Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP
ORGAN OVARIUM DAN UTERUS TIKUS BETINA
PRAPUBERTAS

NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pemberian
Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Noorsyakilah Binti Mohamud
NIM B04098003

ABSTRAK
NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD. Peran Pemberian Ekstrak Tempe
terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubetas. Dibimbing oleh
NASTITI KUSUMORINI dan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari potensi pemberian fitoestrogen
tempe terhadap perkembangan reproduksi tikus (Rattus norvergicus) betina.
Sebanyak 18 ekor tikus betina usia 21 hari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan perlakuan yang diberi esktrak tempe dengan konsentrasi
0.25 gr per ekor setiap hari pada umur 21 hari sampai 48 hari. Pada saat tikus
betina berumur 28, 42 dan 56 hari dilakukan pengambilan sampel darah, ovarium
dan uterus. Parameter yang diamati untuk melihat perkembangan reproduksi
meliputi kadar hormon estrogen, bobot basah dan kering organ reproduksi betina,
kadar air, total DNA dan RNA. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan ttest dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya
peningkatan hormon estrogen, bobot basah dan kering organ ovarium dan uterus
kelompok perlakuan pada umur 42 hari tetapi tidak berpengaruh terhadap total

DNA dan RNA organ.
Kata kunci: estrogen, fitoestrogen, ovarium, total DNA dan RNA, uterus

ABSTRACT
NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD. The Role of Tempe Extract Treatment
to The Ovarium and Uterus in Prepuberty Female Rats. Under supervision of
NASTITI KUSUMORINI and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
This research was conducted to study the potential of tempe phytoestrogen
to the reproduction performance in female rats (Rattus norvergicus). There were
18 of 21-days old of female rats were divided into two groups, which were
control group without given tempe extract and treatment group that has been
given the tempe extract with a concentration of 0.25 gr everyday at the the age of
21-days old until 48 days-old. The female rats were sacrificed at the age of 28th,
42nd and 56th days-old to collect the samples of blood, ovarium and uterus.
Parameter measured were the rate of estrogen hormone, wet and dry weight,
water content, total of DNA and total of RNA. Data were analysed using
Independent Samples T-Test method with 95% confidence interval. Result showed
the increasing of wet and dry weight of ovarium and uterus in treatment group at
the age of 42 days but there was no influence on the total of DNA and RNA of
organs.

Keywords: estrogen, ovarium, phytoestrogen, total of DNA and RNA, uterus

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP
ORGAN OVARIUM DAN UTERUS TIKUS BETINA
PRAPUBERTAS

NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan
Uterus Tikus Betina Prapubertas
Nama
: Noorsyakilah Binti Mohamud
NIM
: B04098003

Disetujui oleh

Dr Nastiti Kusumorini
Pembimbing I


Dr drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh. Agus Setiyono, M.S., Ph.D, APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Alhamdulillah
robbil’ alamin yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul, “Peran Pemberian
Ekstrak Tempe Terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina
Prapubertas”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan jutaan terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya dalam memberi kekuatan dan

ketabahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah dan Ibu yang sentiasa sabar menanti keberhasilan putri mereka ini
dalam mencapai segulung ijazah dan segala bentuk dukungan secara fisik
maupun mental yang tidak pernah jemu diberikan.
3. Dr. Nastiti Kusumorini dan Dr drh Aryani Sismin Satyaningtijas. M.Sc
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. drh. Sri Murtini, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan dan semangat sepanjang kuliah di FKH.
5. Staf laboratorium Fisiologi dan Farmakologi (Ibu Ida, Ibu Sri, Pak Edi,
Pak Wawan dkk), Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
6. Pihak Jabatan Perkhidmatan Awam Negeri Sabah, bahagian beasiswa
kerajaan negeri.
7. Teman-teman satu penelitian: Novia Puspitasari, St. Nurul Muslinah dan
Resya Soffiana.
8. Bapak dan Ibu dosen FKH IPB tercinta yang telah banyak memberikan
ilmunya kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan FKH 46 dan mahasiswa PKPMI Bogor atas
dukungan dan doanya selama ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan
skripsi ini. Namun penulis tetap berharap, semoga penulisan skripsi ini
bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu bagi penulis dan pembaca.

Bogor, November 2013
Noorsyakilah Binti Mohamud

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Alat dan Bahan

3

Prosedur Penelitian

3

Pengukuran Parameter

4

Analisis Data

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar Hormon Estrogen
Tikus Betina Prapubertas

6

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Ovarium
Tikus Betina Prapubertas

7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Uterus
Tikus Betina Prapubertas
SIMPULAN DAN SARAN

10
12


Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Rataan kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas
2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ
ovarium
3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ
uterus

6
7
10

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan Protokol Penelitian

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisa data estradiol tikus betina prapubertas
2 Analisa data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan
total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas
3 Analisa data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan
total RNA organ uterus tikus betina prapubertas

