Kompatibilitas Sambungan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Unggulan untuk Memacu Produksi pada Lahan Masam

 
 

KOMPATIBILITAS SAMBUNGAN BEBERAPA AKSESI
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) UNGGULAN UNTUK
MEMACU PRODUKSI PADA LAHAN MASAM

ABDUL WAHID

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
 

 
 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kompatibilitas

Sambungan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Unggulan untuk
Memacu Produksi pada Lahan Masam merupakan gagasan dan karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2011

Abdul Wahid
G353090111

 
 

ABSTRACT
ABDUL WAHID (Graft Compatibility between Jatropha curcas Accessions to
Improve Yield on Acid Soils). Under direction of HAMIM and TRIADIATI.
Grafting in physic nut (Jatropha curcas L.) is an effective methode to
improve plant yield by combining distinc rootstock and scion in other to grow

better and high yield under marginal land. The aim of the study was to find the
best combination of graft compatibility between Jatropha curcas accessions to
improve yield under marginal land especially on acid soils. The experiment was
conducted in polybag using compeletely randomize design with three factors. The
first factor was four J.curcas accessions (B3, J2, JB, and S1) as rootstock. The
second factor was two J.curcas accessions (IP3A and IP3P) as scion. The third
factor was the type of soils i.e. Sawah Baru Andosol soil (M1) and Jasinga
podzolic red yellow (M2). The parameters were observed consist of scion
elongation, stem diameter, number of leaf, number of branch, root and shoot dry
weight, flowering and yield. The result showed that growth parameters except
number of branch were not influenced by the type of soil. Succesfully of grafting
were 95.1 percent. It was determined by compatibility of rootstock and scion. In
general, scion elongation, stem diameter, root dry weight and shoot dry weight
significantly determined by rootstocks. Rootstocks of JB, B3, and S1 showed
higher growth rates than rootstocks J2. Anatomical observation indicated that
graft union formation in IP3A slower than IP3P. While, flowering and yield were
determined by accession of scion. Percentage of flowering in IP3P and IP3A in all
combinations with rootstocks were 100% and 25% respectively. It can be
concluded that JB/3P, B3/3P, S1/3P, J2/3P, B3/3A, and S1/3A were the best and
potencial combinations to improve yield on acid soils.

Key words: Jatropha curcas, Grafting, Compatibility, Acid soils

 
 

RINGKASAN
ABDUL WAHID. Kompatibilitas Sambungan Beberapa Aksesi Jarak Pagar
(Jatropha Curcas L.) Unggulan untuk Memacu Produksi pada Lahan Masam.
Dibimbing oleh HAMIM dan TRIADIATI.
Jarak pagar merupakan sumber minyak terbarukan yang dipandang tepat
untuk dikembangkan karena tidak termasuk minyak konsumsi (edible oil)
sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia seperti pada minyak
kelapa sawit dan minyak jagung. Selain itu, jarak pagar (J. curcas) juga
diharapkan dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah lahan marginal di
Indonesia yang mencapai 75,25 juta ha termasuk di dalamnya jenis tanah masam
dengan luas mencapai 45,79 juta ha.
Salah satu upaya yang mungkin dilakukan untuk mendapatkan tanaman
yang memiliki daya tahan dan produksi tinggi adalah dengan teknik
penyambungan (grafting). Penyambungan merupakan penggabungan dua bagian
tanaman berbeda (batang bawah dan batang atas) menjadi satu tanaman yang terus

tumbuh dan berkembang dengan baik .
Penelitian ini betujuan untuk mendapatkan kombinasi sambungan yang
kompatibel dari beberapa aksesi jarak pagar unggulan untuk memacu produksi
pada lahan marginal khususnya pada lahan masam.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2010 hingga bulan Pebruari
2011 di kebun percobaan Cikabayan IPB Bogor, Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, dan Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi FMIPA IPB.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3
faktor. Faktor pertama adalah aksesi batang bawah potensial dengan 4 taraf, yaitu
S1, J2, B3, dan JB. Faktor kedua adalah aksesi batang atas unggul dengan 2 taraf
yaitu IP3A dan IP3P. Faktor ketiga adalah jenis media tumbuh dengan 2 taraf
yaitu M1 (andosol) dan M2 (podsolik merah kuning). Semua taraf
dikombinasikan secara lengkap sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan dan
diulang sebanyak 3 kali. Pada percobaan ini juga diamati IP3A dan IP3P tanpa
sambungan sebagai pembanding. Komponen yang diamati selama percobaan
meliputi keberhasilan penyambungan, pertumbuhan tajuk dan akar, anatomi
sambungan serta waktu pembungaan dan produksi. Untuk menetapkan kesesuaian
antara batang bawah dan batang atas hasil penyambungan maka data dianalisis
dengan sidik ragam pada α 0,05 dan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kedua media tumbuh yang
dipergunakan dalam penelitian ini tidak memberikan perbedaan yang nyata pada
semua parameter pertumbuhan yang diamati kecuali jumlah cabang yang
terbentuk. Hal ini disebabkan oleh kemampuan adaptasi tanaman jarak pagar yang
sangat luas dan bila perakarannya sudah berkembang, jarak pagar toleran
terhadap kondisi tanah masam. Keberhasilan grafting ditentukan oleh interaksi
batang bawah dengan batang atas yang berkisar antara 88-100%. Aksesi batang
bawah menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tajuk dan
sistem perakaran. Aksesi batang bawah JB menunjukkan pertumbuhan tajuk dan

v

 
 

sistem perakaran yang paling tinggi dibandingkan dengan tiga aksesi lainnya (B3,
S1, dan J2).
Batang atas memberikan pengaruh yang signifikan pada komponen
pertumbuhan seperti pertambahan tinggi batang atas, jumlah cabang, dan jumlah
daun. Aksesi IP3P mempunyai pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan aksesi

IP3A.
Pembungaan dan produksi tanaman jarak pagar pada penelitian ini juga
dipengaruhi oleh aksesi batang atas dibandingkan dengan aksesi batang bawah.
Aksesi batang bawah yang disambung dengan batang atas IP3P mengalami
pembungaan sebanyak 100%. Sedangkan batang bawah yang dikombinasikan
dengan batang atas IP3A hanya 25% yang berbunga. Waktu pembungaan tercepat
ditunjukkan oleh kombinasi JB/3P (53 HSP) dengan rasio bunga jantan dan betina
terbesar (23:1) dan jumlah buah pertama sebanyak 13 buah/tanaman.
Pengamatan anatomi daerah pertautan tahap pertama 1 BSS memberikan
gambaran bahwa seluruh kombinasi sambungan memperlihatkan pertautan yang
baik kecuali pada aksesi J2 baik yang dikombinasikan dengan IP3A maupun IP3P.
Pada kombinasi-kombinasi tersebut masih terdapat celah yang cukup lebar,
sehingga walaupun semua tanaman dapat bertahan hidup namun kombinasi
tanaman dengan batang bawah J2 mengalami pertumbuhan yang lebih lamban
dibandingkan tiga aksesi lainnya. Pada pengamatan kedua yaitu 1 BSP, hampir
100% aksesi batang bawah yang dikombinasikan dengan batang atas IP3P
mengalami penyatuan cukup sempurna. Sebaliknya 75% kombinasi batang
bawah dengan IP3A mengalami penyatuan yang sangat lambat dan masih terdapat
celah yang berkisar antara 60,0 µm – 333,3 µm. Lebar celah yang terbentuk pada
daerah pertautan dipengaruhi oleh aksesi batang bawah. Aksesi JB dan B3

menunjukkan rata-rata celah yang lebih kecil dibandingkan dengan aksesi S1 dan
J2.
Lebarnya celah yang terbentuk menunjukkan pembentukan jembatan kalus
yang tidak sempurna sehingga proses pembentukan kambium dan jaringan
vaskuler baru menjadi terhambat. Hal ini merupakan penyebab menurunnya
transpor air dan unsur hara dari batang bawah ke batang atas. Translokasi zat
pengatur tumbuh seperti auksin dan hasil-hasil fotosintesis berupa sukrosa dari
tajuk menuju akar melalui jaringan floem juga mengalami hambatan.
Pada beberapa penyambungan akumulasi fenol menyebabkan
ketidakteraturan dan kerusakan sel. Hal ini dapat mengubah sistem jaringan floem
pada daerah pertautan sambungan sehingga mengganggu translokasi fotosintat
dari tajuk menuju akar.
Perbedaan tingkat kompatibilitas sambungan berdampak pada laju
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kombinasi sambungan yang kompatibel
terdapat pada kombinasi JB/3P, B3/3P, S1/3P, J2/3P, B3/3A, dan S1/3A yang
selanjutnya dapat dijadikan sebagai kombinasi potensial untuk memacu produksi
tanaman jarak pagar pada lahan masam. Sedangkan sambungan yang tidak
kompatibel terdapat pada kombinasi JB/3A dan J2/3A.
Kata kunci: Jarak pagar (Jatropha curcas), kompatibilitas, sambungan, lahan
masam

 

 
 

 

KOMPATIBILITAS SAMBUNGAN BEBERAPA AKSESI
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) UNGGULAN UNTUK
MEMACU PRODUKSI PADA LAHAN MASAM

ABDUL WAHID

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2011

viii

 
 

 

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Memen Surahman, M.Sc.Agr

 

 
 

Judul Tesis

Nama

NIM

: Kompatibilitas Sambungan Beberapa Aksesi Jarak Pagar
(Jatropha Curcas L.) Unggulan untuk Memacu Produksi pada
Lahan Masam
: Abdul Wahid
: G353090111

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hamim, M.Si
Ketua

Dr. Dra. Triadiati, M.Si
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 1 Juni 2011

Tanggal Lulus :

 
 

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

 
 

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah Azza Wajalla atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai Februari 2011 ialah bidang
fisiologi tumbuhan, dengan judul Kompatibilitas Sambungan Beberapa Aksesi
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Unggulan untuk Memacu Produksi pada Lahan
Masam.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hamim, M.Si dan Ibu
Dr. Dra.Triadiati, M.Si selaku pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Memen Surahman,
M.Sc.Agr selaku penguji luar komisi. Penulis juga mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada Departemen Agama RI yang telah memberikan beasiswa
bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan penelitian Program Magister Sains.
Ungkapan terimakasih juga disampaikan buat ayah, ibu, istri, anak dan seluruh
keluarga atas doa dan kasih sayang yang telah diberikannya. Semoga Allah SWT
senantiasa memelihara dan membalas semua kebaikannya dengan pahala yang
berlipat ganda, amin.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2011
Abdul Wahid

 
 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lendang Bajur pada tanggal 7 Desember 1972 dari
ayah Udin dan ibu Khadijah. Penulis merupakan putra pertama dari 7 bersaudara.
Saat ini penulis telah dikaruniai dua orang putra yaitu Ali Fikran Wahid dan Bima
Rozaqtana Wahid dari istri Marjanah.
Tahun 1991 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Al-Aziziah kapek
Gunungsari Lombok Barat NTB. Pada tahun 1998 penulis lulus seleksi masuk
UNRAM melalui Program Penyetaraan Guru MTs (DBEP). Penulis memilih
Diploma 3 Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada
tahun 2001 penulis lulus seleksi masuk IKIP Mataram melalui Program
Penyetaraan Guru MA (DMAP). Penulis memilih S1 Pendidikan Biologi,
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2009
penulis melanjutkan studi pada Sekolah Pasca Sarjana IPB Program Studi Biologi
Tumbuhan.
Pada tahun 2003 – 2005 penulis bekerja sebagai guru bidang studi Biologi
pada MAN 3 Kabupaten Bima NTB. Sejak tahun 2005 sampai sekarang penulis
dipindah tugaskan sebagai guru bidang studi Biologi pada MA. Addiinul Qayyim
Kapek Gunungsari Lombok Barat NTB.

 
 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................
Hipotesis Penelitian ................................................................................

1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jarak pagar ..............................................................................
Syarat tumbuh Tanaman Jarak pagar .....................................................
Cara Perbanyakan Tanaman ...................................................................
Sifat Batang Bawah dan Batang Atas .....................................................
Kompatibilitas Sambungan ....................................................................
Pertumbuhan Tanaman pada Lahan Masam...........................................

3
3
4
6
7
9

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Rancangan Percobaan .............................................................................
Metode Penelitian ..................................................................................
Analisis Data ..........................................................................................

11
11
12
12
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian .......................................................................................
Analisis sifat Kimia dan Fisik Tanah Percobaan .............................
Respon Tanaman terhadap Media Tumbuh .....................................
Persentase Sambungan Jadi .............................................................
Pengaruh Batang Bawah terhadap Pertumbuhan Tajuk .................
Pengaruh Batang Atas terhadap Pertumbuhan Tajuk ......................
Pengaruh Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan
Akar .................................................................................................
Pengaruh Kombinasi Perlakuan terhadap Pembungaan dan Produksi
Analisis Anatomi Sambungan .........................................................
Pembahasan ............................................................................................

