Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Usia Lepas Sapih

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP
KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA
USIA LEPAS SAPIH

GHINA INDRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pemberian
Ekstrak Tempe terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Usia Lepas Sapih
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ghina Indriani
NIM B04100126

ABSTRAK
GHINA INDRIANI. Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kinerja
Reproduksi Tikus Betina Usia Lepas Sapih. Dibimbing oleh NASTITI
KUSUMORINI dan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Tempe merupakan makanan yang terbuat dari hasil fermentasi kedelai yang
mengandung fitoestrogen dan bersifat estrogenik. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap kinerja reproduksi tikus
betina usia lepas sapih. Delapan belas ekor tikus betina lepas sapih usia 21 hari
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok
perlakuan diberi ekstrak tempe 0.5 g/mL/hari selama 28 hari. Dilakukan
pengukuran terhadap bobot badan, bobot ovarium, bobot uterus, serta kadar
hormon estradiol dan testosteron. Pengambilan data dilakukan saat tikus berusia
28, 42, dan 56 hari dan dianalisis menggunakan metode Independent Samples Ttest dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05). Hasil penelitian pemberian
fitoestrogen dengan dosis 0.5 g/mL perhari pada usia 42 hari dapat mempengaruhi
kinerja reproduksi berupa penurunan bobot badan dan ovarium, serta peningkatan

kadar hormon estradiol.
Kata kunci: ekstrak tempe, fitoestrogen, kinerja reproduksi, tikus betina

ABSTRACT
GHINA INDRIANI. The Role of Tempe Extract on The Reproductive
Performance of Female Rat in Prepuberty Age. Supervised by NASTITI
KUSUMORINI and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Tempe is a fermented soybean that contains phytoestrogen which has
estrogenic effect. This study was conducted to study the effect of tempe extract in
reproductive performance of female rats at weaning age. Eighteen female rats
weaning age or 21 days were divided into 2 groups, control and treatment group.
The treatment group were given tempe extract 0.5 g/mL/day for 28 days. Body
weight, ovarium weight, uterus weight, and oestradiol and testosterone
concentration were measured. Data was collected at the age of 28, 42, and 56
days and analysed using Independent Samples T-test methode with 95%
confidence interval (α: 0.05). The result showed that administration of
phytoestrogen with 0.5 g/mL/day have an influence in rat reproductive
performance which were decrease body and ovarium weight, and increase the
oestradiol concentration at the age of 42 days.
Keywords: tempe extract, phytoestrogen, female rat, reproductive performance


PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP
KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA
USIA LEPAS SAPIH

GHINA INDRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kinerja Reproduksi
Tikus Betina Usia Lepas Sapih

Nama
: Ghina Indriani
NIM
: B04100126

Disetujui oleh

Dr Dra Nastiti Kusumorini
Pembimbing I

Dr Drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet (K)
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah reproduksi,
dengan judul Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kinerja Reproduksi Tikus
Betina Usia Lepas Sapih.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dra Nastiti Kusumorini dan
Ibu Dr Drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc selaku pembimbing skripsi yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Nurul Chotimah, Retno Tegarsih, Roro Ambarwati yang telah bersamasama berjuang dalam mengumpulan data penelitian. Penulis juga berterima kasih
kepada Ibu Ida, Ibu Sri, Pak Dikdik, dan Pak Gholib yang telah membantu peneliti
di laboratorium dan kandang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
teman-teman Acromion 47 khususnya Nunuy, Deka, Gamma, Erlan, Tatum,
Upay, Hida, Laras, Tri untuk bantuan, dukungan, dan motivasi yang diberikan.
Karya ini penulis persembahkan untuk Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Ghina Indriani


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi Betina
Tempe sebagai Sumber Fitoestrogen
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Persiapan Penelitian
Hewan Coba
Ekstrak Tempe
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Ekstrak Tempe terhadap Bobot Badan
Pengaruh Ekstrak Tempe terhadap Bobot Ovarium
Pengaruh Ekstrak Tempe terhadap Bobot Uterus
Kadar Hormon Estrogen dan Testosteron
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2

3
4
4
4
4
4
5
5
6
6
6
7
8
9
10
10
10
10
13
22


DAFTAR TABEL
1 Rataan bobot badan anak tikus usia 28, 42, dan 56 hari
2 Rataan bobot ovarium (g) dan rasio bobot ovarium terhadap bobot
badan anak tikus usia 28, 42, dan 56 hari
3 Rataan bobot uterus (g) dan rasio bobot uterus terhadap bobot badan
anak tikus usia 28, 42, 56 hari
4 Rataan kadar estrogen terhadap testosteron (E/T) anak tikus pada usia
28, 42, dan 56 hari

6
7
8
9

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan pengelompokan hewan coba
2 Bagan pelaksanaan penelitian

5

6

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Cara pembuatan ekstrak tempe
Analisis statistik rataan bobot badan pada usia 28, 42, dan 56 hari
Analisis statistik rataan bobot ovarium pada usia 28, 42, dan 56 hari
Analisis statistik rataan rasio ovarium terhadap bobot badan pada usia
28, 42, dan 56 hari
Analisis statistik rataan bobot uterus pada usia 28, 42, dan 56 hari
Analisis statistik rataan rasio uterus terhadap bobot badan pada usia 28,

42, dan 56 hari
Analisis statistik rataan kadar hormon estrogen pada usia 28, 42, dan 56
hari
Analisis statistik rataan kadar hormon testosteron pada usia 28, 42, dan
56 hari
Analisis statistik rataan rasio estrogen terhadap testosteron pada usia 28,
42, dan 56 hari