15
16
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan baru yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan suatu generasi.
Dalam sistem reproduksi, selain organ reproduksi yang sehat hormon reproduksi
juga memegang peranan yang penting. Hormon tersebut adalah hormon estrogen
dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium, korpus luteum, plasenta dan
korteks adrenal pada wanita maupun hewan betina (Sudatri 2006). Menurut Smith
dan Mangkoewidjojo (1988), anak tikus akan mencapai pubertas pada umur 50–
60 hari dan boleh dikawinkan pada umur 65–110 hari. Hormon estrogen
dihasilkan dari masa pubertas yaitu sekitar usia 8 minggu sampai berhentinya
masa reproduksi kurang lebih pada umur 2.5 tahun. Hormon ini berperan dalam
reproduksi dengan cara merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ
reproduksi, perkembangan sifat seksual sekunder, perilaku persiapan kawin
(siklus estrus), dan mempersiapkan perkembangan kelenjar ambing (Hafez et al.
2000). Menurut Ganong (2003), estrogen sangat berperan terhadap awal
berfungsinya organ reproduksi yang dikenal sebagai usia pubertas, yang ditandai
dengan terjadinya siklus estrus dan ovulasi. Pada hewan betina, estrogen berperan
meningkatkan kinerja reproduksi dengan cara merangsang pertumbuhan uterus
untuk meningkatkan massa endometrium dan miometrium, merangsang kontraktil
uterus, proliferasi dan differensiasi epitel vagina, merangsang perkembangan
duktus kelenjar ambing dan mempengaruhi perkembangan alat kelamin sekunder
(Gultom 2001). Proses proliferasi dan differensiasi ini diawali dengan ikatan
estrogen dan reseptor yang ada pada sel-sel penyusun kelenjar endometrium.
Ikatan estrogen dan reseptornya tersebut akan mengawali terjadinya sintesis
protein dan menyebabkan terjadinya proliferasi dan differensiasi sel penyusun
kelenjar endometrium (Burkitt et al. 1999).
Pakasi (2000) melaporkan bahwa kekurangan hormon estrogen dapat
menyebabkan gangguan reproduksi pada wanita. Hal yang sama juga dinyatakan
oleh Guyton dan Hall (1996) bahwa kekurangan estrogen dapat menyebabkan
gangguan siklus menstruasi, dan ketidakteraturan siklus menstruasi dapat
menurunkan tingkat fertilitas. Rendahnya kadar estrogen pada wanita prapubertas
menyebabkan uterus tidak berkembang, miometrium atrofi dan inaktif (Ganong
2003). Cutler (1997) melaporkan pentingnya estrogen pada wanita prapubertas
dalam menstimulasi pertumbuhan dan pematangan epifiseal tulang. Dewasa ini
berbagai percobaan untuk mencari sumber estrogen dari luar tubuh (estrogen
eksogen) yang relatif aman telah dilakukan sebagai pengganti estrogen endogen.
Beberapa senyawa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan diketahui mempunyai
sifat estrogenik yaitu flavon, isoflavon dan derivat kumestan (Tanu 2005).
Isoflavon dari tumbuhan mempunyai bentuk fitoestrogen mirip dengan 17β
estradiol yang merupakan salah satu bentuk utama estrogen dan memiliki efek
hormonal estrogenik. Safrida (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kadar hormon estrogen dapat dioptimalkan agar keseimbangan hormonal tercapai
dengan cara pemberian tepung tempe. Menurut Suprihatin (2008) kandungan
isoflavon yang terdapat pada tepung tempe dan tepung kedelai mempunyai

2
aktivitas estrogen yang dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga
meningkatnya penebalan endometrium, uterus membesar, bobotnya meningkat
serta aktivitasnya meningkat. Hal ini karena isoflavon berfungsi sebagai
fitoestrogen yang dapat berikatan reseptor estrogen di dalam tubuh.
Tempe merupakan salah satu produk olahan hasil fermentasi kedelai yang
mengandung isoflavon dan dikenal baik oleh masyarakat Asia. Proses fermentasi
ini menyebabkan jumlah kandungan isoflavon dalam tempe meningkat (Cahyadi
2007). Safrida (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembuatan tepung
tempe menggunakan lebih banyak kedelai sehingga kadar isoflavon dalam tepung
tempe lebih tinggi daripada tepung kedelai. Hal ini senada dengan penelitian
Suprihatin (2008) yang mengungkapkan bahwa total senyawa isoflavon pada
tepung tempe lebih tinggi yaitu 901.24 mg/kgBK dibandingkan tepung kedelai
sebanyak 206.37 mg/kgBK. Pada penelitian ini, anak tikus betina usia prapubertas
diberikan ekstrak tempe yang mengandung isoflavon dan bersifat estrogenik
sehingga kadar estrogen diharapkan bertambah di dalam tubuh yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan organ reproduksi anak tikus betina
tersebut setelah dewasa.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran pemberian
ekstrak tempe pada tikus betina prapubertas terhadap kadar hormon estrogen serta
kadar DNA dan RNA ovarium dan uterus pada umur 28, 42 dan 56 hari.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas senyawa isoflavon pada tempe yang diberikan pada tikus betina
prapubertas terhadap pertumbuhan ovarium dan uterus yang ditunjukkan dengan
kadar hormon estrogen serta kadar DNA dan RNA. Data yang diperoleh
diharapkan dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
bidang kedokteran.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2013. Penelitian ini
dilaksanakan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium dan di Laboratorium
Fisiologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.

3
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus
individu berpenutup kawat, spuid cekok, alat bedah minor, timbangan analitik,
mortar dan stamper, oven, syringe 1 ml dan 3 ml, tabung effendorf, tabung reaksi
dan rak, alat sentrifugasi darah, pipet tetes, freezer, kit DRG Estradiol ELISA
EIA-293 produksi DRG Instruments GmbH, Germany, dan spektrofotometer
Hitachi tipe U-2001.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak tempe yang
berasal dari tempe hasil ekstraksi menggunakan penambahan larutan ekstraksi
etanol 70% buatan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro),
aquades, formalin dan eter. Pada pengujian kadar RNA digunakan TCA 5%, KOH
1 N, H2O, HCl 1 N, FeCl3 0.1%, orcinol dan standar RNA. Sedangkan pada
pengujian kadar DNA digunakan Genomic DNA Mini Kit (Tissue) yang
mengandung GT buffer, GBT buffer, wash buffer, elution buffer dan Proteinase K.

Prosedur Penelitian
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina (Rattus
norvegicus) berumur 21 hari sebanyak 18 ekor. Tikus betina tersebut dipelihara
dalam kandang yang terbuat dari plastik berukuran 30x20x12cm, yang dilengkapi
kawat kasa penutup pada bagian atasnya. Dasar kandang dialasi dengan sekam
untuk menyerap urin dan feses. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial
yang biasanya diberikan untuk pemeliharaan tikus. Pakan dan minum diberikan ad
libitum.
Tahap perlakuan dilakukan selama 28 hari yang dimulai pada umur 21 hari
sampai umur 48 hari. Pemberian ekstrak tempe dilakukan secara pencekokan
setiap sore hari dengan konsentrasi 0.25 gr per ekor dimulai pada usia 21 hari.
Tikus betina prapubertas sebagai subjek penelitian dibagi dalam kelompok kontrol
(K) yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan dan kelompok perlakuan (P) yaitu
kelompok yang diberi ekstrak tempe. Pada umur 28, 42 dan 56 hari tikus betina
dikorbankan untuk pengambilan sampel darah, ovarium dan uterus (Gambar 1).

4
Tikus betina prapubertas disapih umur 21 hari

Kontrol (K):
Tidak diberi perlakuan

Tikus betina
umur 28 hari

Perlakuan (P) :
Diberi ekstrak tempe selama 28
hari
Tikus betina
umur 42 hari

Tikus betina
umur 56 hari

Koleksi sampel darah, ovarium dan uterus
Diukur bobot basah, bobot kering, kadar DNA
dan RNA dan kadar estrogen pada darah
Gambar 1. Bagan protokol penelitian

Pengukuran Parameter
Konsentrasi kadar hormon estrogen
Konsentrasi kadar hormon estrogen diukur menggunakan sampel serum
darah dan dilakukan dengan teknik ELISA dengan memakai kit komersial.
Pengukuran dilakukan di Laboratorium Hormon, Unit Reproduksi dan
Rehabilitasi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, FKH-IPB. Hasil yang
diperoleh dinyatakan dalam satuan pg/mL.
Bobot basah organ
Organ ovarium dan uterus yang diperoleh setelah dibedah ditimbang
menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan data bobot basah yang
dinyatakan dalam gram. Kedua organ kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi
larutan NBF untuk keperluan analisis DNA dan RNA.
Bobot kering organ
Setelah diukur bobot basah, organ ovarium dan uterus dikeringkan
menggunakan oven selama 3 hari. Organ yang telah kering ditimbang
menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan data bobot kering. Kedua
organ kemudian digerus untuk keperluan analisis DNA dan RNA.
Kadar air organ
Kadar air organ ovarium dan uterus dapat diperoleh dengan rumus:
Kadar air (%) = Bobot basah - bobot kering
Bobot basah

X 100%

5
Kadar DNA organ
Pengujian konsentrasi DNA dilakukan dengan menggunakan Genomic DNA
Mini Kit (Tissue). Sampel diekstraksi dengan mengeringkan ovarium dan uterus di
oven pada suhu 50–60°C. Kemudian digerus lalu dimasukkan ke dalam
micropestle. Selanjutnya ditambahkan 200 µl larutan GT buffer ke dalam
micropestle dan dihomogenkan dengan pengilingan. Sampel kemudian
ditambahkan 20 µl larutan proteinase K dan diaduk kuat lalu diinkubasi selama 30
menit untuk proses lisis. Larutan GBT buffer kemudian ditambahkan sebanyak
200 µl ke dalam sampel dan dihomogenkan selama 5 detik kemudian
diinkubasikan pada suhu 60oC selama 20 menit untuk memastikan proses lisis
optimal. Sebanyak 200 µl larutan etanol dicampurkan ke dalam sampel yang telah
dilisiskan dan dihomogenkan selama 10 detik untuk proses perlekatan DNA.
Sampel tersebut kemudian dipindahkan ke dalam GD Column dan disentrifuse
dengan kecepatan 14-16,000 x g selama 2 menit. Selanjutnya 400 µl larutan W1
buffer dimasukkan ke dalam GD Column dan disentrifuse pada kecepatan 1416,000 x g selama 30 detik dan ditambahkan 600 µl larutan wash buffer yang
telah ditambahkan etanol kemudian disentrifuse kembali pada kecepatan yang
sama selama 30 detik untuk proses pencucian. Column matrix pada GD column
kemudian disentrifuse kembali untuk dikeringkan. Selanjutnya 100 µl larutan
elution buffer yang telah dipanaskan terlebih dahulu ditambahkan ke dalam
column matrix tersebut dan dibiarkan selama 5 menit untuk memastikan elution
buffer telah diabsorbsi. Eluen disentrifuse dengan kecepatan 14-16,000 x g selama
30 detik untuk memisahkan DNA yang telah dimurnikan. Konsentrasi DNA
dalam tabung dibaca dengan spektrofotometer U-2001 Merk Hitachi 670 µm pada
panjang gelombang 260 nm. Konsentrasi DNA dinyatakan dalam satuan
milligram per gram sampel. Perhitungan total kadar DNA dapat diperoleh dengan
rumus:
Total kadar DNA (mg) = Konsentrasi DNA (mg/gr sampel) X Bobot kering (gr)
Kadar RNA organ
Metode penentuan kadar RNA dilakukan berdasarkan metode yang
digunakan oleh Manalu dan Sumaryadi (1998). Sampel diekstraksi dengan
mengeringkan ovarium dan uterus di oven pada suhu 50–60°C dan digerus
kemudian langsung dimasukkan ke tabung reaksi. Sebanyak 1 ml KOH 1 N
ditambahkan pada setiap sampel dan diletakkan pada penangas air 370C selama 5
jam. Selanjutnya tabung reaksi ditempatkan dalam wadah yang berisi es dan
ditambahkan 100 µl HCl 6 N. Pada tempat yang sama, 5 ml TCA 5%
ditambahkan sehingga terbentuk larutan putih keruh. Larutan ini kemudian
disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Supernatan yang
dihasilkan dituangkan pada tabung 15 ml dan disimpan. Pelet yang diperoleh
diekstraksi ulang dengan 5 ml TCA 5% dan disentrifuse dengan kecepatan 2500
rpm selama 15 menit. Supernatan hasil ekstraksi pertama dan kedua kemudian
diencerkan sampai volume 15 ml dengan TCA 5%. Selanjutnya dilakukan
pewarnaan dan pengujian kadar RNA dengan mempersiapkan tabung reaksi yang
dilabel untuk blank, standar, dan sampel. Masing-masing tabung reaksi diisi
reagen FeCl3 0.1 % dan 100 µl orcinol 10.75% hingga akan berwarna kuning.

