology, and
implications for human health of soy isoflavones. Am J Clin Nutr 68: 1333S1146S
Smith JB, S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID). UI Pr.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta (ID). Gramedia.
Suttner AM, Danilovich NA, Banz WJ, Winters TA. 2005. Soy
Phytoestrogens: effects on ovarian function.[Abstract]. Society for the Study of
Reproduction
Tanu I. 2005. Farmakologi dan Terapi.Ed ke-4. Jakarta (ID): Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Thomsen AR, Almstrup K, Nielsen JE, Sorensen IK, Petersen OW, Leffers
H.,Breinholt V. 2006. Estrogenic Effects of Soy Isoflavones on Mammary
Gland Morphogenesis and Gene Expression Profile. Toxicol Scien. 93(2), 357368 .doi : 10.1093/toxsci/kfl029
Wang H, Murphy PA. 1994. Isoflavone content in commercial soybeans foods. J
Agric. Food Chem.42:1666-1673
Zin SRM, Omar SZ, Khan NLA, Musameh NI, Das S, Kassim NM. 2013. Effects
of the phtyoestrogen genistein on the development of the reproductive system
of Sprague Dawley rats. Clinic 02:21.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis data bobot basah ovarium dan uterus tikus betina umur
dewasa
Descriptives
N

Mean

Std.
Deviation

BB_ovarium

1

4

.160125

.0861607

2

4

.354975

.4169116

3

4

.608100

1.0191818

Total

12

.374400

.6077932

Model

Fixed Effects

.6376965

Random Effects
BB_uterus

1

4

.484725

.1629339

2

4

.517125

.1146009

3

4

1.206275

1.7899079

Total

12

.736042

Model

Fixed Effects

1.0026859
1.0397838

Random Effects
a.

Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this
random effects measure.

BB_ovarium
a

Duncan
Kelo

N

mpok

Subset
for alpha = 0.05
1

1

4

.160125

2

4

.354975

3

4

.608100

Sig.

.367

Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

13
BB_uterus
a

Duncan
Kelo

N

mpok

Subset
for alpha = 0.05
1

1

4

.484725

2

4

.517125

4

1.20627

3

5

Sig.

.372

Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

Lampiran 2 Analisis data bobot kering, kadar DNA dan RNA ovarium tikus
betina umur dewasa
Descriptives
N

bobotkering

Mean

Std. Deviation

1

4

.025525

.0067401

2

4

.023075

.0050361

3

4

.022025

.0035846

Total

12

.023542

.0050157

Fixed Effects
Model

.0052802

Random
Effects

dna

1

4

16.709250 2.7118004

2

4

16.824250 2.9240825

3

4

17.073250 2.1508400

Total

12

16.868917 2.3715676

Fixed Effects
Model

2.6159914

Random
Effects

rna

1

4

33.027250 7.7471926

2

4

36.654500 8.1449340

3

4

38.927750 5.5656467

Total

12

36.203167 7.0250209

Model

Fixed Effects

7.2419005

14
Random
Effects
a.

Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random
effects measure.

Bobotkering
a

Duncan
kelo

N

mpok

Subset
for alpha = 0.05
1

3

4

.022025

2

4

.023075

1

4

.025525

Sig.

.393

Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
dna
a

Duncan
kelo

N

mpok

Subset
for alpha = 0.05
1

1

4

16.709250

2

4 16.824250

3

4 17.073250

Sig.

.855

Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

15
rna
a

Duncan
kelo

N

Subset

mpok

for alpha = 0.05
1
1

4 33.027250

2

4 36.654500

3

4 38.927750

Sig.
Means

for

.299
groups

in

homogeneous

subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

16

Lampiran 3 Analisis data bobot kering, kadar DNA dan RNA uterus tikus
betina umur dewasa
Descriptives

N

Mean

Std. Deviation

1

4

.124150

.0092939

2

4

.105825

.0445359

3

4

.060925

.0175686

Total

12

.096967

.0376600

Bobot_kering
Fixed Effects

.0281572

Model
Random Effects

Kadar_DNA

1

4

15.612250

.7266119

2

4

13.753750

1.9304340

3

4

13.024000

4.9179408

Total

12

14.130000

3.0086165

Fixed Effects

Model

3.0789978

Random Effects

1

4

34.387750

11.4412856

2

4

45.885500

10.9800952

3

4

45.390000

12.0926633

Total

12

41.887750

11.7978622

Kadar_RNA
Fixed Effects

11.5137311

Model
Random Effects
a.

Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random
effects measure.
Bobot_kering
a

Duncan
Kelo

N

Subset for alpha =

mpok

0.05
1

2

3

4 .060925

2

4 .105825

.105825

1

4

.124150

Sig.

.051

.381

Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

17

Kadar_DNA
a

Duncan
Kelo

N

Subset

mpok

for alpha = 0.05
1
3

4 13.024000

2

4 13.753750

1

4 15.612250

Sig.
Means

.285

for

groups

in

homogeneous

subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
Kadar_RNA
a

Duncan
Kelo

N

Subset

mpok

for alpha = 0.05
1
1

4 34.387750

3

4 45.390000

2

4 45.885500

Sig.
Means

for

.210
groups

in

homogeneous

subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Nur Hasreena Nadia Ahlun. Penulis
dilahirkan di Sabah, Malaysia pada tanggal 22 September 1989. Penulis
merupakan putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ahlun Kanak dan
Sarina Haridas. Penulis menyelesaikan sekolah menengah di SM Sains Sabah,
Malaysia pada tahun 2006 dan melanjutkan pendidikan peringkat diploma di
Universitas Putra Malaysia dalam jurusan Diploma Kesihatan Haiwan dan
Peternakan. Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Persatuan
Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia dan Himpunan Minat Profesi
Hewan Kesayangan dan Satwa Aquatik Eksotik (2012-2013).