15
15
16
16
17
18
19
21
21
23

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .................................................................................................
Saran .......................................................................................................

31
31

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

32

LAMPIRAN .....................................................................................................

37

 
 

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Besaran pH dan tingkat kemasaman tanah. .................................................... 9
2 Aksesi batang bawah (rootstock) potensial berdasarkan kode dan asal ......... 11
3 Aksesi batang atas (entres) potensial berdasarkan kode dan asal .................. 11
4 Jenis media tumbuh dan asalnya .................................................................... 11
5 Sifat kimia dan fisik media tumbuh percobaan .............................................. 15
6 Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem
perakaran ........................................................................................................ 16
7 Pengaruh batang bawah terhadap pertumbuhan akar ..................................... 20
8 Pengaruh batang atas terhadap pertumbuhan akar ......................................... 20
9 Waktu pembungaan dan buah pertama pada media 18 kg sampai 87 HSP ... 21
10 Hasil pengukuran lebar celah pada daerah pertautan 1BSP........................... 23

 
 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Persentase keberhasilan grafting 4 minggu setelah sambung ..............

17

2 Pengaruh batang bawah terhadap diameter batang dan pertambahan
tinggi batang atas pada media 8 kg umur 70 HSP ...............................

17

3 Pengaruh batang bawah terhadap bobot basah tajuk dan bobot
kering tajuk pada media 8 kg umur 70 HSP ........................................ . 18
4 Pengaruh batang atas terhadap pertumbuhan tajuk pada media 8 kg
umur 70 HSP ........................................................................................

18

5 Perbedaan morfologi tanaman jarak pagar pada media 8 kg umur 70
HSP ......................................................................................................

19

6 Perbedaan morfologi arsitektur perakaran pada semua kombinasi
perlakuan pada media 8 kg umur 70 HSP ............................................

20

7 Penampang melintang daerah pertautan dengan perbesaran 100x
pada 1 BSS dan 1 BSP .........................................................................

22

8 Pengaruh aksesi batang bawah terhadap perbedaan lebar celah
daerah pertautan pada 1 BSP ...............................................................

23

 
 

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Penataan rancangan acak lengkap percobaan................................................. 39
2 Kriteria penilaian sifat kimia tanah ................................................................ 40
3 Analisis sidik ragam pengaruh batang bawah terhadap pertumbuhan tajuk .. 41
4 Analisis sidik ragam pengaruh batang bawah terhadap sistem perakaran ..... 42
5 Analisis sidik ragam pengaruh batang atas terhadap pertumbuhan tajuk ...... 43
6 Analisis sidik ragam persentase sambungan jadi dan pengaruh batang
bawah terhadap lebar celah pada pertautan sambungan................................. 44

 
 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terjadinya krisis energi khsusnya Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
diindikasikan dengan meningkatnya harga BBM dunia sejak 2005 hingga saat ini
membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang
memungkinkan untuk dikembangkan. Bahan bakar alternatif yang mulai banyak
dikembangkan saat ini adalah yang berasal dari minyak nabati (biofuel) dan
bersifat terbarukan (renewable fuels) seperti kelapa sawit, jagung, singkong, dan
jarak pagar (Jatropha curcas L).
Jarak pagar merupakan sumber minyak terbarukan yang dipandang tepat
untuk dikembangkan karena memiliki kemampuan tumbuh di lahan kritis dan
berbasis pertanian rakyat. Disamping itu minyak jarak pagar tidak termasuk
minyak konsumsi (edible oil) sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan
konsumsi manusia seperti pada minyak kelapa sawit dan minyak jagung
(Berchmans & Hirata 2008). Tanaman jarak pagar juga diharapkan dapat
memberikan solusi untuk mengatasi masalah lahan marginal di Indonesia yang
mencapai 75,25 juta ha termasuk di dalamnya jenis tanah masam dengan luas
mencapai 45,79 juta ha (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 2000). Hal ini
sangat dimungkinkan karena tanaman ini memiliki adaptasi yang luas dan dapat
tumbuh di tanah yang tandus, tanah berbatu, toleran terhadap kekeringan
(Ogumwole et al. 2008), menahan erosi serta dapat digunakan untuk mereklamasi
lahan-lahan kritis (Kheira & Atta 2009).
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah adanya aksesi jarak pagar yang
dapat berproduksi tinggi namun kurang tahan terhadap lahan-lahan marginal.
Sementara banyak aksesi jarak pagar lainnya yang memiliki daya tahan yang
tinggi terhadap lahan-lahan marginal namun produksinya rendah. Salah satu
upaya yang mungkin dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki daya
tahan dan produksi tinggi adalah dengan teknik penyambungan (grafting).
Penyambungan merupakan penggabungan dua bagian tanaman berbeda (batang
bawah dan batang atas) menjadi satu tanaman yang terus tumbuh dan berkembang
dengan baik (Alnopri 2005; Lee et al. 2010).

 
 

Penelitian tentang grafting pada tanaman lain telah banyak dilakukan
dengan berbagai tujuan seperti mengurangi infeksi pathogen pada tanaman melon
(Biles et al. 1989), meningkatkan daya serap hara mineral (White & Castillo
1989), meningkatkan sifat toleran terhadap kadar garam tinggi pada famili
Cucurbiaceae (Huang et al. 2010), meningkatkan sifat toleran terhadap pH yang
tinggi pada tanaman semangka (Colla et al. 2010), dan meningkatkan
produktivitas tanaman (Wani & Sreedevi 2005). Sementara itu penelitian tentang
grafting pada tanaman jarak pagar belum banyak dilakukan.
Keberhasilan grafting dapat ditentukan ketika fungsi floem dan xilem
terhubung dengan baik (kompatibel) antara kedua permukaan sambungan
(Gokbayrak et al. 2007). Meskipun demikian, seberapa besar hal itu dapat dicapai
pada tanaman jarak pagar masih belum banyak diketahui. Oleh karena itu, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kompatibilitas sambungan
beberapa aksesi jarak pagar unggulan untuk memacu produksi pada lahan
marginal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan kombinasi sambungan yang

kompatibel dari beberapa aksesi jarak pagar unggulan untuk memacu produksi
pada lahan marginal khususnya lahan masam.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan bermanfaat sebagai: 1) Metode alternatif dalam
menyediakan bibit unggul yang dapat memacu produksi tanaman jarak pagar (J.
curcas) pada lahan masam. 2) Informasi penting bagi pemerintah dan masyarakat
dalam pengembangan jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar biofuel dan
pemanfaatan lahan-lahan marginal khususnya lahan masam.
Hipotesis Penelitian
Perbedaan tingkat kompatibilitas sambungan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada beberapa aksesi jarak pagar unggulan dalam memacu produksi
pada lahan marginal.

 
 

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
Jarak pagar merupakan salah satu anggoa famili Euphorbiaceae yang
bernilai ekonomis. Biji tanaman ini kaya hidrokarbon yang dapat diekstrak dan
dikonversi menjadi senyawa yang serupa dengan minyak tanah. Minyak biji jarak
pagar ini merupakan salah satu bahan pembuat obat-obatan, sabun, celipan,
industri kosmetik, parafin/lilin dan sebagai bahan bakar pengganti yang efisien
untuk mesin diesel (Kumar & Sharma 2008).
Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi tanaman rata-rata 5 - 7 m
dengan percabangan tidak teratur, namun pada kondisi yang baik tinggi tanaman
dapat mencapai 8 - 10 m. Batangnya berkayu, silindris dan mengeluarkan getah
berwarna putih bila terluka. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3
atau 5. Tulang daun menjari dengan 5 – 7 tulang utama, warna daun hijau
(permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tungkai
daun antara 10 – 15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga
majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun
dalam rangkaian bentuk cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun. Bunga
jantan biasanya lebih banyak dari bunga betina dengan perbandingan 13 : 1
sampai 29 : 1 (Achten et al. 2008). Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur,
diameter 2 - 4 cm, warna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah
jarak terbagi 3 ruang yang masing-masing ruang diisi 1 biji. Bentuk biji bulat
lonjong dengan warna coklat kehitaman, biji jarak pagar masak 3 – 4 bulan
setelah berbunga dengan rata-rata 1375 biji/kg dan mengandung minyak dengan
rendemen sekitar 30 - 40 % (Hambali et al. 2006; Kumar & Sharma 2008).
Syarat Tumbuh Tanaman Jarak pagar
Tanaman jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan
air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta befungsi sebagai tanaman
penahan erosi. Jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai tekstur dan jenis tanah,
baik tanah berbatu, tanah berpasir, maupun tanah berlempung atau tanah liat.
Disamping itu jarak pagar juga dapat beradaptasi pada tanah kurang subur atau
tanah bergaram, memiliki drainase baik, tidak tergenang dan pH tanah berkisar

 
 

5,0-6,5. Pada tanah yang sangat asam jarak pagar memerlukan penambahan Ca
dan Mg. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500
mdpl. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah 900-1.200
mm/tahun, tetapi ada pula yang dapat tumbuh pada 250 – 3.000 mm/tahun
seperti di Bogor, Sumatra Barat, dan Minahasa. Kisaran suhu yang sesuai
untuk bertanam jarak pagar adalah 20 – 28 0C pada daerah dengan suhu terlalu
tinggi (di atas 35 0C) atau terlalu rendah (di bawah 15 0C) akan menghambat
pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan mengubah
komposisinya (Deptan 2006; Hambali et al. 2006; Achten et al. 2008).
Cara Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan dengan Biji
Usaha budidaya jarak pagar dari perbanyakan dengan biji (generatif)
dimulai dengan memproduksi benih jarak pagar yang baik dan tidak rusak.
Perkecambahan benih didahului dengan memilih biji yang tampak hitam
mengkilap dan bersih lalu merendam biji jarak pagar dalam air biasa selama 24
jam lalu ditriskan dan dibenamkan pada media tanah berpasir yang dicampur
kompos dengan perbandingan 1:1 atau dengan pasir : tanah : kompos (1:1:2).
Perkecambahan umumnya berlangsung selama 7 - 8 hari atau pada tanah yang
kering lembab perkecambahan berlanjut sampai 10 - 15 hari. Kecambah
selanjutnya dipindahkan ke polibag atau langsung ditanam di lapang. Perbanyakan
dengan biji memiliki akar taproot yang dapat menopang tanaman dengan kuat,
biasanya ada 5 akar yang terdiri atas 1 akar jangkar dan 4 akar penyerap (Achten
et al. 2008).
Perbanyakan dengan Setek
Perbanyakan dengan setek menggunakan cabang atau batang yang cukup
berkayu atau cabang tua dengan panjang sekitar 25 - 30 cm. Cabang yang diambil
berumur 1 tahun atau lebih dan telah berproduksi.
Bahan setek ditanam di dalam polibag atau langsung di lahan dengan
kedalaman sekitar 10 - 20 cm. Media yang digunakan dapat berupa campuran
arang sekam dan serbuk gergaji, campuran tanah berpasir dan kompos atau pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 (Achten et al. 2008).

 
 

Perbanyakan Secara In Vitro
Teknik perbanyakan in vitro atau kultur jaringan dapat dilakukan sepanjang
tahun tanpa bergantung musim. Selain itu teknik ini mampu mengatasi kebutuhan
bibit dalam jumlah besar, serentak, bebas dari penyakit sehingga bibit yang
dihasilkan lebih sehat dan seragam (Singh et al. 2009).
Perbanyakan dengan Penyambungan (Grafting)
Perbanyakan tanaman jarak pagar dengan cara penyambungan (grafting)
belum banyak dilakukan sebagai teknik budidaya, padahal beberapa tanaman yang
satu famili dengan jarak pagar seperti karet telah berhasil mendapatkan bibit
unggul melalui teknik grafting. Pada penyambungan tanaman kopi, bibit asal
grafting merupakan bibit bermutu tinggi (Alnopri 2005). Pada famili
Cucurbitaceae seperti mentimun, labu dan melon metode grafting sudah umum
dilakukan untuk meningkatkan produksi buah seperti di Jepang dan Korea
(Venema et al. 2008)
Grafting adalah sebuah teknik yang efektif untuk mengatasi berbagai
masalah seperti mengurangi infeksi pathogen (Biles et al. 1989), meningkatkan
daya serap hara mineral (White & Castillo 1989), meningkatkan sifat toleran
terhadap kadar garam tinggi (Huang et al. 2010), meningkatkan sifat toleran
terhadap pH yang tinggi (Colla et al. 2010), dan meningkatkan produktivitas
tanaman (Wani & Sreedevi

2005). Grafting secara in-situ merupakan

penyambungan pada tanaman yang sudah ditanam di lahan dengan batang atas
berasal dari tanaman yang berproduksi tinggi juga telah direkomendasikan (Ruiz
et al. 2006). Pada tumbuhan berkayu grafting penting untuk menghindari ketidak
mampuan morfogenik yang terjadi selama masa pemasakan pada beberapa spesies
(Valdés et al. 2003) atau mengurangi penurunan produksi pada sayuran yang
disebabkan oleh cekaman lingkungan (Schwarz et al. 2010).
Penyambungan jarak pagar dapat dilakukan dengan sambung pucuk dengan
teknik sambung celah (Cleft grafting) yang merupakan teknik penyambungan
yang paling banyak berhasil seperti pada penyambungan manggis dengan
keberhasilan mencapai 100% (Sumarsono et al. 2002), pada tanaman kopi
berkisar antara 70-90% (Alnopri 2005) dan penyambungan jarak pagar mencapai
83,5-89,6% (Dhillon et al. 2011).

 
 

Penyambungan dengan teknik Cleft grafting biasanya dilakukan untuk
tanaman-tanaman herba dan berkayu. Batang bawah yang berasal dari bibit semai
(asal biji) dipotong mendatar, sekitar 20-30 cm dari permukaan tanah. Kemudian
di bagian tengah potongan tersebut dibelah sedalam 3-4 cm dengan menggunakan
pisau yang aseptik. Cabang batang atas yang dipilih untuk batang atas diambil
dari bibit yang berproduksi tinggi dan unggul. Cabang batang atas dipotong
sekitar 10-15 cm dari pucuk batang. Diameter batang atas dipilih sama atau
sedikit lebih kecil dibanding batang bawah. Ujung cabang batang atas dipotong
lancip agar dapat menempel sempurna bila dimasukkan ke celah batang bawah.
Sambungan diikat kuat dengan tali rafia atau plastik kemudian batang atas
dibungkus dengan plastik transparan untuk mengurangi penguapan dan menjaga
kelembaban pada pertautan sambungan (Garcia et al. 2004; Hambali et al. 2006;
Lee et al. 2010).
Proses penyatuan sambungan dimulai dengan pembentukan kalus pada
kedua permukaan sambungan, diferensiasi kalus menjadi kambium dan jaringan
vaskuler serta pembentukan xilem dan floem sekunder (Hartmann et al. 1997).
Pembentukan kalus yang rendah atau kurang tepat antara batang bawah dan
batang atas dapat menyebabkan kerontokan daun, menurunnya pertumbuhan
batang atas, dan rendahnya kemampuan hidup tanaman yang disambung (Oda et
al. 2005; Johkan et al. 2009). Jadi, hubungan jaringan vaskuler antara batang
bawah dan batang atas yang baik merupakan penentu bagi lancarnya transpor air
dan unsur hara yang berpengaruh pada proses-proses fisiologi tanaman.
Sifat Batang Bawah dan Batang Atas
Sifat Batang Bawah
Batang bawah (rootstock) merupakan tanaman penopang yang berfungsi
sebagai sumber yang menyuplai nutrisi bagi batang atas. Tanaman yang dijadikan
batang bawah hendaknya berasal dari perbanyakan biji. Menurut Prastowo dan
Roshetko (2006), keuntungan batang bawah dari biji antara lain memiliki sistem
perakaran yang lebih kuat dan relatif lebih tahan terhadap kekeringan.
Dalam memilih tanaman yang akan dijadikan batang bawah perlu
diperhatikan beberapa kriteria penting yaitu : memiliki perakaran yang baik, daya

 
 

serap hara tinggi, tahan terhadap cekaman dan hama penyakit, serta mampu
beradaptasi dengan batang atas (kompatibel) demi keberhasilan penyambungan
dan keberlangsungan hidup tanaman yang disambung tersebut (Hartmann et al.
1997). Pada beberapa pemuliaan tanaman sayur dengan penyambungan,
pemilihan batang bawah yang memiliki sifat unggul dan toleran pada lingkungan
tertentu merupakan hal yang sangat diperhatikan (Lee et al. 2010).
Sifat Batang Atas
Batang atas (Entres) umumnya berasal dari setek tanaman yang sudah
dewasa dan berproduksi tinggi. Secara fisiologi setek yang berasal dari tanaman
yang sudah dewasa dan sudah berproduksi akan tetap dalam sifat kedewasaannya
sehingga masa berproduksi akan lebih cepat. Beberapa tanaman memiliki
kemampuan berproduksi tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap
berbagai cekaman dan penyakit sehingga perlu diatasi dengan penyambungan
(grafting). Hal tersebut telah banyak dilakukan dalam berbagai penelitian seperti
toleransi terhadap kekeringan, toleransi terhadap suhu rendah seperti pada
tanaman tomat (Venema et al. 2008), mengatasi kadar garam tinggi pada tanaman
mentimun (Huang et al. 2010), dan meningkatkan toleransi terhadap pH tinggi
pada tanaman semangka (Colla et al. 2010).
Kompatibilitas Sambungan
Penyambungan tanaman baik secara in vitro (mikrografting) atau in vivo
(semai sambung dan setek sambung) yang melibatkan dua individu tanaman yang
berbeda menyebabkan timbulnya interaksi antara batang bawah dengan batang
atas. Interaksi yang timbul dapat berupa interaksi positif (kompatibel) atau
interaksi negatif (inkompatibel). Reaksi inkompatibel dalam penyambungan dapat
berupa pembengkakan batang di sekitar daerah pertautan, penghambatan
pertumbuhan, dan tingkat produksi rendah (Lukman 2005).
Keberhasilan sebuah penyatuan sambungan dapat ditentukan ketika fungsi
floem dan xilem terhubung dengan baik (kompatibel) antara kedua permukaan
sambungan (Gokbayrak et al. 2007). Ada lima langkah yang menentukan dalam
penyatuan sebuah sambungan yaitu: (1) terbentuknya lapisan nekrotik, (2)
berkembangnya kalus yang menjembatani kedua permukaan sambungan, (3)

 
 

diferensiasi jaringan kambium baru, (4) restorasi jaringan vaskular yang baru, dan
(5) restorasi jaringan epidermis luar secara kontinyu pada daerah sambungan
(Luna et al. 2002; Seferoglu et al. 2004).
Pembentukan jaringan kalus pada permukaan sambungan merupakan respon
awal yang bisa dijumpai pada proses penyambungan, sehingga kegagalan
penyambungan dapat dikarakterisasi dengan tidak terbentuknya kalus di antara
kedua permukaan sambungan dan menyebabkan matinya tanaman secara
perlahan-lahan (Pina & Errea 2005).
Pembentukan kalus pada kedua permukaan sambungan membentuk jaringan
vaskuler yang memungkinkan air mengalir dari batang bawah ke batang atas. Bila
pertautan jaringan vaskuler antara batang bawah dan batang atas tidak tepat maka
dapat menurunkan aliran air sehingga menurunkan konduktansi stomata dan
akhirnya menurunkan pertumbuhan tanaman (Ballesta et al. 2010).
Ketika suatu tanaman disambungkan, maka hubungan source dan sink
bergantung pada genotipe batang bawah dan batang atas. Pada penyambungan
yang kompatibel maka kedua bagian yang disambungkan akan berhasil
membentuk

satu

kesatuan

yang

utuh.

Sebaliknya

dapat

pula

terjadi

inkompatibilitas yang dapat disebabkan oleh respon fisiologis antara kedua bagian
yang disambungkan tidak sesuai, transmisi virus, atau fitoplasma dan
abnormalitas jaringan vaskular dalam pertautan (Hartmann et al. 1997).
Tirtawinata (2003) menyatakan bahwa posisi kambium batang bawah
dengan batang atas sangat menentukan untuk perkembangan tanaman selanjutnya.
Kontak kambium yang tidak tepat atau partial dapat menyebabkan pertautan
jaringan pembuluh antara batang bawah dengan batang atas tidak sempurna, dan
selanjutnya

berakibat

pada

translokasi

senyawa-senyawa

penting

untuk

metabolisme pertumbuhan tanaman seperti transpor air dan unsur hara tidak dapat
berlangsung secara lancar dari batang bawah ke batang atas atau translokasi hasil
fotosintesis dari batang atas ke seluruh bagian tanaman. Dengan demikian semua
aspek dalam penyambungan baik fisik, mekanis maupun fisiologis perlu
diusahakan dalam kondisi seoptimal mungkin sehingga keberhasilan lebih
terjamin. Kombinasi sambungan yang kompatibel sangat berpengaruh terhadap
produksi tanaman yang dihasilkan (Tsakaladou et al. 2002).

 
 

Pertumbuhan Tanaman pada Lahan Masam
Curah hujan yang tinggi di suatu daerah mengakibatkan pencucian Kalsium
dan pembentukan tanah asam, sehingga Kalsium biasanya rendah pada tanah
asam dan tinggi pada tanah ber-pH tinggi. Pada tanah ber-pH rendah (asam),
konsentrasi ion Aluminium (Al) tinggi (Salisbury and Ross 1995).
Bila pH tanah kurang dari 5,5 maka kelarutan Al meningkat. Al yang larut
ini akan bereaksi dengan fosfat dan dengan cepat membenuk senyawa Al fosfat
yang tidak larut. Kemasaman tanah yang tinggi, keracunan Aluminium, dan
kekurangan fosfor merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman pada
lahan masam. Keracunan Al juga akan menghambat pertumbuhan akar primer dan
menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar, ujung akar menebal,
berwarna cokelat seperti busuk dan mengering sehingga menghasilkan sistem
perakaran tanaman yang kerdil dan pendek (Harmida 2007).
Keracunan Aluminium (Al3+) membatasi produktivitas tumbuhan pada tanah
masam dan dalam konsentrasi mikro di dalam larutan tanah dapat menghambat
pemanjangan akar dan mengganggu transport air dan nutrisi, akibatnya terjadi
penurunan hasil produksi tumbuhan yang signifikan (Giannakoula et al. 2009).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), tingkat kemasam tanah
dapat ditentukan berdasarkan besaran pH-nya (Tabel 1).
Tabel 1. Besaran pH dan tingkat kemasaman tanah (Hardjowigeno & Widiatmaka
2001).
Besaran pH
< 4,5
4,6 – 5,5
5,6 – 6,5
6,6 – 7,5
7,6 – 8,5
>8,5

Tingkat kemasaman Tanah
Sangat masam
Masam
Agak masam
Netral
Agak basa
Basa

Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak pagar yang mudah tumbuh
dan dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif
pada lahan kritis, maka dapat memberikan harapan baru dalam pengembangan
agribisnis.
Keuntungan yang diperoleh pada budidaya tanaman ini di lahan kritis antara
lain menunjang usaha konservasi lahan, memberikan kesempatan kerja sehinggga

 
 

berimplikasi meningkatkan penghasilan kepada petani dan memberikan solusi
pengadaan minyak bakar (biofuels) yang terbarukan dan berkesinambungan.
 

 
 

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2010 hingga bulan Februari
2011 di kebun percobaan Cikabayan IPB Bogor, Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, dan Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi FMIPA IPB.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah 4 aksesi jarak
pagar potensial yang diperoleh dari kebun percobaan Pakuwon, Parungkuda
Sukabumi Jawa Barat yaitu B3, J2, JB, dan S1 sebagai batang bawah (Tabel 2)
(Sutrisna 2010). Dua aksesi unggul berasal dari Asem Bagus (IP3A) dan Pakuwon
(IP3P) sebagai batang atas (Tabel 3) (Deptan, 2010). Dua jenis media tumbuh
yaitu tanah Andosol Sawah Baru Darmaga (M1) dan tanah podsolik merah kuning
Jasinga (M2) (Tabel 4).
Alat yang digunakan adalah polibag 40 cm x 40 cm (8 kg) untuk
pengamatan vegetatif dan 60 cm x 60 cm (18 kg) untuk pengamatan produksi,
cutter (gunting setek), Caliper, mistar, meteran, pinset, ember, timbangan, oven,
hand microtome, dan mikroskop cahaya.
Tabel 2 Aksesi batang bawah (rootstock) potensial berdasarkan kode dan asal
aksesi
Kode
B3
J2
JB
S1

Asal Aksesi
Cikeruh Wetan, Cikeusik, Pandeglang
Sidourip, Binangun, Cilacap
Ciwareng, Babakan Cikao, Purwakarta
Surantih, Koto Tarusan, Pesisir selatan

Provinsi
Banten
Jawa Tengah
Jawa Barat
Sumatra Barat

Tabel 3 Aksesi batang atas (entres) unggul berdasarkan kode dan asal aksesi
Kode
IP3A (3A)
IP3P (3P)

Asal Aksesi
Asem Bagus Situbondo Jawa Timur
Pakuwon Sukabumi Jawa Barat

Tabel 4 Jenis media tumbuh dan asalnya
Kode Jenis Media tumbuh
M1
Tanah Andosol
M2
Tanah Podsolik Merah kuning

Asal media Tumbuh
Darmaga Kabupaten Bogor Jawa Barat
Jasinga Kabupaten Bogor Jawa Barat

 
 

Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 3 faktor. Faktor pertama adalah aksesi batang bawah potensial dengan 4
taraf, yaitu B3, J2, JB, dan S1. Faktor kedua adalah aksesi batang atas unggul
dengan 2 taraf yaitu IP3A dan IP3P. Faktor ketiga adalah jenis media tumbuh
dengan 2 taraf yaitu M1 dan M2. Semua taraf dikombinasikan secara lengkap dan
diperoleh 16 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat
48 satuan percobaan. Pada percobaan ini juga diamati IP3A dan IP3P tanpa
sambungan masing-masing 6 satuan percobaan sebagai pembanding. Total satuan
percobaan berjumlah 60. Pengamatan akar dan berat kering tajuk dilakukan ± 70
hari setelah pemindahan (HSP) secara destruktif dan produksi diamati sampai
buah masak sehingga satuan percobaan dibuat dua kali lipat yaitu 120 satuan
percobaan.
Metode Penelitian
Penyiapan Batang Bawah, Batang Atas dan Proses Penyambungan
Batang bawah yang digunakan adalah 4 aksesi jarak pagar asal biji yang
telah ditanam di dalam polibag berumur kurang lebih 2 bulan. Batang atas diambil
dari 2 aksesi unggul asal biji berumur kurang lebih 3 bulan. Penyambungan
dilakukan pada umur-umur tersebut kemudian dipelihara hingga 1 bulan. Metode
sambungan menggunakan sambung pucuk model celah (Cleft Grafting) (Garcia et
al. 2004).
Pemindahan dan Pemeliharaan Tanaman
Penanaman tanaman yang telah disambung dilakukan 1 Bulan Setelah
Sambung (BSS) dengan menggunakan polibag 40 cm x 40 cm (8 kg) untuk
pengamatan pertumbuhan vegetatif dan polibag 60 cm x 60 cm (18 kg) untuk
pengamatan karakter reproduktif. Penyiraman dilakukan dengan kapasitas lapang
2 kali sehari selama masa pembibitan dan sekali dalam 2 hari setelah masa tanam.
Penyiangan dilakukan satu kali dalam dua minggu dengan mencabut rumput dan
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dalam polibag. Pupuk yang diberikan
berupa pupuk kompos dengan dosis 2 kg perpolibag ukuran 8 kg dan 18 kg,
pupuk NPK majemuk (16/16/16) dengan dosis 0,5 gr/kg media tanam.

 
 

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada masa pembibitan, masa tanam,
dan 1 bulan menjelang masa produksi dengan cara dibenamkan sedalam ±10 cm
ke dalam media dengan jarak ± 5 cm dari batang tanaman (Hambali et al. 2006).
Pengamatan
Komponen

yang

diamati

selama

percobaan

meliputi

keberhasilan

penyambungan, pertumbuhan tajuk dan akar, anatomi sambungan serta produksi.
Pengukuran

keberhasilan

grafting

dilakukan

setelah

4

minggu

dari

penyambungan, dihitung dengan rumus :
%

Pengukuran pertumbuhan tajuk meliputi tinggi tanaman, pertambahan tinggi
batang atas, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, diameter batang, bobot basah
dan bobot kering tajuk. Pengamatan dilakukan setiap minggu untuk pertambahan
tinggi entres, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun dan diameter batang.
Sedangkan bobot basah, bobot kering tajuk dan arsitektur perakaran (jumlah,
panjang total, diameter total, bobot basah dan bobot kering akar) dilakukan pada
akhir percobaan.
Pengukuran tinggi batang atas dilakukan dengan cara mengukur tanaman
mulai dari pertautan sambungan sampai pucuk tanaman. Diameter batang diukur
pada jarak 2 cm di atas permukaan media tumbuh. Perhitungan jumlah daun
dilakukan dengan cara menghitung seluruh daun di setiap batang dan
percabangan. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan akar pada sistem
perakaran. Diameter akar total merupakan jumlah dari seluruh diameter akar yang
diukur dari pangkal akar atau percabangan akar. Berat basah tajuk dan akar diukur
pada saat tajuk dan akar masih segar. Sedangkan untuk menghitung berat kering,
tajuk dan akar dikeringkan di dalam oven pada suhu 80◦C selama 72 jam hingga
diperoleh berat kering konstan.
Karakter reproduktif tanaman yang diamati hanya buah pertama saja yang
diamati mulai sejak muncul bunga hingga buah masak secara fisiologis yaitu
umur 2-5 bulan setelah pemindahan. Pengamatan meliputi menghitung hari
munculnya bunga, rasio bunga jantan dan bunga betina, jumlah buah, diameter
dan panjang buah serta bobot biji/tanaman.

 
 

Kompatibilitas sambungan diamati secara anatomi (Garcia et al. 2004 yang
dimodifikasi) dengan membuat potongan melintang pada pertautan sambungan
sepanjang ± 2 cm kemudian dilunakkan dengan larutan Glycerin-Alkohol 96%
selama 1 bulan. Sampel dipotong dengan Hand microtome dengan ketebalan 100200 µm dan diberi pewarnaan safranin 1% kemudian diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 1
Bulan Setelah Sambung (BSS) dan 1 Bulan Setelah Pemindahan (BSP). Untuk
pengamatan pertama sampel tanaman berjumlah 8 dan pada pengamatan kedua
terdapat 16 sampel. Aspek anatomi yang diamati adalah kesesuaian pertautan
jaringan floem dan xilem antara batang bawah dengan batang atas.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pertautan sambungan, dilakukan
pengukuran terhadap celah pada daerah pertautan sambungan. Pengukuran
dilakukan di bawah pengamatan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x yang
dilengkapi dengan mikrometer.
Analisis Data
Untuk menetapkan tingkat kompatibilitas sambungan antara batang bawah
dan batang atas, data dianalisis dengan sidik ragam pada α 0,05 dan dilakukan uji
lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).

 

 
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah Percobaan
Hasil analisis sifat-sifat kimia dan fisik tanah disajikan pada Tabel 5. Jenis
tanah yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Andosol

Sawah Baru

Babakan Darmaga Bogor (M1) dan Podsolik merah kuning Jasinga (M2). Status
sifat kimia tanah yang dianalisis didasarkan pada Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2001) (Lampiran 2).
Tabel 5 Sifat kimia dan fisik media tumbuh percobaan
Sifat kimia dan fisik tanah
pH 1:1 (H2O)
C-Org (%)
N-Total (%)
P2O5 HCl (mg/100)
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
K (me/100g)
Na (me/100g)
KTK (me/100g)
Al (%)
Tekstur
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)

Media Tumbuh
M1
5,3 (m)
1,5 (r)
0,2 (r)
44,8 (t)
3,1 (s)
1,9 (s)
0,5 (s)
0,8 (r)
14,1 (r)
0,5 (sr)
17,2
21,9
60,9

M2
4,2(sm)
1,1 (r)
0,1 (sr)
44,0 (t)
3,0 (s)
0,7 (r)
0,1 (sr)
0,1 (r)
8,8 (r)
2,0 (sr)
14,0
23,0
63,0

Keterangan : m = masam; sm = sangat masam; r = rendah; sr = sangat rendah s = sedang;
t = tinggi. Kriteria berdasarkan pada Hardjowigeno & Widiatmaka 2001.

Berdasarkan Tabel 5, kedua jenis media tumbuh yang dipergunakan dalam
penelitian ini menunjukkan reaksi masam dan sangat masam dengan nilai pH
sebesar 5,3 (M1) dan 4,2 (M2). Kandungan C-organik pada kedua media termasuk
rendah, N-total rendah, KTK rendah sedangkan ketersediaan P termasuk tinggi.
Kandungan pasir, debu, dan liat pada media tumbuh M1 masing-masing terdiri
atas 17,2; 21,9; dan 60,9%. Sementara media tumbuh M2 memiliki kandungan
debu dan liat yang cenderung lebih besar (23,0 dan 63,0%) dibandingkan dengan
media tumbuh M1.

 
 

Respon Tanaman terhadap Media Tumbuh
Kedua jenis media tumbuh yang dipergunakan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada semua parameter pertumbuhan tanaman jarak
pagar yang diamati, kecuali pada jumlah cabang yang terbentuk pada umur 70
HSP (Tabel 6). Tanaman yang ditanam pada M1 memiliki rata-rata cabang yang
lebih banyak (1,6) dibandingkan dengan M2 (0,8).
Tabel 6 Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem
perakaran pada umur 70 HSP
Parameter Pertumbuhan
Tajuk
Tinggi tanaman (cm)
Pertambahan tinggi scion (cm)
Diameter batang (mm)
Jumlah daun
Luas daun (cm2)
Jumlah cabang
Bobot basah tajuk (g)
Bobot kering tajuk (g)
Akar
Jumlah akar primer
Jumlah akar sekunder
Jumlah fineroot
Diameter akar primer (mm)
Diameter akar sekunder (mm)
Panjang total akar primer (cm)
Panjang total akar sekunder (cm)
Bobot basah akar (g)
Bobot kering akar (g)

Media Tumbuh
M1
50,7
20,7
24,1
32,9
120,7
1,6
194,5
42,5

M2
± 2,1
± 1,7
± 1,1
± 5,9
± 10,9
± 0,3a
± 10,5
± 7,0

52,8 ± 2,0
21,9 ± 1,8
24,7 ± 0,3
30,7 ± 4,1
122,8 ± 5,2
0,8 ± 0,4b
207,2 ±21,7
46,3 ± 1,8

5,6 ± 0,5
0,5
27,8 ± 1,5
1,8
68,5 ± 1,8
1,4
28,7 ± 2,2
0,5
27,6 ± 1,1
0,7
143,5 ± 2,9
2,9
269,3 ± 1,3
1,0
64,7 ± 4,3
3,1
14,9 ± 2,1
1,1
Keterangan: Data menunjukkan rata-rata ± standar deviasi. Angka yang diikuti oleh huruf
5,4
19,0
62,9
29,2
25,9
148,7
252,0
62,5
14,3

±
±
±
±
±
±
±
±
±

yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Persentase Sambungan Jadi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa keberhasilan penyambungan
ditentukan oleh interaksi antara batang bawah dan batang atas. Nilai rata-rata
keberhasilan grafting mencapai 95,1% dengan keberhasilan tertinggi terdapat
pada kombinasi B3/3P, J2/3P dan S1/3A (100%) dan keberhasilan terendah
terdapat pada B3/3A (88%). Metode cleft grafting yang dipergunakan pada
penelitian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
penyambungan tersebut. Keberhasilan grafting secara keseluruhan dapat dilihat
pada Gambar 1.

 

Sambungan Jadi (%)

 
105
100
95
90
85
80

B3/3A B3/3P J2/3A J2/3P JB/3A JB/3P S1/3A S1/3P
Kombinasi Sambungan

Gambar 1 Persentase keberhasilan grafting 4 minggu setelah sambung. Data
menunjukkan rata-rata ± standar error, signifikansi dengan uji DMRT
pada p ≤ 0,05.
Pengaruh Batang bawah terhadap Pertumbuhan Tajuk
Aksesi batang bawah memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata pada
diameter batang, pertambahan tinggi batang atas, berat basah tajuk, dan berat
kering tajuk (Gambar 2 dan 3). Hal ini berkaitan dengan fungsi batang bawah
sebagai pendukung pertumbuhan batang atas dalam hal transpor air, unsur hara
dan hormon-hormon pemacu pertumbuhan yang diproduksi pada bagian akar
tanaman. Kecenderungan nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh aksesi JB dan
nilai rata-rata terendah ditunjukkan oleh aksesi J2. Jumlah daun, luas daun dan
jumlah cabang yang terbentuk tidak berbeda nyata pada semua aksesi batang

30

P.tinggi bt.atas (cm)

Diameter batang (mm)

bawah yang diujikan.

25
20
15

(A)

B3

J2

JB

Batang Bawah

S1

30
25
20
15
10

(B) B3

J2

JB

S1

Batang Bawah

Gambar 2 Pengaruh batang bawah terhadap (A) diameter batang dan (B)
pertambahan tinggi batang atas pada media 8 kg 70 HSP. Data
menunjukkan rata-rata ± standar error, signifikansi dengan uji DMRT
pada p ≤ 0,05.

 

Bbt.kering tajuk (g)

Bbt. basah tajuk (g)

 

260
220
180
140
100

B3

(A)

J2

JB

60
50
40
30
20
B3

S1

Batang Bawah

(B)

J2

JB

S1

Batang Bawah

Gambar 3 Pengaruh batang bawah terhadap (A) bobot basah tajuk dan (B) bobot
kering tajuk pada media 8 kg 70 HSP. Data menunjukkan rata-rata ±
standar error, signifikansi dengan uji DMRT pada p ≤ 0,05.
Pengaruh Batang Atas terhadap Pertumbuhan Tajuk
Meskipun tidak terdapat interaksi antara ketiga faktor perlakuan, tetapi
secara terpisah batang atas memperlihatkan perberbedaan nilai rata-rata yang
signifikan pada tinggi tanaman, pertambahan tinggi batang atas, jumlah cabang,
jumlah daun, dan diameter batang. Batang atas aksesi IP3P menunjukkan nilai
rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi pada semua parameter yang di