13
14
15
16
17
18
19
20
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reproduksi merupakan suatu kemampuan makhluk hidup dalam
menghasilkan keturunan. Reproduksi diatur oleh interaksi antara sistem syaraf dan
sistem endokrin. Kedua sistem ini berinteraksi secara konsisten dan saling bekerja
sama dalam menginisiasi, mengkoordinasi, dan mengatur semua fungsi reproduksi
(Senger 1999). Pada hewan betina, reproduksi dipengaruhi oleh hormon estrogen
dan progesteron. Kadar estrogen atau estradiol yang normal sangat diperlukan
dalam kinerja reproduksi hewan betina. Fungsi dari estrogen adalah sebagai
perangsang perkembangan karakteristik seks sekunder, mempercepat
pertumbuhan folikel ovarium, merangsang pertumbuhan duktus mamari dan
menyebabkan perkembangan kelenjar mamari (Ganong 2003). Menurut Batubara
(2010), pada masa pubertas terjadi peningkatan sekresi Gonadotropin-Releasing
Hormone (GnRH) dari hipotalamus. Kemudian GnRH akan berikatan dengan
reseptor di pituitari sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). FSH dan LH
kemudian akan merangsang produksi estrogen.
Pada masa prapubertas kadar GnRH yang beredar rendah. Rendahnya kadar
GnRH ini tidak cukup untuk merangsang pituitari anterior untuk melepaskan
hormon gonadotropin seperti FSH dan LH. Hal ini menyebabkan rendahnya kadar
estrogen yang akan menginduksi terjadinya proses reproduksi (Senger 1999).
Menurut Suprihatin (2008), kekurangan hormon estrogen pada masa prapubertas
dapat menyebabkan gangguan terhadap kinerja reproduksi, berupa tidak
berkembangnya uterus dan atropi miometrium (Ganong 2003). Gangguan kinerja
reproduksi ini dapat diatasi dengan pemberian estrogen eksogen yang relatif aman
(Suprihatin 2008).
Tempe merupakan makanan yang terbuat dari hasil fermentasi kedelai.
Tempe mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin, mineral, dan
fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan kelompok tanaman, baik biji-bijian, kacangkacangan, sayuran, dan buah-buahan yang memiliki sifat khasiat menyerupai
hormon estrogen atau dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen (Biben 2012).
Salah satu bentuk dari fitoestrogen adalah isoflavon yang terdiri atas genistein dan
daidzein. Fitoestrogen ini dapat meniru ataupun dapat menghambat efek estrogen.
Pada dosis rendah, fitoestrogen memiliki sifat seperti estrogen namun sebaliknya,
pada dosis tinggi akan berlawanan dengan estrogen (Nurfaiziyah et al. 2011).
Pemberian genistein dengan dosis 300 ppm dapat membantu mempercepat
pembukaan vaginal pada hewan betina (You et al. 2002). Pemberian pakan yang
mengandung fitoestrogen secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan fungsi
ovarium seperti sistik ovari, mengurangi tingkat konsepsi, dan infertilitas
sementara (Jainudeen dan Hafez 2000). Menurut Biben (2012), penggunaan
sediaan fitoestrogen dapat bermanfaat pada pemakaian yang tidak berlebihan dan
sewajarnya.
Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh fitoestrogen
terhadap fertilitas dan perkembangan sistem reproduksi. Hasil dari penelitian
tersebut ada yang berdampak positif maupun negatif. Hal ini disebabkan oleh

2
respon individu terhadap fitoestrogen berbeda-beda (Rishi 2002). Menurut Tan et
al. (2006), pemberian fitoestrogen tidak memberikan efek yang berarti pada usia
pubertas dan pada fertilitas individu. Pada penelitian Suprihatin (2008), tikus usia
prapubertas yang diberi tepung tempe mengalami peningkatan kinerja reproduksi
yang meliputi usia pubertas, jumlah korpus luteum, jumlah embrio, jumlah anak
yang dilahirkan, dan produksi air susu. Selain itu, hasil penelitian Muhiddin
(2013) menunjukkan pemberian fitoestrogen pada masa prapubertas dengan dosis
0.25 g/mL perhari selama 28 hari dapat meningkatkan kinerja reproduksi berupa
peningkatan bobot ovarium pada anak tikus usia 42 hari. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemberian fitoestrogen yang
berasal dari ekstrak tempe pada dosis yang lebih tinggi. Pemberian fitoestrogen ini
diharapkan dapat meningkatkan kinerja organ dan hormon reproduksi karena
fitoestrogen memiliki efek estrogenik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian 0.5 g/mL
ekstrak tempe yang mengandung fitoestrogen pada masa prapubertas terhadap
kinerja reproduksi betina tikus Rattus norvegicus meliputi bobot badan, bobot
ovarium dan uterus, serta kadar hormon estrogen dan testosteron.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang efektivitas
pemberian fitoestrogen pada masa prapubertas terhadap perkembangan kinerja
reproduksi betina saat mencapai pubertas.

TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi Betina
Hormon reproduksi utamanya berasal dari sistem atau organ utama berikut,
yaitu hipotalamus, pituitari anterior dan posterior, gonad, uterus, dan plasenta.
Hormon dari hipotalamus yang mengatur reproduksi adalah GonadotropinReleasing Hormone (GnRH), Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), dan
Prolactin-Inhibiting Factor (PIF). Pituitari anterior mensekresikan tiga hormon
gonadotropik yaitu FSH, LH, dan prolaktin, sedangkan pituitari posterior sebagai
tempat penyimpanan hormon oksitosin dan vasopresin. Pada hewan betina, gonad
berupa ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang merupakan
hormon steroid (Hafez et al. 2000). Di dalam tubuh, bentuk endogen estrogen
adalah 17β-estradiol, estron, dan estriol. Hormon tersebut disekresikan oleh sel
teka interna dan sel granulosa folikel ovarium. Sel teka interna didominasi oleh
reseptor LH yang bekerja melalui cAMP (cyclic Adenosine monophosphate) untuk
meningkatkan perubahan kolesterol menjadi androstenedion. Sebagian dari
androstenedion inilah yang akan diubah menjadi estradiol. Sel granulosa

