Tanaman Aromatik
2.5. Tanaman Aromatik
Tanaman aromatik adalah tanaman penghasil minyak aromatik yang memiliki aroma yang sangat khas. Aroma tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan pewangi baik untuk pewangi pakaian, karpet, selendang, industri sabun, kosmetik, maupun dupa. Selain sebagai bahan pewangi, sebagian minyak aromatik seperti minyak serai wangi ( cymbopogon citratus DC), nilam ( pogostemon cablin Benth) dan cengkeh ( syzagium romaticum L ) ternyata dapat dipergunakan sebagai bahan aktif pestisida. (wiranto., et al, 2011 : 62).
Tanaman nilam ( Pogostemon Cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa), merupakan tanaman yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman nilam banyak ditanam untuk diambilminyaknya. Minyak nilam banyakdibutuhkan Tanaman nilam ( Pogostemon Cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa), merupakan tanaman yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman nilam banyak ditanam untuk diambilminyaknya. Minyak nilam banyakdibutuhkan
Minyak nilam Indonesia sudah dikenal dunia sejak 65 tahun yang lalu, bahkan Indonesia merupakan pemasok utama minyak nilam dunia (90%). Ekspor nilam Indoensia berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor sekitar 12% per tahun atau berkisar antara 700-2.800 ton minyak nilam per tahun. Sementara itu kebutuhan dunia berkisar 1.200-1.500 ton dengan pertumbuhan sebesar 5% per tahun (Pusat Data dan Informasi Pertanian 2010).
Minyak nilam termasuk salah satu dari minyak atsiri atau minyak eteris / minyak terbang ( essential oil, volatile ) karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar. Minyak nilam berbau wangi dan pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Secara fisiologis, minyak pada tanaman penghasil minyak atsiri berfungsi : (1) membantu proses penyerbukan atau sebagai atraktan terhadap beberapa jenis serangga atau hewan, (2) mencegah kerusakan tanaman oleh serangga, dan (3) sebagai makanan cadangan bagi tanaman. Minyak atsiri sendiri sebagai salah satu hasil proses metabolisme pada Minyak nilam termasuk salah satu dari minyak atsiri atau minyak eteris / minyak terbang ( essential oil, volatile ) karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar. Minyak nilam berbau wangi dan pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Secara fisiologis, minyak pada tanaman penghasil minyak atsiri berfungsi : (1) membantu proses penyerbukan atau sebagai atraktan terhadap beberapa jenis serangga atau hewan, (2) mencegah kerusakan tanaman oleh serangga, dan (3) sebagai makanan cadangan bagi tanaman. Minyak atsiri sendiri sebagai salah satu hasil proses metabolisme pada
Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies, antara lain yang termasuk dalam famili Pinanceae, Labiate, Compositoe, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat ditemukan pada daun, bunga, buah, biji, kulit dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya banyak tersimpan di dalam sel-sel kelenjar minyak pada daun. (Amalia, 2008, 1).
Nlam ( Pogostemon, sp ) termasuk famili Labiatae, ordo Lamiales, klas Angiospermae dan divisi Spermatophita. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yang dapat dibedakan menurut karakter morfologinya, kandungan PA dan kualitas minyak serta ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam tersebut adalah (1) P Cablin Benth. Syn. P . pathcolui Pellet var. Suavis Hook disebut nilam Aceh, (2) P. heyneanus benth disebut nilam Jawa, dan (3) P hortenis Becker disebut nilam sabun (Guenther, 1952)
Dari ketiga jenis nilam tersebut nilam Aceh dan nilam sabun yang tidak berbunga. Adapun yang paling luas daerah penyebarannya dan banyak dibudidayakan adalah nilam aceh yang memiliki kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dibandingkan dengan kedua jenis nilam lainnya. Ciri spesifik yang dapat membedakan antara nilam aceh dan nilam jawa secara visual terdapat pada daunnya. Pada nilam aceh permukaan daunnya halus, bergerigi tumpul, ujung daunnya runcing, sedangkan pada nilam jawa permukaan daunyya kasar, tepi daun bergerigi runcing dan ujung daunnya meruncing. Menurut Nuryani et. al (1997) nilam jawa lebih toleran terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri Dari ketiga jenis nilam tersebut nilam Aceh dan nilam sabun yang tidak berbunga. Adapun yang paling luas daerah penyebarannya dan banyak dibudidayakan adalah nilam aceh yang memiliki kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dibandingkan dengan kedua jenis nilam lainnya. Ciri spesifik yang dapat membedakan antara nilam aceh dan nilam jawa secara visual terdapat pada daunnya. Pada nilam aceh permukaan daunnya halus, bergerigi tumpul, ujung daunnya runcing, sedangkan pada nilam jawa permukaan daunyya kasar, tepi daun bergerigi runcing dan ujung daunnya meruncing. Menurut Nuryani et. al (1997) nilam jawa lebih toleran terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri