Perspektif Fenomenologis METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A. Perspektif Fenomenologis

Kajian tentang sudut pandang fenomenologis diawali dengan melihat makna fenomenologi. Fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau gejala sesuatu yang menampakkan diri Hadiwijono, 1988, h.140. Dalam perkembangannya, fenomenologi diterapkan sebagai metode untuk menguraikan berbagai struktur pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pengalaman dalam dunia hidup lebenswelt, life-world. Fenomena digunakan sebagai pengutamaan sasaran observasi dan studi. Fenomenologi menembus ranah psikologi sebagai disiplin ilmu yang semula bersibuk diri tentang gejala kesadaran. Fenomenologi sebagai metode bertemu dengan eksistensialisme sebagai filsafat tentang manusia, maka mudah dimengerti dampaknya terhadap perkembangan psikologi sebagai ilmu yang ditujukan pada usaha untuk memahami perilaku manusia. Penelitian kualitatif-fenomenologis dilakukan bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam masyarakat sebagai suatu kesatuan untuk menemukan makna dari fenomena tersebut. Menurut Poerwandari 1998, h. 30-40 metode ini memiliki ciri-ciri : studi dalam situasi alamiah, analisa induktif, kontak personal langsung peneliti di lapangan, perspektif holistik, perspektif dinamis dan “perkembangan”, orientasi pada kasus unik, netralistik empatik, fleksibilitas desain, dan peneliti sebagai instrumen. Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif dituntut untuk menanggalkan subjektivitasnya sebagai individu nilai, asumsi pribadi karena syarat utama dari metode fenomenologis adalah membebaskan diri dari praduga-praduga atau pengandaian, menyingkirkan segenap penilaian epoche hingga mencapai esensi dari fenomena yang diteliti Misiak Sexton, 2005, h.8. Keunggulan fenomenologi terletak dari pemahaman masalahgejala melalui perspektif para pelaku sendiri, perspektif orang-orang yang secara langsung terlibat dalam masalah tersebut Moleong, 1998, h.18. Muhadjir 1996, h.116-117 menyatakan bahwa paradigma fenomenologi memiliki asumsi dasar bahwa manusia tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis, dan menyimpulkan sehingga yang dilakukan oleh peneliti adalah berusaha memahami makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan untuk mendekati perilaku seseorang dengan maksud menemukan ‘fakta’ atau ‘penyebab’. Awal penyelidikan adalah dari keadaan diam yang merupakan upaya untuk menangkap apa yang dipelajari dengan menekankan pada aspek-aspek subyektif dari perilaku manusia Arifin, 1994, hal.46. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Bogdan Biklen dalam Moleong, 1998, h.3.

B. Fokus Penelitian