Analisis Risiko dan Kebijakan Sumber Pasokan Ikan Hias Clown Loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia

(1)

IKAN HIAS

CLOWN LOACH

PADA PT. QIAN HU JOE

AQUATIC INDONESIA

DINA IRAWATI SRI HADI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Risiko dan Kebijakan Sumber Pasokan Ikan Hias Clown Loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bacaan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Dina Irawati Sri Hadi NIM H24124084


(3)

DINA IRAWATI SRI HADI. Analisis Risiko dan Kebijakan Sumber Pasokan Ikan Hias Clown Loach pada PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia. Dibimbing oleh

EKO RUDDY CAHYADI.

Clown loach adalah jenis ikan yang banyak diminati oleh pelanggan tetapi ketersedian ikan ini masih terbatas. Maka untuk memenuhi permintaan tersebut perusahaan harus bekerjasama dengan berbagai pemasok. Terdapat dua macam pemasok, yakni pemasok eksternal dan pemasok internal (perusahaan memproduksi sendiri). Kebijakan terhadap pemasok terbaik ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga aliran input dan output agar tetap efisien. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik pemasok clown loach dan menganalisis sumber pasokan yang menguntungkan bagi perusahaan. Metode analisis data menggunakan diagram keputusan terhadap dua skenario kebijakan. Sedangkan, perhitungan data menggunakan program Microsoft Excel. Hasil analisis kebijakan pemasok pada saat terjadinya ketidakpastian adalah perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi jika mengandalkan pemasok eksternal sebagai pemasok utama. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 842.465.792 dengan risiko kematian ikan sebesar Rp 10.273.973 dan keuntungan yang didapatkan adalah Rp 280.993.163. Pemasok eksternal menjamin ikan yang mereka tawarkan memiliki kualitas yang lebih baik, siap untuk dikirim, dan perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya operasional.

Kata kunci : clown loach, diagram keputusan, kebijakan, pasokan, risiko

ABSTRACT

DINA IRAWATI SRI HADI. The Analysis of Clown Loach Ornamental Fish Supply Resources Risk and Policy on PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia. Supervised by EKO RUDDY CAHYADI.

Clown loach is a species of fish that most preferred by customers but its availability is still limited. In order to meet the request, the company should work with various suppliers. There are two kinds of suppliers, external suppliers and internal suppliers (companies produce their own fish). The best supplier policy is set by company to maintain the flow of inputs and outputs in order to remain efficient. The aim of the study is to identify the characteristics of the Clown Loach’s supplier and analyze sources of supply that is beneficial to the company. Method of data analysis using decision diagram for two kinds of policy scenarios. Meanwhile, the calculations using Microsoft Excel. The results of supplier’s policy analysis when uncertain policy is a company gains a higher profit if relying on external suppliers as the major supplier. The cost is Rp 842.465.792 with fish mortality risk of Rp 10.273.973 and profit gains Rp 280.993.163. External suppliers ensure that they offer fish with better quality, ready to be shipped, and the company does not need to pay operational charge.


(4)

AQUATIC INDONESIA

DINA IRAWATI SRI HADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015


(5)

Nama : Dina Irawati Sri Hadi

NIM : H24124084

Disetujui oleh

Dr Eko Ruddy Cahyadi, SHut, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penenelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 sampai dengan Juli 2014 ialah Analisis Risiko dan Keputusan Sumber Pasokan Ikan Hias Clown Loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi, SHut, MM. selaku dosen pembimbing, pihak manajemen dan staf PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia atas arahan yang diberikan kepada penulis, orang tua dan keluarga penulis atas perhatian kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan moril maupun materil yang telah dicurahkan kepada penulis selama menyelesaikan laporan ini, teman-teman satu bimbingan dan keluarga besar Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB angkatan 10, serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Manajemen Rantai Pasok 4

Manajemen Risiko 5

Pemasok 5

Teori Keputusan 6

Pohon Keputusan 8

Tinjauan Penelitian Terdahulu 8

METODE 9

Kerangka Pemikiran Penelitian 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 10

Jenis Data 10

Metode Pengolahan dan Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Gambaran Umum Perusahaan 12

Kebijakan Pemasok 13

Identifikasi Persaingan Pemasok 16

Simulasi Kebijakan Baru 17

Hasil Analisis 28

Implikasi Manajerial 28

SIMPULAN DAN SARAN 30

DAFTAR ISI 31


(8)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok 6

2 Jumlah permintaan dan biaya clown loach ukuran 5-6 cm 18

3 Probabilitas permintaan 19

4 Kriteria alternatif 19

5 Nilai EC, ER, E Risk, dan EP setiap pemasok 21

6 Nilai EC, ER, E Risk, dan EP pemasok eksternal 21

7 Biaya operasional dan waktu produksi 22

8 Biaya dan harga jual hasil produksi 22

9 Probabilitas Kejadian Skenario 2 22

10 EC, ER, E Risk dan EP ikan berumur 1 bulan 23

11 EC, ER, E Risk dan EP ikan berumur 6 bulan 24

12 EC, ER, E Risk dan EP ikan berumur 11 bulan 26

13 Probabilitas produksi 27

14 Hasil analisis diagram keputusan 28

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik perkembangan produksi ikan tahun 2006-2010 1

2 Grafik jumlah permintaan ikan hias tahun 2013 2

3 Kerangka pemikiran 10

4 Alur pertukaran informasi dalam pengadaan input 13

5 Penanganan ikan dari pemasok eksternal 14

6 Alur pengadaan input clown loach 14

7 Alur proses produksi clown loach 15

8 Grafik biaya dan keuntungan tahun 2013 17

9 Diagram keputusan skenario pertama 20

10 Diagram keputusan clown loach dengan lama produksi 11 bulan 23 11 Diagram keputusan clown loach dengan lama produksi 6 bulan 24 12 Diagram keputusan clown loach dengan lama produksi 1 bulan 25

13 Diagram keputusan kombinasi skenario kedua 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur organisasi PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia 34

2 Denah 35

3 Biaya operasional produksi ikan Clown Loach 36

4 Perhitungan diagram keputusan skenario 1 37


(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.508 pulau. Luas daratan Indonesia sekitar 1.922.570 km2 dan luas perairannya sekitar 3.257.483 km2. Terbentang antara 6o garis lintang utara sampai 11o garis lintang selatan, dan dari 97o sampai 141o garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Indonesia memiliki berbagai macam keanekaragaman alam yang berasal dari wilayah daratan maupun perairan. Sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia berasal dari perairan, khususnya sektor perikanan. Sektor perikanan memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan devisa negara.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2014), pada tahun 2014 lapangan usaha usaha yang bergerak di sektor perikanan telah menyumbangkan devisa dengan jumlah PDB sebesar Rp 619.569,7 juta dan merupakan peringkat kedua setelah sektor pertanian. Pada tahun 2013, menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan, pencapaian ekspor hasil perikanan telah mengarah pada produk bernilai tambah (value added). Hal tersebut ditandai dengan kenaikan nilai ekspor perikanan Indonesia sampai dengan bulan September 2013 sebesar 6,37%. Jenis ikan yang diekspor adalah ikan konsumsi dan ikan hias air tawas maupun air laut. Dari target produksi ikan hias tahun 2012 sebesar 850 juta ekor, dari catatan sementara sudah mencapai 978 ekor, atau 115,16% dari yang ditargetkan. sejak 2011, posisi Indonesia sebagai eksportir ika hias berada di urutan ke-5, setelah Republik Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura (Kemendag 2013).

Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha dibidang perikanan salah satunya adalah budidaya ikan hias. Ikan hias laut adalah komoditas yang tidak diperuntukkan untuk dirubah bentuknya, justru harus dipertahankan warna, kelincahan, dan kesehatannya (Wisudawati 2010). Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupatenn Bogor, perkembangan produksi ikan hias mengalami perningkatan dari tahun ke tahun seperti yang tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik perkembangan produksi ikan tahun 2006-2010 (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010)


(10)

Besarnya produksi ikan hias yakni sebesar 112.085,82 ton pada tahun 2010, menandakan bahwa peminat akan ikan hias semakin tinggi dan memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian Kabupaten Bogor. PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia merupakan salah satu dari lima perusahaan yang begerak di bidang ekspor ikan hias terbesar di Kabupaten Bogor dan menyediakan kurang lebih 360 jenis ikan hias dengan berbagai macam ukuran. Sebagai penyedia atau distributor berbagai jenis ikan yang akan diekspor ke luar negeri maka PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia sangat bergantung pada pemasok. Ikan hias yang dipasok berasal dari produsen atau pengumpul yang sebagain besar berada di JABODETABEK, beberapa provinsi di Sumatera, Kalimantan dan Papua.

Permintaan yang tinggi dan sulit untuk diprediksi merupakan hambatan yang perlu diatasi oleh perusahaan. Adanya beberapa jenis ikan yang permintaannya tergantung pada gaya hidup atau trend pada saat itu menyebabkan perusahaan harus melakukan pembaharuan informasi serta komoditi ikan hias. Gambar 2 merupakan grafik permintaan pelanggan terhadap ikan hias yang dijual oleh PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia selama tahun 2013.

Gambar 2 Grafik jumlah permintaan ikan hias tahun 2013 (PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, 2014)

Clown loach (Charomobia macracantus) adalah jenis ikan alam asli Indonesia yang berasal dari Sungai Barito di Kalimantan Selatan, dan Sungai Batanghari di Jambi. Menurut Mailinda (2012), terjadi perubahan pola penyebaran ikan hias botia di alam, sehingga ada beberapa lokasi yang diketahui sebagai habitatnya sekarang diperkirakan tidak lagi ditemukan ikan hias tersebut. Hal ini diduga karena terjadi pencemaran perairan sehingga menyebabkan perubahan/hilangnya habitat ikan hias clown loach. Habitat ikan ini yang sulit beradaptasi sehingga pembudaya mengalami kesulitan dalam mengembangbiakan ikan ini di kolam buatan. Pada tahun 2004 di balai Riset Budidaya Ikan Hias di Depok telah berhasil menguasai teknologi pembudiyaan ikan clown loach sehingga jumlah perusahaan dapat memproduksi berapapun jumlah ikan yang diminta (Satyani et al. 2010). Hal inilah yang menjadi salah satu dasar PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia bekerjasama dengan beberapa pemasok ikan hias di seluruh Indonesia. Setiap pemasok dapat menyediakan lebih dari enam jenis ikan


(11)

sesuai dengan permintaan perusahan. PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia memiliki dua macam pemasok, yakni pemasok eksternal dan pemasok internal (memproduksi sendiri).

Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri ikan hias clown loach tidaklah sedikit, memiliki risiko yang besar, namun memiliki potensi yang besar untuk memenuhi permintaan pelanggan yang menginginkan variasi ukuran. Berbeda dengan pemasok eksternal yang hanya mampu menyediakan beberapa ukuran ikan siap jual dengan harga yang sama tetapi memiliki kualitas ikan yang lebih baik. Oleh karena itu, penelitian mengenai permasalahan ini sangat dibutuhkan untuk mengkaji kebijakan sumber pasokan terbaik sehingga PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dapat memenuhi permintaan ekspor ikan hias secara optimal dengan biaya yang efisien.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pemasok ikan hias clown loach?

2. Sumber pasokan manakah yang dapat menguntungkan PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia di masa yang akan datang?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik pemasok ikan hias clown loach.

2. Menganalisis sumber pasokan yang menguntungkan bagi PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajemen PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dalam mengambil kebijakan pemasok. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan aplikasi nyata dari teori yang telah ada. Selain itu, bagi kalangan akademisi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Ruang Lingkup

Penelitian ini berfokus pada manajemen rantai pasok perusahaan sebagai panduan untuk menganalisis pemilihan pasokan ikan. disalah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang perikanan khususnya pada perusahaan penyedia ikan hias untuk ekspor yakni PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia. Data yang digunakan berasal dari data perusahaan selama satu tahun, yakni tahun 2013. Analisis dilakukan terhadap ikan hias air tawar jenis clown loach dengan menggunakan analisis diagram keputusan.


(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Rantai Pasok

Supply Chain Management (SCM) atau rantai pengadaan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indajarit dan Djokopranoto 2002).

Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanaan, pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.

Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), manajemen rantai pasok merupakan perluasan dari manajemen logistik perusahaan. SCM adalah mata rantai dari pemasok kemudian masuk ke pabrik, distributor, sampai ke tangan konsumen. Menurut Pujawan (2005), persaingan pasar yang ketat dapat dimenangkan bila supply chain sebuah perusahaan harus menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi. Tujuan dari manajemen rantai pasok adalah memperbaiki kepercayaan dan kolaborasi sejumlah mitra rantai pasok sekaligus perbaikan persediaan yang terlihat dan kecepatan peningkatan persediaan dan titik awalnya adalah persediaan yang perlu disiasati sehingga kinerja sistem secara keseluruhan bisa lebih baik yang diukur dari berbagai sudut pandang para pemangku kepentingan (Hadiguna 2010).

Menurut Tunggal (2009), Supply Chain Management (SCM) terdiri dari tiga elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu:

1. Struktur jaringan supply chain

Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya.

2. Proses bisnis supply chain

Aktivitas – aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.

3. Komponen manajemen supply chain

Variabel-variabel manajerial di mana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.

Menurut Tunggal (2009), ada dua anggota supply chain, yaitu:

1. Primary members (anggota primer). Semua perusahaan/unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar.

2. Secondary members (anggota sekunder). Perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di supplychain.


(13)

Manajemen Risiko

Risiko merupakan suatu keadaan yang ketidakpastian yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004). Perusahaan akan melakukan berbagai upaya untuk menghadapi risiko. Setiap rencana yang akan dibuat, manajer perusahaan harus mampu memahami penyebab risiko yang akan didapatkan, mengukur risiko, memantau dan mengendalikan risiko. Maka setiap perusahaan membutuhkan suatu manajemen yang dapat memperhitungkan risiko.

Manajemen risiko (Kountur 2004) adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. (Darmawi 2005).

Kountur (2008), menyatakan bahwa risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi. Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai dengan mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa konsekuensi dari risiko tersebut. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation.

Menurut Muslich (2007), perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko akan semakin sadar dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya risiko yang berpotensial terjadi. Perusahaan yang melakukan proses ini juga dapat memperkirakan skenario terburuk yang potensial terjadi terhadap perusahaan dan dampaknya.

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), analisis risiko rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastiaan. Menurut Schoenher dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), kategori risiko rantai pasok terbagi menjadi 17 macam, yaitu risiko complain standarisasi, risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko biaya persaingan, risiko permintaan, risiko pemenuhan pasokan, risiko penggudangan, risiko ketepatan waktu kirim, risiko ketepatan budget pengiriman, risiko pemenuhan pesanan, risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko manajemen pemasok, risiko rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana serta risiko produk asing.

Pemasok

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), pemasok merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini dapat berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub assemblies, dan suku cadang.

Kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak akan banyak


(14)

berarti apabila pemasoknya tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu (Pujawan 2005).

Pemilihan pemasok merupakan kegiatan strategis, terutama apabila pemasok tersebut akan memasok bahan baku yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Kriteria pemilihan merupakan salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok (Pujawan 2005). Menurut Pujawan (2005) secara umum banyak permintaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Bagaimanapun juga, seringkali pemilihan pemasok membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan.

Tabel 1 Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok

No Kriteria Nilai Kepentingan Relatif

1 Kualitas 3,5 Sangat Penting

2 Pengiriman 3,4

Penting

3 Sejarah kinerja 3,0

4 Garansi dan kebijakan tuntutan 2,8

5 Harga 2,8

6 Kemampuan teknis 2,8

7 Posisi keuangan 2,5

8 Prosedur complain 2,5

9 Sistem komunikasi 2,5

10 Reputasi dan posisi di dunia industri 2,4

Cukup Penting

11 Keinginan untuk berbisnis 2,4

12 Manajemen dan organisasi 2,3

13 Kontrol operasi 2,2

14 Perbaikan layanan 2,2

15 Sikap 2,1

16 Kesan 2,1

17 Kemampuan pengemasan 2,0

18 Catatan terkait dengan tenaga kerja 2,0

19 Lokasi geografis 1,9

20 Jumlah usaha di masa lalu 1,6

21 Bantuan pelatihan 1,5

22 Perencanaan timbal balik 0,6 Kurang Penting

Sumber: Dickson dalam Pujawan (2005)

Teori Keputusan

Menurut Marimin dan Magfiroh (2010), dalam mengambil keputusan sering kali dihadapkan pada berbagai kondisi antara lain ketidakpastian, dinamis, jangka panjang, dan kompleks.

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai berikut Hasan (2004).

a. Pangkal permulaan dari aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara berkelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.


(15)

b. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Dasar-dasar pengambilan keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut (Hasan 2004).

a. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas ontuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah untuk dipengaruhi.

b. Pengalaman

Pengalaman seseorang dapat memperkirakan suatu keadaan baik manfaat ataupun kerugian yang akan didapatkan.

c. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik sehingga ingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi.

d. Wewenang

Pengambilan keputusan wewenang berdasarkan tinggi dan rendahnya kedudukan seseorang. Orang yang memiliki jabatan lebih tinggi akan lebih dipercaya dalam mengambil keputusan dibanding orang yang kedudukannya rendah.

e. Rasional

Pengambilan keputusan rasional bersifat objektif, logis, transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu.

Ketika membuat keputusan, menajer dapat menghadapi beberapa kondisi yang berbeda. Menurut Robins dan Coulter (2010), terdapat tiga macam kondisi yang mempengaruhi keputusan yakni:

a. Kepastian.

Situasi yang tepat untuk membuat keputusan karena hasil alternatif sudah diketahui.

b. Risiko.

Situasi yang di mana pembuat keputusan dapat mengestimasikan kemungkinan hasil yang pasti dan didukung dengan data historis. c. Ketidakpastian.

Situasi pembuat keputusan yang tidak pasti mengenai hasil dan probabilitas yang tidak akurat.

Menurut Muslich (2009), penyelesaian masalah dalam kondisi ketidakpastian dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan berikut ini: 1) Kriteria Laplace 2) Kriteria Maximin 3) Kriteria Maxima 4) Kriteria Maximax Regret. Selain itu, pengambilan keputusan juga dapat menentuan besarnya EVSI (Expected Value of Sample Information) dan EVPI (Expected Value of Perfect Information).

Sedangkan menurut Chopra et.al (2007), ketidakpastian permintaan dan harga akan mempengaruhi keseimbangan antara portofolio jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mengevaluasi keputusan terdapat beberapa metode antara lain: 1) Analisis Discounted Cash Flow 2) Binominal Respresentation 3) Decision Tree


(16)

Setiap keputusan yang diambil dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan. Dalam menghadapi dampak tersebut banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Beragam jenis upaya yang dilakukan perusahaan dalam menghadapi risiko. Suatu pemahaman tentang bagaimana risiko terjadi, bagaimana mengukur, memantau dan mengendalikannya adalah suatu proses manajemen yang perlu dilakukan perusahaan.

Pohon Keputusan

Menurut Muslich (2009), untuk memecahkan masalah yang memiliki rangkaian keputusan dan setiap keputusan menghasilkan outcome maka dapat digunakan decision tree.

Diagram keputusan pada dasarnya merupakan suatu diagram pohon. Hal yang perlu dibedakan yaitu saat pengambil keputusan memilih salah satu di antara alternatif yang tersedia dan saat kemunculan kejadian ketidakpastian yang akan menentukan hasil alternatif tersebut (Marimin dan Magfiroh 2010). Didukung dengan Tujuan penggunaan pohon keputusan ini adalah untuk memudahkan penggambaran situasi keputusan secara sistematik. Sedangkan menurut Muslich (2009), penggunaan decision tree untuk menentukan keputusan optimal dengan memanfaatkan probabilitas dari setiap outcome dan nilai hasil (pay-off)

Pembuatan diagram pohon keputusan perlu diperhatikan hal-hal berikut (Supranto dalam Hasan 2004).

1. Mentukan alternatif keputusan atau tindakan awal. 2. Mentukan tanggal evaluasi.

3. Mentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif awal. 4. Mentukan keputusan atau tindakan lanjutan.

5. Mentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutan. 6. Menggabungkan alternatif tindakan dan kejadian pada setiap simpul

harus saling meniadakan.

7. Menggabungkan alternatif dan kejadian pada setiap simpul harus “collectively exhaustive”.

8. Menggambarkan kejadian-kejadian dan keputusan-keputusan secara kronologis.

9. Dua atau lebih simpul kejadian yang tidak dipisahkan oleh simpul keputusan dapat ditukar urutannya.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Wawan Hernawan (2013) melakukan penelitian dengan judul Risiko Produksi Ikan Hias pada PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Penilaian risiko produksi pada kegiatan produksi berdasarkan tingkat penerimaan yang diperoleh dari ikan hias clown loach, black ghost, dan silver arowana. Penilaian risiko produksi dihitung dengan menggunakan expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hasil penelitian menunjukkan risiko produksi tunggal tertinggi terletak pada komoditi ikan clown loach, sedangkan risiko produksi tunggal yang terendah pada komoditi ikan black ghost. Berdasarkan analisis risiko produksi yang


(17)

dilakukan pada kegiatan diversifikasi, dilihat dari nilai coefficient variation ternyata diversifikasi dua dan tiga jenis ikan hias yang dilakukan PT QHJAI dapat menekan risiko produksi. Kegiatan kemitraan dengan pemasok juga memiliki peranan yang dapat mengurangi risiko produksi.

Bujang Sahar (2010) melakukan penelitian skripsi dengan judul Manajemen Risiko Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menentukan sumber-sumber risiko, coefficient variation untuk menentukan nilai risiko, z-score untuk menentukan probabilitas risiko, dan Value at Risk (VaR) untuk mengukur dampak risiko.Sumber-sumber risiko yang ada pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben’s Fish Farm diklasifikasikan menjadi dua jenis risiko yaitu risiko produksi dan risiko pasar, sumber risiko tersebut dikelompokkan berdasarkan peta risiko. Strategi yang bisa dilakukan untuk memperkecil probabilitas risiko meliputi membuat SOP (standar operatinal procedure), melengkapi sarana dan prasarana produksi, serta mengoptimalkan sumberdaya manusia.

Winda Sulistiana dan Evi Yuliawati (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pemilihan Supplier Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Metode yang digunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Metode FAHP ini digunakan untuk mengatasi keterbatasan yang ada pada metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu ketidakmampuan dalam mempertimbangkan ketidakpastian yang muncul akibat subjektivitas manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan supplier yakni kualitas barang, harga barang, pengiriman barang, garansi dan layanan pengaduan, serta kapasitas dan fasilitas produksi.

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pemasok adalah sumber penyedia produk terpenting bagi PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, PT. QHJAI telah bekerjasama dengan kurang lebih 20 pemasok yang terletak di seluruh daerah di Indonesia. Karena seluruh aktivitas bisnis perusahaan dipengaruhi oleh pemasok, perusahaan harus mampu menjamin adanya efisiensi biaya dan penanganan risiko terhadap pembelian jenis ikan tertentu yang dipengaruhi musim dan ketersediaannya di alam. Kebijakan menjadi salah satu satu alternatif yang dapat mengaplikasikan manajemen risiko dalam pemilihan pemasok. Metode yang digunakan adalah diagram keputusan yang menghasilkan nilai expected cost, expected revenue, expected risk dan expected profit untuk setiap pemasok. Perhitungan mengggunakan aplikasi Microsoft Excel. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.


(18)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia yang berlokasi di Jl. Raya Brantamulya-Tengsaw No 9, Tarik Kolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. dengan waktu penelitian dimulai dari bulan Mei 2014. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia adalah salah satu dari lima perusahaan pengekpor ikan perusahaan pengekspor ikan hias yang cukup besar dengan cakupan pasar yang luas dan jenis ikan yang beragam.

Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari objeknya. Data primer yang digunakan berupa data penjualan dan persedian ikan pada tahun 2013. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia

Peningkatan permintaan produk

Peningkatan biaya produksi

Persaingan Pemasok

Identifikasi parameter-parameter yang digunakan

Skenario 1.

Pohon keputusan pemasok eksternal

Analisis nilai expected cost, expected revenue, expected risk dan expected profit untuk setiap pemasok

Sumber pasokan yang dipilih

Kesimpulan dan Saran

Skenario 2. Pohon keputusan produksi

sendiri.


(19)

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data stastistik yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Metode Pengumpulan Data

Perolehan data primer menggunakan metode wawancara kepada Head of Purchasing, Head of Sales, Head of Operation, Supervisor of Operation dan Operation Stafs serta pengamatan di area produksi. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen data peternakan tahun 2010 yang diterbitkan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, data statistik yang dikeluarkan oleh Badan pusat Statistik, melakukan studi pustaka dengan mempelajari beberapa literatur sebagai referensi seperti skripsi, majalah, buku panduan, dan jurnal.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan diolah secara manual dengan bantuan program Microsoft Excel. Data yang diolah berdasarkan nilai yang tercantum pada pohon keputusan.

Pohon Keputusan

Berikut prosedur penyususan pohon keputusan oleh (Huber 1980 dalam Hasan 2004):

1. Membentuk cabang keputusan. Cabang keputusan digambarkan dengan notasi persegi empat yang menyatakan titik keputusan dibuat.

2. Membentuk cabang outcome digambarkan dengan lingkaran atau bulatan yang menyatakan situasi ketidakpastian. Masing-masing outcome harus memiliki probabilitas peristiwanya. Konsep probabilitas klasik menurut Hasan (2004) adalah hasil bagi banyaknya peristiwa yang dimaksud dengan seluruh peristiwa yang mungkin terjadi. Dirumuskan:

Keterangan:

P(A) = probabilitas terjadinya peristiwa A

x = peristiwa yang dimaksud

n = peristiwa yang mungkin

3. Hitung expected value. Menurut Marimin (2010), nilai alternatif keputusan pada diagram keputusan dengan kejadian ketidakpastian dihitung secara backward dengan menggunakan konsep Expected Value atau nilai harapan. Expected Value dihitung dengan persamaan berikut:

. . . (2) . . . (1)


(20)

Keterangan:

xi = nilai untung/rugi suatu state of nature pada setiap alternatif p(xi) = peluang xi

Hasan (2004) untuk hal-hal yang sifatnya menguntungkan seperti laba, hasil penjualan, penerimaan, dan sebagainya EV (nilai harapan) dinyatakan dengan expected pay-off dan untuk hal-hal yang sifatnya merugikan, seperti kekalahan, pengeluaran, dan sebaginya, EV dinyatakan sebagai expected loss. Cabang keputusan yang memaksimalkan expected return merupakan cabang keputusan yang optimal dalam perhitungan pohon keputusan (Muslich 2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ekspor ikan hias air tawar, tanaman hias, dan pakan ikan. Perusahaan ini merupakan salah satu dari 13 perusahaan yang telah bergabung dalam perusahaan grup internasional Qian Hu Coorporation Limited yang berpusat di Singapura. PT Joe Aquatic Indonesia bergabung melalui proses kerjasama penanaman modal asing dengan Singapura, Malaysia, China dan Thailand.

Perusahaan ini didirikan oleh Ir. Hendra Pranoto, MBA dengan nama Lung Trading. Pada bulan November tahun 1998 perusahaan Lung Trading berganti nama menjadi CV. Aquatic Indonesia berbentuk. Pada akhir tahun 2004 Aquatic Indonesia berganti nama menjadi PT Joe Aquatic Indonesia yang berlokasi di Sentul Selatan. Perusahaan ini bergerak di bidang ekspor ikan hias air tawar, tanaman hias, dan pakan ikan.

Pada tahun 2012 pemegang saham di PT Joe Aquatic Indonesia yang benama Jimmy Tan memisahkan diri dan bergabung dengan grup perusahaan Qian Hu kemudian mengganti nama perusahaan menjadi PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia. Tujuan dari penggabungan perusahaan yaitu untuk memperluas pangsa pasar di luar negeri. PT Joe Aquatic Indonesia bergabung melalui proses kerjasama penanaman modal asing dengan Singapura, Malaysia, China dan Thailand.

Wilayah pasar ekspor PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia mencakup negara Singapura, Malaysia, Thailand, Cina, Jepang, Korea, Sri Lanka, Israel, Kanada, Australia Barat, New South Wales, Rusia, Turki, Swedia dan Swiss. Jenis ikan yang ditawarkan semakin beragam. Visi PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia adalah menjadi perusahaan ikan hias yang terbesar dan terbaik dari Singapura. Untuk mencapai visi tersebut, PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia memiliki misi yakni menjadi tiga besar eksportir ikan hias di Indonesia tahun 2016.

Karyawan PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia berjumlah 24 orang yang berasal dari berbagai tempat di JOBODETABEK dan berusia antara 20-40 tahun serta jenjang pendidikan akhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), Diploma 3


(21)

(D3), dan Strata 1 (S1). Seluruh karyawan yang direkrut telah berpengalaman, memiliki motivasi yang tinggi, dan mampu berbahasa inggris dengan baik. PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia memiliki empat strategi yang digunakan untuk mengembangkan karyawannya yakni menjadi pekerja yang kompetitif, mempekerjakan sumber daya yang berkompeten, mengembangkan pola pikir pekerja, dan menciptakan budaya kekeluargaan. Keempat strategi disusun sebagai landasan struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.

PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia memiliki dua macam sumber pasokan untuk jenis ikan tertentu yakni pemasok eksternal dan pemasok internal (perusahaan memproduksi sendiri). Clown loach adalah salah satu dari 350 macam jenis ikan yang penggadaannya bersumber dari kedua pemasok. Tujuan perusahaan membentuk kebijakan sumber pasokan ini adalah untuk menjaga ketersediaan clown loach di pasar. Variasi ukuran yang ditawarkan PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dimulai pada ukuran 1,5 cm hingga 6 cm. Sistem komunikasi yang dibentuk sudah terintegrasi antara anggota primer dalam rantai pasok. Aliran informasi terjadi pada pelanggan, perusahaan, pengepul, dan nelayan atau sebaliknya.

Kebijakan Pemasok Pemasok Eksternal

Pemasok eksternal merupakan pemasok yang menawarkan ikan yang siap jual. Hubungan kerjasama antara perusahaan dan pemasok eksternal hanya berfokus pada perdagangan ikan langsung tanpa adanya kegiatan pemeliharaan lebih lanjut. PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia membangun kemitraan dengan kepada empat orang pemasok untuk memasok ikan clown loach yakni Ibu Titi, Bapak Verdy, Bapak Doddy, dan Bapak Marcos. Sejauh ini pemasok mampu memenuhi permintaan perusahaan dengan skala yang cukup besar walaupun hanya beberapa ukuran saja yakni ikan berukuran 3 cm, 5 cm, 6 cm, dan 10 cm.

