Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.2 Masukan (Input)

Menurut Sudjana (2008:55), evaluasi masukan (input) program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto dan Jabar (2014:47), menyatakan bahwa evaluasi input adalah 1) kemampuan awal warga belajar; 2) kemampuan sekolah menyediakan petugas yang tepat; 3) bahan ajar; 4) kurikulum; 5) sarana belajar.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis, sumber-sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga meliputi peserta didik, guru, kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan serta buku teks.

Dari hasil penelitian masukan (input) tentang peserta didik di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga menunjukkan bahwa peserta didik mengikuti kelas bilingual mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Siswa yang diterima di kelas satu memiliki usia rata-rata enam sampai tujuh tahun. Sistem penerimaan peserta didik baru tidak melalui proses penyeleksian sehingga kemampuan peserta didik sangat beragam termasuk kemampuan dalam Bahasa Inggris. Namun, kemampuan peserta didik yang beragam tidak menjadi hambatan dalam mengikuti pembelajaran di kelas bilingual. Berdasarkan obeservasi yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa peserta didik mampu mengikuti pembelajaran bilingual meskipun tidak dilakukan proses seleksi penerimaan peserta didik baru.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ninawati (2012) menyebutkan bahwa mempelajari bahasa asing selama usia anak-anak memiliki keuntungan istimewa. Hal tersebut dikarenakan manusia memiliki kapasitas istimewa untuk menguasai bahasa pada masa kanak- kanak tanpa melihat apakah bahasa tersebut bahasa ibu atau bahasa yang lainnya. Belajar bahasa pada anak-anak lebih efektif karena faktor neurologis sehingga mempelajari Bahasa Inggris pada usia di sekolah dasar merupakan hal yang tepat.

Sejalan dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik di SD Kristen 3 Eben Salatiga dapat mengikuti pembelajaran di kelas bilingual dengan baik meskipun tidak dilakukan seleksi di awal penerimaan peserta didik. Pembelajaran di kelas bilingual tepat diberikan pada anak di usia sekolah dasar karena mereka lebih mudah menerima dan mempelajari bahasa dan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor neurologis.

Selain siswa, guru juga memiliki peranan yang penting terhadap pelaksanaan program kelas bilingual karena guru merupakan sumber pengetahuan, penyedia bahan pembelajaran dan pendidik. Astika (2009) mengatakan bahwa seorang guru kelas bilingual harus

macam pengetahuan kebahasaan, yaitu pengetahuan tentang istilah teknis (technical vocabulary) dalam mata pelajaran tertentu dan pengetahuan tentang tata Bahasa Inggris. Menerapkan konsep yang terkandung dalam istilah- istilah teknis mungkin bukan merupakan masalah yang terlalu berat karena guru telah memiliki latar belakang

mempunyai

dua dua

Guru kelas bilingual yang ada di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dipilih berdasarkan proses seleksi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Guru harus berlatar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi dan memiliki kemampuan komunikasi Bahasa Inggris yang baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa mereka mampu menyampaikan istilah-istilah teknis

dan mampu menyampaikannya menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini dipengaruhi oleh keinginan guru untuk mempelajari Bahasa Inggris yang besar, proses seleksi oleh kepala sekolah serta adanya pelatihan yang diadakan oleh pihak sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru kelas bilingual yang ada di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga telah memenuhi pengetahuan tentang istilah teknis dalam mata pelajaran tertentu dan pengetahuan tentang tata Bahasa Inggris. Di sisi lain, menurut bebe-rapa guru yang tidak memiliki latar pendidikan Bahasa Inggris menganggap bahwa pelatihan yang diadakan masih kurang. Mereka berpendapat bahwa sebaiknya kursus atau pendidikan dan pelatihan Bahasa Inggris diberikan secara rutin atau berkelanjutan sehingga guru memeroleh pemahaman dan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik dan lancar.

Dari sudut pandang yang berbeda, selain guru yang menjadi sumber masukan dari program kelas bilingual, kurikulum yang digunakan juga menjadi sumber input yang penting. Kurikulum yang digunakan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Dasar). Kurikulum KTSP memungkinkan masing-masing satuan pendidikan untuk menyusun dan membuat bentuk kurikulum sesuai dengan kondisi pendidikan di unit tersebut. Penyusunan materi juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Astika (2009) yang mengungkapkan bahwa untuk dapat melaksanakan konsep kelas bilingual salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah substansi pelajaran harus cocok dengan tingkat perkembangan kognitif dan kemampuan Bahasa Inggris siswa. Dari hasil wawancara dari kepala sekolah dan guru diperoleh data bahwa materi yang diberikan oleh peserta didik sudah disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Di sisi lain, Astika (2009) mengungkapkan bahwa materi pelajaran di kelas bilingual ditulis dalam Bahasa Inggris dan relevan dengan kurikulum atau kebutuhan akademik siswa. Dengan demikian pengajaran menjadi bermakna dan dapat menjadi faktor pendorong motivasi belajar. Ketika program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dilakukan pertama kali di tahun pelajaran 2003/2004, buku ajar yang digunakan ditulis oleh guru yang mengajar materi bilingual dalam Bahasa Inggris. Namun, setelah program tersebut berjalan Di sisi lain, Astika (2009) mengungkapkan bahwa materi pelajaran di kelas bilingual ditulis dalam Bahasa Inggris dan relevan dengan kurikulum atau kebutuhan akademik siswa. Dengan demikian pengajaran menjadi bermakna dan dapat menjadi faktor pendorong motivasi belajar. Ketika program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dilakukan pertama kali di tahun pelajaran 2003/2004, buku ajar yang digunakan ditulis oleh guru yang mengajar materi bilingual dalam Bahasa Inggris. Namun, setelah program tersebut berjalan

Dalam pelaksanaan program kelas bilingual, pembiayaan sangat diperlukan untuk menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan program tersebut. Sumber dana yang diperoleh sekolah untuk pembiayaan program kelas bilingual berasal dari dana BOS, yayasan dan partisipasi dari orang tua peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pembiayaan untuk program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dapat terpenuhi karena adanya dukungan dana dari yayasan serta orang tua.

Pembiayaan yang mencukupi juga didukung dengan sarana prasarana yang dimiliki oleh SD Kristen

3 Eben Haezer Salatiga. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugianto (2014), disebutkan bahwa sarana prasarana merupakan faktor pendukung pembelajaran yang efektif dalam penerapan kelas bilingual. Secara umum sarana prasarana yang dimiliki oleh SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga tersedia cukup lengkap dan dalam kondisi yang baik. Sarana prasarana ini mencakup ruangan kelas, media audio visual, bahan pustaka, jaringan internet, laboratorium bahasa, IPA dan komputer, sarana pendukung kerja dan pembelajaran.

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah sudah dioptimalkan oleh guru dalam proses belajar mengajar bilingual. Sarana prasarana tersebut cukup memadai dan dalam keadaan yang baik sehingga dapat mendukung guru dalam melaksanakan pembelajaran lebih efektif. Namun, dari hasil wawancara dari kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa perlu adanya perbaikan alat-alat headset di laboratorium bahasa. Meskipun menurut pendapat guru kerusakan tersebut tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar namun kepala sekolah berpendapat bahwa perbaikan tersebut perlu dilakukan untuk menunjang proses belajar mengajar.

4.2.3 Proses (Process)

Evaluasi proses digunakan dalam program sebagai data untuk mengimplementasikan keputusan yang dirancang dalam proses (pelaksanaan). Menurut Arikunto dan Jabar (2014:47), menyatakan bahwa evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.. Dalam aspek proses akan dibahas rencana dan proses pelaksanaan kelas bilingual meliputi persiapan guru, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Persiapan yang dilakukan oleh guru di kelas bilingual dilakukan dengan team teaching. Menurut Astika (2009), strategi pelaksanaan team teaching harus dipersiapkan dengan seksama. Persiapan dilakukan untuk membicarakan bagaimana cara mengajar peserta didik secara efektif. Guru mata pelajaran dan guru

Bahasa Inggris memerlukan pertemuan dan diskusi secara teratur untuk merencanakan persiapan mengajar antara lain menyangkut: 1) apa yang akan diajarkan; 2) materi atau sumber belajar yang akan dipakai; 3) peran dan tanggung jawab masing-masing guru; 4) bagaimana mengevaluasi belajar peserta didik;

5) bagaimana cara membantu peserta didik yang lemah dan perlu bantuan. Persiapan di kelas bilingual dilakukan oleh guru dalam team teaching yang terdiri dari dua guru untuk masing-masing tingkatan kelas dan dipilih oleh kepala sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan Bahasa Inggris dan penguasaan konsep dari materi yang diajarkan. Guru yang tergabung dalam team teaching memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama.

Team teaching melakukan persiapan dalam pembuatan silabus, RPP, Prota dan Promes di setiap awal tahun pelajaran baru. Team teaching juga menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan serta mempersiapkan alat peraga yang digunakan. Masing-masing guru yang tergabung dalam team teaching bertanggung jawab untuk membuat rencana mingguan berisi tentang materi dan kegiatan belajar untuk seminggu ke depan, membuat soal-soal atau tugas untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik serta membantu peserta didik yang masih belum mencapai nilai minimal dengan memberikan tambahan pelajaran. Team teaching mengadakan pertemuan tidak hanya di awal tahun pelajaran baru tetapi juga dilakukan sesuai kebutuhan terkait dengan materi Team teaching melakukan persiapan dalam pembuatan silabus, RPP, Prota dan Promes di setiap awal tahun pelajaran baru. Team teaching juga menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan serta mempersiapkan alat peraga yang digunakan. Masing-masing guru yang tergabung dalam team teaching bertanggung jawab untuk membuat rencana mingguan berisi tentang materi dan kegiatan belajar untuk seminggu ke depan, membuat soal-soal atau tugas untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik serta membantu peserta didik yang masih belum mencapai nilai minimal dengan memberikan tambahan pelajaran. Team teaching mengadakan pertemuan tidak hanya di awal tahun pelajaran baru tetapi juga dilakukan sesuai kebutuhan terkait dengan materi

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan oleh team teaching di kelas bilingual telah dilakukan dengan baik. Team teaching sudah melakukan pertemuan secara rutin di setiap awal tahun pelajaran baru untuk menentukan rencana pembelajaran, topik bahasan, cara mengevaluasi siswa dan memberikan jam tambahan untuk membantu peserta didik yang masih lemah dalam memahami materi yang diajarkan.

Persiapan yang dilakukan dengan baik akan menjadi faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran yang baik pula. Dalam penelitiannya, Harits (2010) mengungungkapkan bahwa

pembelajaran meng- gunakan Bahasa Inggris di kelas bilingual untuk anak usia dini harus menyenangkan. Anak-anak usia dini, khususnya yang berusia sampai sembilan atau sepuluh tahun memiliki karakter yang khusus. Mereka biasanya memiliki semangat yang luar biasa dalam mengenal hal-hal baru dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Dalam pembelajaran di kelas bilingual, mereka mampu memahami makna kata, meskipun mereka tidak mengerti terjemahannya. Di sisi lain, anak-anak mudah merasa bosan sehingga guru diharapkan mampu menggunakan berbagai macam metode pembelajaran bilingual.

Astika (2009) mengungkapkan bahwa agar terjadi pembelajaran yang efektif di kelas bilingual, perlu diciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk mengadakan interaksi sebab interaksi merupakan pra Astika (2009) mengungkapkan bahwa agar terjadi pembelajaran yang efektif di kelas bilingual, perlu diciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk mengadakan interaksi sebab interaksi merupakan pra

diharapkan dapat memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk bertukar pendapat, bertukar pikiran antar peserta didik maupun dengan guru. Apabila tersebut dapat dilakukan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong siswa untuk aktif.

pembelajaran

guru

Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang dalam team teaching di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas bilingual berorientasi pada pembelajaran siswa aktif

pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) dan mendorong siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving). Hal tersebut nampak dalam obeservasi yang dilakukam penulis ketika mengikuti pembelajaran yang dilakukan di kelas bilingual. Guru menggunakan permainan dalam metode pembelajaran fun learning untuk membuat peserta didik tertarik dengan pelajaran yang disampaikan dan memberikan reward kepada peserta didik yang mendapatkan poin terbanyak. Peserta didik nampak antusias dan aktif selama permainan berlangsung. Metode lain yang digunakan adalah experiment dan diskusi saat mata pelajaran sains untuk mempelajari jenis gerak benda, guru mengadakan percobaan sederhana menggunakan bola pingpong, bola kaki plastik, gelas dan air. Peserta didik diminta untuk melakukan percobaan kemudian mendiskusikan hasil yang diperoleh.

(active

learning),

Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual, guru sudah menggunakan metode yang bervariasi sehingga membuat peserta didik merasa senang dengan materi yang disampaikan. Metode yang digunakan oleh guru juga mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Setelah pelaksanaan pembelajaran berikutnya yaitu penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk lisan atau tertulisl, pengamatan, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk. Penilaian ulangan harian dilaksanakan pada waktu tertentu sedangkan ulangan tengah semester dan akhir semester dilakukan secara serempak.

Penilaian hasil belajar peserta didik dalam program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah dilakukan sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berdasarkan tes tertulis namun juga lisan dan dilakukan lewat keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung dan juga pengerjaan tugas yang diberikan. Tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di sekolah namun ada Penilaian hasil belajar peserta didik dalam program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah dilakukan sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berdasarkan tes tertulis namun juga lisan dan dilakukan lewat keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung dan juga pengerjaan tugas yang diberikan. Tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di sekolah namun ada

4.2.4 Hasil (Product)

Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi hasil merupakan tahap akhir dan berfungsi untuk membantu pe- nanggungjawab program dalam mengambil keputusan. Menurut Sudjana (2008:56), evaluasi program me- ngukur dan menginterpretasi pencapaian program selama pelaksanaan program. Dalam penelitian yang dilakukan hasil dari program kelas bilingual mencakup ketercapaian standar kompetensi, sikap peserta didik dan prestasi yang diraih oleh peserta didik.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah diperoleh data bahwa ketercapaian peserta didik dalam memenuhi standar kompetensi di kelas bilingual tergolong baik. Berdasarkan wawancara dengan guru diketahui bahwa hampir 80% dari peserta didik sudah mampu mencapai standar kompetensi yang ada lewat KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh keterangan bahwa peserta didik memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran sains dan matematika di kelas bilingual. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari orang tua dapat disimpulkan bahwa Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh keterangan bahwa peserta didik memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran sains dan matematika di kelas bilingual. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari orang tua dapat disimpulkan bahwa

Hasil yang ditemukan dilapangan sejalan dengan Santrock

(2011:220) yang menyatakan bahwa bilingualisme mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan kognitif anak-anak. Walaupun menuai banyak kontraversi tapi pembelajaran bilingual sangat bermanfaat bagi perkembangn dan struktur bahasa anak dan usia sekolah dasar merupakan usia yang sangat cocok untuk memulai pembelajaran dengan dua bahasa. Anak-anak yang lancar dalam dua bahasa, mendapatkan nilai yang lebih baik diban- dingkan dengan rekan-rekan mereka yang ber-bicara dalam satu bahasa.

Penelitian lain yang memperkuat pernyataan di atas dilakukan oleh Sugianto (2014) yang mengung- kapkan bahwa penerapan kelas bilingual di SMP Negeri

1 Dukuh dapat berdampak positif terhadap pening- katan mutu pembelajaran terutama pada pelajaran Bahasa Inggris dan MIPA. Hal tersebut dipengaruhi oleh bagaimana sekolah mengelola kelas bilingual sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal.