PENGARUH STORE IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI ASSALAAM HYPERMARKET SURAKARTA TAHUN 2012

SKRIPSI

Disusun Oleh :

TRI DYAH AYU VITHALOKA DEWI

K7408042

HLIAN KHUSUS PENDIDIKAN TATA NIA RAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

ARTA

IAGA

PENGARUH STORE IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI ASSALAAM HYPERMARKET SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

Disusun Oleh : PUTRI DYAH AYU VITHALOKA DEWI K7408042

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Putri Dyah Ayu Vithaloka Dewi. K7408042. PENGARUH STORE IMAGE

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI ASSALAAM

HYPERMARKET SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Ada tidaknya pengaruh store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Assalaam Hypermarket Surakarta tahun 2012. (2) Ada tidaknya pengaruh store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen pada Assalaam Hypermarket Surakarta tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah konsumen yang saat itu melakukan keputusan pembelian konsumen di Assalaam Hypermarket Surakarta tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dan quota sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 100 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner dengan skala likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil dari uji

F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 ≤ 0,05, maka HO ditolak sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Assalaam Hypermarket Surakarta tahun 2012. (2) Hasil dari uji t diperoleh variabel lokasi yang memiliki tingkat signifikansi 0,008, variabel produk memiliki tingkat signifikansi 0,000, variabel harga memiliki tingkat signifikansi 0,001, variabel pelayanan konsumen memiliki tingkat signifikansi 0,010 dan variabel fasilitas fisik memiliki tingkat signifikansi 0,002. Berdasarkan hasil perhitungan uji t tersebut diketahui nilai probabilitas masing- masing variabel (lokasi, produk, harga, pelayanan kosumen, dan fasilitas fisik) ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel lokasi, produk, harga, pelayanan kosumen, dan fasilitas fisik berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen di Assalaam Hypermarket Surakarta tahun 2012 .

Kata Kunci: Store Image, Keputusan Pembelian Konsumen

Putri Dyah Ayu Vithaloka Dewi. K7408042. EFFECT OF STORE IMAGE ON

CUSTOMER PURCHASE DECISIONS AT ASSALAM HYPERMARKET

SURAKARTA IN 2012. Thesis. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, January 2013.

The purpose of this study are to determine: (1) There is the effect of store image that consisting of location, product, price, customer service, and physical facilities simultaneously on customer purchasing decisions at Assalaam Hypermarket Surakarta in 2012. (2) There is the effect of store image that consisting of location, product, price, costomer service, and physical facilities partially on customer purchasing decisions at Assalaam Hypermarket Surakarta in 2012.

This study used a descriptive quantitative research method. The population is a customer who was doing the customer purchasing decisions in Assalaam Hypermarket Surakarta in 2012. The sampling technique was used accidental sampling and quota sampling. The sample size in this study was 100 respondents. The data collection technique was used a questionnaire with likert technique. Multiple regression was used as a data analysis technique

Based on these results it can be concluded that: (1) The result obtained by

F test probability value of 0.000 ≤0.05 then Ho is rejected, so it can be concluded that the image store variables consisting of location, product, price, customer service, and physical facilities jointly influence the purchasing decisions of customers in Assalaam Hypermarket Surakarta in 2012. (2) The result obtained by t test location variable that data have a significance level of 0.008, the products variable have a significance level of 0.000, the price variable has a significance level of 0.001, customer service variable has a significance level of 0.010 and physical facilities variable has a significance level of 0.002. Based on the result of t test calculation, there are probabilities value of each variable (location, product, price, customer service, and physical facilities) ≤0.05, it can be conclude that the location, product, price, customer service, and physical facilities variables partially influence the purchasing decisions of customers in Assalaam Hypermarket Surakarta in 2012.

Keywords : Store Image, Customer Purchasing Decision

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu sedang menyelesaikan sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh”

(Terjemahan Qur’an Surat Al Insyiroh ayat 6-7)

“Allah mendengar lebih dari yang manusia ucapkan, menjawab lebih dari yang manusia minta, memberi lebih dari yang manusia bayangkan dengan waktu dan

caraNya sendiri”

(Penulis)

“Image menjadi hal yang penting dalam hidup. Image menjadi ukuran pandangan seseorang tentang diri atau suatu hal”

(Penulis)

“Dengan store image, konsumen dapat mengetahui perbedaan ritel satu dengan ritel lainnya dan dapat memilih dengan cermat ritel yang sesuai dengan keinginan

konsumen dalam keputusan pembelian.”

(Penulis)

“Taruh mimpimu 5 cm di depan keningmu agar tetap ingat dan dapat terus di lihat, mengantung di depan kening mu untuk dapat terus menggapainya”

(Film 5 cm)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Allah SWT atas semua pertolongan dan segala nikmat yang diberikan, semoga karya ini mempunyai nilai ibadah di hadapan-Mu Ibu dan Bapak tercinta yang selau memberi semangat, berdoa, dan berkorban tanpa henti untuk anaknya agar hidup lebih baik Adikku tersayang Ricky Andrian Firmanda yang selalu memberi semangat dan dukungan tiada henti Teristimewa kepada sahabatku Oky, Evy, Duta, Deppy, Heru, Bambang, Rohmat terima kasih atas seluruh bantuan dan dukungan yang kalian berikan Teman baikku Wiwit, Mita, Rosita, Widi, Atik, Dona, Ratri, Erna, Mas Aan, dan Mas Budi terima kasih atas seluruh dukungan yang kalian berikan Penghuni Kos Lisanda (Ririn, Mita, Rina, Nana, Amel, Lulu, Aulia, Hana, Mba Ria, Mba Nunung, Mba Anis dan Mba Wiwit) yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

Teman-teman PTN 2008

Adik-adik PTN 2009 Dan Almamater kebanggaanku UNS

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pemilik kehidupan dan kepada-Nya saya kembali atas segala nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. dengan judul: ” PENGARUH STORE

IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI

ASSALAAM HYPERMARKET SURAKARTA TAHUN 2012”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.

4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin menyusun skripsi

5. Jonet Ariyanto Nugroho, SE, MM selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan kuliah selama ini.

6. Dra. Harini, M.Pd selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran memberikan

bimbingan dan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Haryadi Nurwanto, S.Psi, Psi yang telah memberikan informasi dan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Assalaam Hypermarket Surakarta.

9. Seluruh staf dan karyawan Assalaam Hypermarket yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada penulis.

10. Seluruh pelanggan Assalaam Hypermarket yang menjadi responden dalam penelitian ini yang telah memberi informasi kepada penulis dengan menjawanb kuesioner yang diberikan.

11. Semua pihak yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mambantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan bagi penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perdagangan terus mengalami peningkatan, khususnya pada perdagangan ritel. Ritel dianggap sebagai usaha yang menguntungkan karena masyarakat yang saat ini menginginkan untuk mendapatkan segala kebutuhan dengan mudah, murah, cepat, dan nyaman. Hal ini membuka peluang usaha yang potensial bagi pembisnis, terlihat dengan banyak gerai-gerai retail yang telah dibuka di Surakarta. Ritel modern dianggap sebagai tempat belanja yang menarik karena berubahnya pola kebutuhan manusia akan belanja dari tradisional ke modern yang disebabkan oleh beralihnya kebutuhan berbelanja bukan sekedar untuk memperoleh barang atau produk yang akan dikonsumsi namun juga sebagai sarana rekreasi.

Ritel modern menawarkan tempat belanja yang nyaman, bersih, penataan produk yang rapi, informasi yang jelas, harga bersaing, barang-barang yang lengkap, cara pembayaran yang mudah, promosi yang menarik, tempat yang luas, dan tempat parkir yang aman membuat konsumen nyaman sehingga betah berlama-lama di dalam toko yang juga sebagai sarana rekreasi bagi konsumen. Selain itu, banyak konsumen yang memilih berbelanja ke retail modern karena retail modern mempunyai beberapa kelebihan yaitu kepraktisan dengan istilah one stop shopping artinya semua kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dalam satu tempat, menghemat waktu karena konsumen tidak perlu tawar menawar dalam berbelaja, dan sebagai sarana rekreasi karana tersedianya tempat bermain bagi anak-anak. Hal ini membuat banyak peritel di Surakarta yang membuka gerai- garai retail dari yang berskala kecil sampai berskala besar yang berupa mini market, supermarket dan hypermarket. Perkembangan retail di Surakarta sangat pesat terlihat dari banyak gerai-gerai yang terdapat di pusat kota sampai pinggiran kota. Adapun data jumlah industri retail yang ada di Surakarta sebagai berikut:

Jenis

Nama

JumlahH Hypermarket

Carrefour Hypermart Assalaam

1 Grosir

Lotte Mart

1 Supermarket

Luwes Group Gaint

1 Minimarket

Indo Maret, Alfamart, Asgross, dan mini market yang lain

35 (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 2011)

Perkembangan perusahan-perusahan retail di Surakarta sangat pesat, baik perusahaan retail kecil, menengah dan besar. Semakin pesatnya pertumbuhan jumlah perusahaan retail, maka persaingan dibidang pemasaran retail semakin ketat. Persaingan pada perusahaan retail yang terjadi menuntut perusahaan retail untuk dapat beradaptasi dan mengantisipasi segala perubahan yang terjadi. Perusahaan retail diharapkan dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat sehingga dapat bertahan dan lebih unggul dibandingkan dengan para pesaingnya.

Store Image menjadi salah satu strategi pemasaran dalam bentuk bukti fisik yang dirasakan konsumen setelah melakukan keputusan pembelian. Store image dapat digunakan untuk penanaman konsep toko di benak konsumen. “Store image adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masing-masing bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen” (Utami, 2010: 270). Store image memberikan gambaran atau konsep toko di benak konsumen sehingga konsumen mampu mengingat toko, memiliki kesan terhadap toko, dan dapat kembali berkunjung ke toko lagi.

Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalamanan mereka atas toko tersebut. Sebagai hasilnya, konsumen akan tetap melakukan keputusan pembelian suatu produk di toko tersebut walaupun di toko lain juga menyediakan produk tersebut. Store Image menjadi faktor penting bagi keberhasilan pemasaran suatu retail. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik terhadap toko, Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalamanan mereka atas toko tersebut. Sebagai hasilnya, konsumen akan tetap melakukan keputusan pembelian suatu produk di toko tersebut walaupun di toko lain juga menyediakan produk tersebut. Store Image menjadi faktor penting bagi keberhasilan pemasaran suatu retail. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik terhadap toko,

Peritel membentuk store image dengan menggabungkan variabel- variabel yang mempengaruhinya, yaitu lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik. Variabel-variabel tersebut akan menggambarkan toko yang pada akhirnya akan membentuk store image. Store image menjadi gambaran toko yang dilihat dan dirasakan konsumen sehingga saat konsumen telah merasa nyaman di toko maka akan melakukan keputusan pembelian di toko tersebut. Keputusan pembelian konsumen sebagai hasil nyata dari store image yang terbentuk sehingga konsumen tertarik dan merasa nyaman terhadap toko.

Assalaam Hypermarket Surakarta sebagai salah satu yang berbentuk hypermarket di Surakarta yang bergerak pada bisnis ritel, memiliki image yang berbeda dengan ritel lainnya. Image yang ditampilkan dalam Assalaam Hypermarket bernuansa Islami terlihat dari namanya Assalaam yang artinya selamat dengan maksud perusahaan dan konsumen selamat dunia dan akhirat dalam berbelanja. Selain itu image Assalaam hypermarket juga terlihat dalam toko seperti produk-produk yang dijual halal, musik yang 75% islami, karyawan menggunakan jilbab, dan beberapa acara-acara yang islami.

Assalaaam Hypermarket Surakarta memiliki lokasi yang berada di jalur cepat dan dipinggiran kota Surakarta. Hypermarket biasanya berada dipusat kota dan dijadikan tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari bagi seluruh konsumen di kota tersebut. Namuan Assalaaam Hypermarket yang memilik lokasi dijalur cepat dan dipinggiran kota Surakarta yang hanya menjangkau konsumen yang berada di sekitar Assalaaam Hypermarket. Store image yang terbentuk menjadikan Assalaaam Hypermarket menjadi toko yang berbeda dengan toko yang lain sehingga konsumen akan tetap berbelanja di Assalaaam Hypermarket walau di Hypermarket lain menjual produk tersebut. Keputusan pembelian pada Assalaam Hypermarket menjadi bukti nyata dari store image yang telah bentuk.

adalah: “PENGARUH STORE IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

KONSUMEN

DI ASSALAAM

HYPERMARKET SURAKARTA TAHUN 2012”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik memiliki pengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Assalaam Hypermarket Surakarta?

2. Apakah store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik memiliki pengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen pada Assalaam Hypermarket Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari peneliti ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Assalaam Hypermarket Surakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh store image yang terdiri dari lokasi, produk, harga, pelayanan konsumen, dan fasilitas fisik secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen pada Assalaam Hypermarket Surakarta.

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan ilmu pemasaran khususnya mengenai store image dalam mata kuliah manajemen pemasaran dan manajemen retail.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Assalaam Hypermarket Surakarta sebagai bahan pertimbangan dan masukan berkaitan dengan store image yang terbentuk selama ini dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan sebagai bahan evaluasi terhadap store image yang telah terbentuk.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi bisnis retail untuk dapat meningkatkan penjualan dalam menghadapi persaingan yang ketat dengan store image.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan teori dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.

A. Tinjauan Pustaka dan Penelitian yang Relevan

Dalam pengkajian variable-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang relevan, dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang konsep-konsep, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan. Dalam permasalahan ini dilihat dari penelitian maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Pemasaran Jasa

a. Pengertian Pemasaran Jasa

Pengertian pemasaran jasa menurut William J. Stanton adalah “Kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara tersendiri yang pada hakekatnya bersifat tak teraba (intangible) yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain” (1985: 7). Pengertian lain menurut Fandy Tjiptono menyatakan “Pemasaran jasa adalah merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual” (2002: 23). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang sifatnya tidak bisa diraba (intangabel) yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya: ritel, bengkel, salon kecantikan, hotel, rumah sakit, bank, kantor konsultan, kantor pengacara dan lain sebagainya.

Menurut Fandy Tjiptono (2008) pemasaran jasa memiliki 4 karakteristik pokok yang membedakannya dengan barang yaitu:

1) Tidak Berwujud (intangibility) Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, diraba, dirasa atau dicium sebelum jasa tersebut dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible pada jasa memiliki 2 pengertian, yaitu:

a) Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.

b) Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan dan diformulasikan atau

dipahami secara rohaniah. Dalam hal ini untu kmengurangi ketidak pastian dalam hubungannya dengan karakteristik tidak berwujud, maka konsumen akan memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa tersebut. Konsumen akan menyimpulkan kualitas jasa berdasarkan tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan komunikasi (communication material ), symbol dan harga.

2) Tidak Dapat Dipisahkan (inseparatibility) Proses memproduksi dan konsumsi jasa terjadi dalam waktu yang bersamaan. Dalam hal ini interaksi antara penyedia jasa dengan konsumen merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa dan akan mempengaruhi hasil (outcome) jasa tersebut.

3) Keberagaman (variability) Jasa banyak memiliki variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dimana jasa tersebut dihasilkan serta penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.

4) Tidak Tahan Lama (perishability) Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan, meskipun demikian ada pengecualian dalam karakteristik ini. Dalam kasus tertentu jasa dapat disimpanya itu dalam bentuk pemesanan

Retailing meliputi kegiatan yang langsung berhubungan dengan penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Menurut Ma’ruf menyatakan bahwa ”Pengecer (retailer) adalah pengusaha yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen” (2005: 71). Berman dan Evans dalam Sujana “Retailing is those business activities involved in the sale of good and sevice to consumers for their personal, family or household use” artinya retailing adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang menyangkut penjualan barang atau jasa kepada konsumen untuk digunakan oleh mereka sendiri, keluarga, atau rumah tangganya (2005: 11). Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan bahwa retailing adalah suatu bentuk usaha menjual produk dan jasa yang langsung pada konsumen akhir untuk dikonsumsi.

d. Karakteristik Bisnis Retailing

Berikut ini beberapa karakteristik bisnis retail yang membedakannya dengan bisnis lainnya. Menurut Berman dan Evans dalam Sujana (2005), karakteristik bisnis retail ada 3 yaitu :

1) Small Enough Quantity Penjualan barang dan jasa dalam small enough quantity (partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu). Meskipun retailer mendapatkan barang dari supplier dalam bentuk kartonan(cases), namun retailer mendisplay dan menjualnya dalam pecahan per unit (piece(s)).

2) Impulse Buying Yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga dapat menimbulkan banyak pilihan dalam proses belanja konsumen. Seringkali konsumen dalam proses belanjanya, keputusan yang diambil untuk membeli suatu barang 2) Impulse Buying Yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga dapat menimbulkan banyak pilihan dalam proses belanja konsumen. Seringkali konsumen dalam proses belanjanya, keputusan yang diambil untuk membeli suatu barang

3) Store Condition Kondisi lingkungan dan interior dalam toko/gerai yang dipengaruhi oleh lokasi toko, efektifitas penerangan barang, open hour (jam buka toko) dan tingkat harga yang bersaing.

Berdasarkan karakteristik bisnis retail dapat disimpulkan terdapat tiga karakteristik yaitu pertaman small enough quantity yaitu partai kecil dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu. Kedua impulse buying yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga dapat menimbulkan banyak pilihan dalam proses belanja konsumen sehingga terjadi pembelian yang belum direncanakan sebelumnya. Ketiga store condition yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko/gerai. Karakteristik bisnis retail digunakan retail untuk memuaskan kebutuhan konsumen dalam keputusan pembelian konsumen.

e. Tipe Bisnis Retailing

Menurut Berman dan Evans dalam Sujana (2005) terdapat tipe bisnis retail dapat di klasifikasikan menjadi empat, yaitu:

1) Tipe Bisnis Retailer Atas Kepemilikan (Ownership)

a) Single Store Retailer

Merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m 2 . Mulai dari kios atau toko di pasar tradisional sampai dengan mini market moderen dengan kepemilikan secara individu.

b) Rantai Toko Retailer

Toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh suatu intitusi bisnis bukan perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan (company owned retail chain)

c) Toko Waralaba (Franchise Store)

Toko retail yang dibangun berdasarkan kontrak kerja waralaba (bagi hasil). Antara waralaba (franchisee) yakni pengusaha investor perorangan (independent business person) dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang lisensi.

a) Specialty Store (Toko Khas)

Merupakan toko retail yang menjual suatu jenis kategori barang atau suatu tentang kategori barang yang sempit/sedikit. Contoh: Apotek, Optik Store, Gallery.

b) Grocery Store (Toko Serba Ada)

Merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori barangnya adalah barang groceries(kebutuhan sehari-hari). Contoh: Hero, Laris, Lotte Market.

c) Department Store

Sebagian assortment yang dijual adalah merupakan non-basic items atau bukan merupakan kebutuhan pokok yang berupa produk fashion dan branded item (bermerek). Contoh: Matahari, Ramayana, Borobudur.

d) Hyperstore

Menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen. Mulai dari barang grocery, househoid, textile, appliance, optical , dan lainnya dengan konsep one-stop-shopping. Contoh: Assalaam, Carrefour, dan Hypermart

3) Tipe Bisnis Retailer Berdasarkan Luas Sales Area

a) Small Store/Kios

Sebuah toko kecil (kios) yang umumnya, merupakan toko retail tradisional, dioprasikan sebagai usaha kecil dengan sales area

kurang dari 100 m 2 .

b) Minimarket

Dioprasikan dengan luasan sales area antara 100 m 2 sampai dengan

1000 m 2 .

c) Supermarket

Dioprasikan dengan luasan sales area antara 1000 m 2 sampai dengan

5000 m 2

d) Hypermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5000 m 2

4) Non – Store Retailer

a) Multi-Level-Marketing (MLM)

Sebuah model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan setatus keanggotaan peringkat distribusi. Dalam model distribusi MLM terdapat 3 komponen, yaitu: rect-seller, merchandise user, dan manufacture.

b) Mail and Phone Older Retailing

Perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon.

c) Internet/Online Store c) Internet/Online Store

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan upaya memperoleh keuntungan. Kotler dan Armstrong berpendapat bahwa “Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, dan pertukaran produk serta dengan pihak lain” (2006: 6). Pengertian lain dikemukakan oleh Stanton dalam Harini bahwa “Pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial” (2008: 9).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan untuk keinginan konsumen yang ada maupun kebutuhan konsumen potensial, menentukan produk apa yang akan diproduksi, menentukan harga, kemudian menentukan cara-cara berpromosi dan mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen. Kegiatan pemasaran akan lebih baik dan mencapai hasil yang diinginkan bila di koordinasi dan di kelola dengan cara yang baik melalui manajemen pemasaran.

b. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran suatu perusahaan harus dimulai dengan usaha mengenal, merumuskan keinginan dan kebutuhan dari konsumen. Perusahaan harus mampu memprediksikan hal-hal yang menjadi harapan konsumen untuk menimbulkan kepuasan konsumen sehingga akan menciptakan kesetiaan pelanggan pada toko.

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai tiga unsur pokok dalam konsep pemasaran menurut Swastha dan Handoko (2011) adalah sebagai

Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen harus:

a) Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembelian yang

akan dilayani dan dipenuhi.

b) Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan, karena perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen maka perusahaan harus memilih kelompok pembeli dengan kebutuhan tertentu. Perusahaan dalam melayani kelompok pembeli, tidak semua kelompok pembeli mendapat perhatian yang sama.

c) Menentukan produk dan program pemasarannya untuk kebutuhan yang berbeda-beda dari kelompok pembeli yang dipilih sebagai sasaran, perusahaan dapat menghasilkan barang-barang dengan tipe model yang berbeda-beda dan dipasarkan dengan program pemasaran yang berlainan.

d) Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta perilaku mereka.

e) Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik.

2) Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral (integrated marketing) Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir dengan baik. Adanya penyesuaian dan koordinasi bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, saluran distribusi, dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan konsumen. Usaha-usaha ini perlu juga dikoordinasikan dengan waktu dan tempat yang sesuai.

Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba, adalah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal ini, perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen. Perkembangan masyarakat dan teknologi menyebabkan perkembangan konsep pemasaran, dimana perusahaan dituntut untuk dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang diinginkan sesuai dengan selera mereka.

Berdasarkan konsep pemasaran diatas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur pokok, yaitu pertama orientasi pada konsumen dengan memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan kelompok pembeli yang akan menjadi sasaran penjualan, menentukan program pemasaran yang berbeda sesuai sasaran, mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, menafsirkan keinginan, dan menentukan strategi yang baik bagi konsumen. Kedua penyusunan kegiatan pemasaran secara integral yaitu penyesuaian dan koordinasi bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, saluran distribusi, dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan konsumen. Ketiga kepuasan konsumen yaitu perusahaan harus meningkatkan kepuasan konsumen terhadap produk yang dipasarkan untuk mendapatkan laba. Dalam perkembangannya, perusahaan dituntut untuk dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang diinginkan sesuai dengan selera mereka.

c. Strategi Pemasaran

Menurut Kotler & Amstrong (2008), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai dan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan konsumen. Pengertian lain menurut Lupiyoadi, strategi pemasaran adalah membagi pasar menjadi

Menurut Fandy Tjiptono (2004) bauran pemasaran adalah seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Bauran pemasaran jasa ada 7 P yaitu:

1. Products (produk) merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun yang tidak berwujud) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.

2. Pricing (harga) merupakan keputusan pembelian harga berkenaan dengan kebijakan strategi dan trik seperti tingkay harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga antara berbagai kelompok pelanggan. Biasanya karakteristik intangible jasa menyebabkan harga menjadi indikator signifikan atas kualias.

3. Promotion (promosi) merupakan bauran promosi meliputu berbagai metode untuk mengomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling, dan public relations .

4. Place (distribusi) merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputikeputusan lokasi fisik (misalnya keputusan mengenai dimana ritel harus didirikan), keputusan mengenai penggunaan perantaran untuk meningkatkan aksesibilitas jasa bagi pasa pelanggan (misalnya pengantaran), dan keputusan nonlokasi yang ditetapkan demi ketersediaan jasa (misalnya pemesanan barang).

5. People (orang) merupakan orang yang sebagai unsur vital dalam 5. People (orang) merupakan orang yang sebagai unsur vital dalam

6. Physical Evidence (bukti fisik) merupakan karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Ini menyebabkan resiko yang di persepsikan konsumen dalam bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti difisik dalam karakteristik jasa. Bukti fisik ini dalam bentuk brosur, penampilan staf yang rapi dan sopan, dekorasi internal dan eksternal bangunan, ruang tunggu yang nyaman, dan lain sebagainya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam Physical Evidence, antar lain:

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik (physical surrondings) merupakan aspek fisik dan tempat yang konkrit dari lingkungan yang meliputi suatu kegiatan konsumen. Lingkungan fisik berupa warna, suasana, penerangan, cuaca, dan susunan ruang atau benda yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Lingkungan fisik mempengaruhi persepsi konsumen melalui mekanisme sensor penglihatan, pendengaran, penciuman, dan bahkan sentuhan.

Lingkungan sangat penting bagi para pengusaha ritel sebagai pengelolaan lingkungan fisik sehingga dapat berpengaruhi perilaku, sikap, dan keyakinan konsumen ke arah yang diinginkan. Misalnya lingkunagn fisik mempunyai implikasi yang penting untuk membangun store image (citra toko). Bila seorang retailer menyadikan suatu store image yang islami maka penting lingkungan harus sesuai dengan store image.

a. Store image adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masing-masing bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen.

b. Store atmospherics adalah suasana toko yang merupakan desain bangunan, ruang interior, tata ruang lorong-lorong, teksktur karpet, dan diding, bau, warna, bentuk, suara yang dialami para konsumen yang mempengaruhi konsumen.

c. Store environment adalah segala sesuatu yang ada disekeliing toko dan sangat mempengaruhi tindakan konsumen. Store environment dalam retailer dapat menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu atau menggerakkan konsumen untuk membeli lebih banyak barang di luar yang mereka rencanakan. Store environment yang dirancang dengan baik dan sesuai dengan target market yang ditetapkan akan dapat menciptakan emosi- emosi atau suasana hati yang kondusif untuk berbelanja.

2. Fasilitas-fasilitas pendukung perusahaan

Fasilitas pendukung pererusahaan merupakan sumber daya fisik yang harus ada sebelum suatu jasa ditawarkan kepada konsumen. Misalnya bangunan dan lapangan parkir.

7. Process (proses produksi atau operasi) merupakan faktor penting bagi konsumen high-contact services, yang seringkali jug berperan sebagai co-producer jasa bersangkutan.

8. Costomer Service (layanan pelanggan) merupakan layanan pelanggan berbeda antar organisasi. Dalam sektor jasa layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kulaitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu, tanggung jawab atas unsur bauran pemasaran ini tidak bisa diisolasi hanya pada departemen layanan pelanggan, tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personel produksi baik yang 8. Costomer Service (layanan pelanggan) merupakan layanan pelanggan berbeda antar organisasi. Dalam sektor jasa layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kulaitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu, tanggung jawab atas unsur bauran pemasaran ini tidak bisa diisolasi hanya pada departemen layanan pelanggan, tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personel produksi baik yang

3. Tinjauan Tentang Store Image

a. Pengertian Store Image

Store image merupakan ciri toko yang melekat di benak konsumen terhadap sebuah ritel. Seperti produk, sebuah toko juga memiliki kepribadian. Beberapa toko bahkan memiliki image yang sangat jelas di dalam benak konsumen. Dengan kata lain, image toko adalah ciri khas toko. Kepribadian atau image toko menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Bagi konsumen, kepribadian itu juga mewakili suatu gambaran dan merancang apa yang diinginkan, dilihat, dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Menciptakan sebuah image yang baik bagi konsumen adalah pekerjaan yang tidak mudah.” Image adalah suatu bayangan atau gambaran yang ada di dalam benak seseorang yang timbul karena emosi atau reaksi terhadap lingkungan sekitarnya” (Sopian dan Syihabudhi, 2008: 138).

Definisi store image menurut Peter dan Olson adalah “suatu yang di pikirkan konsumen tentang suatu toko termasuk di dalamnya adalah persepsi dan sikap yang dirasakan pada sensasi dari rangsangan yang berkaitan dengan toko yang diterima melalui lima indara” (2000: 248). Pengertian lain menurut Utami “ Store image adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masing-masing bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen” (2010: 270). Dengan demikian store image terbentuk dari fungsi multi atribut yang saling berhubungan satu sama lain dengan bobot masing-masing.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa store image adalah gambaran keseluruhan yang di pikirkan konsumen tentang suatu toko di benak konsumen yang timbul karena persepsi dan sikap yang di rasakan Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa store image adalah gambaran keseluruhan yang di pikirkan konsumen tentang suatu toko di benak konsumen yang timbul karena persepsi dan sikap yang di rasakan

b. Faktor Store Image

Image dapat terbentuk dari dua faktor yaitu komunikasi dan kegiatan mengkonsumsi barang atau jasa yang mereka beli. Echner dan Ritchie dalam Suhartono dan Kusdibyo (2005) berpendapat bahwa komunikasi yang terbentuk antara suatu organisasi dengan publik baik berupa promosi seperti brosur, poster mau pun media informasi melalui koran, TV, majalah, radio mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu organisasi tersebut. Selain itu dipengaruhi juga oleh promosi dan komunikasi melaui media, persepsi konsumen juga dipengaruhi oleh komunikasi diantara konsumen yang dikenal “word of mounth communication ”.

Faktor kedua yang mempengaruhi citra (image) adalah kegiatan konsumen baik langsung maupun tidak langsung dalam berhubungan dengan penyedia produk maupun jasa. Pengaruh dari pengalaman berhubungan dengan suatu organisasi ini sangat besar pengaruhnya dalam membentuk persepsi konsumen terhadap suatu organisasi atau toko. Pengalaman konsumen dalam berbelanja akan memberikan kesan di benak konsumen sehingga membentuk store image (citra toko).

c. Komponen Store Image

Menurut Berman (2001) dalam membentuk store image terdapat 5 variabel yang akan membuat persepsi konsumen terhadap sebuah toko sebagai kepribadian toko yang berbeda dari toko lainnya sehingga konsumen merasa senang dan puas terhadap toko tersebut dan membuat keputusan pembelian. Komponen-konponen dalam store image yaitu :

“Lokasi adalah tempat kedudukan penjual dari tempat kedudukan konsumen dalam arti akses/cara yang harus ditempuh konsumen menuju toko” (Peter dan Olson, 2002: 254). Lokasi yang tepat akan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk menjangkau toko, sehingga konsumen tidak perlu mengeluarkan waktu dan biaya yang berlebihan untuk menjangkau toko. Kemudahan dalam menjangkau lokasi toko dengan angkutan umum seperti bus, angkot, becak, dan lain sebagainya memudahkan konsumen untuk menuju toko.

Menurut Peter dan Olson, “Lokasi adalah tepat yang baik menjamin tersediannya akses yang cepat, dapat menarik sejumlah besar konsumen, dan cukup kuat untuk mengubah pola berbelanja dan pembelian konsumen.” (2002: 255) Lokasi strategis merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat berpengaruh terhadap masa depan serta pertumbuhan riteler, sehingga mempunyai implikasi yang besar. Pemilihan lokasi termasuk juga kemudahan parkir maupun jarak perjalanan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

Lokasi juga akan mempengaruhi store image yang terlihat dari tempat berdirinya toko, konsumen akan mengingat tempat/daerah lokasi toko sehingga konsumen akan mengingat toko dengan baik. Selain itu kekuatan daya tarik toko yang membuat persepsi pada konsumen dengan letak yang strategi dan kemudahan untuk menjangkaunya membuat konsumen melakukan keputusan pembelian di toko tersebut. Seperti pendapat yang di nyatakan David dalam Foster yang mengatakan bahwa “Bila semua faktor mempunyai nilai yang hampir sama dalam memutuskan pilihan toko, pada umumnya konsumen akan memilih toko yang paling dekat karena hal itu akan memberikan kenyamanan yang lebih bagi konsumen dalam hal waktu dan tenaga” (2008: 52).

Bagi toko perbelanjaan, informasi tentang jumlah dan karakteristik kendaraan yang melintas penting diperoleh. Kendaraan yang melintas merupakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang mengadakan akan menjadi segmentasi pasar bagi retail tersebut. Faktor lebar jalan, kondisi jalan, dan kemacetan akan menjadi nilai tambah atau nilai kurang bagi pengendara. Sebaiknya, jalan yang lebar, mulus, dan tidak begitu macet akan menjadikan potensi yang baik bagi peritel.

b) Fasilitas parkir Pusat perbelanjaam yang memiliki fasilitas parkir yang memadai bisa menjadi pilihan yang lebih baik bagi peritel dibandingkan pertokoan dan pusat perbelanjaan yang fasilita parkirnya tidak mencukupi. Selain itu, fasilitas yang memadai mencakup area yang luas, penataan, keamanan, pencahayaan, kebersihan, dan pintu masuk dan keluar yang mudah akan membuat konsumen betah berbelanja di toko tersebut.

c) Transportasi umum Transportasi umum berupa bis dan angkot yang melintas di depan suatu pusat perbelanjaan akan memberi daya tarik yang lebih tinggi karena banyak konsumen yang dengan mudah masuk ke area perbelanjaan. Pusat perbelanjaan yang menjual produk kebutuhan pribadi atau kebutuhan rumah tangga bisa dikunjungi praktis oleh semua lapisan masyarakat, baik yang kendaraan pribadi maupun yang menumpang transportasi umum. Transportasi umum dijadikan alat transportasi konsumen yang akan berbelanja, dengan adanya halte dan waktu pemberangkatan yang tepat membuat keuntungan bagi pusat perbelanjaan.

2) Produk 2) Produk

Menurut Kotler dan Amstrong, kualitas produk merupakan karakteristik produk yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan (2006: 272). Kualitas produk merupakan hal yang penting dalam pembentukan store image karena konsumen datang ke toko untuk membeli produk yang di jual di toko, dengan kualitas produk yang baik maka konsumen akan merasa puas terhadap produk yang dijual di toko tersebut.

Selain itu, assortment menunjuk kelengkapan produk yang dijual di toko. Keanekaragaman atau keragaman produk terdiri atas dua hal :

a) Wide (lebar) yaitu banyaknya variasi kategori produk yang dijual. - Lebar: banyak ragam kategori produk. - Sempit: sedikit ragam kategori produk.

b) Deep (dalam) yaitu banyaknya item pilihan dalam masing-masing kategori produk. - Dalam: banyak pilihan (warna, ukuran, bahan dan lain-lain) dalam

setiap kategori produk. - Dangkal: sedikit pilihan dalam setiap kategori produk. Menurut Utami (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi produk dalam toko yaitu:

a) Variasi produk adalah produk yang dijual bervariasi dari berbagai jenis, ukuran, dan merek untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

kualitas yang baik sesuai keinginan konsumen.

d) Ketersediaan stok produk adalah produk yang dijual memiliki stok yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen setiap kali berbelanja.

3) Harga Menurut Daniel, “Harga adalah sesuatu yang diserahkan dalam penukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa” (2001: 268). Harga pengecer merupakan faktor yang penting dalam penentuan posisi dan harus diputuskan sesuai dengan pasar sasarannya. Pedagang eceran harus memperhatikan taktik persaingan harga. Sebuah toko dapat menjadi terkenal karena harga jual yang ditetapkan cukup murah atau harga jual yang ditetapkan merupakn harga pasti. Berdasarkan hal itu, pengecer harus dapat menetapkan harga yang tepat untuk barang- barangnya, sehingga kelancaran penjualan barang akan lebih terjamin. Semua pengecer senantiasa berkeinginan menetapkan harga yang tinggi dengan volume penjualan yang tinggi pula, namun kedua hal ini sulit diterapkan secara bersamaan.

Penetapan harga berkaitan dengan aspek-aspek laba, pelanggan, pasar dan persaingan, pengadaan barang dagangan, citra kualitas merek yang berbeda dan hukun dan peraturan, yang akan di uraikan sebagai berikut :

a) Harga berkaitan dengan memaksimalkan laba Setiap peritel atau perusahaan perdagangan eceran, seperti halnya semua perusahaan , ingin memaksimalkan laba. Laba dapat dicapai dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Idealnya adalah memaksimalkan laba dicapai baik dalam jangka pendek ataupun dalam jangka panjang. Tetapi, situasi persaingan dan kondisi pasar sering kali membuat peritel harus memilih memaksimalkan laba

Memaksimalkan laba adalah salah satu ciri dari selembar mata uang, sisi lainnya adalah kepuasan konsumen. Tujuan perusahaan adalah kepuasan pelnggan melalui operasional perusahaan yang akan member laba yang patut. Itu berarti kedua pihak sama-sama mendapatkan manfaat dari interaksi penjual-pembeli.

c) Harga berkaitan dengan pasar dan persaingan Faktor pasar atau persaingan merupakan faktor penting yang amat mempengaruhi penetapan harga. Untuk semua peritel yang hendak memperluas pembeli dalam suatu wilayah atau dalam suatu segmen disebut sebagai penetrasi pasar, penetapan harga rendah atau harga bersaing dilakukan.

d) Harga berkaitan dengan pengadaan barang merchandise

Barang persediaan yang masih banyak dan agak lambat penjualannya padahal tanggal kadaluarsanya tinggal beberapa bulan lagi, mengharuskan tindakan penjualan segara mungkin. Itu hanya bias dilakukan dengan cara menjual dengan harga diskon, penjualan demikian adalah penjualan untuk tujuan cuci gudang. Taktik lain adalah membuat paket, yaitu menjual dengan harga yang amat menarik (diskon cukup besar) untuk pembelian beberapa barang dalam satu paket.