3
didominasi oleh reseptor FSH. FSH ini bekerja melalui cAMP untuk
meningkatkan aktivitas aromatase (Ganong 2003). Aromatase merupakan enzim
yang mengkatalisis perubahan testosteron menjadi senyawa aromatik estradiol
(Dorland 2012). Menurut Ganong (2003), estrogen memiliki fungsi meningkatkan
folikel ovarium, meningkatkan jumlah otot uterus, menyebabkan pertumbuhan
duktus dan pembesaran payudara, dan sebagai hormon feminisasi pada masa
pubertas atau merangsang karakteristik seks sekunder.
Pubertas merupakan periode saat ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang
dan kemampuan untuk reproduksi seksual mulai didapat (Dorland 2012). Pubertas
pada betina tercapai saat hipotalamus mampu menghasilkan GonadotropinReleasing Hormone (GnRH) dalam jumlah yang cukup sehingga dapat merespon
umpan balik positif dari estradiol. Jumlah yang memadai dari GnRH dapat
menyebabkan ovulasi. GnRH akan merangsang sekresi Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari anterior pituitari. Setelah
disekresikan, FSH dan LH menstimulasi gonad. Estrogen dan androgen
disekresikan oleh gonad sebagai umpan baliknya (Hafez et al. 2000).
Pada hewan betina, masa pubertas dimulai saat individu mencapai usia
estrus dan ovulasi pertama serta usia dimana tubuh dapat mendukung kebuntingan
(Senger 1999). Estrus terjadi ketika tingginya sekresi estrogen dari praovulatori
folikel de Graaf. Pada akhir estrus, ovulasi terjadi dengan diikuti pembentukan
korpus luteum yang mensekresikan progesteron. Jika terjadi kebuntingan, korpus
luteum dibutuhkan untuk pemeliharaan kebuntingan (Hafez dan Hafez 2000).
Pubertas dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhi pubertas berupa faktor genetik dan kadar hormon,
sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi onset pubertas bervariasi
antarspesies. Faktor eksternal tersebut berupa musim hewan lahir, penyinaran atau
photoperiod selama masa pubertas, ada atau tidaknya lawan jenis pada masa
peripubertal, dan kepadatan kelompok pada kandang (Senger 1999). Pada tikus
masa pubertas dicapai pada usia 40-60 hari (Fox 2002).
Tempe sebagai Sumber Fitoestrogen
Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari hasil
fermentasi kedelai. Melalui proses fermentasi, biji kedelai mengalami proses
penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna (BSN 2012).
Adapun kandungan gizi rata-rata dalam 100 g tempe adalah air 64%, protein
18.3%, lemak 4%, karbohidrat 12.7%, kalsium 129 mg, fosfor 154 mg, dan zat
besi 10 mg (Pambudi 2013). Selain itu, kedelai yang difermentasi menjadi tempe
memiliki kandungan fitoestrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai
yang tidak diolah. Di dalam kedelai atau produk olahannya, genistein memiliki
konsentrasi sebesar 26.8-120.5 mg/100 g berat kering dan daidzein sebesar 10.585 mg/100g berat kering (Widodo 2005).
Fitoestrogen termasuk dalam senyawa nonsteroid yang aktivitas estrogennya
lemah dan tidak sekuat estrogen sintetik. Salah satu bentuk fitoestrogen adalah
isoflavon (Murkies et al. 1998). Menurut Rishi (2002), ada dua komponen
isoflavonoid utama, yaitu genistein dan daidzein yang terdapat pada kacang
kedelai dalam bentuk aglikon (bentuk tak terkonjugasi) ataupun dalam bentuk
beta-glikosida (bentuk terkonjugasi). Daidzein merupakan senyawa isoflavon

4
yang aktivitas antioksidannya lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa
isoflavon lainnya.
Isoflavon ini termasuk molekul nonsteroid alami yang secara struktur
memiliki kemiripan dengan 17β-estradiol dan modulator selektif reseptor estrogen.
Isoflavon memiliki cincin fenolik dan dapat berikatan dengan reseptor estrogen
(Mishra et al. 2011). Kemiripan molekul isoflavon dengan estrogen alami
menyebabkan isoflavon dikenal memiliki efek estrogenik dan antiestrogenik.
Penggunaan dengan dosis rendah akan menunjukkan efek menyerupai kerja
estrogen (estrogenik), namun sebaliknya penggunaan dengan dosis tinggi dapat
menghasilkan efek yang berlawanan dengan kerja estrogen (antiestrogenik). Ada
dua tipe reseptor estrogen dalam tubuh manusia, yaitu reseptor estrogen α (alfa)
yang ditemukan pada jaringan mamari dan uterus serta reseptor reseptor estrogen
β (beta) yang terdistribusi pada tulang, otak, endotel pembuluh darah, dan kantung
kemih. Afinitas pengikatan isoflavon oleh reseptor β lebih baik dari reseptor α.
Akibat dari reaksi pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen, isoflavon dapat
memberi efek kardioprotektif, memperkuat tulang, dan membantu dalam
mengurangi gelaja menopause (Mishra et al. 2011).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kandang Unit Pengelola Hewan Laboratorium,
Laboratorium Bagian Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,
dan Laboratorium Hormon, Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari hingga Mei 2014.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah kandang tikus berpenutup
kawat kasa, timbangan analitik, sentrifuge, kit komersial Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay (ELISA) Kit DRG Estradiol ELISA EIA-2693 dan Kit
DRG Testosteron ELISA EIA-1559, syringe 24G, spoit 3 mL, spoit 1 mL, mortar,
stamper, sonde lambung, tabung reaksi, tabung eppendorf, alas bedah tikus,
peralatan bedah (skalpel, pinset, gunting), pot organ, dan tisu. Bahan yang
digunakan dalam penelitian adalah ekstrak tempe yang diekstraksi etanol 70%,
hewan coba yang digunakan adalah 18 ekor tikus Rattus norvegicus betina usia 21
hari, larutan NaCl fisiologis (0.9%), Normal Buffered Formaldehide, larutan eter,
dan akuades.
Persiapan Penelitian
Hewan Coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus betina (Rattus
norvegicus) berusia 21 hari. Tikus dipelihara di kandang Unit Pengelola Hewan
Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

5
Pemeliharaan dilakukan menggunakan kandang berukuran 30 x 20 x 12 cm,
berbahan plastik, dan berpenutup kawat kasa pada bagian atasnya. Setiap kandang
dialasi dengan sekam yang diganti secara periodik. Pakan dan air minum
diberikan ad libitum.
Ekstrak Tempe
Sumber fitoestrogen yang digunakan dalam penelitian berasal dari tempe
yang diekstrak menggunakan etanol 70% di Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (Balitro). Setiap 100 g ekstrak tempe mengandung 87.55 mg isoflavon
yang terdiri atas 83.30 mg daidzein dan 4.25 mg genestein.
Prosedur Penelitian
Delapan belas ekor tikus betina lepas sapih berusia 21 hari dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak tempe dan
kelompok perlakuan yang diberi ekstrak tempe. Tikus pada masing-masing
kelompok berjumlah sembilan ekor. Ekstrak tempe sebanyak 5 g dilarutkan
dengan 10 mL akuades, kemudian tikus dicekok 0.5 g/mL ekstrak tempe dengan
menggunakan sonde lambung setiap hari selama 28 hari. Pengelompokan hewan
coba disajikan pada Gambar 1.
18 ekor tikus
betina usia 21
hari

Perlakuan (P)
28 hari = 9
ekor

Kontrol (K) = 9
ekor

Sampling usia
28 hari 3 ekor

Sampling usia
42 hari 3 ekor

Sampling usia
56 hari 3 ekor

Sampling usia
28 hari 3 ekor

Sampling usia
42 hari 3 ekor

Sampling usia
56 hari 3 ekor

Gambar 1 Bagan pengelompokan hewan coba
Tikus betina berusia 28, 42, dan 56 dari masing-masing kelompok
dinekropsi untuk mendapatkan gambaran kinerja reproduksi, meliputi pengukuran
bobot badan, bobot organ reproduksi (ovarium dan uterus), dan pengambilan
sampel darah untuk pengukuran kadar estrogen dan testosteron. Pengambilan data
diawali dengan pengukuran bobot badan tikus, kemudian dilakukan pembiusan
terhadap tikus. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan larutan eter, setelah
tikus terbius dilakukan pengambilan darah sebanyak ± 3 mL secara intrakardial.
Sampel darah yang diambil dibiarkan selama ± 1 jam, selanjutnya disentrifugasi
dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan sampel serum.
Pengukuran kadar hormon estrogen dan testosteron dalam sampel serum
dilakukan dengan menggunakan ELISA. Hasil pengukuran ini dinyatakan dalam
satuan pg/mL. Setelah pengambilan darah, tikus dinekropsi dan dilakukan
pembukaan ruang abdomen untuk pengambilan organ ovarium dan uterus. Organ
dipreparir dengan baik hingga tidak terdapat lemak jaringan yang tersisa.
Kemudian organ ovarium dan uterus ditimbang menggunakan timbangan analitik

6
untuk mendapatkan bobot basah organ. Bobot yang diperoleh dinyatakan dalam
satuan gram. Bagan prosedur penelitian disajikan pada Gambar 2.
Pemberian ekstrak tempe dosis 0.5
gram per hari pada tikus betina selama
28 hari.

21

28

42

Usia anak tikus
(Hari)

48

56

Sampling usia 28, 42, dan 56 hari:
Pengambilan sampel darah, organ ovarium dan
uterus.

Analisis data
Gambar 2 Bagan pelaksanaan penelitian
Analisis Data
Hasil parameter yang telah diukur dinyatakan dalam rataan ± simpangan
baku. Perbedaan antar kelompok perlakuan diuji secara statistika dengan metode
Independent Samples T-Test pada selang kepercayaan 95% menggunakan
software SPSS 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Ekstrak Tempe terhadap Bobot Badan
Rataan bobot badan pada usia 28, 42, dan 56 hari setelah pemberian
ekstrak tempe dengan dosis 0.5 g/mL ditampilkan pada Tabel 1. Hasil rataan
bobot badan tikus usia 28 dan 56 hari menunjukkan tidak ada beda nyata (p>0.05)
antara tikus kelompok perlakuan dengan tikus kelompok kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap rataan
bobot badan.
Tabel 1 Rataan bobot badan anak tikus usia 28, 42, dan 56 hari
Usia
28 hari
42 hari
56 hari
ab

Rataan bobot badan (g)
Kontrol
34.34 ± 2.77
59.89 ± 6.64a
85.47 ± 4.56

Perlakuan
35.47 ± 2.39
46.32 ± 2.97b
88.51 ± 5.42

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda
nyata pada taraf uji 5%.

7
Bobot badan tikus usia 42 hari menunjukkan hasil yang lebih rendah dan
berbeda nyata (p0.05) antara tikus kelompok kontrol dan
perlakuan. Hal ini diduga fitoestrogen dalam ekstrak tempe ini belum bekerja
optimal sehingga tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hasil rataan bobot
ovarium usia 42 hari menunjukkan penurunan yang berbeda nyata (p0.05) dari tikus kelompok kontrol. Pada usia 28 hari, hasil rataan bobot
uterus dan rasio bobot uterus terhadap bobot badan tidak jauh berbeda antara
kelompok kontrol dan perlakuan. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu
pemberian ekstrak tempe yang singkat, sehingga belum nampak hasil nyata antara
perlakuan dan kontrol. Pada usia 42 dan 56 hari, hasil rataan bobot uterus tikus
kelompok perlakuan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tikus
kelompok kontrol.
Penurunan bobot uterus pada usia 42 dan 56 hari ini diduga sebagai efek
antiestrogenik yang disebabkan oleh genistein (Zin et al. 2013). Efek

9
antiestrogenik ini dapat terjadi dari pemberian dosis fitoestrogen yang cukup
tinggi. Hasil penelitian Santell et al. (1997) membuktikan bahwa isoflavon,
genistein, dalam dosis rendah mempunyai efek estrogenik untuk meningkatkan
berat uterus dengan menstimulasi penebalan endometrium uterus. Namun
pemberian dengan dosis lebih tinggi akan menghasilkan efek antiestrogenik.
Kadar Hormon Estrogen dan Testosteron
Pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap kadar hormon estrogen dan
testosteron serta rasio hormon estrogen terhadap testosteron pada usia 28, 42, dan
56 hari disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan kadar hormon estrogen dan testosteron serta rasio kadar estrogen
terhadap testosteron (E/T) anak tikus pada usia 28, 42, dan 56 hari
Parameter
Usia 28 hari
Estrogen (pg/mL)
Testosteron (pg/mL)
Rasio E/T
Usia 42 hari
Estrogen (pg/mL)
Testosteron (pg/mL)
Rasio E/T
Usia 56 hari
Estrogen (pg/mL)
Testosteron (pg/mL)
Rasio E/T
ab
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
nyata pada taraf uji 5%.

Rataan bobot badan (g)
Kontrol
Perlakuan
11.060 ± 3.152
303.000 ± 58.898
0.037 ± 0.010

17.573 ± 3.840
241.000 ± 62.554
0.078 ± 0.032

3.443 ± 0.427a
543.000 ± 268.613
0.008 ± 0.005

8.880 ± 1.592b
483.330 ± 75.076
0.019 ± 0.006

9.763 ± 5.273
10.880 ± 5.395
489.330 ± 71.703
450.670 ± 106.265
0.019 ± 0.008
0.023 ± 0.006
pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda

Hasil perhitungan statistik menunjukkan adanya peningkatan kadar hormon
estrogen pada kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol pada setiap usia
pengamatan. Namun, peningkatan kadar estrogen secara berbeda nyata (p0.05).
Penurunan ini dapat disebabkan oleh kerja fitoestrogen. Menurut Whitten dan
Patisaul (2001), fitoestrogen memiliki potensi untuk mempengaruhi biosintesis
dan metabolisme steroid. Isoflavon dan ligan merupakan inhibitor enzim 5α
reduktase yang berperan dalam proses sintesis testosteron. Selain itu, isoflavon
dan lignan juga merupakan inhibitor aromatase yang berperan sebagai katalis
perubahan androstenedion menjadi estron dan testosteron menjadi estradiol
(Ganong 2003).

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian fitoestrogen yang berasal dari ekstrak tempe pada masa
prapubertas dengan dosis 0.5 g/mL per hari dapat mempengaruhi kinerja
reproduksi berupa penurunan bobot badan dan ovarium pada usia 42 hari. Selain
itu, fitoestrogen dapat berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon estrogen
pada usia 42 hari.
Saran
Saran yang diajukan berdasarkan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan
penyeragaman bobot badan tikus yang akan digunakan dalam penelitian, agar
hasil yang didapatkan lebih baik. Selain itu, perlu penambahan jumlah sampel
tikus pada setiap kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Allred CD, Allred KF, Young HJ, Virant SM dan Herferich WG. 2001. Soy diets
containing varying amounts of genistein stimulate growth of estrogendependent (MCF-7) in a dose-dependent manner. Cancer Research. 61:
5045-5050.
Batubara JRL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri.Vol. 12, No. 1.
Biben HA. 2012. Fitoestrogen: Khasiat terhadap Sistem Reproduksi, Non
Reproduksi, dan Keamanan Penggunaan. Seminar Ilmiah.30 Maret 2012.
[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tempe: Persembahan Indonesia
untuk Dunia. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Dorland WAN. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed ke-28. Mahode et al.,
penerjemah; Hartanto et al., editor. Jakarta (ID): EGC
Fox JG. 2002. Laboratory Animal Medicine. Ed ke-2. New York (US): Academic
Press.
Ganong WF. 2003. Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Widjajakusumah HM,
penerjemah; Djauhari, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari Medical
Physiology.
Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproductive Cycle. Di dalam Reproduction In Farm
Animals. Ed. Ke-7. Hafez ESE dan Hafez B, editor. Philadelphia (US):
Lippincott Williams & Wilkins. hlmn 55-67.
Hafez ESE, Jainudeen MR, Rosnina Y. 2000. Hormone, Growth Factors, and
Reproduction. Di dalam Reproduction In Farm Animals. Ed. Ke-7. Hafez
ESE dan Hafez B, editor. Philadelphia (US): Lippincott Williams &
Wilkins. hlmn 33-54.

11
Jainudeen MR, Hafez ESE. 2000. Reproductive Failure in Females. Di dalam:
Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Hafez ESE dan Hafez B, editor.
Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins. hlmn 261-278.
Jefferson WN. 2010. Adult ovarian function can be affected by high level of soy.
J Nutr. 140(12): 2322S-2325S.
Mardiati SM, Sitasiwi AJ. 2008. Korelasi jumlah folikel ovarium dengan
konsentrasi hormon estrogen mencit (Mus musculus) setelah konsumsi
harian tepung kedelai selama 40 hari. J Ana Fis. 16(2): 54-59.
Mishra N, Mishra VN, Devanshii. 2011. Natural phytoestrogens in health and
disease. JIACM. 12(3):205-211.
Muhiddin SNM. 2013. Peran Ekstrak Tempe pada Masa Prapubertas terhadap
Kinerja Reproduksi Tikus Betina Rattus norvegicus [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Murasawa M, Takahashi T, Nishimoto H, Yamamoto S, Hamano S, Tetsuka M.
2005. Relationship between ovarian weight and follicular population in
Heifers. J of Reprod and Develop. 51(5): 689-93.
Murkies AL, Wilcox G, Davis SR. 1998. Phytoestrogens. J Clin Endocrinol
Metab. 83(2):297-303.
Nurfaiziah A, Novrial D, Wijayana KA. 2011. Efek pemberian ekstrak tempe
kedelai (Glycine max) terhadap ekspresi Caspase-3 mencit galur C3H
model karsinogenesis payudara. Mandala of Health. Vol. 5, No. 2.
Pambudi S. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame Camilan Sehat dan
Lezat Multimanfaat. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Press.
Rishi RK. 2002. Phytoestrogens in health and illness. J Pharmacol 34:311-320.
Santell RC, Chang YC, Nair MG, Helferich WG. 1997. Dietary genestein exert
estrogenic effects upon the uterus, mammary gland, and the
hypothalamic/pituitary axis in rat. J Nutr. 127:263-269.
Senger PL. 1999. Pathways to Pregnancy and Parturation. Washington (US):
Current Concepton Inc.
Suprihatin. 2008. Optimalisasi Kinerja Reproduksi Tikus Betina setelah
Pemberian Tepung Kedelai dan Tepung Tempe pada Usia Prapubertas
[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suttner AM, Danilovich NA, Banz WJ, Winters TA. 2005. Soy Phytoestrogens:
effects on ovarian function. Society for the Study of Reproduction [Internet].
[diakses Juni 2014]. Tersedia pada: http://tw3a.siuc.edu/angssr.htm
Tan KAL, Walker M, Morris K, Greig I, Mason JI, Sharpe RM. 2006. Infant
feeding with soy formula: effects on puberty progression, reproductive
function, and testicular cell numbers in marmoset monkeys in adulthood.
Hum Reprod. 21: 896-904.
Whitten PL, Patisaul HB. 2001. Cross-species and inter assay comparison of
phytoestrogen action. J Environ Health Perspect. 109:5-20.
Widodo J. 2005. Isoflavon, Makanan Ajaib. Pusat Data dan Informasi PERSI
[Internet]. [diakses Maret 2014]. Tersedia pada: http://www.pdpersi.co.id
You L, Casanova M, Bartolucci EJ, Fryczynski MW, Dorman DC, Everitt JI,
Gaido KW, Ross SM, Heck Hd’A. 2002. Combined effects of dietary
phytoestrogen and synthetic endocrine-active compound on reproductive
development in Sprague-Dawley rats: Genistein and Methoxychlor. Toxicol
Sci. 66: 91-104.

12
Zin SRM, Omar SZ, Khan NLA, Musameh NI, Das S, Kassim NM. 2013. Effects
of the phytoestrogen genistein on the development of the reproductive
system of Sprague Dawley rats. Clinics. 68(2):253-262.

13
Lampiran 1 Cara pembuatan ekstrak tempe
Tempe dirajang
Digiling atau ditumbuk
Diberi pelarut dengan perbandingan 1:3 yaitu 3 kg tempe dan 9 L etanol 70%
Dikocok menggunakan stirrer elektrik selama 2 jam agar homogen
Didiamkan selama 24 jam
Disaring untuk mendapatkan filtrat
Dimasukkan ke dalam rotavapor selama 2 hari dengan suhu 40 °C
Dilakukan freeze drying untuk pengeringan
Ekstrak tempe sudah terbentuk

14
Lampiran 2 Analisis statistik rataan bobot badan pada usia 28, 42, dan 56 hari
Group Statistics
Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

34.3433

2.77291

1.60094

Perlakuan

3

35.4700

2.39042

1.38011

Kontrol

3

59.8900

6.64133

3.83437

Perlakuan

3

46.3200

2.96628

1.71258

Perlakuan

3

88.5100

5.41610

3.12698

Kontrol

3

85.4733

4.56469

2.63543

BB4mg

BB6mg

BB8mg

Independent Samples Test
Levene's

t-test for Equality of Means

Test for
Equality of
Variances
F

Sig.

t

Df

Sig.
(2-

Mean

Std. Error

Difference Difference

tailed)

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Equal
variances

.
078

Upper

-.533

4

.622

-1.12667

2.11370

-6.99523

4.74189

-.533

3.915

.623

-1.12667

2.11370

-7.04582

4.79249

3.231

4

.032

13.57000

4.19944

1.91047

25.22953

3.231

2.767

.054

13.57000

4.19944

-.45298

27.59298

.743

4

.499

3.03667

4.08944

-8.31744

14.39077

.743

3.888

.500

3.03667

4.08944

-8.44706

14.52039

794

assumed
BB4mg
Equal
variances not
assumed
Equal
variances
BB6mg

.
.176

214

assumed
Equal
variances not
assumed
Equal
variances

.
213

668

assumed
BB8mg
Equal
variances not
assumed

15
Lampiran 3 Analisis statistik rataan bobot ovarium pada usia 28, 42, dan 56 hari
Group Statistics
Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

.016733

.0043363

.0025036

Perlakuan

3

.017767

.0044792

.0025861

Kontrol

3

.027000

.0052915

.0030551

Perlakuan

3

.016233

.0024542

.0014170

Perlakuan

3

.062100

.0227462

.0131325

Kontrol

3

.054767

.0122859

.0070933

BO4mg

BO6mg

BO8mg

Independent Samples Test
Levene's Test

t-test for Equality of Means

for Equality of
Variances
F

Sig.

