T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Kelas Bilingual Di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga T2 BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga merupakan salah satu SD swasta di Salatiga yang terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 111 B Salatiga, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah. SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga didirikan pada 1 Oktober 1948. Nilai akreditasi SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga Amat Baik (A) dan memiliki jumlah rombongan belajar empat belas kelas, yang terdiri dari kelas satu (tiga kelas), kelas dua (tiga kelas), kelas tiga (dua kelas), kelas empat (dua kelas), kelas lima (dua kelas), dan kelas enam (dua kelas).

Visi yang dicanangkan SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah “Menjadikan Peserta Didik Tercinta (Terampil, Cerdas, Inovatif dan Kreatif, Takut akan

Tuhan)”, sedangkan misi yang diemban untuk mewujudkan visi tersebut adalah:

1) Menyelenggarakan

pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dan dinamik sehingga terbentuk anak yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, berwawasan global bertindak lokal, mengasihi sesama dan lingkungan serta memu- liakan nama Tuhan.

kegiatan

2) Menyelenggarakan pembelajaran dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia serta memaksi- malkan penggunaan ICT (Teknologi Informasi dan Komunikasi).

Tujuan Pendidikan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah: 1) mengembangkan pendidikan yang mengutuhkan kreatif, kritis, inovatif, berkejujuran dan takut akan Tuhan kepada peserta didik; 2) mengem- bangkan SDM Pendidik; 3) membentuk dan member- dayakan jejaring: orang tua peserta didik, alumni, masyarakat dan pemerintah; 4) meningkatkan Proses Belajar Mengajar; 5) mengembangkan kepedulian sosial;

6) meningkatkan kebersihan dan penataan lingkungan;

7) merencanakan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan; (8) mengembangkan spiritualitas pendidik dan peserta didik.

4.1.2 Sumber Daya Sekolah

Sumber daya sekolah yang dimiliki oleh SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga meliputi :

1. Sumber Daya Bukan Manusia Sumber daya bukan manusia yang dimiliki oleh SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga yaitu program unggulan sekolah. Program sekolah yang menjadi unggulan antara lain :

a. program kelas bilingual untuk matematika dan sains. Dalam pembelajaran kelas bilingual menggunakan buku yang direkomendasikan oleh Dinas, buku teks bilingual dan sumber belajar lain yang relevan. Selain itu, dilengkapi dengan sarana prasarana yang a. program kelas bilingual untuk matematika dan sains. Dalam pembelajaran kelas bilingual menggunakan buku yang direkomendasikan oleh Dinas, buku teks bilingual dan sumber belajar lain yang relevan. Selain itu, dilengkapi dengan sarana prasarana yang

b. character building yang terintegrasi dalam pem- belajaran, pembiasaan di kelas dan kegiatan spiritualitas yang meliputi renungan pagi sebelum pelajaran, ibadah Sabtu, Refreshing Course (kelas enam) serta perayaan natal dan paskah.

c. ekstra kurikuler yang disediakan oleh sekolah beragam, antara lain: angklung, renang, catur, bulutangkis, drumband, paduan suara, seni lukis, English club, Olympic club, seni tari dan pramuka.

d. pembelajaran kelas kecil dimana jumlah rombongan belajar dalam satu kelas maksimal dua puluh enam siswa. Sekolah memandang jumlah tersebut ideal untuk proses pembelajaran.

2. Sumber Daya Manusia

a. Guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga memiliki guru sejumlah 25 orang, yang terdiri dari guru kelas dan guru mata pelajaran. Rincian jumlah guru dan kualifikasi pendidikan SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1.

Jumlah Guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

Jumlah Guru Jenis Guru

Laki-laki

Perempuan Jumlah

Guru Tetap 2 16 18 Guru Honorer

3 4 7 Jumlah

Tabel 4.1 (lanjutan)

Jumlah Guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

Kualifikasi Pendidikan Guru

Tingkat Pendidikan Jumlah

S1 23 SMA

2 Jumlah

25 Sumber: Data primer, 2014, diolah.

Dengan melihat tabel di atas, hampir seluruh guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah berpendidikan Strata1 (S1) dan hanya dua orang yang masih berijasah SMA.

b. Peserta didik Jumlah siswa SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah 352, terdiri dari: Kelas I: laki-laki 39, perempuan 35, jumlah 74 Kelas II: laki-laki 38, perempuan 34, jumlah 72 Kelas III: laki-laki 31, perempuan 27, jumlah 58 Kelas IV: laki-laki 19, perempuan 32, jumlah 51 Kelas V: laki-laki 28, perempuan 19, jumlah 47 Kelas VI: laki-laki 25, perempuan 25, jumlah 50

Dari 352 peserta didik tersebut terbagi menjadi 15 rombongan belajar (rombel).

c. POSG POSG merupakan persatuan orang tua peserta didik dan guru atau sering dikenal dengan komite sekolah. Di SD Kristen 3 Eben Haezer, POSG memiliki c. POSG POSG merupakan persatuan orang tua peserta didik dan guru atau sering dikenal dengan komite sekolah. Di SD Kristen 3 Eben Haezer, POSG memiliki

3. Sumber Daya Fisik Bangunan gedung SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga merupakan bangunan permanen yang memenuhi kriteria untuk pelaksanaan proses pem- belajaran dengan dilengkapi fasilitias selain lima belas ruang untuk kelas yang dilengkapi televisi untuk media pembelajaran, terdapat juga satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru dan ruang administrasi yang terdapat dalam satu ruangan, satu laboratorium bahasa yang terletak di lantai dua, satu ruang multimedia, satu laboratorium komputer, satu ruang musik, satu perpustakaan, satu kantin, satu dapur, sebuah UKS, lapangan olahraga dan upacara serta dilengkapi dengan fasilitas “free hot spot area”. SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga juga menempati satu lokasi dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga, Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK) Kristen 3, SD Kristen 4 Eben Haezer serta SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kristen Eben Haezer Salatiga.

4.1.3 Evaluasi Program Kelas Bilingual

Dalam bagian ini akan disajikan hasil penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan program kelas bilingual dari aspek konteks, masukan, proses dan hasil di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

4.1.3.1 Aspek Konteks (Context)

Evaluasi konteks yang dilakukan oleh peneliti hendak menganalisis apakah program kelas bilingual yang dilaksanakan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dibutuhkan. Dalam mengevaluasi aspek kon- teks, peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara mengenai latar belakang dari program, kebutuhan apa yang hendak dipenuhi dari pelaksanaan program kelas bilingual serta tujuan dari program tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa program kelas bilingual dilaksanakan berawal dari penawaran Yayasan Pendidikan Eben Haezer yang menaunginya. Hal tersebut seperti petikan wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:

“ …awalnya ada tawaran dari pihak yayasan

bagaimana kalau SD Kristen 3 membuka kelas bilingual karena kita perlu ciri khas yang menjadi unggulan sekolah. Pihak yayasan memandang bahwa kita punya peluang untuk membuka kelas bilingual supaya sekolah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah

Selain itu

menguasai bahasa asing yaitu Bahasa Inggris dalam persaingan global”

Dari keterangan di atas diketahui bahwa program kelas bilingual diadakan awalnya karena pengurus dari Yayasan Pendidikan Eben Haezer karena melihat adanya kebutuhan kemampuan Bahasa Inggris untuk menghadapi globalisasi. Pengurus melihat adanya kebutuhan sekolah untuk memiliki keunggulan yang dapat menjadikan ciri khas sekolah agar ke depan SD Kristen 3 Eben haezer Salatiga menjadi sekolah tujuan dan dapat berkompetisi dengan sekolah-sekolah dasar Dari keterangan di atas diketahui bahwa program kelas bilingual diadakan awalnya karena pengurus dari Yayasan Pendidikan Eben Haezer karena melihat adanya kebutuhan kemampuan Bahasa Inggris untuk menghadapi globalisasi. Pengurus melihat adanya kebutuhan sekolah untuk memiliki keunggulan yang dapat menjadikan ciri khas sekolah agar ke depan SD Kristen 3 Eben haezer Salatiga menjadi sekolah tujuan dan dapat berkompetisi dengan sekolah-sekolah dasar

Kebutuhan akan perlunya kemampuan Bahasa Inggris dan keunggulan sekolah direspon oleh kepala sekolah. Tawaran kelas bilingual lalu dibahas dengan seluruh guru untuk melihat apakah guru mampu dan siap mengajar di kelas bilingual. Setelah melalui pembahasan maka diputuskan untuk membuka kelas bilingual sesuai kesepakatan antara kepala sekolah, guru dan yayasan.

Kebutuhan lain yang diungkapkan oleh kepala sekolah yaitu adanya permintaan dari Dinas Pendidikan kota Salatiga yang sering menunjuk SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga untuk mengirimkan peserta didiknya dalam lomba sains tingkat SD, seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah berikut ini:

“Yang menjadi ciri khas sekolah kita adalah IPA. Siswa kita sering maju olimpiade dan sering

menang. Kita menganggap bahwa kita punya ciri khas

dan harus

mengembangkan itu. Salah satu aspek yang penting adalah Bahasa Inggris untuk sains. Itulah mengapa kita mengadakan

pembelajaran

bilingual agar

melengkapi siswa dengan kemampuan Bahasa Inggris karena soal-soal yang ada di lomba sains terkadang menggunakan Bahasa Inggris”

Dari pemaparan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa permintaan dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga tentang keikutsertaan peserta didik di dalam lomba olimpiade IPA dan matematika juga menjadi kebutuhan yang dianggap sekolah perlu adanya kemampuan Bahasa Inggris yang baik bagi Dari pemaparan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa permintaan dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga tentang keikutsertaan peserta didik di dalam lomba olimpiade IPA dan matematika juga menjadi kebutuhan yang dianggap sekolah perlu adanya kemampuan Bahasa Inggris yang baik bagi

Program kelas bilingual juga mendapat dukungan yang baik dari orang tua karena mereka melihat bahwa di era globalisasi ini dirasa perlu dan penting bagi peserta didik untuk mampu menguasai Bahasa Inggris. Dari hasil wawancara dengan salah satu orang tua peserta didik diperoleh data bahwa program kelas bilingual merupakan program yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal tersebut seperti diungkapkan dalam petikan wawancara dengan orang tua sebagai berikut:

“Program kelas bilingual menurut saya memang

diperlukan karena menurut saya sekarang jamannya semua

serba

canggih.

Hampir semua siswa

mengetahui informasi teknologi dengan baik lewat internet. Ilmu pengetahuan juga semakin maju dan mereka membutuhkan kemampuan Bahasa Inggris yang baik agar ke depan mereka tidak tertinggal sehingga mampu bersaing. Jadi di kelas bilingual, mereka bisa mendapatkan pengetahuan matematika dan IPA dalam Bahasa Inggris dan anak-anak memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik ”

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan program kelas bilingual yang dilaksanakan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Kristen 3 Eben Haezaer Salatiga melalui program unggulan sekolah agar mampu bersaing dengan sekolah yang lain dan memberikan bekal atau landasan yang kuat kepada peserta didik dalam bidang Bahasa Inggris dan MIPA untuk Berdasarkan uraian di atas maka tujuan program kelas bilingual yang dilaksanakan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Kristen 3 Eben Haezaer Salatiga melalui program unggulan sekolah agar mampu bersaing dengan sekolah yang lain dan memberikan bekal atau landasan yang kuat kepada peserta didik dalam bidang Bahasa Inggris dan MIPA untuk

Hal tersebut di atas juga didukung dengan kebijakan pemerintah yang memandang penting penguasaan bahasa asing oleh peserta didik. Dari studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, kebijakan pemerintah yang melandasi kelas bilingual yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VII pasal 33 ayat 3 yang

berbunyi, “Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu

untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Sesuai dengan undang-undang tersebut, maka Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dalam mata pelajaran sains dan matematika di kelas bilingual.

4.1.3.2 Aspek Masukan (Input)

Dalam aspek masukan (input) ini akan mencakup

6 hal yaitu kurikulum, peserta didik, guru, sarana prasarana, pembiayaan dan pengadaan buku teks.

a. Kurikulum Program kelas bilingual yang di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dilaksanakan dalam kelas reguler artinya tidak ada klasifikasi antara kelas reguler dan kelas bilingual sehingga kelas bilingual diperuntukkan bagi seluruh peserta didik yang mengenyam pendidikan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga mulai dari kelas 1 sampai 6. Program kelas bilingual menggunakan dua bahasa pengantar dalam mata pelajaran matematika dan IPA yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan kepala sekolah sebagai berikut:

“Program kelas bilingual sama dengan kelas reguler tidak ada bedanya. Khusus untuk mapel matematika

dan IPA disampaikan dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris”

Kurikulum yang digunakan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam kurikulum KTSP pembelajaran sains dan matematika di kelas bilingual terintegrasi ke dalam silabus yang mengacu pada pemerintah pusat. Hal tersebut seperti yang disam- paiakan kepala sekolah sebagai berikut:

“Kurikulum kami memakai acuan dari pusat tapi kami sesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan

siswa. Kami menggunakan kurikulum KTSP dan silabus yang digunakan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik”

Mata pelajaran yang diajarkan di kelas bilingual adalah sains dan matematika. Materi yang dipilih disesuaikan dengan acuan dari pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan tingkat kemampuan peserta didik. Materi pelajaran yang diajarkan di kelas bilingual dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Hal tersebut diungkapkan guru berikut ini:

“materi yang dipilih berdasarkan tingkatan kemampuan peserta didik dan mudah ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk sains mereka belajar tentang jenis-jenis gerak, energi yang bisa mereka temui setiap hari. Jadi anak tidak kesulitan untuk mempelajarinya. ”

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disim- pulkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan program kelas bilingual yaitu kurikulum KTSP dan mata pelajaran IPA dan matematika disampaikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Materi yang dipilih mengacu pada silabus dari pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

b. Peserta Didik Dari hasil dokumentasi, peneliti memeroleh data bahwa jumlah siswa di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sebanyak tiga ratus lima puluh tiga peserta didik. Dari total jumlah tersebut terdapat tujuh puluh empat peserta didik yang duduk di bangku kelas satu. Rata-rata usia mereka 6-7 tahun ketika diterima disekolah tersebut.

Dalam pelaksanaan program kelas bilingual, tidak diadakan proses seleksi bagi peserta didik. Mereka secara otomatis akan mengikuti kelas bilingual karena program kelas bilingual yang dilaksanakan merupakan kelas reguler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Hal tersebut seperti diungkapkan kepala sekolah berikut:

“Kami tidak mengadakan seleksi untuk peserta didik yang

Kelas bilingual

diperuntukkan dari siswa kelas satu sampai kelas 6. Jadi pada saat penerimaan peserta didik baru kami terima semua selama kuota jumlah siswa masih

tersedia”

Sejalan dengan keterangan di atas, guru juga mengungkapkan bahwa tidak adanya seleksi Sejalan dengan keterangan di atas, guru juga mengungkapkan bahwa tidak adanya seleksi

”Tidak ada proses seleksi untuk kelas bilingual. Peserta didik yang masuk memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga itu terkadang menjadi masalah ketika ada peserta didik yang lemah dalam

menguasai materi yang diajarkan”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti kelas bilingual tidak melalui proses seleksi. Hal tersebut mengakibatkan adanya tingkat kemampuan peserta didik yang beragam dalam mengikuti proses belajar di kelas bilingual.

c. Guru Guru mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru-guru di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga berjumlah dua puluh empat guru dan sebanyak dua puluh tiga guru sudah berlatar pendidikan strata 1 dan masih terdapat satu guru yang masih berlatar belakang pendidikan SMA. Dari dua puluh empat guru sudah terdapat sembilan guru yang sudah mendapatkan sertifikasi sebagai tenaga pendidik professional.

Dalam wawancara dengan kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa tidak semua guru mengajar di kelas bilingual. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris atau pendidikan sains yang ditunjuk untuk mengajar di kelas bilingual. Terdapat tes seleksi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memilih guru yang tepat untuk mengajar di kelas bilingual karena salah satu kompetensi yang harus Dalam wawancara dengan kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa tidak semua guru mengajar di kelas bilingual. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris atau pendidikan sains yang ditunjuk untuk mengajar di kelas bilingual. Terdapat tes seleksi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memilih guru yang tepat untuk mengajar di kelas bilingual karena salah satu kompetensi yang harus

“Guru yang mengajar bilingual dipilih berdasarkan

latar belakang pendidikan dan mampu berko- munikasi dalam Bahasa Inggris sehinggal memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk mengajar di kelas bilingual. Misal guru yang berlatar pendidikan IPA akan didampingi guru yang kuat dalam Bahasa Inggris lalu kita buat team teaching sehingga bisa

saling melengkapi.”

Pernyataan itu juga didukung oleh salah satu guru yang telah mengajar di kelas bilingual selama lima tahun.

“Pada waktu itu tesnya saya ada tiga. Satu tes wawancara biasa, kemudian tes teori tentang sains dan yang ketiga saya disuruh mikro teaching untuk

mengajar dalam Bahasa Inggris. Jadi semua harus lewat proses seleksi. ”

Dari hasil wawancara di atas, dapat diperoleh keterangan bahwa salah satu tes seleksi yang dilakukan adalah dengan cara mengajar materi sains di kelas menggunakan Bahasa Inggris. Jika guru tersebut berhasil memenuhi kriteria yang ditentukan maka dia akan ditunjuk untuk mengajar di kelas bilingual. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru dalam bidang sains juga mendukung mereka dalam melaksanakan tugas sebagai guru di kelas bilingual. Guru yang sudah diseleksi kemudian dibuat team teaching oleh kepala sekolah dalam mengajar di kelas bilingual. Guru yang tergabung dalam team teaching saling berkoordinasi dan mengadakan pertemuan rutin Dari hasil wawancara di atas, dapat diperoleh keterangan bahwa salah satu tes seleksi yang dilakukan adalah dengan cara mengajar materi sains di kelas menggunakan Bahasa Inggris. Jika guru tersebut berhasil memenuhi kriteria yang ditentukan maka dia akan ditunjuk untuk mengajar di kelas bilingual. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru dalam bidang sains juga mendukung mereka dalam melaksanakan tugas sebagai guru di kelas bilingual. Guru yang sudah diseleksi kemudian dibuat team teaching oleh kepala sekolah dalam mengajar di kelas bilingual. Guru yang tergabung dalam team teaching saling berkoordinasi dan mengadakan pertemuan rutin

Kemampuan Bahasa Inggris sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas bilingual. Bagi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris, sekolah mengadakan pelatihan dan seminar yang diadakan baik di lingkungan sekolah dengan men- datangkan narasumber yang menguasai Bahasa Inggris. Hal tersebut dilakukan agar guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dan menyampaikan materi IPA dan matematika dalam Bahasa Inggris. Di sisi lain, materi yang disampaikan oleh guru yang menguasai Bahasa Inggris lebih mudah untuk dipahami peserta didik baik isi maupun konsep materi pembelajaran IPA dan matematika.

Menurut para guru terutama yang tidak memiliki latar pendidikan Bahasa Inggris, pelatihan yang diadakan oleh sekolah dianggap masih kurang. Mereka berpendapat bahwa sebaiknya kursus atau pendidikan dan pelatihan Bahasa Inggris diberikan secara rutin atau berkelanjutan sehingga mereka benar-benar memeroleh kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik dan lancar. Pemahaman yang lain bagi para guru untuk menguasai Bahasa Inggris diperlukan untuk menambah pemahaman serta memudahkan dalam penyampaian materi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan salah satu guru pengajar sains sebagai berikut:

“…untuk membekali Bahasa Inggris sekolah pernah mengadakan pelatihan. Tetapi itu sudah lama ketika “…untuk membekali Bahasa Inggris sekolah pernah mengadakan pelatihan. Tetapi itu sudah lama ketika

Dari hasil observasi yang dilakukan di kelas, terlihat bahwa guru sudah mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan greeting atau salam dalam Bahasa Inggris dan memberikan penjelasan meng- gunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Selain itu guru juga menggunakan kalimat perintah atau kalimat tanya yang berkaitan dengan proses pembelajaran menggunakan Bahasa Inggris, sebagai contoh: “Please open book page…” , “who can answer the question?”, “mention the example of…”.

d. Sarana Prasarana Berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan bahwa sarana prasarana yang ada di SD Kristen 3 Eben Haezer tersedia dengan lengkap dan semua sarana prasarana yang ada digunakan secara maksimal oleh guru-guru dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan guru sebagai berikut:

“ Sarana dan prasarana kami cukup lengkap. Ada lab IPA dan bahasa, ruang musik, ruang multimedia, perpustakaan, lab komputer, tiap kelas sudah di- lengkapi televisi dan speaker untuk proses pem- belajaran. Selain itu juga terdapat jaringan internet dan wifi yang bisa diakses guru-guru dan siswa

untuk mencari materi pembelajaran .”

Di sisi lain, dari hasil wawancara dengan kepala sekolah masih terdapat sarana prasarana yang belum digunakan secara maksimal yaitu laboratorium bahasa. Terdapat kerusakan headset yang terdapat di labora- torium bahasa meskipun sudah pernah diperbaiki se- belumnya. Hal tersebut seperti yang diungkapkan dari petikan wawancara dengan kepala sekolah berikut:

“Penggunaan laboratorium bahasa masih belum bisa

headset. Dulu kami sudah ajukan ke yayasan dan sudah diperbaiki bahkan biayanya hampir enam juta untuk memperbaikinya tapi sekarang rusak lagi jadi kami jarang memakainya ”

Dari keterangan di atas diketahui bahwa masih ada sarana prasarana yang belum dapat dimak- simalkan penggunaannya karena terdapat kerusakan. Namun menurut kepala sekolah hal tersebut tidak menjadi kendala yang besar karena fungsi laboratorium bahasa yaitu sebagai sarana listening dapat dialihkan ke ruang kelas karena sudah ada fasilitas audio visual.

Sarana pendukung kerja dan pembelajaran seperti whiteboard, penghapus, meja dan kursi bagi peserta didik dan guru, almari penyimpanan arsip, rak buku semuanya tersedia dalam kendisi yang baik dan mencukupi kebutuhan.

Sekolah juga menyediakan televisi dan speaker sebagai media audio visual yang menjadi sarana pen- dukung pembelajaran. Selain itu dimasing-masing kelas juga disediakan kotak P3K yang digunakan ketika peserta didik membutuhkan obat-obatan.

e. Pembiayaan Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari kepala sekolah anggaran untuk program kelas bilingual termasuk dalam kegiatan pembelajaran reguler. Anggaran yang dibutuhkan dibuat dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah yang disusun oleh kepala sekolah. Sumber dana yang diperlukan untuk pembelajaran bilingual dapat terpenuhi dari Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), yayasan serta partisipasi dari orang tua. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah:

dalam kegiatan

pembelajaran reguler biasa jadi ada pos-pos anggaran yang kami dapatkan dari dana BOS, yayasan dan juga dari orang tua. Sebagai contoh untuk kelengkapan sarana prasarana audio visual di kelas, kami peroleh dana nya dari yayasan dan BOS karena sudah kami anggarkan dalam RKAS. Buku- buku penunjang juga kami dapatkan dari dana BOS. Sedangkan dana untuk membeli buku-buku teks bilingual dari siswa, kami serahkan kepada orang tua untuk ikut berpartisipasi.”

Hal senada juga diungkapkan oleh guru dalam petikan wawancara sebagai berikut:

“Untuk pembiayaan selama ini kami tidak mengalami kesulitan. Sumber dana yang ada kami peroleh dari yayasan dan juga dana bos. Kebutuhan yang kami perlukan untuk menunjang orises belaar dapat t erpenuhi.”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga, sekolah tidak mengalami kesulitan. Adanya dukungan dari yayasan, pemerintah melalui dana BOS serta orang tua Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga, sekolah tidak mengalami kesulitan. Adanya dukungan dari yayasan, pemerintah melalui dana BOS serta orang tua

f. Buku teks Pada awalnya ketika pertama kali program kelas bilingual dilakukan belum ada buku teks mengenai sains dan matematika yang ditulis dalam Bahasa Inggris baik dari penerbit ataupun dari sekolah. Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah diketahui bahwa guru-guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga membuat sendiri buku teks bilingual untuk mata pelajaran sains dan matematika. Guru-guru yang mengajar di kelas bilingual membuat buku teks tersebut dalam Bahasa Inggris. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan guru sains sebagai berikut:

“Ya…Pada awalnya kami sendiri yang membuat buku-buku teks dalam Bahasa Inggris. Pada waktu itu belum ada penerbit yang menulis buku sains dan matematika untuk bilingual jadi kami membuat sendiri sesuai dengan materi yang kami ajarkan. ”

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa setelah menggunakan buku teks hasil buatan sendiri, muncul beberapa masukan dari orang tua peserta didik. Banyak orang tua dari peserta didik yang tidak memahami materi sains dan matematika yang ditulis dalam Bahasa Inggris. Hal tersebut membuat mereka sulit untuk mengajari peserta didik belajar di rumah. Orang tua memberi masukan bagaimana jika buku teks di kelas bilingual ditulis dengan dua bahasa yaitu Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Berikut petikan hasil wawancara dengan kepala sekolah:

“Buku yang dipakai untuk pelajaran bilingual sekarang disediakan oleh salah satu penerbit. Tapi pada waktu pertama kali kami melaksanakan kelas bilingual belum ada buku yang bilingual. Pada waktu

itu, semuanya dibuat oleh guru kami menggunakan Bahasa Inggris dan beberapa orang tua mempunyai kesulitan untuk mengartikan dan membantu anak mereka dalam belajar jadi orang tua mengusulkan bagaimana jika ditulis pakai Bahasa Indonesia juga. Karena anak-anak juga kesulitan belajar kalau materinya semua full dalam Bahasa Inggris. ”

Berdasarkan keterangan di atas, sekolah bekerja sama dengan salah satu penerbit untuk penyediaan buku-buku teks untuk materi bilingual. Masukan orang tua peserta didik supaya sekolah menyediakan buku teks dalam dua bahasa menjadi bahan pertimbangan sekolah sehingga buku teks yang digunakan sampai saat ini menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal tersebut dilakukan supaya orang tua juga dapat membantu putra putrinya dalam belajar dan tidak mengalami kesulitan dalam mengartikan materi yang ditulis dalam Bahasa Inggris.

4.1.3.3 Aspek Proses (Process)

Hasil dari penelitian untuk aspek proses terbagi dalam beberapa hal, yaitu: persiapan guru, pelak- sanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.

a. Persiapan Guru Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu guru pengajar di kelas bilingual a. Persiapan Guru Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu guru pengajar di kelas bilingual

“Guru-guru kami membuat rencana pembelajaran di setiap awal tahun baru. Mereka mempersiapkan

pembelajaran mulai dari RPP, silabus, prota atau promes yang dirancang untuk proses pembelajaran selama satu tahun. ”

Selain pembuatan RPP, silabus, prota dan promes terdapat juga rencana mingguan yang dibuat oleh masing-masing guru. Rencana mingguan tersebut berisi tentang materi dan kegiatan belajar untuk seminggu ke depan. Menurut kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa rencana mingguan yang dibuat oleh guru merupakan salah satu ciri khas dari SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga yang membedakan dengan sekolah dasar yang lain. Keterangan senada juga diungkapkan oleh orang tua siswa dalam petikan wawancara sebagai berikut:

“Rencana mingguan yang dibagikan oleh guru biasanya setiap hari Sabtu. Dalam rencana mingguan ada materi apa saja yang akan dipelajari untuk minggu depan. Misal ada tugas atau ulangan juga sudah diberitahu di rencana tersebut. Materi apa yang akan diadikan ulangan lalu diambil dari halaman berapa, semuanya sudah tertulis disana. Jadi itu sangat membantu kami untuk menyiapkan anak kami dalam belajar. ”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan

mingguan yang dipersiapkan guru sangat membantu orang tua dan peserta didik dalam mempersiapkan materi yang harus dipelajari. Orang tua juga dapat mengetahui materi pembelajaran yang dilakukan dan dapat menyiapkan putra putrinya untuk belajar.

bahwa

rencana

Persiapan guru untuk mengajar di kelas bilingual dilakukan dengan team teaching untuk menentukan topik bahasan yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, membuat materi, mempersiapkan alat peraga

dalam proses pembelajaran, membuat soal-soal atau tugas untuk mengevaluasi

yang akan

digunakan

kemampuan peserta didik serta membantu peserta didik yang masih belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Team teaching terdiri dari dua guru untuk masing-masing tingkatan kelas yang dipilih oleh kepala sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan Bahasa Inggris yang dimiliki guru dan penguasaan konsep dari materi yang diajarkan. Guru yang terlibat dalam team teaching mempunyai tanggung jawab dan peran yang sama. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan kepala sekolah sebagai berikut:

“kami membuat team teaching di setiap tingkatan untuk mapel sains dan matematika. Guru dalam

team teaching saling melengkapi. Salah satu guru kuat dalam Bahasa Inggris yang satu kuat dalam konsep. Mereka bertugas mempersiapkan materi, alat peraga, soal-soal atau tugas, dan memberikan tambahan pelajaran buat peserta didik yang nilainya masih dibawah KKM dan membutuhkan tambahan pemahaman. Guru team teaching mengatur semua itu dan membuat jadwal bersama. ”

Persiapan pembelajaran yang akan dilakukan team teaching diawali dengan koordinasi melalui pertemuan pada setiap awal tahun pelajaran. Hal tersebut seperti yang diungkapkan guru sebagai berikut:

“Team teaching sering mengadakan pertemuan yang sewaktu-waktu dilakukan. Karena kita berada dalam satu kantor jadi kami tidak mengalami kesulitan untuk berkoordinasi. Misal ada materi yang tidak paham atau tidak tahu tentang Bahasa Inggris dari konsep-konsep tertentu kami disku- sikan. Selain itu jika ada siswa yang masih kurang dalam menguasai materi dan nilainya belum sampai KKM kami buat jadwal untuk memberikan tambahan pelajaran sepulang sekolah satu minggu satu kali. ”

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa persiapan guru dalam mengajar di kelas bilingual tidak hanya dilakukan secara rutin setiap awal tahun pelajaran baru namun juga dapat dilakukan sesuai kebutuhan terkait dengan materi pembelajaran dan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan pem- belajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual yang diterapkan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dirancang guru dalam

berorientasi pada pembelajaran siswa aktif (active learning), pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) dan mendorong

team

teaching

dan dan

Contoh yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya melalui hasil wawancara dan observasi adalah metode fun learning melalui permainan. Dari hasil observasi di kelas pada saat pelajaran sains, guru menggunakan model fun learning dalam proses pembelajaran. Di awal kegiatan pembelajaran, guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sudah diajarkan untuk merefleksikan kembali. Peserta didik yang dapat menjawab akan mendapatkan poin sebagai bentuk penghargaan. Seluruh peserta didik nampak antusias dan aktif dalam menjawab setiap pertanyaan. Kelompok dengan jumlah poin terbanyak menjadi pemenang dan guru memberikan stiker sebagai reward di akhir pembelajaran untuk ditempelkan di buku reward. Peserta didik yang memeroleh stiker terbanyak akan mendapatkan piagam di akhir semester. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik juga terdorong untuk aktif selama proses pembelajaran dengan metode yang menyenangkan, seperti yang diungkapkan oleh guru berikut ini:

“kami menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Dalam satu topik bahasan bisa menggunakan beberapa metode tergantung pada kebutuhan. Misalnya ada game, experiment untuk melakukan percobaan, diskusi, ceramah ada juga demonstrasi misalnya untuk menunjukkan cara kerja suatu alat pada mapel sains. Yang paling diminati siswa adalah dengan games karena peserta didik mendapat stiker jika berhasil memperoleh poin terbanyak. Kami menyediakan piagam dan dibagikan ke peserta didik setiap akhir semester. Jadi mereka terdorong untuk aktif selama proses pembelajaran. ”

Penggunaan metode pembelajaran selain fun learning seperti tersebut di atas, diperkuat dengan metode pendukung pembelajaran yang lain yaitu metode eksperiment dan diskusi. Melalui observasi yang dilakukan peneliti di kelas 3 dalam mata pelajaran sains untuk mempelajari jenis gerak benda, guru mengadakan percobaan sederhana menggunakan bola pingpong, bola kaki plastik, gelas dan air. Guru meminta peserta didik menjatuhkan bola pingpong ke lantai dan setelah itu mengamati. Lalu meminta meletakkan bola kaki plastik di ujung jari telunjuk dan memutarkan bola tersebut dengan jari kanan. Dan terakhir peserta didik diminta menuangkan segelas air ke atas tumbuhan di sekitar kelas dan mengamati yang terjadi pada akhir. Setelah melakukan semua kegiatan tersebut, peserta didik diberikan pertanyaan untuk didiskusikan dengan kelompoknya mengenai jenis gerak benda.

Dari kegiatan di atas maka metode yang dilakukan oleh guru adalah dengan eksperiment dan diskusi. Alat yang digunakan juga mudah didapat oleh siswa serta materi yang dibahas dipilih berdasarkan peristiwa yang sering dialamai atau dijumpai peserta didik

sehari-hari sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang diajarkan.

dalam

kehidupan

c. Penilaian Hasil Pembelajaran Dalam bagian ini, peneliti memeroleh data bahwa penilaian dilakukan tidak hanya berdasarkan tes tertulis namun juga lisan. Penilaian dilakukan lewat c. Penilaian Hasil Pembelajaran Dalam bagian ini, peneliti memeroleh data bahwa penilaian dilakukan tidak hanya berdasarkan tes tertulis namun juga lisan. Penilaian dilakukan lewat

“Untuk penilaian peserta didik diambil dari tugas- tugas,lalu keaktifan mereka di kelas, ulangan

harian, UTS dan UAS. Bentuk tugasnya juga bermacam-macam ada yang dikerjakan di sekolah seperti latihan-latihan ada juga dirumah seperti PR, membuat presentasi tentang materi yang diajarkan. Bahkan

untuk

presentasi

mereka siap

mempresentasikan dalam Bahasa Inggris. Nah,dari situ penilaian juga diambil bagaimana cara mereka mempresentasikan menggunakan Bahasa Inggris meskipun belum seratus persen menggunakannya tapi peserta didik sudah mampu menggunakan istilah-istilah dalam Bahasa Inggris dan memahami materi yang diajarkan.”

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu peserta didik mengenai penilaian hasil pembelajaran seperti petikan wawancara berikut:

“Nilainya dari ulangan, tes tengah semester dan akhir

tugas-tugas, PR,

presentasi, di kelas juga ada nilai kalau siswanya aktif dapat tambahan nilai.”

Tugas atau latihan yang diberikan di sekolah ditulis dalam Bahasa Inggris. Tidak hanya tugas, namun ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan

akhir semester juga ditulis dengan menggunakan Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa Inggris dimaksudkan agar guru juga dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami istilah- istilah atau konsep-konsep pelajaran sains dan matematika yang sudah mereka pelajari. Hal tersebut akhir semester juga ditulis dengan menggunakan Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa Inggris dimaksudkan agar guru juga dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami istilah- istilah atau konsep-konsep pelajaran sains dan matematika yang sudah mereka pelajari. Hal tersebut

“Untuk ulangan dan tes-tes baik itu UTS dan UAS kami menggunakan Bahasa Inggris. Jadi apa yang

diajarkan dalam Bahasa Inggris juga kami teskan dalam Bahasa Inggris. Soal-soal bisa dilihat di perpustakaan.

Bahkan

sekolah

RSBI belum

membuat soal-soal model seperti itu, tapi kami sudah membuat soal dengan menggunakan Bahasa Inggris. ”

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bagaimana peserta didik dapat mengerjakan tugas- tugas yang diberikan dalam Bahasa Inggris. Sebagian besar mampu menjawab pertanyaan yang ditulis dalam Bahasa Inggris meskipun terdapat beberapa peserta didik yang masih bertanya mengenai artinya. Dari tugas-tugas tersebut, nampak peserta didik juga dapat bertanya mengenai istilah-istilah atau kata-kata yang belum dimengerti lalu guru menjelaskan kembali materi tersebut sehingga peserta didik mampu menjawab soal- soal yang diberikan. Dari pemberian tugas tersebut terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memberikan pendapat dan saling bertukar informasi dengan teman yang lain.

4.1.3.4 Aspek Hasil (Product)

Aspek hasil yang diperoleh dari penelitian ini mencakup 3 hal, yaitu ketercapaian standar kom- petensi yang dicapai peserta didik, sikap peserta didik terhadap pembelajaran di kelas bilingual dan prestasi peserta didik.

a. Ketercapaian standar kompetensi Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru pengajar sains dapat diperoleh keterangan bahwa untuk ketercapaian standar kompetensi peserta didik pada pembelajaran sains dan matematika di kelas bilingual tergolong baik. Menurut guru yang ber- sangkutan, dikatakan bahwa hampir 80% dari peserta didik sudah mampu mencapai standar kompetensi yang ada lewat KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Hal tersebut seperti yang disampaikan guru sebagai berikut:

“ Untuk pencapaian standar kompetensi pelajaran bilingual sudah baik karena hampir sebagian besar ya bisa dikatakan sekitar 80% nilai dari peserta didik sudah di atas KKM. Meskipun masih ada yang belum tercapai KKM nya tapi nilainya tidak terlalu banyak dibawah KKM. Jadi sebagian besar sudah mampu memenuhi standar kompetensi yang ada. ”

Hal senada juga diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa sebagian besar peserta didik mampu memeroleh nilai diatas rata-rata KKM artinya hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran bilingual sudah dapat dikatakan baik. Pernyataan tersebut dipertegas dalam petikan wawancara dengan kepala sekolah berikut ini:

“Sebagian besar peserta didik nilainya bagus, diatas KKM yang ditentukan sekolah. Untuk KKM sendiri

kami sudah cukup tinggi dan mereka bisa mencapai nilai tersebut. Jadi untuk pencapaian standar kom- petensi saya kira sudah sesuai dengan apa yang

diharapkan.”

Hasil wawancara di atas didukung dengan studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti melalui hasil penilaian siswa. Dari hasil nilai yang diperoleh peserta didik untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, matematika Hasil wawancara di atas didukung dengan studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti melalui hasil penilaian siswa. Dari hasil nilai yang diperoleh peserta didik untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, matematika

Berdasar pernyataan di atas, ditunjukkan bahwa ketercapaian standar kompetensi untuk peserta didik di kelas bilingual sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Sebagian besar dari peserta didik sudah memeroleh nilai diatas batas tuntas atau KKM meskipun masih terdapat beberapa peserta didik yang belum mencapai standar kompetensi yang ada.

b. Sikap Peserta Didik Dari hasil wawancara dengan beberapa peserta didik diperoleh keterangan bahwa, peserta didik merasa senang dengan pembelajaran di kelas bilingual karena pembelajaran tersebut menarik dan menyenangkan. Hal lain yang membuat peserta didik senang terhadap pembelajaran di kelas bilingual adalah metode pengajaran yang digunakan oleh guru menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti pembelajaran, seperti petikan wawancara oleh peserta didik di bawah ini:

“saya senang dengan sains dan math karena asyik waktu pelajarannya dan tidak membosankan.

Materinya juga tidak terlalu susah. Yang paling saya suka sains karena sering melakukan percobaan- percobaan dan berhubungan dengan alam.”

Guru di kelas bilingual juga berpendapat bahwa peserta didik menunjukkan sikap yang positif dan memberikan respon yang baik seperti yang diharapkan.

Hal tersebut nampak ketika beberapa orang tua peserta didik menceritakan pengalaman ketika anak-anak mereka menggunakan konsep-konsep sains dan matematika dalam Bahasa Inggris, bahkan ada diantara dari peserta didik yang memberikan penjelasan mengenai konsep tersebut kepada orang tua. Pendapat tersebut seperti dalam petikan wawancara dengan guru berikut ini:

“Anak-anak sangat antusias dan sikap mereka sangat positif

dengan

pembelajaran bilingual.

Bahkan ketika dirumah mereka mempraktekkan apa yang sudah dipelajari dan ada dari mereka yang bahkan mengajari orang tua mereka. Jadi orang tua sangat senang dengan perkembangan mereka.”

Sejalan dengan hasil wawancara di atas, orang tua pun mengungkapkan bahwa sikap anak mereka di kelas bilingual menunjukkan perkembangan yang baik. Anak-anak

memiliki pengetahuan sains dan matematika dalam Bahasa Inggris dan mereka mampu berpikir kritis serta kemampuan Bahasa Inggris mereka lebih baik dibandingkan peserta didik dari sekolah dasar yang lain. Hal ini dipertegas dari hasil wawancara orang tua berikut ini:

“ Menurut saya sikap peserta didik baik karena seperti anak saya. Pengetahuan mereka dalam

konsep-konsep IPA dan matematika mengalami perkembangan

dan

juga

mereka tambah

pengetahuan dalam Bahasa Inggris. Jika dibanding dengan anak-anak dari SD lain ya kemampuan Bahasa Inggrisnya lebih bagus yang mempelajari bilingual.”

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran sains dan matematika di Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran sains dan matematika di

Pernyataan di atas juga sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di kelas. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran di kelas bilingual menunjukkan bahwa mereka senang dengan pembelajaran di kelas bilingual dan mampu mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mereka tampak antusias menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal yang diberikan dengan menggunakan Bahasa Inggris.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini disajikan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Pembahasan

hasil penelitian dilakukan untuk menjelas-kan hasil analisis dan jawaban terhadap rumusan ma-salah yang diajukan yaitu bagaimana konteks, masukan, proses dan hasil pelaksanaan program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga.

4.2.1 Konteks

Menurut Stuffflebeam dalam Wirawan (2011:92) mengungkapkan konteks untuk menjawab pertanyaan apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done). Evaluasi konteks merupakan evaluasi yang paling Menurut Stuffflebeam dalam Wirawan (2011:92) mengungkapkan konteks untuk menjawab pertanyaan apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done). Evaluasi konteks merupakan evaluasi yang paling

Berdasarkan uraian di atas, penyusunan sebuah program sebaiknya didasarkan atas kebutuhan. Kebutuhan apa yang hendak dipenuhi dengan adanya program tersebut dan apakah program tersebut memang diperlukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pelaksanaan program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dilatar belakangi adanya tawaran dari Yayasan Pendidikan Eben Haezer yang melihat bahwa persaingan sekolah semakin ketat, oleh karena itu SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga membutuhkan ciri khas sekolah yang membedakan dengan sekolah-sekolah dasar lain. Yayasan menawarkan untuk membuat kelas bilingual dan disambut baik oleh kepala sekolah karena SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga memiliki peluang yang baik.

Peluang yang dimiliki oleh sekolah menurut kepala sekolah berasal dari dinas pendidikan yang sering menunjuk peserta didik dari SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga untuk mengikuti olimpiade sains. Kepala sekolah melihat peluang tersebut untuk memperkuat peserta didik dalam pengetahuan sains dan juga kemampuan Bahasa Inggris siswa melalui program kelas bilingual. Program kelas bilingual mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2003/2004 dan Peluang yang dimiliki oleh sekolah menurut kepala sekolah berasal dari dinas pendidikan yang sering menunjuk peserta didik dari SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga untuk mengikuti olimpiade sains. Kepala sekolah melihat peluang tersebut untuk memperkuat peserta didik dalam pengetahuan sains dan juga kemampuan Bahasa Inggris siswa melalui program kelas bilingual. Program kelas bilingual mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2003/2004 dan