6
Selanjutnya semua tabung ditutup dengan aluminium foil dan diletakkan
pada penangas selama 30 menit. Pemanasan diusahakan merata untuk setiap
tabung sehingga larutan akan berwarna hijau. Konsentrasi RNA dalam tabung
dibaca dengan spektrofotometer U-2001 Merk Hitachi 670 µm pada panjang
gelombang 280 nm. Konsentrasi RNA dinyatakan dalam satuan milligram per
gram sampel. Perhitungan total kadar RNA dapat diperoleh dengan rumus:
Total kadar RNA (mg) = Konsentrasi RNA (mg/gr sampel) X Bobot kering (mg)

Analisis Data
Hasil yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan analisa independent
samples t-test pada selang kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antara
kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis data ini menggunakan software SPSS
16.0 untuk Windows 2007 dan dinyatakan dalam rataan± simpangan baku.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar Hormon Estrogen
Tikus Betina Prapubertas
Kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas yang diberi ekstrak tempe
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Hasil yang diperoleh merupakan rataan ±
simpangan baku.
Tabel 1 Rataan kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas
Kadar
hormon
estrogen
(pg/mL)

Umur
(hari)
28
42
56

Kelompok
Kontrol
5.380 ± 2.470a
7.180 ± 3.039a
17.657 ± 2.210

Perlakuan
16.206 ± 1.423b
16.730 ± 1.796b
27.703 ± 10.374

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Dari hasil analisis kadar hormon estrogen, menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak tempe memberi pengaruh yang nyata pada umur 28 hari dan 42 hari. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Suprihatin (2009) melaporkan bahwa pemberian
tepung tempe dapat meningkatkan kadar estrogen dan mempercepat usia pubertas.
Hal ini menunjukkan senyawa isoflavon dalam ekstrak tempe mempengaruhi
peningkatan kadar estradiol dalam darah. Pada umur 28 dan 42 hari, tikus masih
berada dalam usia prapubertas dengan sekresi estrogen endogen yang belum
optimal sehingga penambahan ekstrak tempe yang bersifat estrogenik dapat
berikatan dengan reseptor estrogen. Haibin et al. (2005) membuktikan bahwa
fitoestrogen mampu berikatan dengan reseptor estrogen pada jaringan. Menurut
Mardiati dan Sitasiwi (2008) fitoestrogen merupakan kompetitor bagi reseptor
estrogen endogen untuk menduduki reseptor estrogen sehingga estrogen alami

7
tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan akan mengakibatkan jumlah
estrogen bebas meningkat. Ikatan ini mengakibatkan proliferasi sel folikel
ovarium meningkat sehingga kadar hormon estrogen meningkat. Sedangkan pada
umur 56 hari ekstrak tempe tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap
kadar hormon estrogen. Hal ini diduga karena hormon estrogen endogen pada
tikus umur tersebut sudah mulai dihasilkan oleh ovarium. Menurut Malole dan
Pramono (1989), tikus betina mengalami pubertas apabila mencapai pada umur
50–60 hari. Oleh karena itu, kadar estrogen endogen dalam darah tikus pada usia
56 hari tetap meningkat dan berikatan dengan reseptor estrogen karena adanya
afinitas isoflavon terhadap reseptor estrogen yang sangat rendah jika
dibandingkan dengan estrogen endogen sehingga diperlukan jumlah fitoestrogen
yang besar untuk memperoleh efek yang memadai seperti estrogen (Tsourounis
2004). Namun, potensi fitoestrogen diketahui lebih kecil dari potensi estrogen
alami (Winarsi 2005).
Hormon estrogen dihasilkan oleh sel teka interna dari folikel ovarium dan
sedikit oleh korpus luteum yang berfungsi merangsang perkembangan jaringan
yang terlibat dalam reproduksi. Umumnya hormon ini merangsang ukuran dan
jumlah sel dengan meningkatkan kecepatan sintesis protein. Zat yang dihasilkan
oleh ovarium adalah estradiol. Terdapat tiga bentuk estrogen di dalam plasma
hewan betina utama yaitu 17β estradiol, estron dan estriol (Johnson dan Everitt
1995).
Dalam penelitian ini, tikus betina prapubertas diasumsikan belum mampu
menghasilkan hormon estrogen yang optimal sehingga diberikan sumber
fitoestrogen dari ekstrak tempe yang dapat meningkatkan kadar hormon estrogen
dan merangsang pertumbuhan organ ovarium dan uterus.

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ
Ovarium Tikus Betina Prapubertas
Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ
ovarium tikus betina prapubertas pada umur 28, 42 dan 56 hari dari kelompok
kontrol dan perlakuan tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA total RNA organ
ovarium
Kelompok
Parameter
Usia
yang diamati
(hari)
Bobot basah
(g)

28
42
56

Kontrol
0.018±0.006
0.022±0.005a
0.044±0.025

Bobot kering
(g)

28
42
56

0.004±0.001
0.004±0.001a
0.010±0.006

Perlakuan
0.018±0.004
0.036±0.004b
0.057±0.014
0.004±0.001
0.009±0.003b
0.014±0.008

8
Kadar air
(%)

28
42
56

80.404±2.544
80.093±0.497
78.884±3.932

80.273±3.514
78.379±3.119
77.552±9.155

Total kadar
DNA
(mg)

28
42
56

210.500±156.875
191.172±61.573
154.472±14.593

382.277±44.389
197.640±100.199
246.360±150.761

Total kadar
RNA
(mg)

28
42
56

246.900±71.675
242.260±51.742
399.710±150.077

296.970±120.040
341.950±49.270
538.050±307.090

a

Angka yang diiki oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Dari hasil analisis bobot basah dan bobot kering ovarium, pemberian ekstrak
tempe pada anak tikus betina usia 42 hari meningkatkan bobot basah dan bobot
kering ovarium secara signifikan (P0.05) pada setiap umur. Kadar air ovarium cenderung menunjukkan
penurunan pada setiap tingkat umur untuk kedua kelompok kontrol dan
perlakuan. Terjadinya penurunan kadar air ovarium disebabkan meningkatnya
jumlah sel dan bukan karena inhibisi air (Sudatri 2006).
Menurut Jusuf (1988) DNA merupakan pusat pengendalinya jalannya
metabolisme protein di dalam sel. Hasil penelitian menunjukkan pemberian
ekstrak tempe tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total DNA. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Naciff et al. (2003) yang menyatakan bahwa
pemberian pakan yang mengandung fitoestrogen pada tikus betina prapubertas
tidak selalu memberi respon yang nyata terhadap ekspresi gen DNA dan RNA
organ ovarium akan tetapi tergantung dengan kadar hormon estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. Peningkatan kadar hormon estrogen yang nyata pada
umur 28 dan 42 hari dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hormon estrogen
mampu berikatan dengan reseptor estrogen sehingga pemberian fitoestrogen tidak
memberikan efek terhadap aktivitas selular ovarium. Aktivitas estrogen di dalam
sel dimulai setelah terjadi ikatan estrogen dengan reseptor di dalam sitosol.
Kompleks estrogen dan reseptor selanjutnya berdifusi ke dalam inti sel dan
melekat pada DNA. Ikatan kompleks estrogen-reseptor dengan DNA menginduksi
sintesis dan ekspresi mRNA berupa sintesis sehingga meningkatkan aktivitas sel
target, yang ditunjukkan dengan terjadinya proliferasi sel (Ganong 2003).
Peningkatan proliferasi sel pada organ ovarium mengakibatkan sel-sel folikel
lebih cepat mengalami pematangan hingga terjadinya ovulasi. Proses ovulasi yang
lebih cepat menunjukkan bahwa usia pubertas tikus lebih cepat, kemampuan
reproduksi pada hewan betina akan meningkat dengan meningkatnya hormon
estrogen dalam darah (Suprihatin 2008). Tingginya kadar hormon estrogen dapat
dikatakan akan memacu proliferasi sel dan mitosis sel yang digambarkan dengan
meningkatnya sintesis DNA pada tikus betina prapubertas.
Dewantoro (2001) menyatakan bahwa setiap perubahan konsentrasi RNA
merupakan fungsi dari sintesis protein yang terjadi di dalam sel. Pemberian
ekstrak tempe tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total kadar RNA
karena estrogen endogen yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi aktivitas
sintesa protein di dalam ovarium. Berdasarkan Dogma Central yang dikemukakan
oleh Crick yang disampaikan oleh Willbraham dan Matta (1986) melaporkan
bahwa sintesis RNA diperoleh dengan proses transkripsi dari cetakan DNA,
kemudian protein disintesis pada cetakan mRNA melalui proses translasi. mRNA
memegang peranan yang penting dalam sintesa protein di ribosom. Aktivitas
sintesis protein digambarkan oleh kadar RNA ovarium.

10
Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Uterus
Tikus Betina Prapubertas
Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus
tikus betina prapubertas pada umur 28, 42 hari dan 56 hari dari kelompok kontrol
dan perlakuan tertera pada Tabel 3. Hasil yang diberikan merupakan rataan ±
simpangan baku.
Organ ovarium memiliki peran yang penting dalam memacu pertumbuhan
uterus. Dalam penelitian Debold dan Klaus (1984), perlakuan ovariektomi pada
tikus menyebabkan terjadinya atropi pada uterus. Hal ini disebabkan tidak adanya
ovarium pada tikus betina menyebabkan tidak terjadinya perkembangan uterus
karena ovarium merupakan sumber utama estrogen yang berperan dalam
proliferasi sel-sel uterus tersebut. Estrogen menyebabkan meningkatnya
vaskularisasi dan aktivitas mitosis uterus yang lebih besar mengakibatkan organ
bertambah berat (Hafez et al. 2000). Fitoestrogen tempe seperti halnya estrogen
memiliki aktivitas uterotropik yang menyebabkan peningkatan massa uterus.
Fitoestrogen ini bekerja dengan cara yang sama seperti estradiol, yaitu dengan
berikatan pada ER dan komplek reseptor: ligand untuk menginduksi ekspresi dari
gen yang responsif terhadap estrogen sehingga terjadi peningkatan massa uterus.
Pemberian ekstrak tempe berpengaruh nyata terhadap bobot uterus umur 28
dan 42 hari, namun tidak berpengaruh pada umur 56 hari yang sesuai dengan hasil
analisis hormon estrogen. Hasil penelitian Putra (2009) menyatakan terjadinya
peningkatan bobot uterus tikus pada umur 4 dan 6 minggu akibat pemberian
fitoestrogen kedelai. Hal ini menunjukkan estrogen eksogen yang dimasukkan ke
dalam tubuh tikus sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan organ uterus. Pada
umur 56 hari tidak menunjukkan pengaruh karena hormon estrogen endogen
mulai meningkat dengan adanya sekresi dari ovarium yang dapat memacu
perkembangan uterus.
Tabel 3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ
uterus
Parameter yang
diamati

Kelompok
Umur
(hari)

Bobot basah
(g)

28
42
56

Kontrol
0.016±0.009a
0.019±0.005
0.179±0.166

Perlakuan
0.031±0.004b
0.048±0.025
0.198±0.071

Bobot kering
(g)

28
42
56

0.003±0.002a
0.005±0.001a
0.035±0.029

0.006±0.001b
0.010±0.003b
0.033±0.010

Kadar air
(%)

28
42
56

78.714±4.420
74.949±1.124
78.532±3.178

80.807±1.784
78.195±5.600
82.536±3.407

Total kadar DNA
(mg)

28
42
56

144.970±50.384
131.560±38.752
99.376±19.791

145.900±19.871
151.360±17.661
112.730±19.157

11
Total kadar RNA
(mg)

28
42
56

183.230±90.093
192.340±32.894
1049.400±772.370

258.550±60.454
289.020±70.177
1126.650±360.547

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Aktivitas estrogenik hormon estrogen akan mempengaruhi aktivitas
proliferasi sel epitelium (Cooke et al. 1998) dan seterusnya mempengaruhi tebal
endometrium uterus dan sekreta yang dihasilkan oleh kelenjar uterus (Puspitadewi
dan Sunarno 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak
tempe tidak memberi pengaruh terhadap kadar air. Namun kadar air uterus
kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Terjadinya pembendungan air pada uterus tikus enam jam setelah penyuntikan
estrogen pernah dilaporkan oleh Partodihardjo (1992) akibat pemberian estrogen
eksogenik. Proses retensi air ini akan meningkatkan kemampuan substrat dan ionion yang diperlukan untuk pertumbuhan uterus. Hardjoprantojo (1995)
menyatakan bahwa estrogen menyebabkan uterus bertambah berat akibatnya
adanya pembendungan air.
Hasil analisis total DNA menunjukkan pemberian ekstrak tempe
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap total kadar DNA. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Markaverich et al. (1995) yang menyatakan bahwa
peningkatan bobot basah dan kering uterus akibat fitoestrogen tidak selalu
mengindikasikan terjadinya hiperplasia sel uterus yang ditunjukkan oleh kadar
DNA. Pemberian ekstrak tempe tidak berpengaruh terhadap kadar DNA dalam
penelitian ini karena estrogen endogen dari ovarium yang dihasilkan berikatan
dengan reseptor estrogen pada uterus. Mekanisme estrogen dalam mempengaruhi
aktivitas proliferasi sel adalah hormon estrogen akan berikatan dengan reseptor
hormon pada sel target sehingga mampu mengubah konformasi reseptor hormon.
Perubahan konformasi ini menyebabkan kompleks estrogen-reseptor menjadi aktif
sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada rantai
DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara kompleks estrogen-reseptor
dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi gen menjadi meningkat.
Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA polimerase yang menyebabkan
peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis tRNA juga akan meningkat sehingga
pada akhirnya sintesis materi sel menjadi meningkat yang mendukung aktivitas
proliferasi sel (Johnson dan Everitt 1995). Yamashita et al. (1990) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa estrogen menyebabkan proliferasi dan
differensiasi sel epitel lumen dan kelenjar uterus dengan meningkatkan sintesis
DNA dan protein. Menurut Mege et al. (2007) estrogen membantu uterus dalam
meningkatkan sintesis DNA dan proliferasi sel uterus sehingga pada uterus terjadi
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio serta fetus.
Hasil analisis total RNA juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata
akibat pemberian ekstrak tempe. Hormon estrogen bekerja pada sasaran gen yang
terlibat dalam metabolisme protein, metabolisme RNA dan transkripsi mRNA.
Dalam penelitian Moggs et al. (2004) menyatakan bahwa selain terjadinya retensi
air, paparan estrogen pada uterus akan meningkatkan tingkat mRNA dan sintesis
protein. Organ uterus kemudian akan memasuki fase proliferasi yang akan
bertanggungjawab dalam meningkatnya berat uterus setelah 16–30 jam setelah

12
paparan estrogen. Ilhami (2007) melaporkan bahwa estrogen meningkatkan
pertumbuhan uterus dengan meningkatkan sintesis asam nukleat serta adanya
retensi nitrogen dalam endometrium.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian ekstrak tempe sebanyak 0.25 gr per ekor setiap hari memiliki
efek estrogenik yaitu meningkatkan hormon estrogen, bobot basah dan kering
organ ovarium serta uterus pada kelompok perlakuan pada umur 42 hari tetapi
tidak berpengaruh terhadap total kadar DNA dan RNA.

Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak
tempe terhadap pertumbuhan organ ovarium dan uterus pada umur setelah
pubertas. Selain itu, perlu juga dipelajari tentang dosis pemberian ekstrak tempe
yang dapat menghambat pertumbuhan ovarium dan uterus pada tikus betina
prapubertas.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar R. 2005. Morfologi dan fungsi ovarium. Bandung (ID) : Universitas
Padjajaran.
Burkitt HG, Barbara Y dan John WH. 1999. Wheater’s Functional Histology. A
Text and Colour Atlas. Ed.ke-3. Edinburgh (SCT): Churchill Livingstone.
Cahyadi W. 2007. Kedelai Khasiat Dan Teknologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Cooke PS, Buchanan DL, Lubhan DB dan Cruncha GR. 1998. Mechanism of
oestrogen action: lesson from the oestrogen receptor-knockout mouse. Biol
Reprod. 59:470-475.
Cutler GB. 1997. The role of estrogen in bone growth and maturation during
childhood and adolescence. J Steroid Biochem Mol Biol. 61:141-144.
Debold JF dan Klaus AM. 1984. Aggression persists after ovariectomy in female
rats. USA (US): Tufts University Pr.
Dewantoro E. 2001. Rasb RNA/DNA, karakter morfometrik dan komposisi
daging ikan mas (Cyprinus carpio L.) strain sinyonya, karper kaca dan
hibridanya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ganong WF. 2003. Review of Medical Physiology. International Edition. San
Fransisco (US):Mc Graw Hill Book.

13
Gultom YN. 2001. Effektivitas penyuntikan PMSG sebelum perkawinan induk
pada bobot organ dan ukuran tubuh anak tikus putih usia lepas sapih. [skripsi] .
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Guyton AC dan Hall JE .1996. Human physiology and mechanism of disease . Ed.
ke-6. Philadelphia (US) : W.B. Saunders Company.
Hafez ESE, Jainudeen MR dan Rosnina Y. 2000. Hormones, Growth Factors And
Reproduction. Di dalam:Reproduction in Farm Animals. Ed. ke-7. South
Carolina (USA) : Blackwell Publ.
Haibin W, Susane T, Huirong X, Gregory H,Sanjoy KD dan Sudhansu KD. 2005.
Variation in comercial rodent diets induces disperate molecular and
physiological changes in the mouse uterus. Proceedings of the National
Academy of Sciences 28(102): 9960-9965.
Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu kemajiran pada ternak. Surabaya (ID): Airlangga
Univ Pr.
Ilhami W. 2007. Gambaran pertumbuhan dan kinerja reproduksi uterus tikus
(Rattus norvegicus) pada masa kebuntingan akibat pemberian bST. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Johnson MH dan Everitt BJ. 1995. Essential Reproduction. Ed ke-3. London
(UK): Blackwell Sci. Publ.
Jusuf M. 1988. Genetika Dasar 1: Ekspresi Gen. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Mardiati SM dan Sitasiwa AJ. 2008. Korelasi jumlah folikel ovarium dengan
konsentrasi hormon estrogen mencit (Mus musculus) setelah konsumsi harian
tepung kedelai selama 40 hari. Buletin Anatomi dan Fisiologi 16(2):58.
Malole MBM dan Pramono CSU. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di
laboratorium. Bogor (ID): IPB Press.
Manalu W dan Sumaryadi MY. 1998. Maternal serum progesterone concentration
during gestation and mammary gland growth and development at parturition in
javanese thin-tail ewes with carrying a single or multiple fetuses. Small Rum
Res. 27: 131- 136.
Markeverich BM, Brett W, Charles LD dan Rebecca RG. 1995. Effects of
coumestral on estrogen receptor functon and uterine growth in ovariectomized
rats. Environ Health Perspec. 103: 574 -581.
Mege RV, Nasution SH, Kusomorini N dan Manalu W. 2007. Pertumbuhan dan
perkembangan uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. J Biosci Bioeng
14:1-6.
Moggs JG. Tinwell H, Tracey S dan Hur-Song C. 2004. Phenotypic anchoring of
gene expression changes during estrogen-induced uterine growth. Environ
Health Perspect. 112(16):1589-1606
Naciff JM, Gary JO, Suzanne MT, Gregory JC, Jay PT, George PD. 2003. Impact
of phytoestrogen content of laboratory animal feed on the gene expression
profile of the reproductive system in the immature female rat. Toxicol
Sci.72:314–330.
Pakasi LS. 2000. Menopause: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta (ID): UI
Pr.
Partodiharjo S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta (ID): Mutiara Sumber
Widya.

14
Pramana C. 2004. Kadar estradiol serum pada wanita usia reproduksi dengan
pendarahan uterus disfungsi [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Puspitadewi S. dan Sunarno. 2007. Potensi agensia anti fertilitas biji tanaman
jarak (Jatropha curcas) dalam memengaruhi profil uterus mencit (Mus
musculus) Swiss Webster. Jurnal Sains dan Matematika 15(2):59.
Putra AP. 2009. Effektivitas Pemberian kedelai pada tikus putih (Rattus
norvergicus) bunting dan menyusui terhadap pertumbuhan dan kinerja
reproduksi anak tikus betina [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Safrida. 2008. Perubahan kadar hormon estrogen pada tikus yang diberi tepung
kedelai dan tepung tempe [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.
Suttner AM, Danilovich NA, Banz WJ, dan Winters TA. 2005. Soy Phytoestrogen
:Effects on Ovarian Function [Abstract]. Society for the study of reproduction.
Sudatri, N. 2006. Suplementasi somatotropin untuk memperbaiki tampilan
fisiologis tikus betina usia enam bulan dan satu tahun. [tesis] Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Suprihatin. 2008. Optimalisasi kinerja reproduksi tikus betina setelah pemberian
tepung kedelai dan tepung tempe pada usia prapubertas. [tesis] Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Suprihatin. 2009. Kadar Hormon estrogen dan usia pubertas tikus betina yang
diberi tepung kedelai dan tepung tempe pada usia prapubertas [Abstract].
Jakarta (ID): Universitas Nasional.
Takashima-Sasaki K, Komiyama M, Adachi T, Sakurai K, Kato H, Iguchi T dan
Mori C. 2006. Effect of exposure to high isoflavone-containing diets on
prenatal and postnatal offspring mice. Biosci Biotechnol Biochem.
70(12):2874-2882.
Tanu I. 2005. Farmakologi dan terapi. Ed ke-4. Jakarta (ID): UI Pr.
Tsourounis C. 2004. Clinical effects of fitoestrogens. Clin Obstet Gynecol.
44(4):836–42.
Willbraham AC dan Matta MS. 1986. General Organic and Biological Chemistry.
Ed.ke-2. New York (USA): The Benjamin/Cummings Publishing Company
Inc.
Winarsi H. 2005. Isoflavon berbagai sumber, sifat dan manfaatnya pada penyakit
degenaratif. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
Yamashita Sr, R. Newbold, JA Melachan, KS Melachan dan KS Korach. 1990.
The role oestrogen receptor in uterine epithelial proliferation and
cytodifferentiation in neonatal mice. J Endocrinol. 127:2456-2463

15
Lampiran 1 Analisa data estradiol tikus betina prapubertas
1.1 Kadar hormon estrogen (pg/mL) usia 28 hari
Group Statistics
Kontrol
estradiol

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

5.3800

2.47049

1.42634

Perlakuan

3

16.7300

1.79608

1.03697

Independent Samples Test
Estradiol
Equal
variances not
assumed

Equal variances
assumed
Levene's Test for Equality F
of Variances
Sig.
t-test for Equality of
Means

.227
.658

t

6.436

6.436

4

3.653

.003

.004

11.35000

11.35000

1.76344

1.76344

Lower

6.45390

6.26462

Upper

16.24610

16.43538

df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval
of the Difference

1.2 Kadar hormon estrogen (pg/mL) usia 42 hari
Group Statistics
Kelompok
estradiol

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

7.1800

3.03788

1.75392

Perlakuan

3

16.2067

1.42339

.82179

Independent Samples Test
Estradiol
Equal variances Equal variances
assumed
not assumed
Levene's Test for Equality F
of Variances
Sig.
t-test for Equality of
Means

1.874
.243

t
df
Sig. (2-tailed)

-4.660

4

2.838

.010

.021

-9.02667

-9.02667

1.93690

1.93690

Lower

-14.40436

-15.39498

Upper

-3.64897

-2.65836

Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval
of the Difference

-4.660

16
1.3 Kadar hormon estrogen (pg/mL) usia 56 hari
Group Statistics
Kelompok
estradiol

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Kontrol

3

17.6567

2.21003

1.27596

Perlakuan

3

27.7033

10.37444

5.98969

Independent Samples Test
estradiol
Equal
variances
assumed
Levene's Test for F
Equality of
Sig.
Variances

