16
b. Bagaimanakah pengaturan,
penggunaan, peruntukan
dan peralihannya
terhadap hak ulayat di Kabupaten Simalungun? c. Bagaimanakah menyelesaikan bila terjadi sengketa hak ulyat di di Kabupaten
Simalungun 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Kaban, Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Keberadaan Hak Masyarakat Adat
atas tanah di tanah karo”. a. Bagaimanakah status hak ulayat Atas Tanah di Tanah Karo ?
b. Bagaimanakah Sistem Penggunaan Tanah Adat karo ? c. Bagaimanakah Keberadaan Hak Masyarakat Adat karo?
Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi,
13
dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.
14
Menetapkan landasan teori pada
13
J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid. 1, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996, hlm 203
14
Ibid, hal. 216
Universitas Sumatera Utara
17
waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah. Sebelumnya diambil rumusan landasan teori seperti yang dikemukakan M. Solly Lubis, yang menyebutkan :
“Bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem
yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau pun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat
kerangka berpikir dalam penulisan”.
15
Teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu
penjelasan atau suatu gejala. Adapun teori menurut Maria S.W. Sumardjono adalah :
“Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefiniskan dan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan
pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variable lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variable tersebut ”.
16
Fungsi teori
dalam penelitian
tesis ini
adalah untuk
memberikan arahanpetunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Karena
penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas Ilmu Hukum.
Secara umum, Ter Haar mengatakan bahwa hubungan antara hak persekutuan dengan hak perseorangan adalah seperti ‘teori balon’ Ballon Theory. Artinya,
semakin besar hak persekutuan, maka semakin kecillah hak perseorangan. Dan
15
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung: Mandar Madju, 1994, hlm. 80
16
Maria S. W. Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta: Gramedia, 1989, hlm 12
Universitas Sumatera Utara
18
sebaliknya, semakin kecil hak persekutuan, maka semakin besarlah hak perseorangan. Ringkasnya, hubungan diantara keduanya bersifat kembang kempis. Hukum tanah
adat dalam hal hak persekutuan atau hak pertuanan : Dapat dilihat dengan jelas bahwa umat manusia itu ada yang berdiam di suatu pusat tempat kediaman yang selanjutnya
disebut masyarakat desa atau mereka ada yang berdiam secara tersebar di pusat – pusat kediaman yang sama nilainya satu sama lain, di suatu wilayah yang terbatas,
maka dalam hal ini merupakan suatu masyarakat wilayah. Persekutuan masyarakat seperti itu, berhak atas tanah itu, mempunyai hak–hak tertentu atas tanah itu, dan
melakukan hak itu baik keluar maupun ke dalam persekutuan.
17
Teori Balon mengembang dan mengempis, pada waktu seorang warga persekutuan atas izin persekutuan membuka dan mengurus terus menerus bidang
tanah tertentu, hak ulayat persekutuan menipis tapi tetap ada hak perorangan menonjol. Bila tanah diterlantarkan, hak persekutuan penuh kembali.
18
Teori yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori balon Ballon Theory, untuk menjaga kontinuitas terhadap tanah-tanah adat maka salah satu cara
adalah dengan memproteksinya dan Desa Adat seharusnya membentuk suatu badan hukum yang khusus mengelola, mengatur penguasaan dan pemanfaatan tanah-tanah
adat.
19
Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomianya masih bercorak agraria, sehingga tanah merupakan bagian dari
17
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Bandung ; Sumur Batu, 1985, hlm 57
18
http:webcache.googleusercontent.com diakses 13 Juli 2012
19
Op.Cit, hlm 57
Universitas Sumatera Utara
19
kehidupan manusia yang sangat penting karena seluruh aktifitas kehidupan manusia tergantung pada tanah. Dalam rangka memakmurkan rakyat secara adil dan merata
sebagai bagian dari tujuan pembangunan nasional, harus dilaksanakan melalui berbagai bidang, sehingga tercipta sebuah keadaan bahwa melalui penguasaan dan
pengunaan tanah yang tersedia, rakyat dapat memenuhi semua kebutuhan dengan memuaskan.
20
Tanah yang bersifat abadi mempunyai kedudukan khusus dalam hukum adat karena tanah merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia. Tanah
mempunyai kedudukan khusus penting dalam hukum adat karena tanah merupakan tempat tinggal, tempat untuk mengubur dan tempat untuk berlindung bagi
persekutuan dan roh leluhur persekutuan.
21
Permasalahan di bidang pertanahan sebagai akibat dari peninggalan zaman Kolonial Belanda
yaitu belum diperolehnya jaminan dan kepastian hak atas tanah adat yang dikuasai oleh perorangan atau keluargakaum sebagai akibat dari
tanah-tanah adat yang tidak mempunyai bukti tertulis, maka di dalam proses pensertifikatannya sering terjadi masalah-masalah berupa sengketa, baik dalam
batas maupun sengketa dalam siapa-siapa yang sebenarnya berhak atas tanah tersebut. Ditinjau dari segi kehidupan masyarakat indonesia kita melihat adanya
hubungan hukum antara persekutuan hukum dengan tanah dalam wilayahnya, dengan perkataan lain persekutuan hukum itu mempunyai hak atas tanah yang
dinamakan “beschikkingsrecht” hak menguasai tanah.
22
Didalam hukum adat, perjanjian tentang tanah atau transaksi tanah termasuk dalam hukum tanah dalam keadaan bergerak, karena dalam perjanjian tentang tanah
20
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UUPA Isi dan Pelaksanaanya. 1999. Jakarta: djambatan, hal. 3
21
Suryo Wignjodipuro, Pengantar Asas Hukum Adat Jakarta : Raja Grafindo, l990, Hal.23
22
Sajuti Thalib, Hubungan Tanah Adat dengan Hukum Agraria di Minangkabau, Padang, Bina Aksara, 1985, hal 1 22
Universitas Sumatera Utara
20
ini merupakan suatu perbuatan hukum yang bertujuan untuk memperoleh hak-hak atas tanah.
23
Menurut Soerojo Wignyodipoero perjanjian
tentang tanah ini dapat
digolongkan atas dua bagian, yakni :
24
a. Perjanjian tentang tanah yang bersegi satu atau sepihak een zijdig yang berarti
perolehan hak. Di dalam perjanjian ini hanya terjadi perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak, jadi tidak memerlukan pihak lain atau pihak kedua.
Karena itu pada dasarnya dalam perjanjian ini hanya meliputi perbuatan hukum untuk memperoleh hak atas tanah bersegi satu ini, dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu : 1. Perbuatan hukum pendirian desadusun
2. Perbuatan hukum ini dinamakan dengan perbuatan membuka tanah secara perorangan
b. Perjanjian tentang tanah bersegi dua twezijdig berarti peralihan hak. Dalam
perjanjian ini diperlukan adanya dua pihak. Dengan dilakukannya perbuatan hukum oleh pihak-pihak yang bersangkutan, maka terjadilah proses pemindahan
hak atas tanah kepada pihak lain yang memperoleh hak atas tanah itu. Menurut Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan ,Nasional
Nomor 5 Tahun 1999 menurut Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan Hak Ulayat adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat
23
Hadikusuma, Hilman ,l982, Hukum Perjanjian Adat, Bandung : Alumni, hal 18
24
Wignyodipoera, Soerojo. 1994. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. CV. Haji Masagung. Jakarta, hal 68.
Universitas Sumatera Utara
21
tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut,
bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat
tersebut yang bersangkutan. Pasal 2 ayat 1 pelaksanaan Hak Ulayat sepanjang pada kenyataannya masih
ada dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat. Pasal 2 ayat 2 Hak Ulayat masyarakat hukum adat dianggap
masih ada apabila : 1. Terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh tatanan hukum
adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui dan menerapkan ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. 2. Terdapat tanah Ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga
persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-hari.
3. Terdapat tatanan hukum adat menguasai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah ulayat yang berlau dan ditaati oleh para warga persekutuan
hukum tersebut. Dalam Pasal 4 ayat 1 penguasaan bidang-bidang tanah yang termasuk Tanah
Ulayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 oleh perseorangan dan badan hukum dapat dilakukan :
1. Oleh warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan dengan hak penguasaan menurut ketentuan hukum adatnya yang berlaku, yang apabila
dikehendaki oleh pemegang haknya dapat didaftar sebagai hak atas tanah yang sesuai menurut ketentuan UUPA.
2. Oleh instansi pemerintah, badan hukum atau perseorangan bukan warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan dengan hak atas tanah menurut
ketentuan UUPA berdasarkan pemberian hak dari Negara setelah tanah
Universitas Sumatera Utara
22
tersebut dilepaskan oleh masyarakat hukum adat atau oleh warganya sesuai dengan ketentuan dan tata cara hukum adat yang berlaku.
25
Tanah Ulayat sebagai Nilai Sosiologis bukan hanya sekedar nilai ekonomi yang memberikan nilai tambah suprlus produksi tetapi merupakan ikatan sosial
antara manusia dengan alam. Dalam pandangan sosial bahwa tanah merupakan salah satu penentu tinggi atau rendahnya derajat suatu kaum.
Dalam kajian hukum adat peruntukan perolehan atas hak ulayat
merupakan izin dari kepala adat penghulu pada lahan kosong, bekas bentuk usaha yang ditinggalkan, dan tanah kosong di daerah terpencil, pemanfaatan,
hak pakai
Gebruiksrecht dan
hak untuk
menggarapmengelolah ontginingsredht merupakan hak pribadi kodrati diatas tanah. Kepemilikan
atas hak tersebut akan melekat jika kemudian peserta mengadakan bentuk usaha tertentu atas tanah tersebut. Seperti dalam bentuk, Sawah, tebat,
pekaranga, kebun tanaman muda dan kebun tanaman tua.
26
Tanah ulayat merupakan salah satu bentuk kepemilikan tanah yang dilakukan secara bersama, hak ulayat sebagai istilah teknis hukum adalah hak yang melekat
sebagai kompetensi hak pada masyarakat hukum adat berupa wewenangkekuasaan mengurus dan mengatur tanah seisinya dengan daya laku ke dalam maupun keluar.
Secara epistimologi ulayat berasal dari bahasa Arab diartikan ke-dalam bahasa Indonesia sebagai suatu daerah atau kawasan,
27
hak ulayat merupakan hak komunal atau hak bersama atas sebidang tanah sebagai akibat dari terjadinya hubungan antara
masyarakat hukum adat dengan wilayah dan secara prinsip dipusakai secara turun temurun dan tidak dapat dipindah tangankan ‘Tanah ulayat itu dijual tak dimakan
25
Boedi Harsono, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum Tanah, Jakarta : Djambatan, 2000.,Hal.63-65.
26
Wignyodipoera, Soerojo, Op.Cit, hal 69
27
Rais, Kamardi H. 2004. Status Tanah Ulayat dan Potensinya. Padang : Padang Ekspress, hal 34
Universitas Sumatera Utara
23
beli, digandai tak dimakan sando, sandera,mahal tak dapat dibeli murah tak dpat diminta. Hak pengelolaan tanah ulayat dikenal dengan azaz terpisah herizontal
splitsenhorizontal splitting artinya adalah hak yang digunakan disana adalah hak menikmati hasilnya, boleh ditanami, diolah, digarap, diusahakan, dikelolah, dan
sebagainya maka hasilnya boleh dimanfatkan namun jangan berlebihan
dan tanahnya tidak boleh dipindah tangankan.
28
Tanah tentu di yakini bukan hanya sebagai faktor produksi yang memiliki nilai ekonomi, yang bisa menjadi produk yang bisa diperdagangkan
disaat permintaan akan tanah semakin tinggi namun juga memiliki nilai sosiologis dan
kerohanian yang merupakan titipan Tuhan. Perolehan dan pemanfaatan harus
sedemikian rupa seimbang dan adil dirasakan oleh semua pihak. Perwujudan dari rasa keadilan sosial tanah secara normatif dalam terlihat dalam prinsip dasar UUPA
Undang-undang Pokok Agraria yakni prinsip “negara yang menguasai” prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah masyarakat hukum adat, asas fungsi sosial
semua atas tanah, Prinisp landreform, prinsip perencanaan dalam penggunaan tanah dan upaya pelestarian dan prinsip nasionalitas.
29
Walaupun dalam prakteknya kemudian dijumpai beberapa peraturan biasa terhadap kepentingan sekelompok kecil
masyarakat dan belum memberikan perhatian pada kelompok masyarakat yang lebih besar.
28
Institute for Economic and Social Research. 2001. Tanah ulayat,Jakarta,
Faculty of Economics University of Indonesia, Jurnal Website. FE-UI, hal 23
29
Hi.Rizani Puspawidjaja, 2006, Hukum Adat Dalam Tebaran Pemikiran, Penerbit Universitas Bandar Lampung, Lampung, hal 23
Universitas Sumatera Utara
24
Bagi masyarakat hukum adat, tanah mempunyai fungsi yang sangat penting, “Sebagai salah satu unsur essensial pembentuk negara, tanah memegang peran vital
dalam kehidupan dan penghidupan bangsa pendukung negara yang bersangkutan, lebih-lebih yang corak agrarisnya berdominasi. Di Negara yang rakyatnya berhasrat
melaksanakan demokrasi yang berkeadilan sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat merupakan suatu donditioe sine qua non” suatu syarat
mutlak harus dicantumkan atau dinyatakan untuk menguatkan atau menetapkan sesuatu perjanjian itu berlaku.
30
Kemudian hubungan antara masyarakat hukum adat dengan tanah “Masyarakat tersebut mempunyai hak atas tanah itu dan menerapkannya baik
ke luar maupun ke dalam. Atas dasar kekuatan berlakunya keluar, maka masyarakat sebagai suatu kesatuan mempunyai hak untuk menikmati tanah
tersebut, serta menolak pihak luar untuk melakukan hal yang sama dan sebagai suatu kesatuan bertanggung jawab terhadap perilaku menyeleweng
yang dilakukan oleh orang asing di tanah tersebut, Atas dasar kekuatan berlakunya ke dalam masyarakat mengatur bagaimana masing-masing
anggota masyarakat melaksanakan haknya, sesuai dengan bagiannya, dengan cara mengatasi peruntukan bagi tuntutan-tuntutan dan hak-hak pribadi serta
menarik bagian tanah tertentu dari hak menikmatinya secara pribadi serta menarik bagian tanah tertntu dari hak menikmatinya serta pribadi, untuk
kepentingan masyarakat langsung” .
31
Maka masyarakat hukum adat sebagai totalitas, memiliki tanah dan hak tersebut dinamakan dengan hak ulayat yang oleh Hazairin disebut sebagai hak
bersama, oleh karena itu maka masyarakat hukum adat menguasai dan memiliki tanah terbatas yang dinamakan lingkungan tanah. Lingkungan tanah
tersebut lazimnya berisikan tanah kosong murni,
tanah larangan, dan lingkungan perusahaan yang terdiri dari tanah yang diatasnya terdapat
pelbagai bentuk usaha sebagai perwujudan dari hak pribadi atau hak peserta atas tanah.
32
30
Bushar Muhamad, 2000, Pokok-pokok Hukum Adat, Penerbit Pradya Paramitha, Jakarta, hal 47
31
Soekanto,Soerjono. 2002. Hukum Adat Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal 173
32
Soekanto,Soerjono. 2006, Kedudukan dan Peranan Hukum Adat di Indonesia,Penerbit Kurniaesa, Jakarta, hal 175
Universitas Sumatera Utara
25
Di pandang dari sudut bentuk masyarakat hukum adat maka lingkungan tanah dibedakan atas dua yakni lingkungan tanah sendiri, yakni linkungan tanah yang
dikuasi dan dimiliki oleh satu masyarakat hukum adat dan Lingkungan tanah bersama, yaitu lingkungan tanah yang dikuasai dan dimiliki oleh bebera hukum adat
yang setingkat dengan alternatif.
2. Konsepsi