Lokasi pemasok eksternal yang berada di area JABODETABEK menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam memimalisir biaya yang dikeluarkan. Alur pertukaran informasi dalam pengadaan input dari pemasok digambarkan pada Gambar 4.

PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia

Grup

What sapp

Pemasok

Bapak Doddy

Ibu Titi

Bapak Verdy

Bapak Marcos

memesan

tanggapan

tanggapan

tanggapan

tanggapan


(22)

Ikan yang berasal dari pemasok eksternal memiliki kualitas yang baik dengan ukuran siap jual. Proses penanganan ikan yang berasal dari pemasok budidaya, dipetakan secara singkat pada Gambar 5 .

Setelah ikan datang kemudian dilakukan karantina selama 2-3 jam bertujuan untuk mengistirahatkan ikan agar tidak sakit setelah perjalanan. Selanjutnya ikan dipindahkan ke plastik baru yang berisi air dan obat. Kemudian dikemas kedalam box yang disetiap sisinya terdapat es batu kemudian ditimbang. Tidak ada yang berbeda pada proses pengemasan baik ikan yang berasal dari produksi perusahaan maupun pemasok eksternal.

Pemasok Internal

Untuk menjaga ketersediaan ikan clown loach, PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia juga melakukan produksi sendiri. Perusahaan menggunakan farm untuk menampung ikan hias yang belum mencapai ukuran siap jual. Jenis ikan yang paling banyak ditampung dan dipelihara adalah jenis ikan yang berasal dari alam. Jenis ikan ini masih sulit untuk dibudidayakan dan terbatas pasa musim tertentu sehingga perusahaan harus mengatur persediaan ikan.

Ketersediaan benih clown loach untuk diproduksi sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan alam daerah asalnya yakni aliran sungai di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Alur pengadaan input digambarkan pada Gambar 6.

Pemeliharaan ikan hias dilakukan seperti pemeliharaan ikan hias pada umumnya, yaitu diberi makan, dikontrol pH air dan kebersihan lingkungannya, sirkulasi air harus selalu berjalan (Wisudawati, 2010). Proses pemeliharaan ikan Clown Loach memerlukan penangan khusus. Tingkat kematian yang tinggi untuk ukuran tertentu menjadi hambatan bagi perusahan untuk menjaga kualitas ikan maupun sarana produksi operasi. Proses penanganan ikan setelah diterima hingga siap untuk dipasarkan, dipetakan secara singkat pada Gambar 7.

Karantina ikan selama 2-3 jam

Pengemasan ikan ke wadah baru

Kemas dalam box dan siap dikirim

Gambar 5 Penanganan ikan dari pemasok eksternal

Gambar 6 Alur pengadaan input clown loach

Pengumpul daerah PT. Qian Hu Joe Aquatic

Indonesia Mengirimkan pesanan


(23)

Uraian proses produksi menurut skema produksi pada Gambar 7 adalah sebagai berikut:

1. Kubik tank merupakan media penyimpanan ikan selain aquarium. Media ini memiliki daya tampung hingga 4000 ekor untuk ukuran 1 inch. Sebelum digunakan kubik tank harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian diisi air sebanyak 700 liter dan diberi garam.

2. Ikan dikeluarkan dari dalam box pengiriman dan dilakukannya karantina pertama selama 2-3 jam. Pada proses ini ikan masih tetap berada di plastik kemasan dengan tujuan untuk menjaga perubahan suhu yang tidak terlalu ekstrim.

3. Setelah itu ikan dikeluarkan dari dalam plastik dan simpan ke bak penampungan lalu berikan obat atibiotik. Tahap ini merupakan karantina kedua yang dilakukan selama satu minggu dan tidak boleh melalkukan aktivitas apapun pada ikan kecuali pemberian pakan.

4. Lakukan proses sortasi dan grading untuk mengetahui kualitas ikan. Selanjutnya pindahkan ke masing-masing kubik tank sesuai dengan ukuran dan lakukan pemeliharaan ikan. Kegiatan pemeliharaan diantaranya:

a. Pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari pada pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB. Jenis pakan yang digunakan adalah cacing sutera dan cacing beku. Banyaknya pemberian pakan disesuaikan dengan jenis, jumlah dan ukuran ikan pada kubik tank. Pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan jungkutan tangan atau dengan takaran 50 gram – 100 gram setiap satu kali pemberian pakan.

b. Pengurasan kubik tank secara menyeluruh dilakukan rutin setiap 2 kali dalam seminggu dan setiap harinya air dalam kubik harus dibuang

Ikan dikeluarkan dari dalam box

Karantina pertama selama 2-3 jam di dalam plastik

Karantina kedua. Ikan dipindahkan ke bak penampung. selama 1 minggu

Persiapan dan pengisisan air kubik tank

Pemberian antibiotik Sortasi dan

grading awal

Pindahkan ke kubik tank

Proses Pemeliharaan

Sortasi dan grading akhir

Karantina pra-pengemasan 1-2 hari Pengemasan dan

siap dikirim


(24)

sebanyak 10%. Membuang air sebanyak 10% dilakukan untuk menjaga kualitas air akibat pakan yang tidak termakan agar tidak menimbulkan amoniak dan diisi kembali hingga mencapai 700 liter. c. Pengobatan dilakukan dengan memberikan jenis, dosis dan cara

penggunaan obat ikan yang sesuai dengan jenis penyakit yang diderita ikan. Jenis obat-obatan yang sering dipakai oleh staf QC untuk proses pengobatan yaitu Enrofloxacine, Elbayou, Methylene blue, Oxytetracycline dan garam ikan.

5. Jika perusahaan menerima pesanan ikan dari pelanggan, maka perusahaan kembali melakukan sortasi untuk memisahkan ukuran yang diinginkan pelanggan. Setelah sortasi selesai, dilakukan karantina akhir. Karantina pada tahap ini dilakukan dengan cara tidak memberikan pakan apapun pada ikan. Tujuannya agar ikan tidak mengeluarkan kotoran pada saat proses pengiriman, karena kotoran ikan dapat menjadi racun bagi ikan-ikan yang ada dalam kemasan.

6. Proses pengemasan memerlukan waktu 2 sampai 4 jam. Ikan kemudian dikemas dengan menggunakan plastik yang berisi airsebanyak 2 liter dan tambahan oksigen. Setelah itu dilakukan pengikatan plastik dengan beberapa karet gelang kemudian masukan kedalam box stereofoam yang disesuaikan dengan packing list yang ada. Setelah box stereofoam terisi hingga 4 sampai 6 bag, lalu setiap box ditaruh lima es batu dengan berat 200-300 gram yang ditempatkan dibagian sisi-sisi dan tengah box. Setelah itu, plastik lapisan dalam ditutup kemudian ditutup dan dilakban. Box dimasukan ke plastik bagian luar, dan dilakban dengan beberapa lapisan agar lebih rapat. Selanjutnya tim packing menuliskan nomor urut box pada setiap bagian tutup atas box, untuk kemudian selanjutnya dilakukan penimbangan. Setelah seluruh kegiatan penimbangan serta pelabelan selesai maka ikan siap dikirim.

Perusahaan mempertaruhkan kepercayaan pelanggan melalui produk yang dijual pada mereka dengan cara menyiapkan ikan yang berkualita. Oleh karena itu, teknologi tinggi dalam pemeliharaan dan pengemasan diupayakan secara optimal demi menjamin ikan hias tersebut tetap sehat sampai di negara tujuan.

Identifikasi Persaingan Pemasok

Pada tahun 2013 ikan clown loach yang berasal dari pemasok eksternal mampu memenuhi permintaan pelanggan sebesar sebesar 27% dengan biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 103.207.000 untuk enam jenis ukuran. Sedangkan biaya produksi sendiri yang dikeluarkan sebesar Rp 219.647.200 dan mampu memenuhi permintaan pelanggan sebesar 73%. Grafik keuntungan dan biaya yang dikeluarkan PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dapat dilihat pada Gambar 8.


(25)

Gambar 8 Grafik biaya dan keuntungan tahun 2013

Seiring dengan besarnya biaya yang dikeluarkan, PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia juga mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan melakukan proses produksi sendiri. Hal inilah yang mendasari pemasok internal sebagai pemasok utama untuk jenis ikan clown loach.

Simulasi Kebijakan Baru

Hasan (2012) dalam merencanakan alokasi tenaga kerja, pengadaan input, proses produksi, jumlah produksi dan jumlah permintaan, seorang manajer harus mampu mampu menghadapi dampak dari ketidakpastiaan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Seorang manajer juga harus mampu memprediksi ketidakpastiaan tersebut dan mencari jalan untuk menyelesaikannya. Ketidakpastian terhadap permintaan dan ketersedian jumlah pasokan ikan yang terbatas dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan memilih salah satu pemasok yang dapat diandalkan dalam memenuhi pesananan pelanggan. Pemilihan pasokan terbaik juga bertujuan untuk meminimalisir biaya yang akan dikeluarkan perusahaan.

Untuk mengetahui sumber pasokan terbaik dalam keadaan yang ketidakpastian maka dilakukannya penelitian dengan membuat simulasi penjualan dan menggunakan diagram keputusan sebagai metode analisis. Tipe diagram keputusan yang banyak diaplikasikan pada kasus sehari-hari adalah pengambilan keputusan pada kejadian ketidakpastian dan terdapat kumpulan alternatif kejadian yang ketidakpastian (Marimin et al. 2010). Simulasi yang dilakukan untuk memilih pemasok ikan hias clown loach terbaik dilakukan dalam dua macam skenario.

Berikut adalah asumsi umum yang digunakan untuk melengkapi skenario. 1. Jumlah permintaan clown loach ukuran 5-6 cm pada tahun 2013

digunakan sebagai acuan jumlah permintan yang harus dipenuhi oleh pemasok eksternal maupun internal yakni sebesar 76.107 ekor.