Equal
variances not
assumed

7.433
.053

t-test for Equality t
of Means
df

-1.641

-1.641

4

2.181

Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval Lower
of the Difference
Upper

.176

.232

-10.04667

-10.04667

6.12409

6.12409

-27.04985

-34.40656

6.95652

14.31323

Lampiran 2 Analisa data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA dan total
RNA organ ovarium tikus betina prapubertas
1.1

Data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA, dan total RNA organ
ovarium tikus betina prapubertas usia 28 hari
Group Statistics
Kelompok

BB
BK
Kadarair
TotalkadarDNA
TotalKadarRNA

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

kontrol

3

.01800

.006000

.003464

perlakuan

3

.01800

.004359

.002517

kontrol

3

.00367

.001155

.000667

perlakuan

3

.00367

.001155

.000667

kontrol

3 8.04047E1

2.543984

1.468770

perlakuan

3 8.02730E1

3.514072

2.028850

kontrol

3 2.10505E2

156.874502

90.571536

perlakuan

3 3.82776E2

44.389199

25.628116

kontrol

3 2.46908E2

71.675428

41.381828

perlakuan

3 2.96975E2

136.082078

78.567025

17
Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality
of
Variance
s

F
BB

Lower

Upper

.004282 -.011888

.011888

.00 3.6
1.000
0
5

.000000

.004282 -.012350

.012350

4 1.000

.000000

.000943 -.002618

.002618

.00 4.0
1.000
0
0

.000000

.000943 -.002618

.002618

4

.961

.131667 2.504699 6.82249 7.085827
4

.05 3.6
3
4

.961

.131667 2.504699 7.09824 7.361580
6

TotalkadarDNA Equal
variance 7.43 .05 -1.8
assumed

4

.141 -172.2706 94.12759 433.610 89.06942
7

-1.8

2.3
1

.191 -172.2706 94.12759 528.392 183.8510
3

Equal
variance 1.84 .246 -.56
assumed

4

196.4780
.603 -50.06700 88.79883 296.612
9
0

-.56 3.0

.612 -50.06700 88.79883 331.068 230.9344
4

Equal
variance
not
assumed
TotalKadarRN
A

95% Confidence
Interval of the
Difference

.000000

Equal
.05
variance .800 .42
3
assumed
Equal
variance
not
assumed

Sig.
(2Mean Std. Error
tailed Differenc Differenc
df
)
e
e
4 1.000

Equal
.00
variance .000 1.0
0
assumed
Equal
variance
not
assumed

Kadarair

t

Equal
.00
variance .093 .776
0
assumed
Equal
variance
not
assumed

BK

Sig.

t-test for Equality of Means

Equal
variance
s not
assumed

18
1.2

Data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA dan total RNA organ
ovarium tikus betina prapubertas usia 42 hari
Group Statistics
Kelompok

BB
BK
Kadarair
TotalkadarDNA
TotalkadarRNA

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

1

3

.02033

.003786

.002186

2

3

.03433

.002082

.001202

1

3

.00400

.001000

.000577

2

3

.00733

.000577

.000333

1

3

8.00937E1

.497299

.287116

2

3

7.83793E1

3.118774

1.800625

1

3

1.91729E2

61.573485

35.549468

2

3

1.97647E2

100.199338

57.850114

1

3

2.42268E2

51.741831

29.873160

2

3

3.41951E2

49.270325

28.446236

Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances

F
BB

Sig.

TotalkadarDNA Equal
variance
assumed

1.5 .28

Lower

Upper

.005 -.014000

.002494 -.020926 -.007074

3.10
5.61

.010 -.014000

.002494 -.021785 -.006215

4

.007 -.003333

.000667 -.005184 -.001482

3.20
5.00

.013 -.003333

.000667 -.005382 -.001285

Equal
variance 8.27 .04 .940
assumed
Equal
variance
not
assumed

Sig.
(2Mean Std. Error
df tailed) Difference Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference

4

Equal
variance .400 .56
5.00
assumed
Equal
variance
not
assumed

Kadarair

t

Equal
variance 2.11 .21
5.61
assumed
Equal
variance
not
assumed

BK

t-test for Equality of Means

4

.400 1.714333 1.823372 -3.348159 6.776826

.940 2.10

.442 1.714333 1.823372 -5.778409 9.207075

.087

.935 -5.918000 67.89992

4

182.6024
194.43842

19
Equal
variance
not
assumed

3.32
.087

TotalkadarRNA Equal
variance .045 .842
2.41
assumed
Equal
variances
not
assumed

1.3

4

-2.4 3.9

.936 -5.918000 67.89992

198.7913
210.62733

.073 -99.68266 41.25038

14.84675
214.21208

.073 -99.68266 41.25038 -214.3202 14.95486

Data bobot basah,bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ
ovarium tikus betina prapubertas usia 56 hari
Group Statistics
kelompok

BB
BK
Kadarair
TotalkadarDNA
TotalkadarRNA

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

1

3

.04400

.024880

.014364

2

3

.05667

.013650

.007881

1

3

.01000

.006000

.003464

2

3

.01367

.007506

.004333

1

3

7.88843E1

3.932510

2.270436

2

3

7.75520E1

9.155094

5.285696

1

3

1.54473E2

14.593221

8.425400

2

3

2.46361E2

150.760912

87.041853

1

3

3.99717E2

150.077060

86.647031

2

3

5.38058E2

307.090234

177.298629

Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances

F
BB

t

Equal
.35
variance 1.100
3 .773
assume
Equal
variance
s not
assume

BK

Sig
.

t-test for Equality of Means

Equal
variance
assume

.127

Sig.
(2Mean Std. Error
tailed Differenc Differenc
df
)
e
e

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Upper

4 .483 -.012667

.016384 -.058157

.032823

- 3.10
.494 -.012667
.773
4

.016384 -.063834

.038500

.005548 -.019070

.011736

.74
0 .661

4 .545 -.003667

20
Equal
variance
s not
assume
Kadarair

- 3.81
.546 -.003667
.661
5

Equal
.37
variance 1.015
.232
1
assume
Eq