disebabkan oleh mikroorganisme patogenik yang termakan bersama bahan pangan yang tercemar Hartoko, 2007.
Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji
mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator
sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu
makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut
Fardiaz, 1993.
1.2 Tujuan
i. Untuk mengetahui angka lempeng total pada biskuit Pop Corn Crackers
ii. Untuk mengetahui angka kapang dan khamir pada biskuit Pop Corn
Crackers
1.3 Manfaat
i. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencemaran mikroba
yang terdapat pada makanan khususnya biskuit Pop Corn Crackers. ii.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang parameter yang digunakan dalam pemeriksaan cemaran mikroba pada biskuit Pop Corn
Crackers.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Ringan
Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.05.52.4040 tanggal 9 Oktober 2006 tentang Kategori Pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati
dari umbi dan kacang dalam bentuk krupuk, kripik, jipang dan produk ekstrusi seperti chiki-chiki-an. Selain itu produk olahan kacang, termasuk kacang terlapisi
dan campuran kacang contoh dengan buah kering serta makanan ringan berbasis ikan dalam bentuk kerupuk atau keripik juga masuk kedalam kategori makanan
ringan BPOM, 2008. Makanan ringan ekstrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui
proses ekstrusi dari bahan baku tepung dan atau pati untuk pangan dengan penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang
diijinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan BSN, 2000.
2.2 Biskuit
Biskuit merupakan makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dengan proses pemanasan dan pencetakan. Mutu
biskuit dapat dinilai melalui uji organoleptik seperti berdasarkan warna, aroma, rasa dan tekstur BSN, 1992.
Menurut SNI 01-2973-1992, biskuit diklasifikasikan dalam empat jenis: biskuit keras, crackers, cookies, dan wafer. Crackers adalah biskuit yang dibuat
Universitas Sumatera Utara
dari adonan keras melalui proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya lebih mengarah ke asin dan renyah, serta bila dipatahkan penampang
potongannya berlapis-lapis Dewan Standardisasi Nasional, 1992.
2.2.1 Mutu Biskuit
Penampakan warna biskuit yang baik akan berwarna kuning kecoklatan, aroma biskuit merupakan aroma yang khas dari lemak dan butter pada bahan
pembuatan, tekstur biskuit yang baik dihasilkan dengan tekstur yang renyah dan rasa pada biskuit yang baik akan gurih Kartika, 1988.
Kualitas biskuit selain ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan dari warna, aroma, cita rasa, dan kerenyahannya. Kerenyahan merupakan karakteristik
mutu yang sangat penting untuk diterimanya produk kering. Kerenyahan salah satunya ditentukan oleh kandungan protein dalam bentuk gluten tepung yang
digunakan Matz, 1992. Biskuit harus disimpan menggunakan kemasan yang kedap terhadap
cahaya, uap air dan oksigen. Ini bertujuan untuk dapat menjaga mutu dan kualitas biskuit selama penyimpanan. Biskuit sangat rentan mengalami kerusakan oleh
mikroorganisme sehingga akan mempengaruhi tekstur, ukuran, warna, dan rasa Matz, 1992.
Kondisi penyimpanan menyebabkan zat gizi yang ada di dalamnya menjadi berkurang dan dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme yang
akan menyebabkan kerusakan. Suhu penyimpanan juga perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi aktivitas air. Aktivitas air yang tinggi akan menyebabkan
kondisi menjadi lembab sehingga mempengaruhi kualitas dari produk yang
Universitas Sumatera Utara
disimpan. Spesifikasi mutu biskuit dapat dilihat pada daftar tabel Syarief dan Halid, 1993.
2.3 Kerusakan Pangan oleh Mikrorganisme
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya yaitu udara, air, tanah, debu, kotoran, bahan organik yang
telah busuk. Populasi mikroorganisme yang berada pada suatu bahan pangan umumnya bersifat sangat spesifik dan tergantung pada jenis bahan pangan dan
kondisi tertentu dari penyimpanannya Buckle, 1987.
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pangan oleh Mikroorganisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia, atau biologis. Mossel 1971 telah
membagi faktor-faktor tersebut, yaitu: 1.
Intrinsik, yaitu sifat-sifat dari bahan pangan itu sendiri. 2.
Pengolahan, yaitu perubahan dari mikroflora awal sebagai dari cara pengolahan bahan pengolahan.
3. Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan
bahan pangan. 4.
Implisit sifat-sifat organisme itu sendiri.
2.3.2 Penyakit akibat Kerusakan Pangan oleh Mikroorganisme
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia. Gejala
yang biasanya timbul yaitu pusing, gangguan pencernaan, muntah, berak-berak dan demam. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes Salmonella
Universitas Sumatera Utara
typhii, kolera Vibrio cholerae, disentri Shigella dysenteria. Akibat dari meningkatnya perjalanan dan perdagangan pangan secara internasional, maka
penyakit yang disebabkan bahan pangan dari mikroorganisme telah menjadi perhatian utama dunia Buckle, 1987.
2.4 Mikroorganisme
Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik makhluk halus. Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang
membedakan kelompok mikroorganisme tertentu dari mikroba yang lain adalah bahan selulernya. Dunia mikroba terdiri dari Monera Virus dan sianobakteri,
Protista, Fungi khamir dan kapang, Alga mikroskopis dan Protozoa. Perbedaan ini penting untuk memisahkan semua Protista menjadi 2 kategori utama, yakni
Prokariota dan Eukariota Waluyo, 2007.
2.4.1 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniseluler dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran didalam sitoplasmanya. Reproduksi utama
dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh pada 0
o
C, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 90
o
C atau lebih. Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang ditumbuhinya, mereka mampu menghancurkan banyak zat
Pelczar, 1986. Hampir semua bakteri mempunyai stuktur dan organisasi dasar yang sama
walaupun bentuknya berbeda. Setiap sel terdiri atas lapisan dinding sel bagian luar yang kaku dan dibawahnya terdapat membran sel, semipermiabel. Di dalam
Universitas Sumatera Utara
membran tersebut terdapat isi dari sitoplasma termasuk di dalamnya bahan inti dan berbagai komponen serta enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme dan
pertumbuhan. Tergantung dari jenisnya, bakteri kadang-kadang mempunyai struktur tambahan diantaranya yang penting adalah cambuk flagella, kapsul
capsules dan endospora endospores. Struktur tersebut sangat penting untuk pengenalan dan identifikasi bakteri Buckle, 1987.
2.4.2 Fungi
Fungi adalah organisme heterotrofik yaitu memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila sumber nutrisi tersebut diperoleh dari bahan organik mati,
maka fungi tersebut bersifat saprofit. Saprofit ialah menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia
yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan lagi ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Fungi dapat sangat menguntungkan bagi
manusia. Sebaliknya fungi juga dapat merugikan manusia bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan, dan bahan-bahan lain Pelczar, 1986.
Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi. Ilmu ini mempelajari struktur sebagai dasar identifikasi fungi, mengeksplorasi daur hidup fungi karena
fungi diidentifikasi dari tahap seksual daur hidupnya, serta mempelajari kebutuhan nutrisi fungi. Pada fungi ada dua istilah, yaitu kapang mold yang
merupakan fungi yang berfilamen dan multiseluler, dan khamir yeast yaitu bentuk fungi berupa sel tunggal dengan pembelahan sel melalui pertunasan
Pratiwi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
a. Kapang
Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi. Kapang merupakan fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya
pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih tetapi jika spora telah
timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat morfologi kapang, baik penampakan makroskopik maupun mikroskopik,
digunakan dalam identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus jamak = thalli yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut
hifa tunggal = hypha, jamak = hyphae. Kumpulan dari hifa disebut miselium tunggal = mycelium, jamak = mycelia. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan
germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang disebut hifa, kemudian
seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium. Pembentukkan miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup di dalam
fungi Fardiaz, 1992. Secara alamiah kapang berkembang biak dengan cara, aseksual dengan
pembelahan, penguncupan, atau pembentukkan spora, secara seksual dengan peleburan nukleus dari kedua induknya. Pada pembelahan, sel membagi diri
menjadi dua sel anak. Cara penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inang yang bertambah besar, akhirnya membiakkan diri menjadi
kapang yang baru Waluyo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25 sampai
30
o
C. Semua kapang bersifat aerobik, yakni membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh baik pada pH yang luas
yakni: 2,0–8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan baik bila pada kondisi asam atau pH rendah Waluyo, 2007.
Beberapa kapang dapat langsung bersifat patogenik dan menyebabkan penyakit pada manusia dan tanaman. Misal Kapang yang menginfeksi pernafasan
dan kulit pada manusia. Kapang yang menyebabkan proses pembusukan pangan atau pertumbuhannya dalam bahan pangan juga memproduksi racun yang dikenal
sebagai mikotoksin. Sebagai suatu kelompok zat, mikotoksin dapat menyebabkan gangguan hati, ginjal, dan susunan syaraf pusat dari manusia maupun hewan
Winarno, 1980 .
b. Khamir