(26)

Tabel 2 Jumlah permintaan dan biaya clown loach ukuran 5-6 cm

Pemasok Jumlah Permintaan

(ekor) Biaya Biaya/ekor

Pemasok Eksternal

1. Ibu Titi 531 Rp 15.090.000 Rp 28.418,08

2. Bapak Doddy 1.650 Rp 5.880.000 Rp 3.563,64

3. Bapak Verdy 18.232 Rp 58.615.500 Rp 3.214,98

4. Marcos 618 Rp 11.347.000 Rp 18.360,84

Produksi sendiri 55.076 Rp 76.884.100 Rp 1.395,96

Jumlah 76.107 Rp 167.816.600

2. Profit margin yang ditetapkan oleh PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia sebesar 35%. Penentuan besarnya profit margin berdasarkan jenis ikan, ketersediaan ikan di alam, dan harga yang tidak stabil. Sehingga untuk mencegah kerugian yang akan datang akibat adanya proses tawar-menawar dengan pelanggan, maka perusahaan menjadikan profit margin tersebut sebagai batas bawah keuntungan yang akan diterima perusahaan. 3. Tingkat kematian berdasarkan data analysis the death of fish PT. Qian Hu

Joe Aquatic Indonesia tahun 2013.

4. Harga yang berlaku untuk jenis ikan clown loach sangat dipengaruhi oleh musim. Dalam kurun waktu satu minggu, perusahaan maupun pemasok dapat menetapkan harga jual yang berbeda. Hal ini menjadi salah satu hambatan bagi perusahaan untuk menjaga fluktuasi harga agar mampu diterima oleh pelanggan. Maka jenis harga yang digunakan sebagai pertimbangan analisis adalah harga maksimum dan harga minimum ikan yang ditetapkan oleh pemasok berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2013.

5. Kriteria yang dianalis adalah Expected Cost, Expected Revenue, Expected Risk dan Expected Profit. Masing-masing kriteria dipilih berdasarkan perannya untuk mengembangkan perusahaan. Rantai pasokan memberikan peluang besar untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan (Heizer dan Render 2010). Perusahaan yang melakukan manajemen risiko dan memasukan dalam pengambilan keputusan bisnisnya dapat bertahan karena risiko yang akan terjadi telah diperhitungkan (Muslich 2007).

Skenario 1. Pohon Keputusan Pemasok Eksternal

Pada skenario pertama, perusahaan memutuskan untuk memasok seluruh persediaan ikan clown loach dari pemasok eksternal. Setiap pemasok memiliki perbedaan harga jual. Asumsi lain yang digunakan dalam skenario 1 sebagai berikut:

1. Probabilitas permintaan berdasarkan jumlah transksi pada tahun 2013 yang dilakukan oleh PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dengan pemasok eksternal seperti pada Tabel 3.


(27)

Tabel 3 Probabilitas permintaan

Pemasok Eksternal Jumlah Transaksi Permintaan Probabilitas

Ibu Titi 2 0,20

Bapak Doddy 1 0,10

Bapak Verdy 5 0,40

Bapak Marcos 3 0,30

2. Penetapan alternatif menggunakan harga beli maksimal dan minimal yang ditawarkan oleh pemasok selama tahun 2013 dan harga jual yang ditetapkan oleh PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia berdasarkan profit margin sebesar 35%. Probabilitas biaya berdasarkan total biaya yang dikeluarkan untuk membeli ikan sebanyak 76.107 ekor. Penetapan nilai probabilitas berdasarkan perhitungan pada Lampiran 4.

Tabel 4 Kriteria alternatif

Pemasok Eksternal

Probabilitas

Cost Harga Beli (Cost)

Harga Jual (cost + profit margin 35%)

Maks Min Maks Min Maks Min

Ibu Titi 0,52 0,48 Rp 32.000 Rp 30.000 Rp 43.200 Rp 40.500 Bapak Doddy 0,56 0,44 Rp 4.000 Rp 3.200 Rp 5.400 Rp 4.320 Bapak Verdy 0,64 0,36 Rp 4.500 Rp 2.500 Rp 6.075 Rp 3.375 Bapak Marcos 0,52 0,48 Rp 30.000 Rp 28.000 Rp 40.500 Rp 37.800

3. Tingkat kehidupan atau survival rate ikan yang berasal dari setiap pemasok ekstrenal adalah 90% sedangkan tingkat mortalitas ikan sebesar 10%.

Asumsi-asumsi tersebut kemudiaan disusun sesuai dengan jalur diagram keputusan pada Gambar 9. Dalam satu tahun pemasok menetapkan harga yang berbeda-beda terhadap ikan clown loach. Hal yang mendasari perbedaan harga ini adalah ketersedianya di alam pada musim tertentu. Pada bulan Oktober hingga Februari ikan clown loach sangat sulit untuk ditemukan sehingga pemasok menetapkan harga jual yang tinggi. Diketahui selama tahun 2013 harga tertinggi ikan clown loach yang berasal dari pemasok eksternal adalah Rp 23.000. Sedangkan dari bulan Maret hingga September ketersedian ikan ini sangat melimpah di sungai-sungai yang terletak di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.

Keterangan Gambar 9:

C : Biaya atau harga beli dari pemasok (Cost Maksimal dan Cost Minimal)

V : Volume permintaan (ekor)

P : Harga jual ( cost + proft margin)

TC : Total Cost


(28)

C. Maks : Rp 32.000 V : 76.107 ekor P : Rp 43.200

C. Min : Rp 30.000 V : 76.107 ekor P : Rp 40.500

C. Maks :Rp 4.000 V : 76.107 ekor P : Rp 5.400

C. Maks :Rp 4.500 V : 76.107 ekor P :Rp 6.075 C. Min : Rp 3.200 V : 76.107 ekor P : Rp 4.320

C. Min :Rp 2.500 V : 76.107 ekor P : Rp 3.375

C. Maks :Rp 30.000 V : 76.107 ekor P : Rp 40.500

C. Min : Rp 28.000 V : 76.107 ekor P : Rp 37.800

Ibu Titi Bapak Doddy Bapak Verdy Bapak Marcos 0,2 0,52 0,48 0,56 0,44 0,1 0,64 0,36 0,4 0,52 0,48 0,3 HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 273.985.200 TR : Rp 369.880.020 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 2.191.881.600 TR : Rp 2.959.040.160 C. Maks : Rp 32.000

V : 76.107 ekor P : Rp 43.200

C. Min : Rp 30.000 V : 76.107 ekor P : Rp 40.500

C. Maks :Rp 4.000 V : 76.107 ekor P : Rp 5.400

C. Maks :Rp 4.500 V : 76.107 ekor P :Rp 6.075 C. Min : Rp 3.200 V : 76.107 ekor P : Rp 4.320

C. Min :Rp 2.500 V : 76.107 ekor P : Rp 3.375

C. Maks :Rp 30.000 V : 76.107 ekor P : Rp 40.500

C. Min : Rp 28.000 V : 76.107 ekor P : Rp 37.800

Ibu Titi Bapak Doddy Bapak Verdy Bapak Marcos 0,2 0,52 0,48 0,56 0,44 0,1 0,64 0,36 0,4 0,52 0,48 0,3 HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 2.054.889.000 TR : Rp 2.774.100.150

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 228.321.000

HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 273.985.200 TR : Rp 369.880.020

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 30.442.800

HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 219.188.160 TR : Rp 295.904.016

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 24.354.240

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 34.248.150

HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 308.233.350 TR : Rp 416.115.023

HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 171.240.750 TR : Rp 231.175.013

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 19.026.750

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 243.542.400

HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp 2.054.889.000 TR : Rp 2.774.100.150

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 228.321.000

MATI V : 7.611 ekor TC : Rp 213.099.600

HIDUP V : 68.496 ekor TC : Rp1.917.896.400 TR : Rp 2.589.160.140 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 0,9 0,1 Gambar 9 Diagram keputusan skenario pertama


(29)

Hasil perhitungan Expected Cost, Expected Revenue, Expected Risk dan Expected Profit untuk setiap pemasok tertera pada Tabel 5 berdasarkan rujukan pada Lampiran 4.

Tabel 5 Nilai EC, ER, E Risk, dan EP setiap pemasok

Pemasok Expected

Cost Revenue Risk Profit

Ibu Titi Rp 1.936.653.093 Rp 2.582.597.753 Rp 23.617.721 Rp 645.944.660 Bpk. Doddy Rp 227.441.541 Rp 303.301.616 Rp 2.773.677 Rp 75.860.075 Bpk. Verdy Rp 236.257.873 Rp 315.058.517 Rp 2.881.194 Rp 78.800.644 Bpk. Marcos Rp 1.811.976.451 Rp 2.416.336.889 Rp 22.097.274 Rp 604.360.438

Aspek utama yang menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam menetapkan kebijakan pemasok utama adalah biaya pembelian ikan yang rendah dan diimbangi dengan risiko kematian ikan yang rendah. Berdasarkan hasil analisis diagram keputusan untuk setiap pemasok maka pasokan ikan yang dari Bapak Doddy adalah yang paling efisien karena biaya yang akan dikeluarkan perusahaan hanya sebesar Rp 277.441.541 dengan risiko kematian ikan Rp 2.773.677 dan keuntungan yang didapatkan hanya sebesar Rp 75.860.075.

Pemasok kedua yang terbaik untuk perusahaan adalah Bapak Verdy. Kemampuan Bapak Verdy untuk memenuhi permintaan pelanggan sebesar 40%. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli ikan dari Bapak Verdy adalah sebesar Rp 288.119.358 dan risiko kematian sebesar Rp 2.881.194. Selisih biaya, risiko, dan keuntungan antara ikan yang dipasok dari Bapak Doddy dan Bapak Verdy hanya sebesar 1%. Sehingga kegiatan penjualan perusahaan akan lebih efisien jika dapat bekerjasama dengan Bapak Doddy dan Bapak Verdy.

Tabel 6 Nilai EC, ER, E Risk, dan EP pemasok eksternal

Expected Cost Expected Revenue Expected Risk Expected Profit

P. Eksternal Rp 842.465.792 Rp 1.123.458.955 Rp 10.273.973 Rp 280.993.163 Maka besar biaya yang dikeluarkan perusahaan apabila hanya melakukan pemesanan ke pemasok eksternal adalah Rp 842.465.792. Sedangkan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 280.993.163 dan risiko kematian ikan secara finansial adalah Rp 10.273.973.

Skenario 2. Pohon Keputusan Pemasok Internal

Pada skenario kedua seluruh jumlah permintaan harus dipenuhi oleh PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dengan cara memproduksi sendiri. Analisis dilakukan terhadap tiga jenis umur ikan, hal ini dikarenakan PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia melakukan pembelian ikan untuk mengisi persediaan yang kosong dengan berbagai ukuran. Asumsi lain yang digunakan sebagai berikut:

1. Penyusunan pohon keputusan berdasarkan dengan ukuran pembelian ikan pada Tabel 7 . Lamanya waktu pemeliharaan ikan untuk mencapai ukuran 5-6 cm memerlukan waktu hingga satu tahun jika benih berumur 1 bulan atau berukuran 1 cm. Biaya operasional pemeliharaan ikan hias clown loach yang dikeluarkan perusahaan selama satu bulan dengan kapasitas


(30)

produksi 200.000 ekor adalah Rp 42.035.615. Sehingga biaya opersional untuk setiap ekor ikan mencapai Rp 210,18 per bulan.

Tabel 7 Biaya operasional dan waktu produksi

Umur Ikan Lama Produksi Biaya Operasional (per ekor)

1 bulan 11 bulan Rp 2.311,96

5 bulan 6 bulan Rp 1.261,07

11 bulan 1 bulan Rp 210,18

2. Penetapan alternatif menggunakan harga maksimal dan minimal terhadap masing-masing ukuran benih yang berasal dari pemasok daerah selama tahun 2013 dan harga jual yang ditetapkan oleh PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia berdasarkan profit margin sebesar 35%.

Tabel 8 Biaya dan harga jual hasil produksi

Ukuran Harga Beli

Cost

(beli + biaya operasional )

Harga jual ( cost+profit margin)

Maks Min Maks Min Maks Min

11 bulan Rp 1.000 Rp 500 Rp 3.311 Rp 2.811 Rp 4.471 Rp 3.796 6 bulan Rp 2.000 Rp 1.000 Rp 3.261 Rp 2.261 Rp 4.402 Rp 3.052 1 bulan Rp 3.000 Rp 2.500 Rp 3.210 Rp 2.710 Rp 4.333 Rp 3.658

3. Menggunakan empat macam diagram keputusan yang berupa tiga diagram untuk mencari nilai Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk dan Expected Profit pada tiga jenis ukuran ikan yang akan dipelihara serta satu diagram keputusan kombinasi.

4. Probabilitas alternative berdasarkan biaya, tingkat kehidupan dan kematian ikan berdasarkan death of fish analysis pada tahun 2013 dan terlampir pada Lampiran 5.

Tabel 9 Probabilitas Kejadian Skenario 2 Diagram

Keputusan Harga

Probabilitas Biaya

Tingkat Kehidupan

Tingkat Kematian

1 P Maks ( Rp 1.000) 0,70 0,91 0,09

P Min (Rp 500) 0,30 0,91 0,09

2 P Maks (Rp 2.000) 0,67 0,57 0,43

P Min (Rp 1.000) 0,33 0,90 0,10

3 P Maks (Rp 3.000) 0,55 0,90 0,10

P Min (Rp 2.500) 0,45 0,80 0,20

Berikut adalah penyusunan dan analisis diagram keputusan produksi.

a. Diagram Keputusan Produksi 1.

Diagram keputusan 1 merupakan analisis keputusan produksi ikan dengan ukuran awal 1 cm atau berumur 1 bulan sehingga membutuhkan pemeliharaan selama 11 bulan untuk mencapai ukuran 5-6 cm. Harga maksimal benih ikan ukuran ini adalah Rp 1.000 dan merupakan benih ikan yang berasal dari Jambi


(31)

sedangkan harga minimum benih ikan adalah Rp 500 dan berasal dari Kalimantan.

Nilai hasil Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit untuk diagram keputusan 1 tertera pada Tabel 10 berdasarkan rujukan pada Lampiran 5.

Tabel 10 EC, ER, E Risk dan EP ikan berumur 1 bulan

Harga Expected Cost Expected Revenue Expected Risk Expected Profit Maks Rp 210.775.291 Rp 281.790.332 Rp 2.041.712 Rp 71.015.040

Min Rp 178.954.955 Rp 239.248.992 Rp 1.733.479 Rp 60.294.037

Maka perolehan EC, ER, E Risk, dan EP clown loach dengan lama produksi 11 bulan adalah

EC 1 : (0,7 x Rp 210.775.291) + (0,3 x Rp 178.954.955) = Rp 201.229.190

EC 1 per ekor : Rp 201.229.190 / 76.107 = Rp 2,644

ER 1 : (0,7 x Rp 281.790.332) + (0,3 x Rp Rp 239.248.992) = Rp 269.027.930

E Risk 1 : (0,7 x Rp 2.041.712) + (0,3 x Rp 1.733.479) = Rp 1.949.242

EP 1 : (0,7 x Rp 71.015.040) + (0,3 x Rp 60.294.037) = Rp 67.798.739

HIDUP C : Rp 3.312 V : 69.257 ekor P : Rp 4.471 TC : Rp 229.377.559 TR : Rp 309.659.705

MATI C : Rp 3.312 V : 6.850 ekor TC : Rp 222.685.693

HIDUP C :Rp 2.812 V : 69.257 ekor P : Rp 3.796 TC : Rp 194.748.874 TR : Rp 262.910.980

MATI C : Rp 2.812 V : 6.850 ekor TC : Rp 19.260.878

C. Maks

C. Min 0,3

0,91

0,09

0,91

0,09 0,7

C : Rp 1.000 V :76.107 ekor

C : Rp 500 V :76.107 ekor


(32)

Perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 67.798.739 jika melakukan pemeliharaan benih ikan selama 11 bulan dengan ukuran benih 1 cm dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 201.229.190. Risiko finansial terhadap kematian ikan sebesar Rp 1.949.242. Presentase kematian ikan mencapai 9% dikarenakan lemahnya daya tahan ikan terhadap lingkungan baru. Ikan yang paling banyak mati pada saat berukuran 1 hingga 1,5 cm. Setelah mencapai ukuran 1,75 atau 2 cm ikan dapat beradaptasi dengan baik.

b. Diagram Keputusan Produksi 2

Diagram keputusan 2 merupakan analisis keputusan produksi ikan dengan ukuran awal 3 cm atau berumur 6 bulan sehingga membutuhkan pemeliharaan selama 6 bulan untuk mencapai ukuran 5-6cm.Harga maksimal benih ikan ukuran ini adalah Rp 2.000 dan merupakan benih ikan yang berasal dari Jambi sedangkan harga minimum benih ikan adalah Rp 1.000 dan berasal dari Kalimantan.

Nilai hasil Expected Cost,ExpectedRevenue, Expected Risk, dan Expected Profit untuk diagram keputusan 2 tertera pada Tabel 11 berdasarkan rujukan pada Lampiran 5.

Tabel 11 EC, ER, E Risk dan EP ikan berumur 6 bulan

Harga Expected Cost Expected Revenue Expected Risk Expected Profit Maks Rp 126.527.332 Rp 108.859.917 Rp 45.890.356 Rp (17.667.415) Min Rp 141.108.173 Rp 188.172.911 Rp 1.720.831 Rp 47.064.738

HIDUP C : Rp 3.261 V : 43.581 ekor P : Rp 4.402 TC : Rp 141.468.378 TR : Rp 190.982.311

MATI C : Rp 3.261 V : 32.726 ekor TC : Rp 106.721.759

HIDUP C :Rp 2.261 V : 68.496 ekor P : Rp 3.052 TC : Rp 155.496.447 TR : Rp 209.081.012

MATI C : Rp 2.261 V : 7.611 ekor TC : Rp 17.208.314

C. Maks

C. Min 0,33

0,57

0,43

0,9

0,1 0,67 C : Rp 2.000 V :76.107 ekor

C : Rp 1.000 V :76.107 ekor


(33)

Maka perolehan EC, ER, E Risk, dan EP clown loach dengan lama produksi 11 bulan adalah

EC 2 : (0,67 x Rp 126.527.332) + (0,33 x Rp 141.108.173) = Rp 131.339.009

EC 2 per ekor : Rp 131.339.009 / 76.107 = Rp 1.726

ER 2 : (0,67 x Rp 108.859.917) + (0,33 x Rp 188.172.911) = Rp 135.033.205

E Risk 2 : (0,67 x Rp 45.890.356) + (0,33 x Rp 141.108.173) = Rp 31.314.413

EP 2 : (0,67 x Rp (Rp 17.667.415)) + (0,33 x Rp 47.064.738) = Rp 3.694.196

Jika perusahaan melakukan pemeliharaan benih ikan selama 6 bulan dengan ukuran benih 3 cm maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 131.844.099. Sedangkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan ikan sebesar Rp 3.694.196. Risiko finansial terhadap kematian ikan sebesar Rp 31.314.413. Presentase kematian ikan hingga mencapai 43% dikarenakan kemampuan ikan untuk beradaptasi masih rendah, dan adanya sifat kanibalisme dengan ikan jenis yang tinggi.

c. Diagram Keputusan Produksi 3

Diagram keputusan 3 merupakan analisis keputusan produksi ikan dengan ukuran awal 4 cm atau berumur 11 bulan sehingga membutuhkan pemeliharaan selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-6 cm. Harga maksimal benih ikan ukuran ini adalah Rp 3.000 dan merupakan benih ikan yang berasal dari Jambi sedangkan harga minimum benih ikan adalah Rp 2.500 dan berasal dari Kalimantan.

Gambar 12 Diagram keputusan clown loach dengan lama produksi 1 bulan HIDUP

C : Rp 3.092 V : 75.000 ekor P : Rp 4.175 TC : Rp 141.468.378 TR : Rp 190.982.311

MATI C : Rp 3.092 V : 1.107 ekor TC : Rp 106.721.759

HIDUP C :Rp 2.592 V : 60.665 ekor P : Rp 3.500 TC : Rp 154.874.824 TR : Rp 209.081.012

MATI C : Rp 2.592 V : 15.442 ekor TC : Rp 17.208.314 C. Maks

C. Min

0,45

0,9

0,1

0,8

0,2 0,55

C : Rp 3.000 V :76.107 ekor

C : Rp 2.500 V :76.107 ekor


(34)

Nilai hasil Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit untuk diagram keputusan 3 tertera pada Tabel 12 berdasarkan rujukan pada Lampiran 5.

Tabel 12 EC, ER, E Risk dan EP ikan berumur 11 bulan

Harga Expected Cost Expected Revenue Expected Risk Expected Profit Maks Rp 192.978.968 Rp 257.344.376 Rp 2.353.504 Rp 63.541.682 Min Rp 134.156.197 Rp 170.457.615 Rp 7.891.297 Rp 33.539.464

Maka perolehan EC, ER, E Risk, dan EP clown loach dengan lama produksi 1 bulan adalah

EC 3 : (0,55 x Rp 192.978.968) + (0,45 x Rp 134.156.197) = Rp 166.508.721

EC 3 per ekor : Rp 166.508.721 / 76.107 = Rp 2.188

ER 3 : (0,55 x Rp 257.344.376) + (0,45 x Rp 170.457.615) = Rp 218.245.334

E Risk 3 : (0,55 x Rp 2.353.504) + (0,0,45 x Rp 7.891.297) = Rp 4.845.511

EP 3 : (0,55 x Rp 63.541.682) + (0,45 x Rp 33.539.464) = Rp 50.040.684

Perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50.040.684 jika melakukan pemeliharaan benih ikan selama 1 bulan dengan ukuran benih 4 cm dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 166.508.721. Risiko finansial terhadap kematian ikan sebesar Rp 6.541.440. Presentase kematian ikan ukuran ini hanya berkisar 3% yang diakibatkan penyakit dan sifat kanibalisme ikan.

d. Diagram keputusan 4

Diagram keputusan 4 merupakan diagram kombinasi dari masing-masing produksi dengan tujuan mendapatkan nilai harapan terbaik dari proses produksi sendiri.

EC 1 : Rp 201.229.190

ER 1 : Rp 269.027.930

E Risk 1 : Rp 1.949.242

EP 1 : Rp 67.798.739

EC 2 : Rp 131.339.009

ER 2 : Rp 135.033.205

E Risk 2 :Rp 31.314.413 EP 2 : Rp 3.694.196

EC 3 : Rp 166.508.721

ER 3 : Rp 218.245.334

E Risk 3 : Rp 4.845.511

EP 3 : Rp 50.040.684


(35)

Probabilitas yang digunakan utuk menghitung Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit tertera pada Tabel 13 dan penilaian probabilitas berdasarkan rujukan pada Lampiran 5.

Tabel 13 Probabilitas produksi

Diagram Keputusan

Probabilitas

Cost Revenue Risk Profit

1 0,40 0,43 0,05 0,54

2 0,27 0,22 0,82 0,06

3 0,33 0,35 0,13 0,40

Nilai masing-masing expected jika perusahaan melakukan produksi sendiri sebagai berikut.

a. EC pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,40 x Rp 201.229.190 = Rp 80.491.676 Diagram keputusan 2 : 0,27 x Rp 131.339.009 = Rp 34.148.142 Diagram keputusan 3 : 0,33 x Rp 166.508.721 = Rp 54.947.878 +

Expected Cost = Rp 169.587.696

b. ER pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,43 x Rp 269.027.930 = Rp 115.582.010 Diagram keputusan 2 : 0,22 x Rp 135.033.205 = Rp 29.707.305 Diagram keputusan 3 : 0,35 x Rp 218.245.334 = Rp 76.385.867 +

Expected Revenue = Rp 221.775.182

c. E Risk pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,05 x Rp 1.949.242 = Rp 97.462 Diagram keputusan 2 : 0,82 x Rp 31.314.413 = Rp 25.677.819 Diagram keputusan 3 : 0,13 x Rp 4.845.511 = Rp 629.916 +

Expected Risk = Rp 26.405.197

d. EP pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,54 x Rp 67.116.505 = Rp 36.611.319 Diagram keputusan 2 : 0,06 x Rp 3.694.196 = Rp 221.652 Diagram keputusan 3 : 0,40 x Rp 50.040.684 = Rp 20.016.274 +

Expected Profit = Rp 56.405.941

Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan cara memproduksi ikan clown loach yang berukuran 5-6 cm maka Perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 56.405.941 dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 169.587.696. Risiko finansial terhadap kematian ikan sebesar Rp 26.405.197


(36)

Hasil Analisis

Hasil yang didapatkan dari analisis diagram keputusan menunjukan nilai sebagai berikut.

Tabel 14 Hasil analisis diagram keputusan

Pemasok Expected (rupiah)

Cost Revenue Risk Profit

Eksternal 842.465.792 1.123.458.955 10.273.973 280.993.163

Internal 169.587.696 221.775.182 26.405.197 56.405.941

Berdasarkan hasil tersebut dapat dapat disimpulkan, jika seluruh stok ikan diambil dari pemasok eksternal perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar walaupun biaya yang dikeluarkan juga lebih besar. Risiko kematian yang diterima oleh perusahaan lebih rendah dibandingkan melakukan produksi sendiri. Tingginya risiko yang dialami jika memproduksi sendiri dikarenakan tingkat adaptasi ikan yang rendah, pemberian pakan yang tidak merata sehingga menimbulkan kanibalisme antar ikan, dan penyakit.

Selain itu merujuk pada tabel 1 mengenai evaluasi pemasok menurut Dickson dalam Pujawan (2005), maka pemasok eksternal telah memenuhi tingkat kepentingan relatif dengan kriteria sangat penting dan penting sebagai berikut.

a. Pemasok ekstenal menawarkan kualitas yang diatas standar ikan yang berlaku.

b. Pengiriman pesanan selalu tepat waktu.

c. Pemasok eksternal telah bekerjasama dengan cabang perusahaan lainnya lebih dari lima tahun.

d. Adanya sistem garansi ikan yang mati.

e. Pemasok eksternal memberikan fasilitas yang menunjang kualitas pengiriman ikan.

f. Tingkat harga dapat diterima oleh perusahaan maupun pelanggan.

g. Pemasok eksternal pada umumnya adalah pembudaya sehingga kegiatan proses produksi dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.

h. Perusahaan tidak perlu melakukan proses pemeliharaan yang menambah biaya perusahaan

Strategi utama yang dapat diterapkan yaitu strategi pengembangan produk berupa pemeliharaan citra konsumen terhadap produk ikan hias air tawar dengan cara mempertahankan kualitas produk dan mutu pelayanan terhadap konsumen (Diatin el al. 2007). Maka untuk beberapa tahun selanjutnya kebijakan yang lebih baik adalah melakukan pemesanan melalui pemasok eksternal dibandingkan memproduksi sendiri. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat segera tertutupi karena perusahaan membuat sistem pembayaran jatuh tempo satu bulan, sehingga perusahan dapat melakukan perputaran modal yang cepat.

Implikasi Manajerial

Seleksi pemasok menjadi salah satu tanggung jawab terpenting dalam fungsi manajemen pengadaan. Pemasok yang dikelola dengan baik dalam suatu rantai pasokan akan memberikan efek jangka panjang terhadap daya saing


(37)

keseluruhan rantai pasokan itu sendiri dan dampak yang mendalam pada kepuasan pelanggan. Maka kebijakan pemasok dibuat untuk memilih pemasok terbaik bagi perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan di PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia adalah :

1. Mempertimbangkan pemasok eksternal menjadi pemasok utama.

Pemilihan pemasok eksternal menjadi pemasok utama bagi perusahaan adalah keputusan yang lebih baik. Hal ini berdasarkan hasil analisis yang menyatakan bahwa walaupun biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tinggi akan tetapi dengan sistem keuangan dan akutansi yang diterapkan oleh perusahaan dapat menjamin seluruh aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik. Risiko keuangan terhadap kematian ikan lebih rendah dibandingan pasokan ikan dari pemasok internal. Berikut tugas yang perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan.

a. Divisi pembelian

Divisi pembelian harus membuat laporan pembelian dan penjualan setiap pemasok eksternal untuk mengetahui kinerja pemasok. dalam memenuhi pemintaan perusahaan. Melakukan pemilihan atau seleksi pemasok yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Memastikan ketersediaan ikan di setiap pemasok. Membuat laporan bulanan untuk pembelian dan purchase order sebagai bahan informasi bagi divisi lain dalam pengambilan keputusan. b. Divisi operasional

Divisi operasional harus mengukur kualitas ikan yang berasal dari pemasok agar sesuai dengan standar kualitas yang berlaku. Merencanakan kapasitas ikan yang baik untuk mengurangi risiko. Membandingkan harga, keandalan pengiriman, dan jasa-jasa yang ditawarkan oleh pemasok. c. Divisi keuangan dan akutansi

Divisi keuangan dan akutansi perlu melakukan peramalan mengenai keuangan dunia karena seluruh harga yang ditetapkan untuk setiap jenis ikan dipengaruhi oleh nilai mata uang dollar Amerika Serikat. Mengendalikan pengeluaran dan menyusun sistem pembayaran yang baik untuk mempercepat pengembalian modal.

2. Menjalin kerjasama dengan pemasok eksternal lain.

Seluruh kegiatan bisnis perusahaan sangat bergantung pada pemasok. Sehingga perusahaan harus bekerjasama dengan beberapa pemasok. Semakin banyak pemasok yang dimanfaatkan maka semakin mudah untuk terpenuhinya permintaan pelanggan. Untuk menjalin kerjasama dengan pemasok lain, manajemen perusahaan yang memiliki tanggung jawab yang besar adalah divisi pembelian dan divisi operasional. Divisi pembelian harus melakukan pembelian ikan secara bersaing atas dasar nilai yang ditentukan tidak hanya pada harga yang tepat tetapi juga waktu dan mutu yang tepat. Melakukan kerjasama dengan dan koordinasi yang efektif dengan divisi lainnya dan mengawasi keadaan perdagangan pemasok. Sedangkan tugas divisi operasional adalah melakukan perbandingan kualitas dan mengawasi kesediaan pemasok untuk mengikuti saran yang diberikan oleh perusahaan dalam menangani ikan.


(1)

Lampiran 5 Perhitungan diagram keputusan skenario 2 1) Probabilitas Kejadian

Diagram

Keputusan Harga Biaya( Rp) Probabilitas Biaya

Tingkat Kehidupan

Tingkat Kematian

1

P Maks 76.107.000

76.107.000 :

114.160.500 = 0,7 0,91 0,09

P min 38.053.500

38.053.500 :

114.160.500 = 0,3 0,91 0,09

Total 114.160.500

2

P Maks 152.214.000

152.214.000 :

228.321.000 = 0,67 0,57 0,43

P Min

76.107.000

76.107.000 : 228.321.000=

0,33 0,90 0,1

Total R228.321.000

3

P Maks

228.321.000

Rp 228.321.000 : Rp 418.588.500 =

0,55 0,90 0,1

P Min

190.267.500

Rp 190.267.500 : Rp 418.588.500 =

0,45 0,8 0,2

Total 418.588.500

a. Nilai Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit

untuk diagram keputusan 1 (lama produksi 11 bulan). 1) Nilai Expected Cost terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga EC Hidup EC Mati Jumlah

Maks 0,91 x Rp 229.377.559 0.09 x Rp 22.685.693 Rp 210.775.291

= Rp 208.733.579 = Rp 2.041.712

Min 0,91 x Rp 194.748.874 0,09 x Rp 19.260.878 Rp 178.954.955

= Rp 177.221.476 = Rp 1.733.479

2) Nilai Expected Revenue terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga ER Hidup ER Mati Jumlah

Maks 0,91 x Rp 309.659.705 0,09 x 0 = 0 Rp 281.790.332

= Rp 281.790.332

Min 0,91 x Rp 262.910.980 0,09 x 0 = 0 Rp 239.248.992


(2)

3) Nilai Expected Risk terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga E Risk Hidup E Risk Mati Jumlah

Maks 0,91 x 0 = 0 0,09 x Rp 22.685.693 Rp 2.041.712

= Rp 2.041.712

Min 0,91 x 0 = 0 0,09 x Rp 19.260.878 Rp 1.733.479

= Rp 1.733.479 4) Nilai Expected Profit terhadap jumlah ikan dan harga

Harga EP Hidup EP Mati Jumlah

Maks 0,91 x Rp 80.282.146 0,09 x - Rp 22.685.693 Rp 71.015.040

= Rp 73.056.753 = - Rp 2.041.712

Min 0,91 x Rp 68.162.106 0,09 x - Rp 19.260.878 Rp 60.294.037

= Rp 62.027.516 = - Rp 1.733.479

5) Expected Cost, Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit clown loach dengan lama produksi 11 bulan adalah

EC 1 : (0,7 x Rp 210.775.291) + (0,3 x Rp 178.954.955) = Rp 201.229.190

ER 1 : (0,7 x Rp 281.790.332) + (0,3 x Rp Rp 239.248.992) = Rp 269.027.930

E Risk 1 : (0,7 x Rp 2.041.712) + (0,3 x Rp 1.733.479) = Rp 1.949.242

EP 1 : (0,7 x Rp 71.015.040) + (0,3 x Rp 60.294.037) = Rp 67.798.739

b. Nilai Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit untuk diagram keputusan 2 (lama produksi 6 bulan).

1) Nilai Expected Cost terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga EC Hidup EC Mati Jumlah

Maks 0,57 x Rp 141.468.378 0,43 x Rp 106.721.759 Rp 126.527.332

= Rp 80.636.976 = Rp 45.890.356

Min 0,9 x Rp 154.874.824 0,1 x Rp 17.208.314 Rp 141.108.173

= Rp 1.720.831 = Rp 141.108.173

2) Nilai Expected Revenue terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga ER Hidup ER Mati Jumlah

Maks 0,57 x Rp 190.982.311 0,43 x 0 = 0 Rp 108.859.917

= Rp 108.859.917

Min 0,9 x Rp 209.081.012 0,1 x 0 = 0 Rp 188.172.911


(3)

Lanjutan Lampiran 5.

3) Nilai Expected Risk terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga E Risk Hidup E Risk Mati Jumlah

Maks 0,57 x 0 = 0 0,43 x Rp 106.721.759 Rp 45.890.356

= Rp 45.890.356

Min 0,9 x 0 = 0 0,1 x Rp 17.208.314 Rp 141.108.173

= Rp 141.108.173

4) Nilai Expected Profit terhadap jumlah ikan dan harga

Harga EP Hidup EP Mati Jumlah

Maks 0,57 x Rp 190.982.311 0,43 x - Rp 106.721.759 - Rp 17.667.415 = - Rp 28.222.941 = - Rp 45.890.356

Min 0,9 x Rp 54.206.188 0,1 x - Rp 17.208.314 Rp 47.064.738 = - Rp 48.785.569 = - Rp 1.720.831

5) Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit clown loach dengan lama produksi 6 bulan adalah

EC 2 : (0,67 x Rp 126.527.332) + (0,33 x Rp 141.108.173) = Rp 131.339.009

ER 2 : (0,67 x Rp 108.859.917) + (0,33 x Rp 188.172.911) = Rp 135.033.205

E Risk 2 : (0,67 x Rp 45.890.356) + (0,33 x Rp 141.108.173) = Rp 31.314.413

EP 2 : (0,67 x Rp (Rp 17.667.415)) + (0,33 x Rp 47.064.738) = Rp 3.694.196

c. Nilai Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit

untuk diagram keputusan 3 (lama produksi 1 bulan).

1) Nilai Expected Cost terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga EC Hidup EC Mati Jumlah

Maks 0,9 x Rp 211.806.071 0,1 x Rp 23.535.039 Rp 192.978.968 = Rp 190.625.464 = Rp 2.353.504

Min 0,8 x Rp 157.831.125 0,2 x Rp 39.456.485 Rp 134.156.197 = Rp 126.264.900 = Rp7.891.297

2) Nilai Expected Revenue terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga ER Hidup ER Mati Jumlah

Maks 0,9 x Rp 285.938.196 0,1 x 0 = 0 Rp 257.344.376

= Rp 257.344.376

Min 0,8 x Rp 213.072.018 0,2 x 0 = 0 Rp 170.457.615


(4)

3) Nilai Expected Risk terhadap jumlah ikan dan harga.

Harga E Risk Hidup E Risk Mati Jumlah

Maks 0,9 x 0 = 0 0,1 x Rp 23.535.039 Rp 2.353.504

= Rp 2.353.504

Min 0,8 x 0 = 0 0,2 x Rp 39.456.485 Rp 7.891.297

= Rp 7.891.297

4) Nilai Expected Profit terhadap jumlah ikan dan harga

Harga EP Hidup EP Mati Jumlah

Maks 0,9 x R 285.938.196 0,1 x - Rp 23.535.039 Rp 63.541.682 = Rp 257.344.376 = - Rp 2.353.504

Min 0,8 x Rp 213.072.018 0,2 x - Rp 39.456.485 Rp 33.539.464 = Rp 170.457.615 = -Rp 7.891.297

5) Expected Cost, Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit clown loach dengan lama produksi 1 bulan adalah

EC 3 : (0,55 x Rp 192.978.968) + (0,45 x Rp 134.156.197) = Rp 166.508.721

ER 3 : (0,55 x Rp 257.344.376) + (0,45 x Rp 170.457.615) = Rp 218.245.334

E Risk 3 : (0,55 x Rp 2.353.504) + (0,0,45 x Rp 7.891.297) = Rp 4.845.511

EP 3 : (0,55 x Rp 63.541.682) + (0,45 x Rp 33.539.464) = Rp 50.040.684

d. Nilai Expected Cost,Expected Revenue, Expected Risk, dan Expected Profit untuk diagram keputusan kombinasi.

1. Probabilitas Kejadian

Diagram Keputusan

Expected

Cost Revenue Risk Profit

∑ EC

= Rp 796.924.651

∑ ER

= Rp 622.306.468

∑ E Risk

= Rp 38.109.166

∑ EP

= Rp 121.533.619 1 Rp 131.339.009 :

Rp 796.924.651 = 0,27

Rp 269.027.930 : Rp 622.306.468 = 0,43

Rp 1.949.242 : Rp 38.109.166 = 0,05

Rp 67.798.739 : Rp 121.533.619 = 0,54 2 Rp 166.508.721 :

Rp 796.924.651 = 0,33

Rp 135.033.205 : Rp 622.306.468 = 0,22

Rp 31.314.413 : Rp 38.109.166 = 0,82

Rp 3.694.196 : Rp 121.533.619 = 0,06 3 Rp 499.076.920 :

Rp 796.924.651 = 0,60

Rp 218.245.334 : Rp 622.306.468 = 0,35

Rp 4.845.511 : Rp 38.109.166 = 0,13

Rp 50.040.684 : Rp 121.533.619 = 0,4

2. Expected Cost pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,40 x Rp 201.229.190 = Rp 80.491.676 Diagram keputusan 2 : 0,27 x Rp 131.339.009 = Rp 34.148.142 Diagram keputusan 3 : 0,33 x Rp 166.508.721 = Rp 54.947.878 +


(5)

Lanjutan Lampiran 5.

3. Expected Revenue pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,43 x Rp 269.027.930 = Rp 115.582.010 Diagram keputusan 2 : 0,22 x Rp 135.033.205 = Rp 29.707.305 Diagram keputusan 3 : 0,35 x Rp 218.245.334 = Rp 76.385.867 +

Expected Revenue = Rp 221.775.182 4. Expected Risk, pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,05 x Rp 1.949.242 = Rp 97.462 Diagram keputusan 2 : 0,82 x Rp 31.314.413 = Rp 25.677.819 Diagram keputusan 3 : 0,13 x Rp 4.845.511 = Rp 629.916 +

Expected Risk = Rp 26.405.197 5. Expected Profit pemasok internal

Diagram keputusan 1 : 0,54 x Rp 67.116.505 = Rp 36.611.319 Diagram keputusan 2 : 0,06 x Rp 3.694.196 = Rp 221.652 Diagram keputusan 3 : 0,40 x Rp 50.040.684 = Rp 20.016.274 +


(6)

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Januari 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. H. Sri Hadi dan Hj. Mariyana. Saat ini penulis menetap di Kota Bogor, Jawa Barat.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kuncup Harapan pada tahun 1996 , lalu pada tahun 1998 melanjutkan ke SD Kebon Pedes 1. Setelah enam tahun kemudian, pada tahun 2003 penulis bersekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Bogor dan tahun 2006 penulis kembali meneruskan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Bina Insani. Pada tahun kedua di SMA, penulis pun mengambil jurusan Ilmu Alam (IA). Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 2009, penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis di Diploma IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Bulan Februari – April 2012 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Bina Tular dengan judul Kajian Pengembangan Bisnis Memvariasikan Jenis Produk Olahan Lele dengan Membuka Unit Usaha Lele Asin pada UPR Bina Tular.

Penulis kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 di Program Alih Jenis Manajemen (PSAJM) IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi salah satu pengurus Departmen Business and Development Executive of Management (EXOM) PSAJM IPB selama dua periode. Terhitung sejak bulan Mei – Agustus 2014 penulis kembali melakukan penelitian di PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dengan mengambil judul penelitian Analisis Risiko dan Kebijakan Sumber Pasokan Ikan Hias Clown Loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia.