Kerangka Pemikiran

C. Kerangka Pemikiran

Dari uraian teori di atas mengenai “Analisis Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta“ dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran di atas dapat diasumsikan bagaimana dampak relokasi terhadap pendapatan, keuntungan dan jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah adanya relokasi dari Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Relokasi yang dilakukakan pemerintah pada tahun 2009 memberikan dampak adanya ketidakstabilan pendapatan, keuntungan dan jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro.

Jumlah Tenaga Kerja

Sebelum Relokasi

Keuntungan Sebelum

Relokasi

Pendapatan Sesudah Relokasi

Pendapatan Sebelum

Relokasi

Keuntungan Sesudah Relokasi

Jumlah Tenaga Kerja Sesudah Relokasi

Relokasi

Pasar Ngarsopuro

D. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini ada 3 Hipotesis yang diajukan yaitu sebagai berikut:

1. H 0 : Diduga tidak adanya perbedaan pendapatan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.

H 1 : Diduga adanya perbedaan pendapatan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.

2. H 0 : Diduga tidak adanya perbedaan keuntungan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.

H 1 : Diduga adanya perbedaan keuntungan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.

3. H 0 : Diduga tidak adanya perbedaan tenaga kerja yang signifikan sebelum dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.

H 1 : Diduga adanya perbedaan tenaga kerja yang signifikan sebelum dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Pasar Ngarsopuro Surakarta, karena pasar ini dijadikan proyek relokasi pedagang di sekitar Ngarsopuro Surakarta. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang diarahkan untuk menerapkan dan mengadopsi manajemen pasar modern. Pada tahap awal program relokasi dikhususkan pada penataan lingkungan fisik terutama meliputi penanganan tata ruang sehingga bisa menyerupai pasar modern. Objek dalam penelitian ini adalah keuntungan pedagang di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah dilakukan relokasi pasar. Penelitian ini dialkukan pada tanggal 23 Juli 2012 hingga 23 Agustus 2012. Penelitian di lokasi Dinas Pengelolaan Pasar dilakukan dengan metoden studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian pada tanggal 23 –

25 Juli 2012. Metode wawancara dan observasi lapangan dilakukan di lokasi pasar.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 cara :

1. Wawancara Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan interaksi langsung dengan narasumber, dimana narasumber yang dimaksud adalah para 1. Wawancara Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan interaksi langsung dengan narasumber, dimana narasumber yang dimaksud adalah para

2. Observasi Metode observasi adalah metode dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, yaitu Pasar Ngarsopuro Surakarta.

3. Studi Pustaka Metode ini dilakukan dengan mencari data dari berbagai referensi buku teks maupun website yang berhubungan dengan masalah penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara langsung dan penyebaran kuisioner penelitian pada para pedagang di Pasar Ngarsopuro Surakarta. Data yang diambil meliputi jenis usaha, besarnya modal awal, omset penjualan dalam satu bulan, keuntungan yang diterima selama satu bulan, jumlah karyawan, jumlah kuantitas penjualan barang dalam satu bulan dan besarnya biaya yang harus dibayarkan kepada pemerintah (retribusi) dalam satu bulan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh

a. Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta.

b. Pengelola atau kepala Pasar Ngarsopuro.

c. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (DISPERINDAGKOP) Kota Surakarta.

d. Kantor Pelayanan Terpadu Kota Surakarta.

e. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam yang lain (Sugiyono, 2010: 61 dalam Hendra Widi Utomo 2011), populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak digunakan. Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto dan Pangestu, 1996: 107-108). Metode pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling adalah populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau segmen yang mutually exclusive yang disebut strata (lapisan), berdasarkan kategori-kategori dari salah satu atau lebih variabel yang relevan, baru kemudian dilakukan simple random sampling

atau sistematik random sampling pada setiap kelompok dalam hal ini peneliti membagi populasi menjadi 4 kelompok antara lain : pedagang elektronik, pedagang alat olahraga dan musik, pedagang buku, dan pedagang lain-lain. Dalam hal ini subyek responden adalah para pedagang yang direlokasi ke Pasar Ngarsopuro. Berkaitan dalam hal ini, dimaksudkan untuk mendapatkan responden seperti yang ditentukan, baik dalam memenuhi jumlah prasyarat minimum sampel maupun kriteria lainnya. Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 (Roscoe dalam Sugiyono, 2010: 74 dalam Hendra Widi Utomo 2011). Peneliti mengambil sampel sebanyak 40 responden dari 73 populasi.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel

Jenis Dagangan

30 16 Alat olahraga dan alat musik

73 40 Sumber: Kantor Lurah Pasar Ngarsopuro, 2012.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Pendapatan

Pendapatan adalah total penerimaan yang dimiliki suatu unit usaha yang diperoleh dari hasil penjualan output, (Mankiw, 2006:113). Dihitung dengan rumus :

TR = P . Q Dimana: TR = Total Revenue (penerimaan total)

P = harga jual barang

Q = output

Pendapatan yang dimaksud dalam hal ini adalah total penerimaan pedagang Pasar Ngarsopuro. Dalam penelitian ini penghitungan pendapatan dihitung per bulan dan satuan yang digunakan adalah (Rupiah/Rp).

2. Keuntungan

Keuntungan atau laba sebagai hasil pengembalian pada modal. Laba didapatkan dari selisih jumlah pendapatan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan (Nicholson, 1999:318). Dapat dihitung dengan rumus :

= TR – TC

Dimana:

= keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total Cost (biaya total)

Keuntungan atau laba yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan bersih yang diterima oleh pedagang di Pasar Ngarsopuro. Dalam penelitian ini penghitungan keuntungan atau laba dihitung dalam bulan dan satuan yang digunakan adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp).

3. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah input dala proses produksi. Permintaan dan penawaran tenaga kerja dikendalikan oleh kekuatan pasar (Mankiw, 2006: 46) dalam Hendra Widi Utomo (2011), dalam hal ini dalah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini baik secara keseluruhan maupun per lapak. Satuan yang digunakan dalam variabel ini adalah satuan orang.

F. Alat Analisis Data

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Uji t berpasangan (paired t test). Uji t berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Uji t berpasangan (paired t test). Uji t berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus

Uji t Berpasangan digunakan sebagai uji beda terhadap data yang diteliti yang berasal dari sejumlah responden yang sama pada suatu kelompok dan berkaitan dengan periode waktu pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah relokasi Pasar Ngarsopuro). Uji t berpasangan dalam penelitian ini, akan menguji apakah ada perbedaan nyata pada variabel-variabel yang diamati pada waktu awal periode pengamatan dan pada akhir periode waktu pengamatan.

Prosedur pengujian dalam penelitian ini dilihat dengan cara membandingkan t-hitung dan t-tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut (Djarwanto dan Pangestu, 1994: 212-214).

1. H 0 :µ 1 =µ 2

H 1 :µ 1 µ 2

Digunakan pengujian dua sisi.

nilai t(0,025; 40-1) = 3,530

3. Aturan pengujian :

t hitung 3,530

0 H diterima

H 0 ditolak

H 0 ditolak

t hitung < t tabel H 0 ditolak

t hitung > t tabel H 0 diterima

4. Analisis :

5. Kesimpulan :

Karena t hitung < t tabel maka H 0 ditolak dan t hitung > t tabel maka

H 1 diterima. Berarti ada perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah relokasi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta

1. Keadaan Geografis

a. Letak Geografis

Kota Surakarta terletak antara 110º45’ 15” dan 110º45’ 3 5” Bujur Timur dan antara 7º36’ dan 7º56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut, Solo berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah Timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dan barat dengan Kabupaten Sukoharjo.

Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta

Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebesar 61,68 % lahan dipakai untuk pemukiman, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar yaitu antara 20% dari luas lahan yang ada. Persentase pembagian penggunaan lahan di Surakarta selain untuk pemukiman sebesar ± 61,68%, Perusahaan 7%, Industri 2%, Sawah 3%, Taman Kota 1%, Pemakaman 2%, Tegalan 2%, Tanah Kosong 1%, Lapangan olahraga 1% dan lain-lain 9%.

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2011 (Ha)

Kecamatan Pemukiman

Jasa

Perusahaan Industri Tanah Kosong

2,52 Pasar Kliwon

Lap. OR

Luas Total

0 1.36 2.07 0 24.38 319,40 Pasar Kliwon

Sumber: Badan Pertanahan Kota Surakarta, 2011.

2. Pemerintahan

a. Pembagian Wilayah Administrasi

Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 Kecamatan, 51 kelurahan, jumlah RW sebanyak 595 dan jumlah Rt sebanyak 2.669 dengan jumlah KK sebesar 134.811 Kepala Keluarga. Rata-rata jumlah Kepal Keluarga per RT berkisar 50 Kepala Keluarga. (Surakarta Dalam Angka, 2009).

3. Penduduk dan Tenaga Kerja

a. Kependudukan

Berdasarkan data tahun 2011 penduduk Kota Surakarta mencapai 501.650

jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38 yang artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2011 mencapai 11.988 jiwa/km². Pada tahun 2011 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.903 jiwa.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2011

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Rasio Jenis

Kelamin

Tingkat Laki – Kepadatan

13.354 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011.

Data diatas menunjukkan bahwa daerah terpadat penduduknya adalah daerah Serengan yaitu sebesar 19.903 jiwa/Km², sedangkan secara rata-rata tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sebesar 13.189 jiwa/Km².

b. Tenaga Kerja

Jumlah penduduk bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 249.768 jiwa atau sebesar 46,71% dari jumlah seluruh penduduk Kota Surakarta. Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 43,57% dari jumlah penduduk Kota Surakarta yang bekerja, hal ini menunjukkan bahwa peran wanita Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.

4. Industri dan Perdagangan

a. Industri

Industri di Kota Surakarta tercatat sebanyak 215 perusahaan dengan skala besar dan sedang. Perusahaan industri dengan tenaga kerja lebih dari 20 orang dikategorikan sebagai perusahaan sedang dan besar. Penyerapan tenaga kerja pada perusahaan industri sedang dan besar tahun 2009 sebesar 16.585 pekerja adalah kelompok industri tekstil dengan jumlah karyawan sebesar 4.590 tenaga kerja. Kelompok industri tekstil di Kota Surakarta tercatat sebanyak 58 perusahaan, sedangkan untuk industri yang mengolah pakaian jadi sebanyak 3.494 orang. Di Kota Surakarta perusahaan yang banyak memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah adalah perusahaan tekstil dan pakaian jadi salah satunya adalah dengan banyak menyerap tenaga kerja.

b. Perdagangan

Guna menunjang kegiatan perdagangan, Kota Surakarta memiliki 44 pasar tradisional yang tersebar di antaranya adalah Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Notoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Gede, Pasar Nusukan, Pasar Harjodaksini, Pasar Jongke, Pasar Ngarsopuro, Pasar Rejosari, Pasar Turisari, Pasar Purwosari, Pasar Sidodadi, Pasar Ledoksari, Pasar Pucangsawit, Pasar Kadipolo, Pasar Tanggul, Pasar Depok, Pasar Penumping, Pasar Ayam, Pasar Kliwon dll. Pasar yang memiliki luas terbesar adalah Pasar Legi dengan luas pasar sebesar 16.640 m² dengan jumlah los sebanyak 1.545 los dan 205 kios. Sedangkan untuk pendapatan terbesar terdapat pada Guna menunjang kegiatan perdagangan, Kota Surakarta memiliki 44 pasar tradisional yang tersebar di antaranya adalah Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Notoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Gede, Pasar Nusukan, Pasar Harjodaksini, Pasar Jongke, Pasar Ngarsopuro, Pasar Rejosari, Pasar Turisari, Pasar Purwosari, Pasar Sidodadi, Pasar Ledoksari, Pasar Pucangsawit, Pasar Kadipolo, Pasar Tanggul, Pasar Depok, Pasar Penumping, Pasar Ayam, Pasar Kliwon dll. Pasar yang memiliki luas terbesar adalah Pasar Legi dengan luas pasar sebesar 16.640 m² dengan jumlah los sebanyak 1.545 los dan 205 kios. Sedangkan untuk pendapatan terbesar terdapat pada

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kawasan Ngarsopuro merupakan suatu kawasan di depan Pura Mangkunegaran yang dahulu berjajar toko-toko elektronik kurang tertata serta terdapat Pasar Antik Triwindu. Kawasan ini sejak tahun 2009 telah disulap menjadi suatu tempat sangat indah dan menarik untuk dikunjungi. Toko-toko elektronik tersebut direlokasi ke bangunan yang baru yaitu Pasar Ngarsopuro, tepatnya relokasi tersebut dilakukan pada tanggal 16 Februari 2009. Pasar Ngarsopuro merupakan salah satu pasar yang dikelola dibawah Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Pasar yang kini berada di Jalan Ronggowarsito itu memiliki 2 lantai bangunan yang terdiri

dari 71 kios, kios-kios tersebut dipetak-petak dengan ukuran luas 8 m 2 , 12 m 2 dan 20 m 2 . Pasar Ngarsopuro sendiri mengalami beberapa renovasi bangunan yang bertujuan merubah bentuk bangunan agar lebih terbuka sehingga terlihat sebagai sebuah pasar. Pasar Ngarsopuro juga memiliki sebuah kantor yang dipimpin oleh seorang kepala atau Lurah Pasar, dimana kantor tersebut bukanlah bangunan struktural, tetapi hanya kepanjangan tangan dari Dinas Pengelolaan Pasar untuk menangani masalah-masalah yang terjadi di Pasar Ngarsopuro tersebut.

Tabel 4.3 Jumlah Pedagang di Pasar Ngarsopuro Menurut Jenis Dagangan Tahun 2012

Jenis Dagangan

Jumlah Pedagang

Elektronik

Alat olahraga dan alat musik

Sumber: Kantor Lurah Pasar Ngarsopuro, 2012.

C. Hasil Analisis Uji-t (Paired Sample t-Test)

Penelitian ini menggunakan software SPSS versi 16 dalam menganalisis dampak relokasi padagang di Pasar Ngarsopuro. Uji yang akan digunakan adalah uji t (Paired Sample t Test) adalah uji t dua sample yang berpasangan. Sample yang berpasangan diartikan sebagai sample dengan subyek yang sama namun mengalami perlakuan dan pengukuran yang berbeda. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%.

1. Pendapatan

Penelitian ini terdapat rata-rata pendapaan pedagang sebelum direlokasi sebesar Rp 48.483.750,- sedangkan pendapatan pedagang sesudah direlokasi sebesar Rp 18.058.700,-. Pendapatan antara sebelum dan sesudah direlokasi memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp 30.425.050,-. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan pendapatan sesudah Penelitian ini terdapat rata-rata pendapaan pedagang sebelum direlokasi sebesar Rp 48.483.750,- sedangkan pendapatan pedagang sesudah direlokasi sebesar Rp 18.058.700,-. Pendapatan antara sebelum dan sesudah direlokasi memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp 30.425.050,-. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan pendapatan sesudah

Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Untuk Pendapatan

Pedagang (Per Bulan)

Lokasi

Rata-rata Pendapatan (Rp)

Sig. T

dF Sig. (2- tailed)

Sebelum relokasi

Sesudah relokasi

Sumber: Data Diolah, 2012.

Nilai rata-rata pendapatan pada saat sebelum progam relokasi pasar yaitu sebesar Rp 48.483.750,- dan nilai rata-rata keuntungan setelah adanya program relokasi pasar yaitu sebesar Rp 18.058.700,-

Pasar Ngarsopuro mengalami perubahan secara nyata dengan beda mean sebesar Rp 30.425.050,- dan angka tersebut cukup untuk menyatakan bahwa program relokasi ke Pasar Ngarsopuro mempengaruhi omset pedagang dalam hasil penghitungan ini menunjukkan nilai negatif (-) ini menunjukkan bahwa omset di Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pendapatan sebelum program relokasi. Hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya jumlah konsumen yang tidak sebanyak pada saat sebelum program relokasi pasar. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang Pasar Ngarsopuro mengalami perubahan secara nyata dengan beda mean sebesar Rp 30.425.050,- dan angka tersebut cukup untuk menyatakan bahwa program relokasi ke Pasar Ngarsopuro mempengaruhi omset pedagang dalam hasil penghitungan ini menunjukkan nilai negatif (-) ini menunjukkan bahwa omset di Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pendapatan sebelum program relokasi. Hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya jumlah konsumen yang tidak sebanyak pada saat sebelum program relokasi pasar. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

2. Keuntungan Pedagang

Nilai rata-rata keuntungan pada saat sebelum progam relokasi pasar yaitu sebesar Rp 12.768.750,- dan nilai rata-rata keuntungan setelah adanya program relokasi pasar yaitu sebesar Rp 2.335.875,- jadi terjadi perbedaan keuntungan antara sebelum dan sesudah relokasi sebesar Rp 10.432.875,-. Dari angka tersebut menunjukkan bahwa keuntungan pedagang di Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan.

Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Untuk Keuntungan

Pedagang (Per Bulan)

Lokasi

Rata-rata Keuntungan

(Rp)

Sig.

dF Sig. (2- tailed)

Sumber: Data Diolah, 2012.

Keuntungan yang diperoleh para pedagang pada saat sebelum dan sesudah direlokasi ke Pasar Ngarsopuro terdapat perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp 10.432.875,- ini menunjukkan bahwa keuntungan pedagang yang sekarang menempati Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pada saat sebelum dipindah, hal ini disebabkan adanya Keuntungan yang diperoleh para pedagang pada saat sebelum dan sesudah direlokasi ke Pasar Ngarsopuro terdapat perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp 10.432.875,- ini menunjukkan bahwa keuntungan pedagang yang sekarang menempati Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pada saat sebelum dipindah, hal ini disebabkan adanya

– 1, diperoleh nilai 3,350). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi yang menunjukkan keuntungan pedagang mengalami penurunan.

3. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja secara rata-rata tidak mengalami perubahan secara signifikan, perubahan jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 1 – 3 orang saja. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki sekarang (di Pasar Ngarsopuro) mengalami perubahan tenaga kerja jika dibandingkan jumlah tenaga kerja pada saat sebelum direlokasi. Penurunan jumlah tenaga kerja disebabkan menurunnya pendapatan para pedagang.

Tabel 4.6 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Untuk Jumlah Tenaga

Kerja (Per Bulan)

Lokasi

Rata-rata Pekerja (Orang)

Sig. T

dF Sig. (2- tailed)

Sebelum relokasi

Sumber: Data Diolah, 2012. Variabel tenaga kerja memiliki perbedaaan rata-rata atau beda mean sebesar 2,525. Nilai probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob < 0,005) dan

5% ; df : 40 – 1, diperoleh nilai 3,350). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi yang menunjukkan berkurangnya jumlah tenaga kerja karena pendapatan pedagang yang menurun.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hasil Analisa rata-rata pendapatan para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terjadi karena frekuensi penjualan yang terjadi di dalam pasar yang sekarang dengan lokasi yang berbeda mengakibatkan penurunan frekuensi jual beli di masing-masing toko yang berada pada pasar tersebut. Faktor lain yang ditemukan dalam survey lapangan adalah bentuk bangunan pasar yang berbentuk gedung dan tertutup dari luar, sehingga lokasi sering tidak diketahui oleh orang dan pengguna di sekitar Jalan Ronggowarsito. Kurangnya publikasi dari pemerintah daerah tentang adanya lokasi baru pasar tersebut yang menimbulkan efek ketidaktahuan masyarakat tentang lokasi baru pasar yang sering disebut dengan pasar elektronik oleh masyarakat Solo dan sekitarnya.

2. Hasil analisa rata-rata keuntungan para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terkait dengan menurunnya pendapatan yang diperoleh 2. Hasil analisa rata-rata keuntungan para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terkait dengan menurunnya pendapatan yang diperoleh

3. Hasil analisa rata-rata jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan pedagang alasan kenapa mereka mengurangi jumlah tenaga kerjanya selain untuk mengoptimalkan keuntungan yang mereka peroleh, mereka juga memilih untuk memberdayakan tenaga mereka sendiri untuk menjaga toko agar biaya operasional toko dapat ditekan seminimal mungkin. Faktor sosial yang lain karena unsur kekerabatan dan kekeluargaan pada sebagian pedagang yang masih mempekerjakan tenaga kerja yang dulu untuk tetap bekerja pada tokonya meskipun keuntungan yang diperoleh berkurang.

4. Adanya relokasi tersebut mengakibatkan sebagian pedagang yang memilih berpindah tempat usaha, dalam artian sebanyak 28 pedagang tidak ikut menempati lokasi pasar yang baru namun mereka memilih membuka tokonya di lokasi lain yang menurut mereka lebih strategis dan prospektus untuk berjualan dalam jangka panjang.

5. Hendra Widi Utomo 2011 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta menunjukkan penurunan omset, keuntungan dan kualitas barang yang terjual yang berarti kesejahteraan pedagang tersebut mengalami penurunan pendapatan jika dibandingkan dengan pendapatan sebelumnya pada saat di Banjarsari, dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang di bulan pertama tidak ada sehingga pedagang mengalami kerugian.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil pembahasan dari bab diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisa rata-rata pendapatan para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah mengalami penurunan.

2. Hasil analisa rata-rata keuntungan para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah mengalami penurunan.

3. Hasil analisa rata-rata jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah mengalami penurunan.

4. Sebanyak 28 pedagang yang tidak ikut serta dalam relokasi pasar dan memilih lokasi usaha yang lain untuk berjualan.

B. Saran

1. Dilihat dari kesimpulan pertama, kedua dan ketiga menunjukkan kesejahteraan pedagang mengalami penurunan. Dari hasil penelitian, pendapatan para pedagang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pendapatan pada saat sebelum direlokasi. Pemerintah Kota Surakarta sebaiknya mengunakan strategi pada penelitian terdahulu yang dilakukan di

Kota Yangzhou China yaitu dengan menggunakan dua tempat PKL yang direlokasi mendapatkan tempat baru dan tempat lama yang bersifat sementara. Cara yang digunakan adalah dengan meninggikan harga di tempat lama dan merekomendasikan tempat baru yang memiliki harga lebih murah sehingga konsumen secara perlahan-lahan juga akan ikut pindah ke tempat yang baru.

2. Bentuk bangunan yang tidak menyerupai pasar. Sebaiknya Pemerintah Kota Surakarta menata kembali bentuk bangunan pasar yang komunikatif seperti memperbesar papan nama Pasar Ngarsopuro, sehingga bangunan tersebut mudah dikenali masyarakat sebagai Pasar Ngarsopuro.

3. Pengadaan event dan program di Pasar Ngarsopuro lebih digencarkan kembali untuk menarik para pengunjung.