HARI KEDUA (14 SEPTEMBER 2014)

V.I. HARI KEDUA (14 SEPTEMBER 2014)

Jalur : Purwodadi – Bleduk Kuwu – Polaman – Kali Braholo – Solo – Yogyakarta

Stopsite 2.1. Mud Volcano Bledug Kuwu

Stopsite ini berada di kawasan objek wisata Bleduk Kuwu. Bleduk Kuwu termasuk dalam Kradenan Mud Volcano Compleks (KMVK). KMVK secara fisiografis terletak di Dataran Randublatung (Novian, dkk., 2012). Lokasi ini merupakan satu dari beberapa gunung lumpur yang ada di Zona Kendeng dan Zona Rembang. Gunung lumpur di Bleduk Kuwu masih aktif hingga saat ini, hal itu dibuktikan dengan masih adanya semburan lumpur dan material lainnya yang dikeluarkan secara periodik. Material yang dikeluarkan berupa lumpur, air, gas, dan batuan. Batuan yang terbawa lumpur di lokasi ini beraneka macam, atara lain batuan metamorf, batugamping, batupasir, dan batulanau. Gas yang muncul di sini sagat bervariasi, mulai dari gas biogenik, gas asosiasi minyak, sampai dengan gas kondensat kering (Burhannudinnur, dkk., 2012).

Gunung lumpur di lokasi ini membentuk morfologi khas berupa pie, salsa kecil, dan pool (Burhannudinnur, dkk., 2012). Secara umum Bleduk Kuwu merupakan suatu pie besar dengan diameter 60 m (Burhannudinnur, dkk., 2012). Di dalam pie utama tersebut terdapat pie-pie kecil yang membentuk suatu kelurusan. Selain itu di Kuwu juga nampak beberapa gryphon dengan pool diantaranya. Hal itu dimungkinkan karena pie-pie kecil tersebut muncul mengikuti pola rekahan yang ada. Dari hasil analisa kimia yang dilakukan Burhannudinnur dkk (2012) diperoleh data bahwa pH air di Bleduk Kuwu adalah 6,5 – 7 dengan suhu mencapai 30° C - 32°C. Gunung lumpur di kompleks ini mempunyai kandungan Na, Cl, dan Mg yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa gunung lumpur yang berada di selatan dari kompleks ini. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan material sumber dari gunung lumpurnya. Komposisi mineral penyusun gunung lumpur ini terdiri dari smektit, kaolonit, kuarsa, dan feldspar (Burhannudinnur, dkk., 2012).

Berdasarkan analisis foraminifera kecil dan foraminifera besar yang dilakukan Novian dkk (2012) diketahui bahwa sumber material lumpur tertua berada pada umur N7 – N9 (Miosen Awal – Miosen Tengah). Dari data tersebut Berdasarkan analisis foraminifera kecil dan foraminifera besar yang dilakukan Novian dkk (2012) diketahui bahwa sumber material lumpur tertua berada pada umur N7 – N9 (Miosen Awal – Miosen Tengah). Dari data tersebut

Hal yang harus diperhatikan :  Posisi Mud Volcano Bledug Kuwu di peta geologi.

 Fluida yang dikeluarkan bersama lumpur.  Orientasi titik semburan baru yang muncul di sekitar titik semburan utama.

Tugas yang harus dikerjakan di stopsite :  Tentukan karakter fisik dari mud volcano Bleduk Kuwu.

 Perhatikan dan tentukan pola kelurusan gyphon yang ada.  Amati karakter dari material yang dihasilkan oleh mud volcano.

Gambar 5.13. Area mud volcano Bledug Kuwu pada saat tenang (kamera menghadap barat). Walaupun tenang Nampak masih dapat diamati adanya uap air yang muncul di atas lokasi semburan lumpur.

Gambar 5.14. Gryphon dan pond yang mulai mengering membentuk mud crack di Bleduk Kuwu.

Stopsite 2.2. Polaman – Batupasir Ngrayong

Singkapan berupa Formasi Ngrayong dengan bagian bawah singkapan tersusun oleh batulempung yang berubah ke arah atas menjadi batulempung berseling dengan batupasir dan shale. Batupasir pada perselingan menunjukkan penurunan ketebalan ke arah atas. Batulempung mempunyai warna abu-abu kehijauan. Makin ke atas batulempung berubah menjadi batupasir dan dijumpai gastropoda dan pelecypoda dengan orientasi yang tidak jelas yang diinterpretasikan fosil tersebut in situ (biocoenose). Amber dan batubara sering dijumpai pada batulempung dan batupasir. Ke arah atas secara gradasional batuan berubah menjadi batugamping Cycloclypeus. Perubahan batuan pada Formasi Ngrayong ini menunjukkan perubahan lingkungan dari daerah transisi menuju laut dangkal yang terbuka.

Gambar 5.15. Singkapan di tebing sisi selatan yang menunjukkan adanya perulangan gradasi dari

batupasir karbonatan menjadi batugamping (kamera menghadap timur).

Batupasir mempunyai porositas yang bagus sehingga baik untuk batuan reservoar. Shale dapat bertindak sebagai source rock sementara batugamping Cycloclypeus dapat bertindak sebagai seal.

Batas antara Formasi Ngrayong yang tersusun oleh perulangan batulempung-shale-batupasir berubah menjadi foraminiferal (Cycloclypeus) rudstone (kanan-kiri). Kontak antar batupasir dengan foraminiferal rudstone gradasional.

Hal yang harus diperhatikan :  Perubahan litologi dari batupasir menjadi batugamping.

 Jenis gelembur yang ada, apakah gelembur arus ataukah gelembur gelombang.

 Cara pengukuran gelembur.  Arah sedimentasi berdasarkan data gelembur yang ada.

Tugas yang harus dikerjakan di stopsite :  Tentukan berapa siklus perubahan dalam – dangkal yang terjadi di lokasi ini.

 Tentukan paleoccurrent yang ada berdasarkan data asymetric ripple yang ada.  Tentukan posisi di mana saja dijumpai gipsum.  Tentukan bagaimana perubahan dari Formasi Ngrayong menjadi Formasi

Bulu dari data di lokasi pengamatan.

Stopsite 2.3. Kali Braholo

Di stopsite ini dijumpain singkapan batuan setebal kurang lebih 31 m. dari bawah ke atas tersusun oleh perselang-selingan rudstone, kemudian berubah menjadi batupasir yang tidak karbonatan, semakin ke atas batupasir

Dijumpai singkapan pada bagian hulu sungai dengan urutan batuan yang tersingkap setebal 7 m berupa foraminiferal rudstone yang berubah menjadi batupasir, batulanau dan ditutup oleh batupasir kembali. Singkapan ini diperkirakan masuk ke dalam Formasi Tawun.

Di atas Formasi Tawun secara gradasional terendapkan Formasi Ngrayong yang didominasi oleh batupasir kuarsa. Akibat lingkungan pengendapan yang sangat dangkal maka pada batas Formasi Tawun-Ngrayong ini diduga pernah mengalami fase darat sehingga terjadi diagenesis pada batuan-batuan di batas antara kedua formasi ini. Diagenesis terlihat jelas pada batuan karbonat yang menghasilkan batuan karbonat berpori bagus dan yang mengalami sementasi. Beberapa sesar juga dijumpai memotong singkapan batuan pada daerah ini. Petroleum system yang bisa diamati berupa batuan induk, reservoir, seal, dan jalur migrasi.

Hal yang harus diperhatikan :  Perubahan litologi yang ada, baik secara vertikal maupun lateral.

 Kemenerusan lapisan batuan secara lateral.  Asosiasi struktur geologi berupa lipatan, sesar, dan kekar yang berkembang

di lokasi pengamatan. Tugas yang harus dikerjakan di stopsite :  Tentukan jenis struktur geologi yang berkembang sepanjang lokasi

pengamatan.  Tentukan hubungan antara Formasi Tawun dan Formasi Ngrayong dari data

di lokasi pengamatan.  Tentukan mekanisme pengendapan Formasi Tawun dan Formasi Ngrayong.

Gambar 5.16. Singkapan di Kali Braholo yang menunjukkan perubahan dari batugamping menjadi batuan silisiklastik dan menjadi batuan mix silisiklastik sampai batugamping di bagian atasnya (kamera menghadap

barat daya).

Gambar 5.17. Sumbu antiklin berarah relatif barat – timur di Kali Braholo (kamera menghadap