Kendala dalam Penyusunan Anggaran Belanja Bahan Makanan Harian Pasien dan Upaya Mengatasinya

3. Kendala dalam Penyusunan Anggaran Belanja Bahan Makanan Harian Pasien dan Upaya Mengatasinya

Di dalam penyusunan anggaran suatu kegiatan adakalanya mengalami kendala, begitu juga dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien di RSUD Soreang. Kendala tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kendala tersebut antara lain anggaran yang diusulkan tetap mengacu kepada pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung meskipun RSUD Soreang merupakan SKPD yang menganut pola PPK- BLUD, fluktuasi harga bahan makanan, pola penyakit yang dapat berubah-ubah, adanya KLB (kejadian luar biasa), adanya kebutuhan bahan makanan yang belum masuk dalam usulan RBA, dan jumlah pasien yang tidak dapat diprediksi.

Meskipun terdapat kendala dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien, tetapi pihak-pihak yang terkait dengan penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien tetap mengupayakan pemecahan masalahnya. Hal tersebut dimaksudkan agar pelayanan instalasi gizi kepada pasien dapat terus berjalan dan tidak terhambat. Berikut adalah penjelasan-penjelasan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien mengenai kendala-kendala yang dihadapi pada saat penyusunan anggaran dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Dari penjelasan kepala instalasi gizi dijelaskan bahwa kendala dari penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien adalah jumlah kunjungan pasien rawat inap yang belum dapat dipastikan karena bisa saja terjadi KLB (kejadian luar biasa) dari suatu penyakit yang menyebabkan jumlah kunjungan pasien rawat inap menjadi meningkat tajam. Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan anggaran akibat adanya KLB, maka kepala instalasi gizi menambah jumlah pasien rawat inap sebanyak 10%, angka tersebut didapat dari rata-rata kenaikan jumlah pasien rawat inap per tahun per kelas perawatan. Fluktuasi harga bahan makanan juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi instalasi gizi dalam menyusun

Jurnal Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

anggaran belanja bahan makanan, karena pada saat-saat tertentu seperti hari raya atau keadaan kahar seperti banjir dapat menyebabkan lonjakan harga dari bahan makanan yang akan dibeli. Oleh sebab itu kepala instalasi gizi mengambil kebijakan untuk menaikkan harga bahan makanan sebanyak 10% pada saat penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien. Kurangnya anggaran di pertengahan tahun juga dialami oleh instalasi gizi. Biasanya anggaran kurang terjadi karena adanya revisi anggaran yang besaran anggarannya disesuaikan dulu dengan PAD Kabupaten Bandung. Pada saat perubahan anggaran instalasi gizi akan mengajukan kembali kekurangan anggaran tersebut sesuai dengan kebutuhan. Sebelum anggaran perubahan disahkan instalasi gizi dapat terus belanja bahan makanan sesuai kebutuhan agar pelayanan kepada pasien tidak berhenti.

Dari data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa antara anggaran yang dibutuhkan dan anggaran yang disahkan sangat jauh selisihnya. Wajar saja kalau anggaran belanja bahan makanan harian pasien sudah kurang di pertengahan tahun. Untuk menutupi kekurangan anggaran tersebut, pada waktu perubahan anggaran akan ditambah anggaran untuk belanja bahan makanan harian pasien.Menurut kepala bidang keuangan RSUD Soreang, kendala dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien di RSUD Soreang antara lain karena laju inflasi yang harus diperhitungkan setiap tahun, anggaran yang diusulkan tidak sesuai dengan yang direalisasikan.

