1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan bahan bangunan yang sangat populer digunakan dalam dunia jasa konstruksi karena beton mudah di bentuk dan tidak akan berubah
bentuk apabila telah mencapai waktu tertentu. Penelitian tentang beton sudah banyak dilakukan dan akan terus berlanjut sebagai upaya menjawab tuntutan
perkembangan zaman dan kondisi lingkungan. Diketahui bahwa kekuatan beton banyak dipengaruhi oleh bahan pembentuknya air, semen dan agregat sehingga
kontrol kualitas dari bahan-bahan tersebut harus diperhatikan dengan seksama agar diperoleh beton sesuai dengan yang diinginkan.
Sejalan dengan berkembangnya ilmu konstruksi beton, telah ditemukan banyak carametode dalam pembuatan beton. Saat ini, pembuatan konstruksi
beton ringan semakin meningkat karena penggunaan beton ringan merupakan material yang aman dan ekonomis. Metode-metode yang sering digunakan dalam
pembuatan beton ringan adalah dengan memasukkan foaming agent kedalam campuran air, pasir dan semen [1]. Pembentukan pori-pori pada beton membuat
beton tersebut menjadi ringan karena berkurangnya jumlah material yang digunakan. Selain menambahkan agen busa ke dalam campuran beton,
penambahan agregat ringan seperti fly ash, serbuk gergaji, abu sekam padi, Styrofoam, dan batu apung juga dapat mengurangi berat jenis beton tersebut.
Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS merupakan limbah Pabrik Kelapa Sawit PKS yang jumlahnya sangat banyak, yaitu 1,9 juta ton berat kering atau
setara dengan 4 juta ton berat basah pertahun. PT. Perkebunan Nusantara II PTPN II menghasilkan limbah TKKS sebanyak 1350 ton pertahun. Pada
umumnya material ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik dilahan perkebunan dengan cara dibakar atau dibuang kembali kelahan tersebut dan dibiarkan
mengalami proses fermentasi secara alami [2]. Adapun beberapa pemanfaatan TKKS dibidang teknologi diantaranya
ialah pemanfaatan serat TKKS sebagai penguat material beton ringan komposit. Yang mana material tersebut telah dimanfaatkan sebagai produk speed bump,
2
panel akustik, dan batako. Pada produk-produk tersebut ditemukan butiran udara yang tidak terlalu merata dengan ukuran yang relatif besar 0.03 - 4,12 mm.
Sehingga dari sifat fisik tersebut menghasilkan produk dengan porositas yang cukup tinggi dan memiliki sifat mekanik yang lemah [3].
Penyebab butiran udara yang tidak terlalu merata dengan ukuran yang relatif besar disebabkan oleh ukuran butir pasir yang terlalu besar mesh 10.
Sehingga dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai pengaruh ukuran butir pasir terhadap sifat fisik dan mekanik pada beton busa.
1.2 Rumusan Masalah