T

df

Sig.

Mean

Std. Error

95% Confidence

(2-

Difference

Difference

Interval of the

tailed)

Difference
Lower

Equal

.003

.962

-.287

4

.788

-.0010333

.0035994

Upper
-

.008960

.0110268

2

-

.008964

.0110310

3

.0033677 .0014166

.020116

variances
assumed
BO4m
g

Equal

-.287

3.996

.788

-.0010333

.0035994

variances
not
assumed
Equal

2.862

.166

3.197

4

.033

.0107667

variances
BO6m
g

8

assumed
Equal

3.197

2.822

.054

.0107667

.0033677

variances

-

.021875

.0003425

8

-

.048773

.0341072

8

-

.054181

.0395147

4

not
assumed
Equal

2.510

.188

.491

4

.649

.0073333

.0149257

variances
assumed
BO8m
g

Equal
variances
not
assumed

.491

3.075

.656

.0073333

.0149257

16
Lampiran 4 Analisis statistik rataan rasio ovarium terhadap bobot badan pada usia
28, 42, dan 56 hari
Group Statistics
Kelompok

N

Mean

Std. Deviation Std. Error Mean

Kontrol

3

.048327

.0087414

.0050469

Perlakuan

3

.050427

.0138319

.0079858

Kontrol

3

.045420

.0094338

.0054466

Perlakuan

3

.035097

.0054302

.0031351

Perlakuan

3

.070773

.0279256

.0161228

Kontrol

3

.064677

.0172138

.0099384

BOBB4mg

BOBB6mg

BOBB8mg
Independent Samples Test
Levene's

t-test for Equality of Means

Test for
Equality of
Variances
F

Sig.

t

df

Sig.
(2-

Mean

Std. Error

Difference Difference

tailed)
Equal

1.450 .295 -.222

4

95% Confidence Interval
of the Difference
Lower

.835 -.0021000

.0094469

variances

Upper
-

.0241289

.0283289

assumed
BOBB4mg Equal

-.222

3.378

.837 -.0021000

.0094469

variances

-

.0261487

.0303487

not
assumed
Equal

1.101 .353 1.643

4

.176

.0103233

.0062845

variances

-

.0277719

.0071252

assumed
BOBB6mg Equal

1.643

3.194

.193

.0103233

.0062845

variances

-

.0296527

.0090061

not
assumed
Equal

1.340 .311

.322

4

.764

.0060967

.0189399

variances

-

.0586821

.0464888

assumed
BOBB8mg Equal
variances
not
assumed

.322

3.328

.767

.0060967

.0189399

.0509521

.0631454

17
Lampiran 5 Analisis statistik rataan bobot uterus pada usia 28, 42, dan 56 hari
Group Statistics
Kelompok N

Mean

Std. Deviation Std. Error Mean

Kontrol

3 .015600

.0039154

.0022605

Perlakuan

3 .019267

.0079651

.0045987

Kontrol

3 .049667

.0223010

.0128755

Perlakuan

3 .034933

.0013317

.0007688

Perlakuan

3 .107133

.0566892

.0327295

Kontrol

3 .118300

.0227581

.0131394

BU4mg

BU6mg

BU8mg

Independent Samples Test
Levene's

t-test for Equality of Means

Test for
Equality of
Variances
F

Sig.

t

df

Sig.
(2-

Mean

Std. Error

Difference Difference

tailed)
Equal

1.018 .370

-.716

95% Confidence Interval
of the Difference
Lower

Upper

4

.514 -.0036667

.0051242

-.0178938

.0105605

-.716 2.913

.527 -.0036667

.0051242

-.0202526

.0129192

1.142

4

.317

.0147333

.0128984

-.0210784

.0505451

1.142 2.014

.371

.0147333

.0128984

-.0403892

.0698558

-.317

4

.767 -.0111667

.0352685

-.1090876

.0867543

-.317 2.628

.775 -.0111667

.0352685

-.132942

.1106088

variances
assumed
BU4mg Equal
variances
not
assumed
Equal

10.838 .030

variances
assumed
BU6mg Equal
variances
not
assumed
Equal

1.303 .317

variances
assumed
BU8mg Equal
variances
not
assumed

18
Lampiran 6 Analisis statistik rataan rasio uterus terhadap bobot badan pada usia
28, 42, dan 56 hari
Group Statistics
Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

BUBB4m

Kontrol

3 .045170

.0087597

.0050574

g

Perlakuan

3 .054413

.0216669

.0125094

BUBB6m

Kontrol

3 .082013

.0306239

.0176807

g

Perlakuan

3 .075593

.0049866

.0028790

BUBB8m

Perlakuan

3 .119287

.0572176

.0330346

g

Kontrol

3 .138743

.0286005

.0165125

Independent Samples Test
Levene's Test

t-test for Equality of Means

for Equality of
Variances
F

Sig.

T

df

Sig.
(2-

Mean

Std. Error 95% Confidence Interval

Difference Difference

tailed)
Equal
variances

1.74

.257

of the Difference
Lower

Upper

-.685

4

.531

-.009243

.013493

-.046706

.028219

-.685

2.637

.549

-.009243

.013493

-.055732

.037245

.358

4

.738

.006420

.017913

-.043316

.056156

.358

2.106

.753

.006420

.017913

-.067055

.079895

-.527

4

.626

-.019456

.036931

-.121995

.083082

-.527

2.941

.635

-.019456

.036931

-.138342

.099428

9

assumed
BUBB4mg Equal
variances
not
assumed
Equal
variances

3.97

.117

3

assumed
BUBB6mg Equal
variances
not
assumed
Equal

.896

.397

variances
assumed
BUBB8mg Equal
variances
not
assumed

19

Lampiran 7 Analisis statistik rataan kadar hormon estrogen usia 28, 42, dan 56
hari
Group Statistics
Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

11.0600

3.15233

1.82000

Perlakuan

3

17.5733

3.83985

2.21694

Kontrol

3

3.4433

.42712

.24660

Perlakuan

3

8.8800

1.59286

.91964

Kontrol

3

9.7633

5.27343

3.04461

Perlakuan

3

10.8800

5.39467

3.11462

E4mg

E6mg

E8mg

Independent Samples Test
Levene's Test

t-test for Equality of Means

for Equality of
Variances
F

Sig.

t

df

Sig.
(2-

Mean

Std. Error

Difference Difference

tailed)

Equal

.320

.602

-2.271

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Upper

4

.086

-6.51333

2.86831

-14.4770

1.45038

-2.271 3.854

.088

-6.51333

2.86831

-14.5976

1.57095

-5.710

4

.005

-5.43667

.95213

-8.08019 -2.79314

-5.710 2.286

.021

-5.43667

.95213

-9.07916 -1.79417

.810

-1.11667

4.35552

-13.2095 10.97618

variances
assumed
E4mg Equal
variances
not
assumed
Equal

6.680

.061

variances
assumed
E6mg Equal
variances
not
assumed
Equal

.004

.951

-.256

4

variances
E8mg assumed
ariances not

-.256 3.998

.810

-1.1166

4.35552

-13.2119 10.97865

20
Lampiran 8 Analisis statistik rataan kadar hormon testosteron usia 28, 42, dan 56
hari
Group Statistics
Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

303.00

58.898

34.005

Perlakuan

3

241.00

62.554

36.116

Kontrol

3

543.00

268.613

155.084

Perlakuan

3

483.33

75.076

43.345

Kontrol

3

489.33

71.703

41.398

Perlakuan

3

450.67

106.265

61.352

T4mg

T6mg

T8mg

Independent Samples Test
Levene's

t-test for Equality of Means

for Equality of
Variances
F

Sig.

t

df

Sig.

Mean

(2-Difference

Std. Error 95% Confidence
Differenceal of the Difference

tailed)
Equal
variances

.
013

1
915

4

.250

Lower
.

62.000

49.605

279

Upper
-

1

75.726

99.726

-

1

75.923

99.923

-

5

387.417

06.750

-

6

551.159

70.492

-

2

166.826

44.159

-

2

178.693

56.026

assumed
T4mg Equal

1

variances

.250

3
.986

.

62.000

49.605

280

not
assumed
Equal
variances

2
.055

.
225

4

371

.

59.667

161.027

730

assumed
T6mg Equal

.

variances

371

2
.311

.

59.667

161.027

742

not
assumed
Equal
variances

.
271

.
630

4

522

.

38.667

74.013

629

assumed
T8mg Equal
variances
not
assumed

.
522

3
.508

.
633

38.667

74.013

21
Lampiran 9 Analisis statistik rataan rasio kadar hormon estrogen terhadap
testosteron usia 28, 42, dan 56 hari
Group Statistics
Kelompok
RET4mg Kontrol
RET6mg
RET8mg

N

Std.
Deviation

Mean

Std. Error
Mean

3

.0370600

.00984019

.00568124

Perlakuan

3

.0784533

.03197770

.01846233

Kontrol

3

.0078467

.00503573

.00290738

Perlakuan

3

.0189833

.00605558

.00349619

Kontrol

3

.0192967

.00802008

.00463040

Perlakuan

3

.0231467

.00633172

.00365562

Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances

RET4
mg

Equal
variances
assumed

F

Sig
.

5.42
1

.08
0

Equal
variances
not
assumed
RET6
mg

Equal
variances
assumed

.010

.92
6

Equal
variances
not
assumed
RET8
mg

Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed

.187

.68
7

t-test for Equality of Means

t

Sig.
(2taile
d)

df

Mean
Differen
ce

Std.
Error
Differen
ce

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Upper

2.14
3

4

.099

.041393

.019317

.09502
5

.0122
3

2.14
3

2.37
5

.145

.041393

.019317

.11310
5

.0303
18

2.44
9

4

.071

.011137

.004547

.02376
1

.0014
88

2.44
9

3.87
1

.073

.011137

.004547

.02392
9

.0016
55

-.653

4

.550

.003850

.005899

.02022
9

.0125
29

-.653

3.79
6

.551

.003850

.005899

.02058
3

.0128
83

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Ghina Indriani merupakan anak kedua dari
dua bersaudara dari pasangan Cecep Suhendar dan Lili Sulaeni. Penulis dilahirkan
di Tembilahan, Riau pada tanggal 24 Januari 1993. Pendidikan menengah
diselesaikan di SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama
diterima di Institut Pertanian Bogor dengan mayor Fakultas Kedokteran Hewan
melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Divisi
Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) BEM Veternity.
Selain itu, penulis juga masuk ke dalam divisi hewan kecil Himpunan Minat
Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA). Berbagai kegiatan yang
pernah diikuti penulis sebagai penunjang kegiatan akademik salah satunya adalah
Kegiatan Magang di DNA Animal Clinic Bogor pada tahun 2012 dan Kegiatan
Magang di Bali Zoo pada tahun 2013.