Terumbu Karang

2.3.5 Faktor Kerusakan Karang

Kerusakan terumbu karang umumnya disebabkan oleh kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan bahan peledak, bahan beracun sianida, penambangan karang untuk bahan bangunan, penambatan jangkar perahu, serta akibat dari sedimentasi. Berdasarkan survey line transect yang dilakukan oleh P3O LIPI, tutupan karang hidup di Indonesia hanya tinggal 6,20% yang masih berada dalam kondisi sangat baik, 28,30% kondisi rusak dan 41,78% dalam kondisi rusak berat (Salam, 2013).

Salah satu penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang adalah pencemaran dalam bentuk sedimentasi berupa limbah, lumpur atau pun pasir. Sedimentasi merupakan proses masuknya partikel-partikel sedimen dalam suatu lingkungan perairan kemudian mengendap di dasarnya. Dalam prosesnya sedimentasi menurunkan tingkat kecerahan perairan serta menutupi permukaan terumbu karang maupun padang lamun yang berakibat lanjut terdegradasinya ekosistem tersebut. Sedimen akan menyulitkan algae zooxanthellae untuk melakukan fotosintesis dan akhirnya mati atau meninggalkan karang. Dalam kondisi seperti itulah bisa terjadi kerusakan ekosistem terumbu karang yang disebut sebagai pemutihan karang atau coral bleaching (Salam, 2013).

2.3.6 Ekologi Karang dengan Parameter Oseanografi

Sebagai suatu ekosistem, terumbu karang merupakan kelompok organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentuk batuan gamping (CaCO3) yang cukup kuat menahan gelombang laut. Terumbu karang terbentuk melalui proses yang lama dan kompleks, dimulai dari terbentuknya Sebagai suatu ekosistem, terumbu karang merupakan kelompok organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentuk batuan gamping (CaCO3) yang cukup kuat menahan gelombang laut. Terumbu karang terbentuk melalui proses yang lama dan kompleks, dimulai dari terbentuknya

Terumbu karang merupakan sumber makanan utama, menghasilkan income dan resources bagi jutaan orang melalui peranannya dalam turisme, perikanan, menghasilkan senyawa kimia penting untuk obat-obatan dan menyediakan barrier gelombang alami sebagai pelindung pantai dan garis pantai dari badai (storms), tsunami dan banjir (floods) melalui pengurangan aksi gelombangberdasarkan persentase tutupan karang kerasnya (Rudi, 2007).

2.3.7 Metode Pengambilan Data

Transek adalah jalur sempit meintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Metode Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan serta untuk mengetahui hubungan vegeterasi yang ada disuatu lahan secara cepat. Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah metode Line Transec. Dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan beberapa kali dijumpai. (Siringoring, 2007).

Metode ini, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasarkan panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan presentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Harruddin, 2011).

2.3.8 Penyakit Karang

a. Penyakit Aspergillosis Aspergillosis adalah suatu lesion atau luka/kerusakan lapisan luar yang diakibatkan oleh infeksi jamur pernah ditemukan terjadi pada karang lunak, sea fans (gorgonian) dan sea whips. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang juga ada ditemukan di darat yaitu Aspergillosis sydowii (Rahmi, 2012).

b. Penyakit Bacterial Bleaching Bleaching disebabkan oleh infeksi bakteri spesial sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang tidak mendukung, biasanya terjadi ketika mengalami penurunan jumlah zooxanthellae akibat adanya racun yang dihasilkan oleh bakteri intraseluller. Dua jenis bakteri penyebab terjadinya bleaching adalah Vibrio shiloiand V. patagonica. Berbeda dengan bleaching yang disebabkan oleh stress kondisi lingkungan dimana terjadi juga penurunan kandungan zooxanthellae, tapi kalau disebabkan oleh penyakit karang ini akan ditemukan bakteri Vibrio shiloiand V. patagonica pada jaringan yang terdapat di karangnya (Rahmi, 2012).

c. Penyakit Black Band Black band disease dicirikan dengan cincin gelap, atau band, yang dipisahkan dengan tisu karang sehat dari skeleton karang yang baru terekspos. Selain itu Black band disease dicirikan dengan kerusakan jaringan karang karena mikroba penyebab penyakit yang muncul berupa garis gelap merah atau hitam bekas serangan mikroba. Bekas ini muncul antara jaringan karang yang sehat dan bagian skeleton yang baru terekspos atau diserang oleh penyakit. Warna garis bisa dari coklat kehitaman sampai merah tergantung pada posisi vertikal dari populasi cyanobacterial yang berasosiasi dengan band. Posisi vertikal berdasarkan pada intensitas cahaya tergantung respon cahaya dari filamen cyanobacterial dan cahaya (karena pigmen cyanobacterial phycoerythrin) tergantung pada ketebalan dari band. Band bisa 1 mm tebalnya dan lebarnya dari 1 mm sampai 7 cm. Kecepatan penyerangan mikroba pada koloni karang rata dari 3 mm sampai 1 cm/hari). Jaringan yang mati disebabkan oleh terekspose sampai c. Penyakit Black Band Black band disease dicirikan dengan cincin gelap, atau band, yang dipisahkan dengan tisu karang sehat dari skeleton karang yang baru terekspos. Selain itu Black band disease dicirikan dengan kerusakan jaringan karang karena mikroba penyebab penyakit yang muncul berupa garis gelap merah atau hitam bekas serangan mikroba. Bekas ini muncul antara jaringan karang yang sehat dan bagian skeleton yang baru terekspos atau diserang oleh penyakit. Warna garis bisa dari coklat kehitaman sampai merah tergantung pada posisi vertikal dari populasi cyanobacterial yang berasosiasi dengan band. Posisi vertikal berdasarkan pada intensitas cahaya tergantung respon cahaya dari filamen cyanobacterial dan cahaya (karena pigmen cyanobacterial phycoerythrin) tergantung pada ketebalan dari band. Band bisa 1 mm tebalnya dan lebarnya dari 1 mm sampai 7 cm. Kecepatan penyerangan mikroba pada koloni karang rata dari 3 mm sampai 1 cm/hari). Jaringan yang mati disebabkan oleh terekspose sampai

d. Penyakit Dark Spots Penyakit dark spots muncul berupa bagian berpigmen gelap (coklat atau unggu) dari jaringan karang. Penyebab penyakit (pathogen) belum diketahui. Jaringan karang tetap utuh, Meskipun sudah terjadi lesions dan kematian pada tisu tersebut dapat diamati pada bagian tengah spots. Belum diketahui pathogen penyebab dari dark spots disease yang memiliki ciri bagian pigmen yang gelap pada jaringan karang (Rahmi, 2012).

e. Penyakit White Band White band disease dicirikan dengan kerusakan jaringan karang secara total, sangat jelas batasan antara bagian karang yang sehat dengan yang terekspos atau diserang penyakit. Tandanya sedikit identik dengan penyakit plague, dimana White band terjadi hanya pada karang acroporid, sementara plague tidak ditemukan pada acroporids. Kehilangan jaringan/tisu karang berawal dari dasar cabang pada koloni karang kemudian terus menjalar ke ujung cabang. Bagian karang yang terserang bisa dimulai pada bagian pertengahan cabang (Rahmi, 2012).