Pemberian Subsidi Penjualan
2) Pemberian Subsidi Penjualan
Pemerintah dapat melakukan campur tangan dalam pem- bentukan harga pasar, yaitu melalui pemberian subsidi penjualan. Subsidi penjualan biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaan- perusahaan penghasil barang kebutuhan pokok, atau kepada perusahaan yang baru berkembang untuk menekan biaya produksi agar mampu bersaing terhadap produk-produk impor. Kebijakan tersebut ditempuh pemerintah dalam rangka pengendalian harga untuk melindungi produsen maupun konsumen, sekaligus untuk menekan laju in asi.
Kebijakan Ekonomi Pemerintah
Kurva 4.4
Pemberian Subsidi oleh Pemerintah
Kurva 4.4 menunjukan, titik E merupakan keseimbangan awal dengan harga sebesar P dan jumlah sebesar Q. Untuk mengem- bangkan produksi dalam negeri, pemerintah memberikan subsidi
Ekonomika
yang mengakibatkan turunnya harga-harga sehingga penawaran bertambah dari Q menjadi Q 1 , dan terbentuk keseimbangan baru
Target asumsi minyak mentah
di titik E .
dalam APBN-P 2006 tidak
mengalami perubahan, tetap 1,05
3. Permasalahan Pemerintah dalam Perekonomian
juta bph sedangkan asumsi harga minyak 62-67 dollar AS per barel.
Makro
Penetapan harga minyak nantinya Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah akan menentukan besarnya subsidi
mikro, seperti kekakuan harga, monopoli, dan eksternalitas yang bahan bakar minyak. Meskipun
memerlukan campur tangan pemerintah. Permasalahan ekonomi volume BBM dikurangi subsidi akan
juga terjadi dalam lingkup ekonomi makro yang juga memerlukan bengkak karena meroketnya harga
minyak. Berdasarkan perhitungan kebijakan pemerintah. Di negara-negara sedang berkembang pada
PT Pertamina, dengan volume 38 umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan ekonomi. juta kiloliter, subsidi dapat mencapai
Ketiga masalah tersebut berkaitan dengan kemiskinan, kesenjangan Rp59 triliun.
ekonomi, dan pengangguran yang terus meningkat. Permasalahan
ekonomi Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas hal tersebut. In asi yang tidak terkendali, ketergan- tungan terhadap impor dan utang luar negeri, juga merupakan masalah pemerintah dalam bidang ekonomi.
Sumber: Kompas, 20 Juli 2006
a. Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi
Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan dari kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah merupakan masalah besar di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kemiskinan bukanlah hal yang mudah diukur. Akan tetapi, sebagai gambaran, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun, pada periode 1976–1996 telah terjadi penurunan penduduk miskin dari 54,2 juta pada tahun 1976 atau 40,08 persen menjadi 22,5 juta atau 11,34 persen pada tahun 1996. Data tersebut digunakan sebagai indikator yang menunjukkan keber hasilan pembangunan Orde Baru. Akan tetapi, pada tahun 1998 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi
Logika Ekonomi
49,5 juta yang diduga sebagai dampak krisis ekonomi yang berawal Menurut pendapat Anda, kondisi
pada pertengahan 1997.
apakah yang menyebabkan negara Masalah dalam pembangunan di Indonesia adalah ketimpangan Indonesia mengalami masalah
dalam distribusi pendapatan yang antara lain dapat diketahui dengan kemiskinan yang sangat besar?
menggunakan Indeks atau Koe sien Gini. Michael P. Todaro, seorang Kumpulkan hasilnya kepada guru
ahli ekonomi pembangunan, membuat suatu kriteria mengenai nilai Anda. Indeks Gini. Ia mengelompokkan nilai indeks ke dalam tiga kriteria,
82 Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas X 82 Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas X
Gambar 4.4 Kemiskinan
Tingkat kemiskinan akibat distribusi penda- patan yang tidak merata
Sumber: Tempo, 28 Maret 2005
Bank Dunia menetapkan kriteria ketimpangan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yaitu 40% penduduk terendah, 40% penduduk menengah dan 20% penduduk tertinggi, sebagai berikut.
1) Ketimpangan distribusi pendapatan dinyatakan parah, jika 40 persen penduduk berpendapatan terendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional.
2) Ketimpangan distribusi pendapatan dianggap sedang atau moderat, jika 40 persen penduduk termiskin menikmati antara
12 hingga 17 persen pendapatan nasional.
3) Ketimpangan distribusi pendapatan dinyatakan rendah, jika
40 persen penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional.
Interpretasi Kelompok 4.1
Buatlah kelompok belajar maksimal tiga orang, kemudian lakukan kegiatan berikut.
Soal SPMB
Berkunjunglah ke kantor Badan Pusat Statistik (BPS) di kota Anda. 1. Cari data tingkat kemiskinan di Indonesia periode 1997–2005.
Kurva Philips menunjukkan hubungan 2. Analisislah data tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap pertumbuhan
antara tingkat perubahan harga dan ekonomi serta kebijakan apa yang harus diambil oleh pemerintah terhadap masalah
tingkat ....
tersebut?
a. upah
3. Serahkan hasilnya setelah satu minggu kepada guru Anda untuk dinilai. b. produksi c. kesenjangan kerja d. pengangguran
b. Inflasi dan Tingkat Pengangguran
e. investasi In asi atau kenaikan tingkat harga secara umum dan terus-
Penyelesaian: menerus bagi sebuah negara sebenarnya merupakan hal yang wajar,
Kurva Philips adalah kurva yang selama tidak melebihi batas normal, berlangsung singkat dan masih
menggambarkan hubungan antara dapat dikendalikan oleh pemerintah. In asi dianggap berbahaya
tingkat laju inflasi jangka pendek dan jika telah melewati dua digit (di atas 30 persen) dan memiliki
pengangguran. kecenderungan untuk terus meningkat dalam jangka panjang. In asi dianggap berbahaya karena dapat menye babkan dampak negatif
Jawaban: D
seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya Sumber: SPMB 2005 distribusi pendapatan, dan mengganggu stabilitas ekonomi.
Kebijakan Ekonomi Pemerintah
Seperti halnya inflasi, pengangguran yang terus meningkat merupakan masalah bagi pembangunan ekonomi karena pengang- guran yang terus meningkat biasanya berdampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan stabilitas nasional. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, tingkat in asi dan angka pengang- guran terbuka terus meningkat. Sebagai gambaran, menurut Laporan Bank Dunia, in asi di tahun 1998 sudah mencapai tahap hyperin asi sebesar 58,5 persen. Adapun untuk angka pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen per tahun, pada 1997 Indonesia memiliki jumlah pengangguran 4,8 persen dari jumlah angkatan kerja. Pada 1999, persentase ini meningkat hampir 4 kali lipat, yaitu 19,1 persen. hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Indikator Ekonomi
Pertumbuhan PDB (%)
Ekspor (Juta US$)
Impor (Juta US$)
Utang Luar Negeri (Juta US$)
22.713 26.445 Indikator Ekonomi Indonesia 1997-1999
Tabel 4.2
Cadangan Devisa (Juta US$)
Sumber: Bank Dunia (Kompas, 2 Oktober 2000)
c. Ketergantungan terhadap Impor dan Utang Luar Negeri
Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan utang luar negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan mengurangi cadangan devisa negara. Jika cadangan devisa berkurang, stabilitas ekonomi nasional akan lemah. Utang luar negeri juga merupakan satu masalah serius pemerintah. Apabila suatu negara memiliki utang luar negeri, masalah yang muncul adalah menyangkut beban utangnya, yaitu pembayaran bunga utang setiap tahun dan pelunasan pokok utang luar negeri. Total utang luar negeri Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kalaupun berkurang, besarnya pun tidak seberapa. Misalnya, pada 1998 jumlah utang luar negeri Indonesia mencapai US$150.886.000,00.
Indonesia bersama dengan beberapa negara sedang berkem bang lainnya tercatat sebagai negara dengan beban utang luar negeri yang besar. Menurut suatu survei, pada puncak krisis ekonomi di tahun 1998 rasio utang luar negeri Indonesia terhadap total PDB mencapai jumlah tertinggi di dunia mengalahkan negara-negara pengutang
berat lainnya di kawasan Amerika Latin seperti Meksiko, Brasil, dan Perkembangan Utang Luar Negeri
Tabel 4.3
Argentina. Perkembangan utang luar negeri Indonesia sampai dengan Indonesia 1997-2003
2003 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Sub-total Pemerintah
Swasta
Total Tahun (1)
Bank
Bukan Bank
Bukan Lembaga
Keterangan: dalam juta dolar Sumber: Bank Indonesia (Dikutip dari Sadono, 2004)