Longsor dan Lahan Kritis.

7 Longsor dan Lahan Kritis.

Owing to the steep slopes, erosiveness of the soils and degree of clearing/conversion for agriculture and other land use, almost one third (31.4%) of the Citarum basin in subject to severe and very severe erosion (defined as > 180 t / ha / yr; see DHV et al., 2011, and Figure 33 below). A total of 26,437 ha is classified as very critical (in terms of erosion), 115,988 ha is critical, 273,880 ha is somewhat critical and 468,255 ha is potential critical. Among others this affects water quality (e.g. high TSS), lowers soil fertility and increases the incidence of landslides [3]

Kertasari merupakan salah satu kawasan utama hulu sungai Citarum yang saat ini dalam kondisi kritis. Pembukaan kawasan hutan secara ilegal dan perubahan pola tanam yang tidak sesuai dengan kawasan yang mempunyai topografi berbukit menyebabkan meningkatnya resiko akan bencana longsor dan erosi. Mayoritas petani di Kertasari memilih tanaman sayur sebagai komoditas utama. Selain waktu panennya yang cepat, secara ekonomis tanaman ini lebih menguntungkan. Namun secara ekologis tanaman sayuran, selain berumur pendek, tanaman ini mempunyai akar serabut yang tidak mampu

lampiran 1 - 9 lampiran 1 - 9

menyerap air dan menahan tanah terutama tanah dengan kemiringan lebih dari 30 %. Secara keseluruhan luas areal perkebunan sayur meningkat dari 6000 ha (1992) menjadi 37000 ha (2001) [4].

Bencana tanah longsor dan erosi menjadi permasalahan lingkungan, dampak dari menurunnya kondisi lahan di kawasan Citarum hulu. Guguran tanah yang terbawa air pada akhirnya terbawa masuk ke dalam badan sungai kemudian akan menyebabkan sedimentasi dan meningkatkan resiko bencana banjir [4].

Lahan Kritis di Pacet (Kabupaten Bandung). Area hutan di kawasan hulu Citarum telah mengalami penurunan sebesar 45 % , dari seluas 35.000 ha di tahun 1992 menjadi tinggal 19.000 ha di tahun 2001. Kebanyakan hutan yang tertinggal dalam kondisi kritis. Lebih dari 31.4 % Wilayah Sungai Citarum merupakan kawasan dengan tingkat erosi yang berat hingga sangat berat (>180 ton/ha/tahun). Namun, petani di kawasan ini masih tetap memilih bercocok tanam sayuran. Akibatnya , tanah longsor kerap terjadi di kawasan ini, terutama daerah yang mempunyai kemiringan sampai dengan 50 % [4].

Lahan Kritis di DAS Citarum Hulu diperkirakan seluas kurang lebih 46.543 Ha atau sekitar 20 % dari luas Cekungan Bandung (234.088 Ha). Lahan kritis tersebar di DAS Ciminyak, Cihaur, Cikapundung, Citarik, Cirasea, Ciwidey dan DAS Cisangkuy. Luas lahan di kawasan hulu Citarum yang perlu direhabilitasi seluas 22.326,12 Ha [4].

Untuk wilayah WS Citarum terdapat luas lahan kritis dan sangat kritis di dalam kawasan hutan seluas 38.718,62 Ha dan di luar kawasan hutan seluas 168.465,94Ha (berdasar perhitungan peta lahan kritis dari BPDAS Citarum-Ciliwung) [1].

Berdasar data tahun 2008 Lahan kritis di DAS Citarum mencapai 141.705 ha atau sekitar 21% dari total luas DAS Citarum. Luas lahan yang perlu direhabilitasi dalam kawasan hutan pada DAS itarum mencapai 81.235,70 ha, sedangkan pada kawasan non hutan seluas 60.469,50 ha [1].

Lahan Kritis di DAS Citarum Hulu diperkirakan seluas kurang lebih 46.543 Ha atau sekitar 20% dari luas Cekungan Bandung (234.088 Ha). Lahan kritis ini tersebar di DAS Ciminyak, Cihaur, Cikapundung, Citarik,

lampiran 1 - 10 lampiran 1 - 10

Cirasea, Ciwidey dan DAS Cisangkuy. Luas lahan di kawasan hulu Citarum yang perlu direhabilitasi seluas 22.326,12 [1].

8 Erosi [1].

Dari data terlihat bahwa erosi lahan dalam kategori sangat berat sudah mencapai 14% dari total keseluruhan wilayah, hal tersebut menunjukkan semakin tingginya kondisi lahan yang rusak. Erosi di kawasan Citarum Hulu telah mengirimkan sektar 490 ton/ha/tahun dan dapat dikategorikan sebagai indeks erosi yang sangat buruk.

Lebih dari 31,4% Wilayah Sungai Citarum merupakan kawasan dengan tingkat erosi yang berat hingga sangat berat (>180 ton/ha/tahun).

Subdas Cikao merupakan daerah yang memiliki tingkat erosivitas yang sangat jelek dan mencapai hampir 6% dari total luasan subdas (22.072 ha). Lokasi subdas Cikao yang berada di Kabupaten Karawang dan Purwakarta memiliki kontur yang berbukit-bukit sehingga potensi kerusakan lahan yang menyebabkan erosi cukup tinggi.