Dari penjelasan kepala bidang keuangan tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada kendala-kendala dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien diantaranya adanya laju inflasi, terkadang anggaran yang direalisasikan tidak sesuai dengan yang diusulkan karena perubahan pola penyakit atau adanya KLB, dan adanya perubahan teknologi yang digunakan dalam pelayanan, namun tetap harus diupayakan untuk mengatasi kendala tersebut karena pelayanan kepada masyarakat tidak boleh berhenti. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka upaya-upaya yang dilakukan antara lain adalah untuk mengantisipasi laju inflasi maka anggaran dihitung lebih dari kebutuhan rata- rata per tahun maksimal 10%, untuk anggaran yang meleset maka akan dimasukkan ke dalam

perubahan anggaran, kemudian belanja bahan makanan dilakukan seefisien dan seefektif mungkin.

Sehingga dapat dipahami bahwa di dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien ada saja kendala-kendala yang dihadapi seperti perubahan kebutuhan bahan makanan karena adanya perubahan menu atau perubahan pola penyakit yang menyebabkan anggaran menjadi kurang atau anggaran yang sudah disediakan ditengah perjalanan anggaran tersebut ternyata kurang karena adanya penambahan jumlah pasien, maka pemecahan masalahnya adalah dengan mengusulkan kembali bahan makanan yang belum ada dalam RBA dan mengusulkan anggaran tambahan pada saat perubahan anggaran. Karena RSUD Soreang termasuk SKPD yang menganut pola PPK-BLUD maka meskipun anggaran perubahan belum disahkan tetapi boleh menggunakan anggaran yang ada terlebih dahulu agar pelayanan kepada pasien tidak terhambat.

Berdasarkan penjelasan dari Kepala Sub Bagian Program dan Kehumasan dijelaskan bahwa adanya kekhususan untuk penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien. Jumlah pasien yang sulit untuk diprediksi karena ada hal-hal tertentu yang bisa terjadi seperti adanya KLB atau kebijakan baru dari pemerintah yang bisa menyebabkan terjadinya lonjakan pasien rawat jalan dan rawat inap, serta fluktuasi harga pasar yang tidak menentu menyebabkan kendala dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien di RSUD Soreang. Adapun antisipasinya adalah dengan cara menaikkan jumlah pasien sebanyak 10% dihitung dari jumlah pasien tahun sebelumnya ditambah rata-rata kenaikan jumlah pasien per tahun dan menaikkan harga bahan makanan sebanyak 10% dari rata-rata harga bahan makanan tahun sebelumnya.

Dari berbagai kendala dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien yang sudah dikemukakan oleh berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan anggaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kendala-kendala yang dihadapi pada penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien antara lain adalah sulitnya memprediksi jumlah pasien, fluktuasi harga yang tidak menentu, adanya laju inflasi, teknologi yang dapat berubah, realisasi Dari berbagai kendala dalam penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien yang sudah dikemukakan oleh berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan anggaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kendala-kendala yang dihadapi pada penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien antara lain adalah sulitnya memprediksi jumlah pasien, fluktuasi harga yang tidak menentu, adanya laju inflasi, teknologi yang dapat berubah, realisasi

kerja pembahasan anggaran yang optimal dikarenakan adanya perubahan menu

menghasilkan Rancangan Peraturan atau perubahan pola penyakit, serta kurangnya

Daerah. Apabila ada anggaran dalam anggaran di tengah tahun anggaran berjalan.

RBA yang belum disepakati DPRD maka RBA tersebut dikembalikan ke RSUD Soreang untuk diadakan

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

perbaikan. Hasil perbaikan RBA Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat

diusulkan kembali ke DPRD untuk disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

dibahas kembali. Setelah DPRD menyetujui anggaran RBA RSUD

1. Dalam penyusunan anggaran belanja Soreang, maka RBA RSUD Soreang bahan makanan harian pasien, tahapan-

akan disahkan dan menjadi bagian tahapan yang dilaksanakan sudah sesuai

dalam DPA Kabupaten Bandung. dengan Peraturan Bupati No.45 Tahun

2009 yaitu:

2. Dalam penyusunan anggaran belanja

a. Usulan dari user belanja bahan bahan makanan harian pasien ada kendala- makanan harian pasien yaitu instalasi

kendala yang dihadapi antara lain : gizi. Instalasi gizi mengajukan usulan

a. Jumlah pasien KLB yang sulit untuk kebutuhan belanja bahan makanan

diprediksi.Jumlah pasien rawat inap harian pasien untuk satu tahun

dalam setahun bisa saja normal seperti berikutnya pada pertengahan tahun

tahun-tahun sebelumnya, tetapi tidak berjalan. Usulan tersebut berisi jenis

menutup kemungkinan kunjungan bahan makanan yang akan dipakai,

pasien akan meningkat ketika terjadi volume dari bahan makanan tersebut,

KLB (kejadian luar biasa) atau pada dan perkiraan harga bahan makanan

saat terjadi perubahan pola penyakit. tersebut.

b. Fluktuasi harga bahan makanan.

b. Sub bagian program dan kehumasan Harga bisa naik dengan drastis pada akan merekap usulan dari user

waktu-waktu tertentu seperti pada untuk dimasukkan ke dalam RBA.

saat hari raya dan harga juga bisa Bagian program merekap usulan

turun karena kondisi tertentu seperti belanja bahan makanan harian

panen raya, sehingga harga yang pasien dari instalasi gizi ke dalam

ditetapkan bisa berubah-ubah. RBA. Kemudian diserahkan kepada

c. Kurangnya anggaran di pertengahan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK

tahun anggaran berjalan.Anggaran belanja bahan makanan harian pasien

belanja bahan makanan harian pasien untuk disesuaikan dengan kebutuhan

yang disahkan kadang tidak sesuai instalasi gizi. Setelah dipelajari

dengan anggaran yang diusulkan, oleh PPK bahan makanan harian

menyebabkan anggaran menjadi pasien maka rekapan RBA tersebut

kurang di pertengahan tahun. dikembalikan ke bagian program.

d. Laju inflasi. Pada saat penyusunan

c. Rekapan RBA kemudian diajukan ke anggaran belanja bahan bagian keuangan untuk diolah oleh

makanan harian pasien harus seksi penganggaran dan akuntansi.

memperhitungkan laju inflasi dalam Rekapan RBA dari bagian program

satu tahun. Tanpa menghitung laju akan diolah ke dalam format RBA.

inflasi maka bisa terjadi kurang Format RBA kemudian diajukan

anggaran.

ke DPRD melalui Tim Anggaran

e. Anggaran yang diusulkan Pemerintah Daerah (TAPD) yaitu

kadang tidak sesuai dengan yang Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

direalisasikan.Ketidaksesuaian Keuangan (DPPK).

antara anggaran yang diusulkan dan

d. Pengajuan RBA ke Pemerintah yang direalisasikan dapat diakibatkan Kabupaten Bandung.RBA RSUD

karena adanya kebutuhan yang Soreang oleh TAPD diusulkan ke

baru yang tidak ada di perencanaan

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

e. Belanja seefisien dan seefektif perubahan menu yang dipengaruhi

mungkin dengan cara belanja oleh perubahan pola penyakit,

langsung ke distributor untuk bahan sehingga kebutuhan bahan makanan

makanan yang ada distributornya pun menjadi berubah.

agar anggaran yang digunakan dapat

f. Perubahan teknologi yang digunakan

dihemat.

dalam pelayanan.Teknologi yang

f. Bahan makanan yang belum masuk digunakan dalam pelayanan dapat

dalam RBA tetapi dibutuhkan mempengaruhi anggaran yang

untuk pelayanan kepada pasien, digunakan untuk belanja bahan

tetap diadakan terlebih dahulu dan makanan harian pasien. Semakin

kemudian diusulkan dalam RBA. tinggi teknologi yang digunakan

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis maka akan semakin mempengaruhi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: menu yang dihasilkan sehingga

kebutuhan bahan makanan pun akan

1. Untuk memprediksi jumlah pasien satu semakin beragam.

tahun ke depan, instalasi gizi dapat mengambil jumlah pasien di bulan yang

g. Kebutuhan bahan makanan yang terbanyak jumlah pasiennya dalam satu berubah-ubah.Pada saat penyusunan tahun kemudian dikalikan duabelas anggaran belanja bahan makanan bulan. Hal tersebut untuk mengantisipasi harian pasien, instalasi gizi dituntut kenaikan jumlah pasien yang bisa untuk memberikan data yang disebabkan karena adanya KLB atau akurat mengenai kebutuhan bahan adanya kebijakan baru dari pemerintah. makanan yang akan digunakan

dalam satu tahun. Tetapi adakalanya

2. Fluktuasi harga disiasati dengan cara di pertengahan anggaran ada

mengambil harga bahan makanan yang kebutuhan bahan makanan yang

tertinggi dalam satu tahun kemudian belum tercantum dalam RBA namun

ditambah 10% kenaikan harga. dibutuhkan oleh pasien. Hal itu dapat

3. Instalasi gizi dalam merencanakan menu mempengaruhi anggaran belanja

atau apabila akan mengadakan perubahan yang sudah disahkan.

menu sebaiknya dilaksanakan pada saat penyusunan anggaran, sehingga

3. Meskipun banyak kendala yang dihadapi kemungkinan ada bahan makanan yang pada saat penyusunan anggaran, karena belum masuk dalam RBA akan sangat pelayanan kepada pasien tidak boleh

kecil.

berhenti, maka diupayakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, antara

4. Diupayakan lebih bervariasinya bahan lain :

makanan yang digunakan atau adanya bahan makanan alternatif, sehingga

a. Untuk memprediksi jumlah pasien pada saat terjadi kenaikan harga bahan diupayakan dengan cara menambah makanan yang biasa digunakan dapat 10% dari total jumlah pasien tahun diganti dengan bahan makanan lain. sebelumnya. Contoh untuk wortel dapat divariasikan

b. Adanya fluktuasi harga disiasati atau diganti dengan bit, sup krim kentang

dengan menambah harga bahan dapat diganti dengan sup krim jagung makanan sebanyak 10% dari harga

manis.

rata-rata bahan makanan tahun

5. Agar tidak terjadi kekurangan anggaran sebelumnya. sebaiknya pada saat revisi anggaran

c. Apabila terjadi kekurangan anggaran menggunakan skala prioritas untuk di pertengahan tahun maka instalasi

anggaran yang berhubungan langsung gizi akan mengusulkan kembali

dengan pelayanan kepada pasien seperti kekurangan anggaran tersebut di

obat-obatan dan bahan makanan harian RBA perubahan.

pasien.

d. Menghitung lebih anggaran sebanyak maksimal 10% untuk menyiasati kekurangan anggaran.

Jurnal

Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

REFERENSI

Peraturan Bupati No. 45 Tahun 2009 tentang Bambang Sancoko. 2008. Rencana Bisnis dan

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Anggaran – Modul Diklat Pengelolaan

Pada Badan Layanan Umum Daerah. Keuangan Badan Layanan Umum. Jakarta.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun Departemen Keuangan Republik

2005 Tentang Pola Pengelolaan Keuangan Indonesia.

Badan Layanan Umum. Haruman, Tendi & Rahayu, Sri. 2007. Penyusunan

Rudianto. 2009. Penganggaran – Konsep dan Anggaran Perusahaan. Yogyakarta: Graha

Teknik Penyusunan Anggaran. Jakarta: Ilmu.

Erlangga.

Isti H. 2008. Badan Layanan Umum – Rumah Silalahi, Ulber. 2011. Asas-asas Manajemen. Sakit dan Sistem Perencanaan Keuangan.

Bandung: Refika Aditama. Majalah Topegugu. http://www-bpkp.

go.id/public/upload/unit/sulteng/files/ Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

majalah2.pdf (diunduh pada tanggal 14- 09-2012)

Kementerian Kesehatan RI. 2013. PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

468

Jurnal

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015